BAB III PEMECAHAN MASALAH
3.1 Alternatif Pemecahan Masalah Tingkat prevalensi penyakit gusi dan periodontal pada pasien yang datang ke Puskesmas Salam diketehui cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam hal memecahkan masalah ini, konsep Blum mengenai determinan masalah dapat digunakan sebagai patokan. Untuk mencapai tujuan menurunkan angka prevalensi penyakit gigi dan mulut, khususnya penyakit gusi dan periodontal, di wilayah UPT Puskesmas Salam, pada tahun 2012, terdapat empat kelompok alternatif pilihan interevensi, yaitu sebagai berikut: 1) Intervensi pengobatan oleh sistem pelayanan kesehatan, meliputi:
Pengobatan gigi yang komprehensif dan rujukan terhadap kasus yang tidak dapat ditanggulangi, bagi masyarakat (pasien) yang berobat ke Puskesmas.
2) Intervensi lingkungan sanitasi (tidak ada) 3) Intervensi perilaku individu dan masyarakat meliputi:
Penyuluhan kesehatan masyarakat (pengunjung Puskesmas, anak sekolah, tim penggerak PKK, kader Posyandu dan peserta Posyandu)
Penyediaan media pendidikan kesehatan, seperti model gigi dan poster tentang ksehatan/penyakit gigi dan mulut.
4) intervensi kependudukan (tidak ada)
3.2 Prioritas Pemecahan Masalah Mungkin tidak semua alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan karena keterbatasan sumber daya, sehingga perlu ada satu langkah untuk memilih alternative yang terbaik. Cara melakukan prioritas pemecahan masalah yang dianjurkan dengan menggunakan teknik matriks, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Efektifitas Jalan Keluar Nilai efektifitas untuk setiap alternative jalan keluar ditentukan dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) – 5 (paling efektif). Kriteria tambahan yang digunakan adalah:
Magnitide, yaitu besarnya masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar masalah dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
Importancy, yaitu pentingnya jalan keluar. Makin langgng selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
Vurnerability, yaitu sensitivitas jalan keluar. Makin cepat masalah tersebut teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.
2) Efisiensi Jalan Keluar Nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar ditentukan dengan memberikan angka 1 (paling tidak efisien) – 5 (paling efisien). Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk menentukan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut.
Tabel 3.1 Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah Menggunakan Teknik Matriks
No
Alternatif Jalan Keluar
1.
Pengobatan gigi yang komprehensif dan rujukan terhadap kasus yang tidak dapat ditanggulangi, bagi masyarakat (pasien) yang berobat ke Puskesmas. Pengobatan gigi gratis bagi masyarakat miskin. Penyuluhan kesehatan masyarakat (pengunjung Puskesmas, anak sekolah, tim penggerak PKK, kader Posyandu, peserta Posyandu) Asuhan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah melalui kegiatan UKGS. Asuhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok ibu hamil/menyusui, balita, dan anak prasekolah. Pembinaan/pengembangan peran serta masyarakat, melaui kegiatan UKGM di Posyandu. Pelatihan/peningkatan kapasitas kader. Penyediaan media pendidikan kesehatan, seperti model gigi dan poster tentang kesehatan/penyakit gigi dan mulut.
2. 3.
4.
5.
6.
7. 8.
Efektifitas M I V
Efisiensi C
Jumlah M.I.V/C
Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah diuraikan dan telah diperhitungkan dalam table 3.1, prioritas pemecahan masalah yang dianggap paling mudah, murah, dan memberikan manfaat besar adalah intervensi perilaku individu dan masyarakat, yaitu penyuluhan kesehatan kesehatan masyarakat
(pengunjung Puskesmas, anak sekolah, tim PKK, kader Posyandu, Peserta Posyandu). Rencana kegiatan berdasarkan prioritas pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut di dalam Gedung UPT Puskesmas Salam 2) Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut, siswa SDN Negeri Yakeswa 3) Penyuluhan Kesehatan dan Mulut Tim Penggerak PKK di Kecamatan Bandung Wetan 4) Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan Gigi dan Mulut di Posyandu …………. 5) Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Sikat Gigi Masal di TK Pertiwi
3.3 Hambatan dan Kelemahan Program Mengkaji hambatan dan kelemahan program dapat dilakukan pada program yang pernah dilaksanakan ataupun prediksi kendala dan hambatan yang mungkin akan terjadi pada saat pelaksanaan program. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan. Jenis hambatan dan kelemahan program dikategorikan sebagai berikut: 1) Yang Bersumber pada Kemampuan Organisasi: - Kelemahan Ogranisasi:
Motivasi Kerja (tidak ada hambatan)
Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan dan keterampilan penyuluh dalam menyampaikan informasi kesehatan sangat menentukan proses penyerapan informasi pada peserta penyuluhan. Oleh karena itu, penyuluh harus melakukan persiapan sebaik mungkin dengan mendalami dan menguasai materi penyuluhan serta menguasai teknik komunikasi. - Keterbatasan Peralatan Keterbatasan alat bantu penyuluhan yang tersedia di UPT Puskesmas Salam menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Keterbatasan alat dasar pun menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, penyuluh harus mencari bantuan pinjaman alat dasar sejumlah yang diperlukan. - Tidak Ada Alokasi Dana Tidak ada alokasi dana dari UPT Puskesmas Salam menjadi kendala dalam pelaksanaan seluruh kegiatan. Oleh karena itu, penyuluh harus mengeluarkan dana pribadi sejumlah yang diperlukan untuk seluruh kegiatan. - Arus Informasi (tidak ada hambatan) 2) Yang Terjadi pada Lingkungan - Keadaan geografis (tidak ada hambatan) - Iklim/Musim Bulan Januari 2013 merupakan musim hujan. Apabila pada saat dijadwalkan pelaksanaan kegiatan program terjadi hujan deras, sasaran kegiatan mungkin tidak dapat menghadiri kegiatan. - Tingkat Pendidikat Masyarakat (tidak ada hambatan)
- Sikap dan Budaya Masyarakat (tidak ada hambatan) - Perilaku Masyarakat yang Kurang Partisipatif Kurangnya partisipasi aktif masyarakat pada kegiatan penyuluhan mungkin disebabkan karena materi yang disampaikan dianggap kurang menarik atau masyarakat menganggap sepele/merasa tidak perlu. - Pendapatan Masyarakat (tidak ada hambatan)