BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial. Etiologi maloklusi terbagi atas penyebab khusus yang meliputi gangguan perkembangan embriologi, gangguan pertumbuhan skeletal, disfungsi otot, akromegali dan hipertrofi hemimandibula serta gangguan perkembangan gigi, pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan yang meliputi teori keseimbangan dan perkembangan oklusi gigi serta pengaruh fungsional pada perkembangan dentofasial (Basavaraj,2011; Mitchell, 2007, Proffit, 2007, Staley, 2011). Perawatan ortodonti yang ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan agar tercapai efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan keharmonisan estetik. Perawatan ortodonti tidak hanya akan memperbaiki penampilan wajah seseorang tetapi juga akan memperbaiki atau meningkatkan kesehatan gigi secara keseluruhan (Magalhaes, 2010, Nanda, 2010, Proffit, 2007). Perawatan ortodonti pada kasus maloklusi bertujuan untuk mencapai oklusi yang normal, yaitu gigi geligi rahang atas berkontak dengan gigi geligi rahang bawah pada relasi sentrik. Andrew (1972) mendefinisikan enam kunci oklusi normal yaitu hubungan molar kelas 1, angulasi normal, inklinasi normal, 1
tidak ada rotasi, titik kontak gigi baik dan dataran oklusal rata (Cao, 2011; Mitchell, 2007; Tome, 2009). Perawatan ortodonti untuk memperbaiki maloklusi dilakukan dengan menggunakan alat, yaitu alat ortodonti cekat dan alat ortodonti lepasan. Saat ini penggunaan alat ortodonti cekat lebih banyak dipilih dan digunakan karena hasil perawatannya lebih baik dan lebih cepat serta faktor kenyamanan pasien yang lebih baik (John, 2007; McLaughlin, 2002; Paulsson, 2008). Komponen utama dari alat ortodonti cekat adalah bracket dan wire. Di pasaran terdapat beragam jenis bracket, yang dibagi berdasarkan jenis bahan, sistem dan preskripsinya (salah satunya derajat inklinasi). Demikian juga dengan wire, yang dibagi berdasarkan jenis, diameter dan bentuknya (menyesuaikan bentuk lengkung geligi). Keberhasilan perawatan ortodonti salah satunya ditentukan oleh pemilihan bracket dan wire yang tepat sesuai dengan kasus maloklusi (Basavaraj, 2011; Bernabe, 2008). Hubungan gigi geligi saat oklusi normal akan berdampak pada jarak gigit dan tumpang gigit yang normal pula serta akan terjadi kesesuaian bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi antara rahang atas dan rahang bawah. Salah satu faktor penyebab maloklusi adalah diskrepansi ukuran gigi, dalam hal ini ukuran mesiodistal gigi, dimana ukuran mesiodistal gigi yang lebih besar atau lebih kecil dari normal akan menyebabkan perubahan bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi (Hassan, 2007, Mahony, 2011, Nourallah, 2005; Rasool, 2009).
2
Bolton
(1958)
memperkenalkan
suatu
metoda
matematis
untuk
memperoleh informasi diskrepansi ukuran gigi antar lengkung geligi. Pengamatannya dilakukan terhadap 55 model gigi dengan ukuran lebar mesiodistal gigi yang normal dan belum pernah dilakukan perawatan ortodonti. Untuk melihat adanya diskrepansi lebar mesiodistal gigi pada regio anterior atas terhadap lebar mesiodistal gigi pada regio anterior bawah yaitu dengan menghitung rasio geligi anterior.
Sedangkan untuk mengetahui adanya
diskrepansi lebar mesiodistal gigi pada regio anterior dan posterior rahang atas terhadap lebar mesiodistal gigi pada regio anterior dan posterior rahang bawah yaitu dengan menghitung rasio geligi keseluruhan (Akyalcin, 2006; AlAbdwani, 2009; Bolton, 1958; Basaran, 2006). Bolton menemukan bahwa jika rasio geligi anterior dan rasio geligi keseluruhan yaitu berturut-turut sebesar 77,2% dan 91,3%, maka akan tercapai interdigitasi yang baik, yaitu hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah yang baik. Bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi juga dalam suatu hubungan yang harmonis (Al-Abdwani, 2009; Bolton, 1958; Basaran, 2006; Gabriel, 2008). Perubahan lengkung geligi di regio anterior lebih bevariasi karena bentuk lengkung regio anterior berupa lengkung setengah lingkaran sedangkan pada regio posterior hanya berupa garis lurus. Perubahan inklinasi gigi di regio anterior juga lebih bervariasi antara -5 sampai 30 derajat sedangkan pada regio posterior hanya berkisar -2 sampai 2 derajat. Selain itu arah perubahan inklinasi untuk gigi regio anterior adalah dalam arah sagital sedangkan perubahan 3
inklinasi untuk gigi regio posterior adalah dalam arah transversal (AlHarbi, 2008; Endo, 2008; John, 2007; Nanda, 2005). Perawatan ortodonti pada kasus maloklusi dapat dilakukan dengan atau tanpa pencabutan, tergantung kebutuhan ruang dan profil pasien. Pada kasuskasus dimana dilakukan pencabutan, biasanya pencabutan pada gigi premolar satu, maka akan terjadi perubahan bentuk lengkung dan inklinasi gigi karena gigi regio anterior akan ditarik mundur ke posterior setelah berdesakan gigi di regio anterior dikoreksi (Hong, 2008; Miyake, 2008; Othman, 2007). Ukuran gigi berbeda menurut jenis kelamin, gigi laki-laki mempunyai ukuran yang lebih besar dibanding perempuan. Apabila dilakukan pengukuran gigi dengan arah bukolingual dan mesiodistal, pada umumnya perbedaan itu tampak pada bentuknya yaitu gigi laki-laki cenderung mempunyai bentuk persegi, sedang perempuan mempunyai ukuran yang lebih kecil (Mahony, 2011; Todesse, 2008) Atas dasar tersebut maka penulis berkeinginan untuk mengkaji tentang Rasio Bolton Anterior hubungannya bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior dalam perawatan ortodonti serta membuat indeks rasio bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi berdasarkan rasio Bolton anteriornya.
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dan bentuk lengkung geligi anterior. 2.
Apakah ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dan inklinasi gigi anterior.
3. Apakah ada hubungan antara bentuk lengkung geligi anterior dengan inklinasi gigi anterior. 4. Bagaimana hubungan antara Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior. 5. Apakah ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 6. Apakah ada perbedaan inklinasi gigi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 7. Apakah ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara laki-laki dan perempuan. 8. Bagaimana menentukan bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior tiap individu berdasarkan Rasio Bolton Anteriornya.
5
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengkaji tentang Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior hubungannya dengan perawatan ortodonsi serta membuat indeks rasio dari ketiga parameter tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan antara Rasio Bolton Anterior dan bentuk lengkung geligi anterior. 2. Mengetahui hubungan
antara Rasio Bolton Anterior dan inklinasi gigi
anterior. 3. Mengetahui hubungan antara bentuk lengkung geligi anterior
dengan
inklinasi gigi anterior. 4. Mengetahui hubungan antara Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior. 5. Mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 6. Mengetahui perbedaan inklinasi gigi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 7. Mengetahui perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara laki-laki dan perempuan.
6
8. Mengetahui cara menentukan bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior tiap individu berdasarkan Rasio Bolton Anteriornya (membuat indeks bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi).
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang Ortodonsi: 1. Dokter gigi dapat menentukan bentuk lengkung gigi anterior yang sesuai untuk tiap individu. 2. Dokter gigi dapat menentukan inklinasi gigi anterior yang sesuai untuk tiap individu. 3. Dokter gigi dapat menentukan kombinasi bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi anterior tiap individu berdasarkan rasio bolton anteriornya (menentukan pemilihan tipe prefabricated wire dan tipe preadjusted bracket) 1.4.2 Bidang Substansi Ilmu: 1. Dapat diketahui tipe atau model bentuk lengkung geligi anterior untuk tiap individu berdasarkan Rasio Bolton Anteriornya. 2. Dapat diketahui besar inklinasi gigi anterior untuk tiap individu berdasarkan Rasio Bolton Anteriornya. 3. Terdapat rasio untuk menentukan tipe bentuk lengkung geligi dan besar inklinasi gigi untuk tiap individu berdasarkan nilai rasio Bolton anteriornya.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bentuk Lengkung Geligi. Geligi terletak pada rahang dalam bentuk dua kurva parabola, lengkung rahang atas lebih besar dari lengkung rahang bawah, sehingga normalnya geligi rahang atas berada di luar lengkung geligi rahang bawah. Bentuk lengkung geligi menyerupai kurva parabola tetapi bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin (Bishara, 2001). Terdapat hubungan antara tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Bentuk lengkung geligi antara lain adalah bentuk square, round, ovoid dan tappered. Sedang dalam penelitiannya sendiri ia menemukan lima buah bentuk lengkung geligi rahang bawah yaitu narrow, wide, mid, pointed dan flat (Ong, 2011)
Gambar 1. Bentuk lengkung geligi rahang atas dan rahang bawah (Proffit, 2007)
8
2.2 Variasi Bentuk Lengkung Geligi Bentuk lengkung geligi sangat bervariasi, tetapi lengkung geligi rahang atas secara umum tampak elips sedangkan lengkung geligi rahang bawah berbentuk parabola. Ada pula yang mengatakan bahwa bahwa 75% bentuk lengkung adalah elips, 20% adalah parabola dan hanya 5% berbentuk U (AlHarbi, 2008). Terdapat tiga tipe bentuk wire yang sering dijumpai di pasaran, yaitu tipe tappered, square dan ovoid. Tipe tappered lebih lancip ke anterior, tipe square lebih melebar ke lateral sedang tipe ovoid merupakan tipe normal atau seimbang (Basavaraj, 2011).
A
B
C
Gambar 2. Variasi bentuk wire; A. Tappered, B. Square, C. Ovoid (Basavaraj, 2011)
2.3 Variasi Ukuran Geligi Bentuk lengkung geligi merupakan refleksi hubungan antara kombinasi ukuran mahkota geligi, lidah, bibir, otot-otot pipi, angulasi geligi dan kekuatan 9
jaringan mulut anterior. Kombinasi lebar mesiodistal geligi harus harmonis dengan lengkung basal, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Di dalam praktek sehari-hari yang paling sering ditemui adalah disharmoni antara ukuran gigi dengan tulang basal (Bishara, 2001). Besarnya ukuran gigi berpengaruh terhadap besarnya lengkung geligi, ukuran gigi yang lebih besar akan menghasilkan lengkung geligi yang besar pula (Nourallah, 2005).
Gambar 3. Lebar mesiodistal gigi (Staley, 2011)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ukuran geligi : a. Genetik Ukuran geligi dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti anomali ukuran gigi, anomali jumlah gigi, anomali warna gigi, anomali bentuk gigi serta anomali tonjol Carabelli. Faktor genetik memegang peranan penting dalam menentukan ukuran gigi (Proffit, 2007).
10
b. Jenis Kelamin Terdapat perbedaan ukuran gigi rata-rata 4% pada kelompok laki-laki dan perempuan. Ukuran gigi berbeda menurut jenis kelamin, gigi laki-laki mempunyai ukuran yang lebih besar dibanding perempuan. Apabila dilakukan pengukuran gigi dengan arah bukolingual dan mesiodistal, pada umumnya perbedaan itu tampak pada bentuknya yaitu gigi laki-laki cenderung mempunyai bentuk persegi, sedang perempuan mempunyai ukuran yang lebih kecil. Ukuran geligi laki-laki lebih besar daripada perempuan (Endo, 2008). c. Ras Ukuran gigi ternyata juga dipengaruhi oleh unsur ras. Perbedaan ukuran gigi rata-rata dapat mencapai 4%, yang paling besar perbedaannya adalah gigi kaninus rahang. Pada penelitian lain mengenai ukuran gigi pada ras Kaukasoid, Negroid, Mongoloid, ditemukan bahwa ras Negroid mempunyai ukuran yang paling besar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid, dan yang paling kecil adalah ras Kaukasoid. Ukuran gigi kelompok ras Negroid lebih besar 8,4% dibanding kelompok ras Kaukasoid (Hong, 2008). Pada penelitian lain ditemukan pula ukuran mesiodistal gigi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna daripada orang kulit putih, sehingga ratarata lebar lengkung geligi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna daripada orang kulit putih (Othman, 2007). Ras menunjukkan sekelompok individu suatu spesies yang memiliki beberapa ciri khas, dapat diwariskan kepada keturunannya yang membuat mereka berbeda dari kelompok lain. Sedangkan populasi adalah sekelompok 11
individu dari spesies sama, tinggal di teritori yang sama, dan karena proses perkawinan dengan kelompok yang lain (Endo, 2008).
2.4 Karakterisasi Bentuk Lengkung Anterior Lengkung gigi dibentuk dari posisi geligi sepanjang kurva dengan keseimbangan kekuatan dari mukosa mulut. Studi evaluasi terhadap 25 kasus yang tidak dirawat ortodonti, menggunakan analisis komputer memperlihatkan bentuk elips pada geligi rahang atas. Selanjutnya dikembangkan suatu cara untuk menjelaskan profil tekanan mandibula rata-rata. Jika tekanan (P) sepanjang kurva bukolingual lengkung geligi, ketika dikalikan dengan radius (R), akan menghasilkan konstanta matematika (C). Berdasarkan hal tersebut, perhitungan PR=C menampakkan hubungan terbalik antara tekanan dan radius kurvatura. Studi terhadap tekanan mulut tersebut memperlihatkan nilai yang lebih tinggi pada anterior karena radius kurvatura paling kecil. Hal ini menjelaskan kenapa gigi anterior paling berdesakan dan kurang stabil setelah perawatan ortodonti (AlHarbi, 2008)
Gambar 4. Bentuk lengkung anterior (Bishara, 2001)
12
Lebar antarkaninus mandibula telah digunakan untuk menentukan bentuk lengkung selama perawatan. Acuan lengkung atau template dan bantuan program komputer juga telah digunakan untuk menentukan bentuk lengkung ideal pada pasien secara individual (AlHarbi, 2008).
2.5 Penggunaan Analisis Diskrepansi Ukuran Gigi Neff (1957) melakukan studi terhadap 300 maloklusi dengan pengukuran dilakukan di dalam mulut. Rata-rata rasio anterior sebesar 79% dan rentang 73 sampai 85%. Ia melaporkan dalam studi ini bahwa hubungan ukuran gigi segmen anterior lengkung gigi dan derajat gigitan dalam tidak menghasilkan hubungan yang konsisten pada maloklusi. Stifter (1958) melakukan studi pada 57 model gigi mahasiswa kedokteran gigi Universitas Ohio dan delapan Indian Navaho. Semua oklusi normal klas I dengan jarak gigit dan tumpang gigit yang dapat diterima. Hasil yang diperoleh dari penelitiannya adalah: Keseluruhan : normal (34) dan ideal (24) – rata-rata 91,04%, SD 1,90, rentang 87,2 – 94,6%. Anterior : normal – rata-rata 78,59%, SD 2,37, rentang 73,5 – 83,3% Ideal – rata-rata 77,55%, SD 2,72, rentang 72,5 – 81,7%. Dalam studi tersebut diperoleh nilai ideal sangat mendekati nilai anterior Bolton tetapi nilai normal tidak mendekati nilai anterior Bolton. Bolton mengembangkan dua analisis dengan mengukur rasio geligi mandibula terhadap maksila. Adanya kekurangan atau kelebihan pada tiap 13
lengkung dapat ditemukan dengan menggunakan formula Bolton pada kasus yang diteliti dan membandingkan hasilnya dengan Indeks Bolton. Jumlah diskrepansi biasanya ditentukan dengan menggunakan tabel regresi atau daftar yang memprediksi jumlah gigi yang terdapat pada lengkung (Basaran, 2006). Manke dan Miethke (1983) melakukan penelitian pada model dari 49 anak laki-laki dan 51 anak perempuan yang tidak dirawat ortodonti namun normal. Geligi pada model normal baik bentuk maupun ukuran dan lebar gigi. Mereka menemukan rata-rata rasio anterior Bolton untuk anak laki-laki sebesar 78,60% ± 3,85%; untuk anak perempuan, rata-rata sebesar 77,87% ± 3,05% dan untuk kedua jenis kelamin, rata-rata sebesar 78,28% ± 4,29%. Mereka menyimpulkan bahwa perbandingan rasio rata-rata untuk total sampel lebih besar berarti geligi anterior mandibula sedikit lebih lebar dari sampel Bolton. Crosby dan Alexander (1989) melaporkan analisis ukuran gigi pada model sebelum perawatan dari 109 pasien ortodonti dengan variasi maloklusi (maloklusi klas I; klas II, divisi 1 dan divisi 2; dan klas III dengan pembedahan). Mereka menganalisis insiden diskrepansi ukuran gigi mesiodistal pada kelompok maloklusi dan membandingkan dengan data rata-rata dan standar deviasi Bolton. Hasilnya memperlihatkan tidak ada perbedaan insiden diskrepansi ukuran gigi dari satu kelompok maloklusi terhadap lainnya. Secara keseluruhan, sampel memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata rasio ukuran gigi mesiodistal ketika dibandingkan dengan rata-rata Bolton. Studi ini memperlihatkan rata-rata rasio anterior 77,5%, SD 3,4, rentang 65,3-90,5% dan mean rasio overall 91,4%, SD 2,4, rentang 86,6-99,8%. 14
Tayer (1992) menggunakan tiga prosedur diagnostik untuk membantu membuat keputusan perawatan akhir terhadap empat studi kasus: analisis ukuran gigi Bolton, pemeriksaan kecukupan ruang/kebutuhan ruang, dan model diagnostik sebelum perawatan. Kasus-kasus tersebut memerlukan pencabutan gigi asimetri untuk memperoleh hasil perawatan yang diinginkan. Analisis Bolton digunakan sebagai perkiraan diagnostik yang mendukung rencana perawatan. Hasil perawatan akhir mendekati perkiraan awal diagnostik. Freeman dkk (1996) menganalisis diskrepansi ukuran gigi Bolton terhadap 157 pasien yang mendapat perawatan pada program ortodontik residen dan mengevaluasi frekuensi dan besarnya deviasi dari rata-rata Bolton. Mereka menentukan persentase pasien ortodontik yang menunjukkan diskrepansi ukuran gigi inter arch yang dapat berpengaruh pada rencana atau hasil perawatan. Mereka menemukan diskrepansi yang signifikan dari nilai diluar 2 SD rata-rata Bolton. Untuk rasio keseluruhan , mereka menemukan diskrepansi yang signifikan dari rasio di bawah 87,5% atau di atas 95,1 % dan beberapa rasio di bawah 73,9% atau di atas 80,5% sebagai diskrepansi yang signifikan untuk rasio anterior. Studi ini melaporkan nilai berikut untuk keseluruhan: rata-rata 91,4%, SD 2,57, rentang 82,8-99,4% dan untuk rasio anterior 77,85%, SD 3,07, dan rentang 68,4-87,9%. Rata-rata dari sampel hampir mendekati Bolton baik rasio keseluruhan maupun anterior. Rentang dan standar deviasi bervariasi dengan persentasi yang lebar pada pasien ortodonti dengan diskrepansi. Terhadap 157 kasus, 21 atau 13,4%, mempunyai rasio keseluruhan di luar 2 SD dari rata-rata 15
Bolton. Empat puluh kasus atau 30,6%, mempunyai rasio anterior di luar 2 SD dari rata-rata Bolton. Diskrepansi keseluruhan bertambah pada kedua rahang, bagaimana pun, diskrepansi anterior bertambah pada mandibula (pertambahan mandibula 19,7%, pertambahan maksila 10,8%).
2.6 Analisis Bolton Anterior Bolton (1958) memperkenalkan suatu metoda rasio matematika. Rasio matematika pada kasus yang membutuhkan pencabutan, diperlukan untuk membantu analisis, agar diperoleh hubungan antar geligi yang serasi dan seimbang, baik secara fungsional maupun estetik serta hasil perawatan yang stabil. Hubungan yang tepat antara lebar mesiodistal geligi rahang atas terhadap lebar mesiodistal geligi rahang bawah penting untuk mencapai interdigitasi oklusal yang baik pada akhir perawatan. Tanpa ketepatan rasio mesiodistal geligi rahang atas dan rahang bawah maka koordinasi kedua lengkung geligi akan sulit dicapai. Rasio matematika Bolton (1958) didasarkan atas ukuran lebar mesiodistal gigi. Untuk melihat adanya diskrepansi lebar mesiodistal geligi pada regio anterior atas terhadap lebar mesiodistal geligi pada regio anterior bawah dengan menghitung rasio geligi anterior.
Sedangkan untuk mengetahui adanya
diskrepansi lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang atas terhadap lebar mesiodistal geligi pada regio anterior dan posterior rahang bawah dengan menghitung rasio geligi keseluruhan. 16
Rasio Anterior = Jumlah 6 gigi anterior mandibula Jumlah 6 gigi anterior maksila
x 100
Rasio Keseluruhan = Jumlah 12 gigi anterior mandibula Jumlah 12 gigi anterior maksila
x 100
Dengan rasio Bolton diperoleh informasi hasil perawatan serta diketahui kemungkinan adanya penyimpangan klinik, sehingga menjadikan analisis tersebut sebagai sarana diagnostik yang praktis dan mudah, karena didasarkan atas perhitungan secara matematis. Rasio geligi anterior diperoleh dari: Jumlah lebar keenam gigi anterior rahang bawah dibagi dengan jumlah lebar keenam gigi anterior rahang atas dikalikan seratus persen. Rasio geligi anterior sebesar 77,2% akan memberikan hubungan tumpang gigit dan jarak gigit yang ideal, bila angulasi insisif tidak berlebihan. Apabila rasio geligi anterior lebih besar dari 77,2% berarti material gigi anterior rahang bawah berlebihan dan bila rasio geligi kurang dari 77,2% maka material gigi anterior rahang atas berlebihan (Bolton, 1958; Basaran, 2006; Akyalgin, 2006).
2.7 Inklinasi Gigi Standar perawatan ortodontik ditujukan untuk mencapai oklusi ideal. Menurut Andrew dengan enam kunci oklusi normal bahwa inklinasi labio lingual dapat memberi implikasi terhadap kebutuhan ruang pada lengkung geligi. Jika segmen labial gigi anterior rahang atas pada posisi retroklinasi, maka dibutuhkan ruang di dalam lengkung gigi untuk memperbaiki inklinasi gigi (O’Higgins, 1999). 17
Gambar 5. Inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah. A. Inklinasi normal. B. Tampak sagital (Basavaraj, 2011)
2.8 Bentuk Lengkung Geligi dan Analisis Bolton Anterior Steyn dkk (1996) menampilkan suatu tabel yang digunakan untuk memprediksi perubahan panjang lengkung anterior berdasarkan perubahan sekitar lengkung. Menurut Steyn dkk, metoda ini telah digunakan oleh klinisi untuk membuat Visual Treatment Objectives (VTO), yang menyatakan bahwa tiap perubahan sagital 1 mm membutuhkan 2 mm kompensasi sekitar lengkung, tidak selamanya benar untuk gigi anterior. Dengan asumsi bahwa bentuk lengkung anterior dari kaninus ke kaninus adalah bentuk parabola, mereka menyesuaikan perhitungan matematikal untuk parabola dan menghitung korelasi antara panjang lengkung dan sekitar lengkung pada variasi lebar antarkaninus. Ia mengatakan tabel dapat digunakan untuk membuat VTO yang akurat selama rencana perawatan yang terdapat berdesakan anterior atau celah dan untuk memprediksi rata-rata perubahan panjang lengkung untuk mengoreksi diskrepansi Bolton.
18
Halazonetis (1996) mengasumsikan bentuk sirkular untuk segmen anterior lengkung dari kaninus ke kaninus dan mengembangkan program spreadsheet untuk mengetahui pengaruh radius lengkung mandibula dan perbedaan antara jarijari lengkung atas dan bawah pada Indeks Bolton anterior. Dengan merubah radius dan mengganti bentuk kurva menjadi lebih datar pada segmen anterior, seperti bentuk lengkung square, terjadi peningkatan rasio Bolton pada model. Ia mengatakan bahwa perubahan bentuk lengkung anterior dapat merubah rasio Bolton anterior dan akan berguna dalam merawat diskrepansi ukuran geligi anterior. Ukuran maksila yang berkurang dapat dirawat dengan membuat kurvatura anterior lebih rata, sedangkan ukuran maksila yang berlebih secara teoritis dapat dirawat dengan meningkatkan kecembungan. Perubahan kurvatura anterior jika diaplikasikan pada jari-jari lengkung mandibula dan maksila akan mengakibatkan perubahan rasio Bolton anterior.
2.9. Jenis Kelamin dan Bentuk Lengkung Geligi Pada kebanyakan studi, dimensi lengkung tergantung pada jenis kelamin subyek, dengan nilai dimensi yang lebih kecil pada perempuan. Lengkung geligi perempuan mempunyai pengukuran tranversal yang lebih kecil, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada distribusi tipe bentuk lengkung yang ditemukan antara subyek laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki lengkung anterior sedikit lebih cembung (Raberin, 1993; Trenggonowati, 1995).
19
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
20
3.2. Kerangka Konsep
Variabel penelitian: 1. Variabel bebas: lebar mesiodistal anterior, lebar lengkung anterior, panjang lengkung anterior, inklinasi gigi anterior. 2. Variabel tergantung: rasio Bolton anterior, bentuk lengkung gigi anterior, inklinasi gigi anterior 3. Variabel antara: perawatan ortodonsi 4. Variabel kendali: jumlah gigi, rotasi gigi, gigi bercelah, gigi berdesakan
21
3.3 Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dengan bentuk lengkung geligi anterior. 2. Ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior dengan inklinasi gigi anterior. 3. Ada hubungan antara bentuk lengkung geligi anterior dengan inklinasi gigi anterior. 4. Ada hubungan antara Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior. 5. Ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 6. Ada perbedaan inklinasi gigi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan. 7. Ada perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara laki-laki dan perempuan.
22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ini termasuk penelitian observasional retrospektif karena persoalan pokok penelitian ini adalah kejadian yang telah ada atau yang memang sudah demikian adanya. Dari segi waktu penelitian ini bersifat cross sectional yaitu hanya mengamati pada suatu waktu tertentu.
4.2 Tempat Penelitian ini dilakukan di Klinik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya.
4.3 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah model pasien yang dirawat di Klinik Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga karena sampel penelitian lengkap, mulai dari model gigi dan foto sefalometri yang telah memenuhi standar. Adapun sampel dari penelitian ini ialah model studi hasil cetakan geligi rahang atas dan bawah dan foto sefalometri pasien yang memenuhi kriteria: - Telah selesai perawatan ortodonti.
23
- Gigi yang ada dari molar dua kiri ke molar dua kanan, kecuali premolar satu (kasus pencabutan). - Hubungan molar dan kaninus Klas I Angle. - Tidak ada celah atau berdesakan lebih dari 1 mm. - Tidak ada gigi rotasi. - Tidak ada perubahan kontur gigi akibat atrisi atau restorasi. - Tumpang gigit dan jarak gigit normal.
Gambar 6. Cetakan model gigi rahang atas dan rahang bawah
Gambar 7. Foto Sefalometri
24
Besar sampel Besar sampel pada penelitian yang dilakukan oleh Bolton sebelumnya sebanyak 55 sampel. Karena pada penelitian ini menggunakan tiga variabel maka digunakan 165 sampel.
4.4 Cara Kerja Penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Dilakukan pengukuran model studi rahang atas dan bawah untuk memperoleh : - Lebar mesiodistal enam gigi anterior atas dan bawah. - Lebar Lengkung Anterior dari distal kaninus kiri ke distal kaninus kanan. - Panjang Lengkung Anterior dari garis tengah ke distal kaninus.
Gambar 8. Pengukuran lebar mesiodistal gigi
25
Gambar 9. Pengukuran lebar lengkung gigi anterior
b. Dilakukan perhitungan dari hasil pengukuran untuk memperoleh : - Kedalaman Lengkung Anterior (Djokosalamoen, 1977). - Parameter bentuk lengkung anterior yang meliputi: (Bailey, 1998) 1. Indeks Bentuk Maksila. 2. Indeks Bentuk Mandibula. 3. Rasio Bentuk. 4. Bentuk Kasus. - Rasio Bolton Anterior (Bolton, 1958) c. Dilakukan pengukuran inklinasi gigi incisivus rahang atas dan rahang bawah.
4.5 Alat yang Digunakan - Pensil - Kaliper digital - Kalkulator 26
- Penggaris - Template sefalometri - Komputer
Gambar 10. Kaliper digital (merek Strauss)
4.6 Definisi Operasional Variabel a. Lebar mesiodistal geligi, dengan cara: Mengukur pada titik kontak anatomi yang paling lebar. b. Lebar Lengkung Anterior, dengan cara: Mengukur dari distal kaninus ke distal kaninus yaitu pada titik kontak antara kaninus dan premolar pertama. c. Panjang Lengkung Anterior, dengan cara: Mengukur dari garis tengah ke distal kaninus tiap kuadran. d. Inklinasi gigi incisivus rahang atas dan rahang bawah, dengan cara: Mengukur sudut antara garis N-A dan garis aksial insisivus rahang atas. Mengukur sudut antara garis N-B dan garis aksial insisivus rahang bawah.
27
Insisivus rahang atas
Insisivus rahang bawah
Gambar 11. Skema pengukuran inklinasi gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah (Jacobson, 1995)
d. Kedalaman Lengkung Anterior, dengan cara: Menggunakan rumus : BD =
ED2 + DF2 _ EF2 √ 2 4
Maksila
Mandibula
Gambar 12. Skema pengukuran bentuk lengkung geligi (Bailey, 1998) 28
e. Indeks Bentuk Maksila, dengan cara: Membagi Kedalaman Lengkung Anterior maksila dengan setengah dari Lebar Lengkung Anterior maksila. f. Indeks Bentuk Mandibula, dengan cara: Membagi Kedalaman Lengkung Anterior mandibula dengan setengah dari Lebar Lengkung Anterior mandibula. g. Rasio Bentuk, dengan cara: Membagi Indeks Bentuk Mandibula dengan Indeks Bentuk Maksila. h. Bentuk Kasus, dengan cara: Perkalian antara Indeks Bentuk Mandibula dengan Indeks Bentuk Maksila. i. Rasio Bolton Anterior, dengan cara: RBA = Jumlah lebar mesiodistal enam geligi rahang bawah Jumlah lebar mesiodistal enam geligi rahang atas RBK = Jumlah lebar mesiodistal 12 geligi rahang bawah Jumlah lebar mesiodistal 12 geligi rahang atas
x
x
100%
100%
4.7 Analisis Kesalahan Pengukuran Analisis kesalahan pengukuran dilakukan untuk mengukur kemampuan pengulangan pengukuran oleh peneliti. Houston menyatakan bahwa pengukuran minimal pada 25 sampel untuk mendeteksi secara statistik bermakna apakah ada kesalahan pengukuran (Houston, 1983).
29
4.8. Alur Penelitian
4.9 Rencana Manajemen dan Analisis Data Data diambil dari hasil pengukuran pada model studi hasil cetakan geligi rahang atas dan bawah pasien yang kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS kemudian dianalisis. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Rasio Bolton Anterior, bentuk lengkung geligi anterior dan inklinasi gigi anterior, digunakan uji korelasi, kemudian dilakukan uji regresi untuk membuat indeks rasio sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bentuk lengkung geligi anterior antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan, antara laki-laki dan perempuan serta perbedaan inklinasi gigi antara kasus pencabutan dan tanpa pencabutan digunakan uji t. 30
DAFTAR PUSTAKA
Akyalcin S, Dogan S, Dincer B, Erdinc A, Oncag G. 2006. Bolton tooth size discrepancies in skeletal class I individuals presenting with different dental angle classification. Angle Orthodontist;76(4):637-42. Al-Abdwani R, Moles D, Noar J. 2009. Change of incisor inclination effects on points A and B. Angle Orthodontist;79(3):462-7. AlHarbi S, Alkofide E, AlMadi A. 2008. Mathematical analysis of dental arch curvatura in normal occlusion. Angle Orthodontist;78(2):281-6. Bailey L.A. 1998. The Bolton Analysis Revisited, Canada, Program Pasca Sarjana Universitas Alberta. Basaran G, Selek M, Hamamci O, Akkus Z. 2006. Intermaxillary Bolton tooth size discrepancies among different malocclusion groups. Angle Orthodontist;76(1):26 Basavaraj S.P. 2011. Orthodontic principles and practice. Jaypee Brother Medical Publishers Ltd: 4, 79, 98, 114, 125, 182. Bernabe E, Sheiham A, Oliveira C. 2008. Condition-spesific impacts on quality of life attributed to malocclusion by adolescents with normal occlusion and class I, II and III malocclusion. Angle Orthodontist;78(6):977-81. Bishara S. 2001. Textbook of orthodontics. W.B. Saunders Company:61-5. Bolton W.A. 1958. Disharmony in tooth size and its relation to the analysis and treatment of malocclusion. Angle Orthod:113-30.
31
Cao L, Zhang K, Bai D, Jing Y, Tian Y, Guo Y. 2011. Effect of maxillary labiolingual and anteroposterior position on smiling pofile esthetics. Angle Orthodontist; 81(1): 121-8. Crosby DR, Alexander CG. 1989. The occurrence of tooth size discrepancies among different malocclusion group. Am J Orthod Dentofac Orthop;95(6):457-61. Djokosalamoen S. 1977. Group Finding Analysis of Population Morphological Patterns Derived from Dental Study Cast, Inggris, Program Pasca Sarjana Universitas Manchester. Endo T, Abe R, Kuroki H, Oka K, Shmooka S. 2008. Tooth size dicrepancies among different
malocclusion
in
a
Japanese
orthodontic
population.
Angle
Orthodontist;78(6):994-9. Freeman JE, Maskeroni AJ, Lorton L. 1996. Frequency of Bolton tooth-size dicrepancies among orthodontic patients. Am J Orthod Dentofac Orthop;110:247. Gabriel O, Ferrari F, Ozawa T. 2008. Dental arch dimension in class II division I malocclusion with mandibular deficiency. Angle Orthodontist;78(3):466-73. Hassan R, Rahimah A. 2007. Occlusion, malocclusion and method of measurement an overview. J Orofacial Sci;2: 3-9. Halazonetis DJ. 1996. The Bolton ratio studied with the use of spreadsheet. Am J Orthod Dentofac Orthop;109:215-9. Hong Q, Koirala R, Jun T, Li-na Y, Takagi S, Kawahara K, Kishimoto E, Shimizu T, Takamata T, Nakano K, Okafuji N. 2008. A study about tooth size and arch width measurement. J Hard Tissue Biology;17(3):91-8. 32
Houston W. 1983. The analysis of errors in orthodontics measurement. Am J Orthod Dentofacial Orthop;83:382-390. Jacobson
A.
1995.
Radiographic
cephalometry.
Hongkong;
Quintessence
Publishing:80-82. John J, Lin J. 2007. Creative orthodontics. Elite Color Print: 123. Magalhaes IB, Pereira LJ, Marques LS, Gameiro GH. 2010. The influence of maloccusion on masticatory performance. Angle Orthodontist;82(3):495-9. Mahony G, Millet D, Barry M, McIntyre G, Cronin H. 2011. Tooth size discrepancies in irish patients among different malocclusion groups. Angle Orthodontist;81(1): 130-3. Manke M, Miethke RR. 1983. Size of anterior Bolton index and frequency of the Bolton discrepancies in the anterior tooth segment in untreated orthodontic patients;44(1):59-65. McLaughlin, Bennett, Trevisi. 2002. Systemized orthodontic treatment mechanics. Mosby: 3-10. Mitchell L. 2007. An introduction to orthodontics. 3rd edition. Oxford University Press: 2-10. Miyake H, Ryu T, Himuro T. 2008. Effect on the dental arch form using a preadjusted appliance with premolar extraction in class I crowding. Angle Orthodontist;78(6):1043-8. Nanda R, 2005. Biomechanic and esthetic strategies in clinical orthodontics. Elsevier Saunders: 38-54. Nanda R. 2010. Current therapy in orthodontics. 1st edition. Mosby Elsevier: 27-9. 33
Neff CW. 1957. The size relationship between the maxillary and mandibular anterior segments of the dental arch. Angle Orthod;27:138-47. Nourallah A, Splieth C, Schwahn C, Khurdaji M. 2005. Standardizing interarch toothsize harmony in a syrian population. Angle Orthodontist;75(6):996-8. Ong E, Ho C, Miles P. Alignment efficiency and discomfort of three orthodontic archwire sequence: a randomized clinical trial. J of Orthod;38:32-9. O’Higgins. 1999. The influence of maxillary incisor inclination on arch length. J Orhod;26(2):97-102. Othman S, Harradine N. 2007. Tooth size discrepancies in an orthodontic population. Angle Orthodontist;77(4):668-74. Paulsson L, Soderfeldt B, Bondenmark L. 2008. Malocclusion traits and orthodontic treatment needs in prematurely born children. . Angle Orthodontist;78(5):786-9. Proffit W.R. 2007. Contemporary orthodontics. 4th edition. Mosby Elsevier: 167-9. Raberin M, Laumon B, Martin JL, BrunnerF. 1993. Dimension and form of dental arches in subjects with normal occlusion. Am J Orthod Dentofac Orthop;104:6772. Rasool G, Kundi I. 2009. Comparison of dental arch dimension among various malocclusion cases. J Med Sci;17(2):71-7. Staley R.N. 2011. Essentials of orthodontics. Blackwell Publishing Ltd: 6-10. Steyn CL, Harris AMP, du Preez RJ. 1996. Anterior arch circumference adjustmenthow much? Angle Orthod;66(6):457-62. Stifter JA. 1958. A study of Pont’s, Howees’, Rees’, Neff’s and Bolton’s analysis on Class I adult dentition. Angle Orthod;28:215-225. 34
Tayer BH. 1992. The asymetric extraction decision. Angle Orthod;62(4):291-7. Todesse P, Zhang H. 2008. A clinical analysis of tooth size discrepancy (Bolton Index) among orthodontics patient in Wuhan of Central China. J Huazong Univ Sci Technol; 28(4):491-4. Tome W, Yashiro K, Takada K. 2009. Orthdontic treatment of malocclusion improves impaired skillfulness of masticatory jaw movements. . Angle Orthodontist;79(6):1078-83. Trenggonowati JR. 1995. Dimorfisme seksual pada gigi, Surabaya, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
35