BAB III PEMBALASAN AMAL PERBUATAN DALAM AGAMA ISLAM
A. Pengertian Pembalasan Amal Perbuatan Pembalasan amal perbuatan terdiri dari tiga kata atau istilah, yaitu pembalasan, amal dan perbuatan. Kata pembalasan adalah berasal dari kata dasar “balas” dan mendapat awalan “pe” dan ahiran “an”. Balasan itu sendiri mempunyai arti jawaban, sambutan (atas perbuatan yang dilakukan kepadanya), apabila kata balasan dikaitkan dengan perbuatan, maka pembalasan adalah hukuman untuk membalas sakit hati atau perbuatan jahat dan diberikan untuk membalas kebaikan.
1
Apabila awalan “pe” dan ahiran
“an” dirangkaikan dengan balasan menjadi pembalasan yaitu suatu hal (cara, perbuatan). Sedangkan kata amal adalah sebuah perbuatan, pekerjaan. Sebuah perbuatan baik dan buruk dan segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan.2 Kata perbuatan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat), tingkah laku manusia.3 Kata perbuatan juga sering dikatakan prilaku yang mempunyai arti tindakan, cara berbuat atau perbuatan dari seseorang yang kesehariannya tidak lepas dari aktivitas. 4 Kata prilaku seringkali kita ucapkan untuk menilai seseorang dalam tingkah laku, dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya istilah tersebut berkaitan dengan perbuatan manusia dimana akan menghasilkan penilaianpenilaian pada setiap tingkah laku manusia tersebut sebagai akibat dari perbuatannya.
1
Tim Penyusun Kamus, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1986,
hlm. 80. 2
Ibid., hlm. 33. Ibid., hlm. 81. 4 Oemar Bakry, Akhlak Muslim, Bandung: Angkasa, 1986, hlm. 10. 3
33
34
Dalam agama Islam, mengenai pembalasan amal perbuatan dikaitkan dengan hari akhirat. Dimana menurut Teungku Muhammad Hasbi ashShidiqqy, hari akhirat adalah pembalasan yang ada pada hari itulah Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu. 5 Menurut Murtadha Muthahhari bahwa pembalasan amal adalah perhitungan atas perbuatan baik dan buruk, pemberian pahala kepada orangorang yang melakukan kejahatan. 6 Menurut Anwar Harahap bahwa pembalasan adalah setiap orang setelah dihisab atau diadili, akan mendapat pembalasan dari apa saja yang mereka perah lakukan dalam hidupnya di dunia. Perbuatan yang baik akan dibalas Allah dengan kebaikan, sedangkan perbuatan jahat atau jelek dibalas dengan kejahatan yang setimpal dengan perbuatan itu. 7 Berbicara mengenai amal perbuatan dan balasan, didalamnya maka kita akan menemukan bahwa setiap prilaku, tingkah laku, perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari baik itu prilaku baik atau buruk, perbuatan itu akan menghasilkan penilaian-penilaian pada tingkah laku manusia yang nantinya akan diberi ganjaran atau balasan sebagai akibat dari perbuatannya. Disini mengenai perbuatan manusia, manusia diberi kebebasan untuk memilih, manusia dapat berbuat atau berkehendak apa saja tetapi harus bertanggung jawab karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang bertanggung jawab.8 Manusia diberi kebebasan untuk memilih perbuatan baik atau buruk, perbuatan yang hendak dilakukan dan diperintahkan untuk memelihara perbuatan tersebut. Firman Allah dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 281:
5
Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Al Islam 1, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1998, hlm. 334. 6 Murthadha Muthahhari, Keadilan Illahi (Asas Pandangan-Dunia Islam), Bandung: Mizan, 1992, hlm. 181. 7 Anwar Harahap, Menuju Hari Abadi, Jakarta: Pustaka Widyasarana, 1993, hlm. 18. 8 Sarwito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 21
35
ﻢ ﹶﻻ ﻫ ﻭ ﺖ ﺒﺴ ﺎ ﹶﻛﺲ ﻣ ٍ ﻧ ﹾﻔ ﻮﻓﱠﻰ ﹸﻛﻞﱡ ﺗ ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻴ ِﻪ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹸﺛﻢﺟﻌ ﺮ ﺗ ﺎﻮﻣ ﻳ ﺗﻘﹸﻮﺍﺍﻭ (281 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.ﻮ ﹶﻥﻳ ﹾﻈﹶﻠﻤ Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. Al-Baqarah: 281)9 Ayat ini sangat luas pengertiannya hingga pengertian perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan yang baik maupun yang buruk. Allah menegaskan bahwa setiap diri akan diberi balasan di hari kemudian sesuai dengan apa yang diperbuatnya di dunia,sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu dengan sendirinya akan diberi imbalan yang adil bahkan termasuk pula perbuatan baik akan mendapatkan imbalan. surat Al Baqoroh ayat 286 :
. ..ﺖ ﺒﺴ ﺘﺎ ﺍ ﹾﻛﺎ ﻣﻴﻬﻋﹶﻠ ﻭ ﺖ ﺒﺴ ﺎ ﹶﻛﺎ ﻣﺎ ﹶﻟﻬﻌﻬ ﺳ ﻭ ﺎ ِﺇﻻﱠﻧ ﹾﻔﺴ ﻪ ﻒ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﹶﻜﻠﱢ ﹶﻻ
(286 :)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ
Artinya: “Allah tidak memberi tugas kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya: ia mendapatkan pahala bagi apa yang diperbuatnya dan mendapatkan siksa atas apa yang diperbuatanya juga…”. (QS. Al-Baqarah: 286) 10 Kekuasaan
ayat
ini
ditandai
dengan
kata
nafasa
perbuatan
diungkapkan dengan dua bentuk pertama, kasaba yang berarti baik dan perbuatan kedua dengan iktasaba yang dimaksudkan dengan perbuatan yang tidak baik.
9 Yayasan Penyelengara dan Penterjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan , Jakarta: Departemen Agama RI, 1971, hlm.70. 10 Ibid, hlm.72.
36
Ditegaskan Allah, bahwa perbuatan baik menjadi pahala dan perbuatan buruk menjadi beban, dikemukannya setelah kewajiban itu sesuai dengan kemampuan manusia, sehingga perbuatan tersebut dapat dikaitkan dengan kewajiban. Maroghi dalam kitab tafsir Al-Maroghi menyebutkan bahwa kewajiban itu adalah ketaatan dan penerimaan atas apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad.11 Penafsiran ini nampaknya mengkaitkan perbuatan itu dengan ayat sebelumnya yang menyebutkan bahwa rosul Muhammad menerima baik apa yang diturunkan kepadanya dan orang-orang mukmin pun demikian, menerima baik apa yang diturunkan, yakni ketaatan adalah pemenuhan kewajiban. Berbuat demikian merupakan kebaikan dan berbuat yang sebaliknya merupakan kejelekan keduanya merupakan termasuk perbuatan manuisia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diberi kebebasan dalam melakukan perbuatan, maka manusia merupakan salah satu komponen yang dikendalikan oleh Tuhan dalam hal perbuatan, karena Tuhan kuasa atas manusia, sehingga apa yang dikerjakan oleh manusia itu merupakan kehendak yang ditentukan oleh Tuhan hal ini bisa dikatakan Allah-lah yang menciptakan segala perbuatan manusia.12 Perbuatan manusia diciptakan Tuhan sebagaimana gerak yang diciptakan Tuhan dalam benda-benda mati. Oleh karena itu manusia dikatakan “berbuat” bukan dalam arti yang semuanya, tetapi dalam arti kiasan.13 Perbuatan manusia itu terpaksa diluar kemampuannya. Hal ini sebagaimana keadaan bulu ayam yang terbang kemana arah angin yang bertiup atau sepotong kayu ditengah lautan yang mengikuti arah hempasan ombak dan badai. 14
11
Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Tasir Maroghi, Bairut: Dar al-Fikr, t. th., Jilid I. hlm. 85. Taib Thahir Abd Mu’in, Ilmu Kalam, Jakarta: Widjaya. cet XII. 1997. hlm. 101. 13 Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI, cet V, 1986, hlm. 34. 14 Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali Press, Cet I, 1991, 12
hlm. 1.
37
Hal ini bisa dikatakan bahwa perbuatan manusia itu juga Tuhan adanya, karena Tuhan yang menciptakan dan memelihara segala kekuatan alam ini, termasuk kehendak manusia. juga Tuhan-lah yang menciptakan kekuatan yang menggerakan kehendak manusia, Dia mengetahui sebelumnya apa yang akan dilakukan oleh kekuatan-kekuatan itu dan berbagai peristiwa yang akan dihasilkannya. Wacana diatas ini membuktikan, bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini adalah makhluk ciptaan Tuhan. Pada tingkatan ini, kebebaasan semakin kecil bahkan manusia terpaksa atas perbuatan baik itu yang disengaja atau pun tidak disengaja. Dari uraian dan beberapa pendapat mengenai pembalasan amal perbuatan,ditarik kesimpulan bahwa pembalasan amal ada kaitannya dengan akhirat. Dimana pembalasan amal perbuatan adalah pemberian atau balasan atas apa yang pernah dilakukan atau diperbuat di dunia, apabila perbuatan itu baik akan diberi pahala dan apabila perbuatan itu jelek akan diberi siksa. B. Dasar Pembalasan Amal Perbuatan dalam Al Qur'an dan Al Hadis Mengenai dasar ajaran pembalasan dalam agama Islam ada kaitannya dengan akhirat dan ini terkait pada rukun iman yakni iman kepada hari akhir. Dengan meyakini dan mengimani hari akhir, maka akan memperkuat kepercayaannya terhadap kehidupan akhirat dan percaya bahwa setelah orang meninggal dunia tidak berhenti sampai disitu saja tapi masih menjalankan kehidupan sesudah mati untuk mendapatkan balasan atas perbuatannya di dunia. Dalam agama Islam, hari akhirat disebut juga dengan eskatologi. Kepercayaan terhadap akhirat mempunyai posisi yang penting sekali, sebab ini merupakan rukun iman (6 rukun iman) yang harus diimani oleh setiap pemeluk agama Islam.
38
Mengapa kepercayaan tentang kehidupan akhirat sangat penting? Karena semakin besar kepercayaan orang bahwa perbuatan baik atau buruk akan mendapat balasan, maka semakin besar pulalah kekuatan yang mendorong manusia untuk menjauhi diri dari sebuah perbuatan. Jadi beriman terhadap akhirat mengandung arti bahwa tiap-tiap perbuatan, baik dilakukan secara terang maupun secara rahasia, pasti ada akibatnya. Dengan demikian kepercayaan ini akan memberi dorongan yang kuat untuk menjalankan perbuatan baik dan mulia, serta menjauhkan diri dari perbuatan jahat dan sewenang-wenangan.15 Demikianlah terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir (hari kemudian). Memang keimanan kepada Allah tidak akan sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motifasinya dengan keyakinan tentang hari kemudian karena kesempurnaan ganjaran dan balasan hanya ditentukan di hari kemudian. Dasar ajaran atau sumber hukum yang pertama tentang hidup sesudah mati dan pembalasan amal perbuatan serta semua hal yang dihadapinya di akhirat ini merujuk dari Al Qur’an dan Al hadis sebagai hukum qath’i bagi umat Islam. 1. Al Qur’an Al Qur’an sebagai hukum qath’i seluruhnya bersifat pasti dari segi kehadirannya, ketepatannya dan periwayatannya dari Rosulullah kepada kita. Maksudnya, kita memastikan bahwa setiap Al Qur’an yang kita baca itu adalah hakikat nash Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Rosul-Nya, kemudian Rasul-Nya menyampaikan kepada umatnya tanpa
15
1997, hlm.
Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Dinnul Islam), Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,
39
ada perubahan dan tidak ada pula pergantian. 16 Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 9:
(9 : )ﺍﳊﺠﺮ. ﻟﹶﺤ ِﻔﻈﹸﻮ ﹶﻥﺎ ﹶﻟﻪﻭِﺇﻧ ﺮ ﻛ ﺎ ﺍﻟ ﱢﺬ ﹾﺰﹾﻟﻨ ﻧ ﺤﻦ ﻧ ﺎِﺇﻧ Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur'an sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.17
dan
Sebagai dasar ajaran yang pertama Al Qur’an memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap permasalahan terhadap hari akhir yang berkaitan erat dengan pembalasan dan peristiwa yang akan dihadapi manusia setelah mati sehingga menambah kepercayaan kita dan kemantapan keimanan kita pada hari akhir itu. . Dari dasar ajaran mengenai pembalasan amal perbuatan yang pertama adalah Al Qur’an yang dapat dilihat dalam surat Al Waqiah, surat Al Haqqah, dan surat Ghaasyiyah. Dimana dalam surat Al Waqiah yang menguraikan tentang hari kiamat serta penjelasan tentang apa yang akan terjadi di bumi serta kenikmatan yang akan diperoleh orang-orang yang bertakwa dan apa yang akan dialami oleh para pendurhaka.18 Dan dalam surat Al Haqqah juga mengambarkan tentang kedahsyatan hari kiamat serta ancaman kepada mereka yang meragukan keniscayaannya.19 Dari uraian surat di atas jelas bahwa Al Qur’an adalah sumber pokok ajaran hari akhir dan itu semua yang dihadapinya benar-benar sumber yang tidak dapat disangkal lagi oleh orang-orang yang beriman, kecuali orang-orang yang mengingkari hari akhir. Dan ini bukti bahwa keimanan mengambil tempat yang tidak sedikit dalam Al Qur’an, dimana ayat yang pertama adalah uraian dan bukti tentang keesaan Tuhan dan
16
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994, hlm. 36. Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 391. 18 Quraish Shihhab, Tafsir al Misbath (Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an), Jakarta: Lentera Hati, 2003, hlm. 51. 19 Ibid., hlm. 407. 17
40
kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir.
20
Dimana
mengenai hari akhir Al Qur’an hampir tidak sesurat pun yang tidak memuat pembahasan itu. Diuraikan pula hal-hal yang dapat mendekatkan pemahamannya
untuk
jiwa
dan
kalbu,
kadang-kadang
dengan
menggunakan keterangan dan kupasan yang nyata dan kadang-kadang dengan membuat perumpamaan.21 Dimana banyak redaksi yang digunakan Al Qur’an untuk menguraikan hari akhir misalnya: - Yaumul ba’ts yaitu hari kebangkitan, yakni hari dimana manusia dibangkitkan dari kuburnya. 22 - Yaumul fashli yaitu hari dimana dipisahkan orang-orang yang benar dan salah dan didapatkan amal kebaikan dan kejahatan.
23
Surat Al Dukhan
ayat 40.
(40 : )ﺍﻟﺪﺧﺎﻥ.ﲔ ﻤ ِﻌ ﺟ ﻢ ﹶﺃ ﻬﺼ ِﻞ ﻣِﻴﻘﺘ ﻡ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻮ ﻳ ِﺇﻥﱠ Artinya: “Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang di janjikan bagi mereka semua”. 24 - Yaumul Qiyamah atau hari kiamat disebut juga Yaummuddin yang artinya hari pembalasan, karena pada hari itu setiap manusia menerima balasannya yang baik dan buruk. 25 Firman Allah Al Infithor: 17-18.
(18 : )ﺍﻹﻧﻔﻄﺎﺭ.ﻳ ِﻦ ﺍﻟﺪﻮﻡ ﻳ ﺎﻙ ﻣ ﺍﺩﺭ ﺎ ﹶﺃ ﻣﹸﺛﻢ Artinya: “Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi tahukah kamu apakah hari pembalasan itu”. 26
20
Quraish Shihhab, Wawasan al Qur’an (Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan Umat), Bandung: Mizan, 1994, hlm. 80. 21 Sayyid Sabiq, Akidah Islam (Ilmu Tauhid), Bandung: Diponegoro, 1978, hlm. 431. 22 Ibid., hlm. 432. 23 Ibid. 24 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 811. 25 Sayyid Sabiq, loc. cit. 26 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 1033.
41
- Yaumul Jaza’ yakni hari pembalasan.
27
Firman Allah dalam surat Al
Mukmin ayat 17:
ﻪ ﻡ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻮ ﻴﻢ ﺍﹾﻟ ﺖ ﹶﻻ ﻇﹸ ﹾﻠ ﺒﺴ ﺎ ﹶﻛﺲ ِﺑﻤ ٍ ﻧ ﹾﻔ ﻯ ﹸﻛﻞﱡﺠﺰ ﺗ ﻡ ﻮ ﻴﺍﹾﻟ (17 : )ﺍﳌﺆﻣﻦ.ﺏ ِ ﺎﺤﺴ ِ ﻊ ﺍﹾﻟ ﺳﺮِﻳ Artinya: “Pada hari itu tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang di usahakannya, tidak ada yang diragukan pada hari itu, sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.”28 Dan masih banyak lagi istiah-istilah hari akhir di dalam Al Qur’an. Al Qur'an juga tidak jarang menyebutkan kedua hal itu saja untuk mewakili rukun iman lainnya, Surat Al Maidah ayat: 69 sebagai berikut:
ﻮ ِﻡ ﻴﺍﹾﻟﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ﻭ ﻣ ﻦ ﺃ ﻣ ﻯﺎﺭﻨﺼﺍﻟﺎِﺑﺌﹸﻮ ﹶﻥ ﻭﺍﻟﺼﻭﺍ ﻭﺎﺩﻦ ﻫ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻮﺍ ﻭﻣﻨ ﻦ ﺃ ِﺇﻥﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ (69 : )ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ.ﻮ ﹶﻥﺰﻧ ﺤ ﻳ ﻢ ﻫ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﻑ ﻮ ﺧ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﺎِﻟﺤﻋ ِﻤ ﹶﻞ ﺻ ﻭ ﺍﻷ ِﺧ ِﺮ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, sabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak pula mereka bersedih hati”.29 2. Al Hadits Dasar ajaran mengenai pembalasan amal perbuatan yang kedua adalah Al Hadits. Hadis adalah sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, pernyataan, perbuatan dan sifat-sifat dan keadaan Nabi saw yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada Beliau saja tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat,
27
Sayiyd Sabiq, loc. cit. Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 761. 29 Ibid., hlm. 172. 28
42
tidak pula kepada tabi’iy.30 Dan al hadis juga sebagai sumber yang qat’i yaitu sunah yang pasti kedatangannya dari Rosulullah, yang tidak diragukan.31 Diantara Hadits yang memperkuat bahwa perbuatan manusia pasti akan mendapat balasan antara lain:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﳊﺴﻦ ﺑﻦ ﺍﰊ ﻳﺰﻳﺪ ﺍﳍﻤﺪﺍﱐ ﻋﻦ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﲪﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﻴﻊ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ:ﺛﻮﺭ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ ﻣﻌﺪﺍﻥ ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫﺑﻦ ﺟﺒﻞ ﻗﺎﻝ ،ﻤﻪ ﻌﹶﻠ ﻳ ﻰﺣﺘ ﺖ ﻤ ﻳ ﻢ ﺐ ﹶﻟ ٍ ﻧﻩ ِﺑ ﹶﺬ ﺎﺮ ﹶﺃﺧ ﻴﻦ ﹶﻏ ﻣ :ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ( )ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ.ﻨﻪﺏ ِﻣ ﺎﺪ ﺗ ﺐ ﹶﻗ ٍ ﻧﻦ ﹶﺫ ِﻣ:ﺪ ﻤ ﺣ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ Artinya: “Telah menceritakan kepada saya Ahmad ibnu Mani’, telah menceritakan kepada saya Muhammad ibnu Hasan, Ibnu Abi Yazid al-Hamdani dari tsaur Ibnu Yazid dari Khalid ibn Ma’dan dari Mu’ad ibn jabal berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menjelek-jelekan saudaranya atas suatu perbuatan dosa maka dia tidak akan mati sebelum melakukan perbuatan tersebut.” (HR Tirmidzi)32 Dari uraian diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa pembalasan amal perbuatan dan hari akhir, bukan semata-mata cerita yang tidak nyata tapi peristiwa tersebut pasti ada dan hal itu di dasarkan pada Al Qur’an dan Hadis. C. Macam-macam Pembalasan Amal Perbuatan dalam Agama Islam Macam-macam pembalasan amal perbuatan dalam agama islam dibagi menjadi dua,yaitu: (1) Hukuman di dunia (2) Hukuman di akhirat.
30
Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahu’l Hadits, Bandung: Al Ma’arif, 1970, hlm. 6. Abdul Wahhab Khallaf, op. cit., hlm. 40. 32 Sayid Ahmad al-Hasyim, Mukhtar al-Hadits al-Nabawiyah wa al-Hikam alMuhadiyah, Semarang: Dar Ihya, t.th, hlm. 164. 31
43
1. Hukuman di Dunia Hukuman yang terjadi di dunia terbagi menjadi dua, yaitu a. Hukuman yang bersifat peringatan dan pelajaran. Jenis hukuman yang pertama adalah ketentuan-ketentuan hukuman yang tersebar ditengah-tengah masyarakat yang dibentuk, baik melalui undang-undang Illahi atau non-Illahi. Mengenai hukuman yang bersifat peringatan dan pelajaran, itu terjadi di dunia ini kadang kita tidak sadari bahwa derita yang kita alami adalah peringatan dari Allah dan untuk dijadikan pelajaran dan itu kadang kita menganggapnya sebagai musibah dan ujian yang selalu menimpa dan itulah hukuman dibentuk melalui undang-undang Illahi. Contoh saja seseorang yang selalu bertakwa dan beriman ia di timpa musibah dan menderita sakit bagaimana ia akan menjalani masalah tersebut apakah ia akan memetik musibah tersebut sebagai pelajaran ataukah akan sebagai musibah belaka. Mengenai hukuman yang dibentuk melalui undang-undang non Illahi atau yang dibentuk oleh pemerintah yang berlaku di negara ini yang harus dipatuhi dengan demikian, undang-undang mengenai hukuman ini merupakan keharusan dalam mendidik pelaku kejahatan. Orang-orang yang menyerukan agar hukuman diganti dengan pendidikan dan menyarankan dibentuknya pusat-pusat rehabilitsi untuk menggantikan
penajara-penjara
adalah
orang yang
melakukan
kekeliruan dalam memahami masalah ini. Oleh karena itu kita tidak menolak urgensi pendididikan dan keharusan didirikan lembaga rehabilitasi tersebut. Pendidikan dapat menekan laju kejahatan sebagimana ketimpamngan sosial pun akan mendorong timbulnya kejahatan. Dan tidak diragukan bahwa kokohnya sistem ekonomi dan budaya akan dapat memperkecil jumlah kejahatan. Semuanya itu benar, tetapi masing-masing tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
44
Pendidikan membutuhkan hukuman yang adil, dan sistem yang adil juga membutuhkannya. Demikian pula halnya hukuman saja tidaklah cukup tanpa adanya pendidikan yang mantap dan sistem sosial yang adil.33 Betapapun manusia mendapatkan pendidikan yang tinggi dan betapapun adil dan kokohnya suatu soistem sosial, toh akan tetap ada orang yang melakukan kejahatan dan kesewenang-wenangan yang tidak mungkin bisa kita cegah kecuali dengan hukuman yang kadangkadang harus berat dan keras. Benar, dengan meningkatkan iman dan pendidikan yang benar, dan dengan melakukan perbaikan sosial, kita dapat menghilangkan sebab-sebab terjadinya kejahatan dan memperkacil jumlah kejahatan dan tindak pidana sedemikian rupa, dan kita pun harus terus menggunakan cara-cara tersebut. Namun kita pun tidak bisa mengingkari peranan hukuman dan siksaan dalam proposisinya yang tepat, dan kita tidak mungkin dapat menempatkan sesuatu yang lain untuk menggantikan kedua media tersebut. Misalnya, dulu pencurian hanya berkisar pada pencurian dan pencopetan dari saku, tetapi sekarang para pencuri melakukan seribu macam pencurian dengan cara terang-terangan atau dengan cara sembunyi-sembunyi, dan yang dilakukan secara terang-terangan tidak saja menyangkut barang-barang yang tidak berharga tetapi meliputi barang-barang yang berharga. Dari bukti-bukti diatas, jelas kita bisa menarik kesimpulan bahwa hukuman-hukuman yang bisa mendidik adalah suatu keharusan dan faedah bagi masyarakat manusia. Hanya saja, seperti telah dikatakan,
para
peletak
hukum
harus
keseimbangan antara kejahatan dan hukuman.
33 34
Murthadha Muthhari, op. cit.,hlm. 191. Ibid.
memperhatikan 34
aspek
45
b. Hukuman yang memiki kaitan takwiniyah (pembentukan) dan alamiah dengan dosa. Jenis hukuman yang kedua ialah hukuman yang memiliki kaitan sebab akibat dengan dosa, artinya ia merupakan akibat dan hasil wajar darinya. 35 Sebagian besar dari dosa memiliki dampak sektoral yang diinginkan oleh pelakunya di dunia ini. Misalnya peminum khamer, selain memiliki bahaya sosial yang akan menimpa dirinya juga akan mengalami kesulitan-kesulitan psikologis dan psikis, seseorang peminum khamer sarafnya akan terganggu, paru-parunya akan rusak, dan detak jantungnya menjadi kacau. Begitu juga perbuatan zina, akan menyebabkan pelakunya terkena penyakit dan di lingkungan masyarakat dia akan di kucilkan. Akibat-akibat diatas merupakan dampak subtansial dosa, bukan sebagai hukuman yang berdasarkan undang-undang, sehingga orang yang mengatakan bahwa disitu harus ada kesesuaian antara dosa dan hukuman. Seandainya ada seorang yang meminum racun yang mematikan dan tidak menghiraukan nasehat orang lain sehingga mati, maka kematian tersebut adalah akibat alamiah, dan merupakan konsekuensinya logis. Dari minum racun adalah suatu kesalahan besar apabila dikatakan “jangan meloncat dari puncak gunung atau minum racun adalah sebab, dan kematian adalah akibatnya. Pengaruh dari sebab tersebut adalah akibat berupa kematian tersebut dan tidak bisa lain dari itu. Persoalan relefansinya antara dosa dan hukuman adalah berkaitan dengan persoalan hukuman peringatan yang setimpal yang hubungannya dengan dosa dan terjadi melalui kesejalanan dengannya, dan bukan hubungan realistis maupun subtansial. Sedangkan hukuman alamiah adalah hukuman yang merupakan akibat yang melekat pada perbuatan tersebut. Seperti yang telah penulis jelaskan diatas bahwa 35
Ibid., hlm. 192.
46
dunia musim menanam, sedangkan akhirat adalah menuai, tetapi hasil dan akibat sebagaian amal dapat dilihat di dunia ini. Dan jelas buah dari amal seperti ini merupakan bagian hukuman, dan itu bukan hukuman yang sempurna, sebab hukuman yang sempurna dan perhitungan yang akurat hanya ada di akhirat. Dunia adalah tempat beramal dan kadang-kadang didalamnya dapat disaksikan sebagian dari balasan. Sedang akhirat adalah tempat khusus untuk mendapatkan balasan dan perhitungan tanpa sedikitpun berkesempatan untuk beramal. Perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan penciptaan, baik berupa pelayanan terhadap sesama mahluk atau sebaliknya. Maka perbuatan-perbuatan tersebut akan diberi pahala atau siksa tanpa mengurangi pahala dan hukuman yang akan diterimanya di akhirat kelak.36 2. Hukuman di Akhirat Masalah pembalasan amal pebuatan adalah sebuah persoalan yang muncul dalam masalah keadilan Tuhan, perhitungan atas perbuatan baik dan buruk, pemberian pahala kepada orang-orang yang melakukan kebaikan dan hukuman kepada orang-orang yang melakukan kejahatan, semuannya merupakan fenomena keadilan Tuhan. Pendapat yang sering kita dengar dan kenal selama ini menyatakan bahwa diantara dalil-dalil yang digunakan untuk menetapkan adanya hari akhirat adalah bahwa sepanjang Allah disebut sebagai yang Maha Adil dan Maha Bijaksana, maka Dia tidak mungkin membiarkan perbuatan manusia tanpa diperhitungkan dan tidak diberi pahala, tidak diberi siksa.
37
Imam
Ali as, mengatakan sekalipun Allah menangguhkan (siksa bagi) orang zalim, itu tidak berarti bahwa Dia tidak akan menyiksanya, Dia selalu
36 37
Murthadha Muthhari., op. cit., hlm. 192 Ibid., hlm. 181.
47
mengawasinya, menghalangi jalan larinya, dan selalu berada dekat dengannya, lebih dekat dari urat lehernya.38 Sebelum kita menguraikan macam pembalasan amal perbuatan di akhirat, kita lihat dulu fase-fase munuju alam akhirat sebagai tempat pembalasan amal karena hal tersebut ada kaitannya dengan balasan Allah. Kehidupan manusia di dunia ini melewati beberapa tahapan yang tidak bisa dipungkiri lagi oleh siapa pun, dimana diawali dengan masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, masa tua dan masa meninggal dunia.39 Walaupun kadang-kadang kematian datang pada masa-masa yang tidak bisa kita duga karena semua itu telah ditentukan oleh Tuhan. Tahapan yang dilalui oleh manusia dalam dunia ini adalah tahapan dimana manusia dapat bersosialisasi dengan sesama manusia, dan tempat dimana manusia menebar benih perbuatan, baik itu perbuatan baik atau perbuatan buruk, untuk dipanen nanti di alam akhirat.40 Satu-satunya yang memberikan faedah adalah amal-salih yakni perbuatan-perbuatan kebajikan. Nasib dan keadaan seseorang baik sewaktu di dunia ini maupun di akhirat nanti ditentukan oleh amalnya 41 Pada masa meninggal dunia, manusia pun tetap melewati fase-fase yang membawanya menuju ke alam akhirat dimana sebuah tempat bagi, manusia untuk menuai benih yang telah ditanamnya di dunia dan sebagai tempat manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan yang dilakukan di dunia. 42 Fase pertama yang dilalui manusia untuk menuju ke alam akhirat adalah sebuah kematian. Dimana kematian adalah terputusnya keterkaitan antara jiwa dan raga, berikut terpisahnya hubungan antara keduanya,
38
Ibid., hlm. 182. Zainal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya, Jakarta: Reinika, 1993, hlm. 5. 40 Yunan Nasution, Pegangan Hidup 3, Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1981, hlm.204 41 Ibid., hlm. 205. 42 Dalimi Lubis, Alam Barzah (Alam kubur), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 198. 39
48
perubahan keadaan, perpindahan dari satu dunia ke dunia lain.
43
Dan
dengan kematian seseorang beranjak untuk memasuki fase pertama dari hari akhir. Dimana dengan kematian itu nilai hidup ini semakin nampak, seperti yang dikatakan oleh Abdurozak Naufal bahwa kehidupan ini tidak akan diketahui nilai dan harganya yang selalu dipelihara oleh manusia, kecuali dari adanya kematian yang ditakutinya. Rasa takunya kepada kematian menjadikan manusia selalu memelihara hidupnya unuk mencapai nilai yang baik. Mati disini bukan berarti musnah dengan tidak ada lagi kehidupan sesudahnya, melainkan mati hanyalah merupakan peristiwa yang mengantarkan manusia untuk pindah dari kehidupan duniawi menuju kehidupan yang kekal yakni kehidupan akhirat untuk menerima balasan amal yang pernah dilakukan.44 Setelah mengalami kematian, manusia akan menuju ke alam kubur, dimana alam kubur adalah salah satu tempat peristirahatan manusia setelah mati dan alam kubur adalah tempat yang sangat mengerikan dan suram.45 Disamping sebagai fase penting dalam kehidupan akhirat, alam kubur berfungsi sebagai dinding pemisah kahidupan dunia dan kehidupan akhirat, sehingga keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Kehidupan disana bagaikan keberadaan dalam ruangan yang terpisah yang terbuat dari kaca. Kedepan penghuninya dapat melihat hari kemudian, kebelakang dapat melihat kita yang hidup di pentas bumi ini. Selama berada di alam kubur, si mayit telah ditunjukkan dimana kelak tempatnya setelah datangnya hari kebangkitan itu, apabila orang itu termasuk orang yang beriman, maka ditunjukkan kepadanya surga dan 43
Ali Muhammad Lagha, Tamasya Kematian (Kematian Perpisahan Abadi), Bandung: Hikmah, 2004, hlm. 17. 44 Abdurrozak Naufal, terj. Ali Hasan Umar dan Ahmad Chusidi Umar, Yaumul Kiamat, Semarang, Toha Putra, hlm. 63. 45 Allamah Abbas al Qummi, Menuju Akhiirat, Bogor: Cahaya, 2004, hlm. 23.
49
apabila termasuk orang kafir, maka akan ditunjukkan kepada neraka.
46
Dalam hal ini Rosulullah telah bersabda:
ﺛﻨﺎ ﻋﺒﻴﺪﺍﷲ ﺑﻦ, ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪﺍﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﲑ,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺷﻴﺒﺔ ِﺇﺫﹶﺍ: ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ, ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ,ﻋﻤﺮ ﻧﺎﻓﻊ ﻦ ﺶ ِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ ِ ﻌ ﺍﻟﺍ ِﺓ ﻭﻌ ِﺪ ِﻩ ﺑِﺎﻟ ﹶﻔﺪ ﻣ ﹾﻘ ﻋﻠﹶﻰ ِﺮﺽﻢ ﻋ ﻛﹸﺣﺪ ﺕ ﹶﺃ ﺎﻣ ﻫ ِﻞ ﻦ ﹶﺃ ﻤ ﺎ ِﺭ ﹶﻓﻫ ِﻞ ﺍﻟﻨ ﻦ ﹶﺃ ﻭِﺇ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ِﻣ ﻨ ِﺔﳉ ﻫ ِﻞ ﺍ ﹶ ﻦ ﹶﺃ ﻤ ﹶﻓ,ﻨ ِﺔﳉ ﻫ ِﻞ ﺍ ﹶ ﹶﺃ ﻣ ِﺔ ﺎﻡ ﺍﻟ ِﻘﻴ ﻮ ﻳ ﺚ ﻌ ﹶ ﺒﻰ ﺗﺣﺘ ﻙ ﻌﺪ ﻣ ﹾﻘ ﻫﺬﹶﺍ ﹶﻘﻞﹸﺎ ِﺭ ﻳﺍﻟﻨ Artinya: “Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah menceritakan kepada saya: aku diberitahu oleh Abdullah Ibnu Umar, Abdullah Ibnu Umar diberitahu dari Nafiq, dari Umar ra dari Nabi SAW bersabda apabila seseorang dari kamu telah meninggal, maka setiap pagi dan sore selalu ditunjukkan tempatnya apabila ia termasuk ahli surga, maka termasuk ahli surga dan apabila ia termasuk ahli neraka, maka termasuk ahli neraka. Dikatakan inilah tempat ku sampai engkau dibangkitkan di hari kiamat”. (HR. Ibnu Majah)47 Dari hadis diatas, dapat dipahami bahwa selama di alam barzah seseorang telah mengalami beberapa pemeriksaan dan juga telah merasakan sebagian pahala atau siksa sebagai balasan pendahuluan atas amal-amal yang pernah ia lakukan. Pahala atau siksa di alam barzah itu berlangsung terus sampai datangnya hari kiamat. Waktu berada di alam kubur atau barzah yang diawali sejak manusia meninggal dunia sampai datangnya hari kiamat, bagi orang-orang kafir dirasakan sebagaimana telani panjang sehingga berjalan beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun. Mereka merasakan itu karena tak henti-hentinya mendapatkan siksa kubur dan pancaran api neraka, sudah barang tentu
46 47
1427.
Ali Muhammad Lagha, op. cit., hlm. 86. Sunan Ibnu Majjah, Isa al Baby al Khalaby juz II, Mesir, Wassyuroksukhu, t. th., hlm.
50
dapat dibayangkan betapa lamanya menunggu mahkamah yaumal akhirat.48 Berbeda halnya dengan orang mukmin, mereka akan merasakan tinggal dialam barzah itu hanya sehari, karena selama di alam barzah selalu mendapatkan kebagaiaan dan kegembiraan sampai menerima balasan oleh Allah yang akan diberikan kepada mereka atas amal-amal baik yang mereka lakukan selama ini. Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 52:
(52 : )ﺍﻻﺳﺮﺍﺀ.ﻼ ﹶﻗﻠِﻴ ﹰ
ﻢ ِﺇﻻﱠ ﺘﻮ ﹶﻥ ِﺇ ﹾﻥ ﹶﻟِﺒﹾﺜﺗ ﹸﻈﻨﻭ ﻤ ِﺪ ِﻩ ﺤ ﻮ ﹶﻥ ِﺑﺘﺠِﻴﺒﺴ ﺘﻢ ﹶﻓ ﻮ ﹸﻛﺪﻋ ﻳ ﻡ ﻮ ﻳ
Artinya: “Yaitu pada hari dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhinya sambil memujinya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di alam kubur) kecuali sebentar saja”.49 Keadaan dialam barzah ini merupakan sebuah tanda atau pemberitahuan bagi seseorang apakah setelah nanti diadakan perhitungan amal, mereka termasuk orang-orang yang beruntung atau justru sebaliknya. Apabila di alam barzah ini seseorang telah merasakan beberapa kesulitan, maka itu suatu pertanda bahwa untuk fase-fase berikutnya ia akan merasakan kesulitan yang lebih hebat, sebaliknya apabila di alam barzah ia merasakan kemudahan maka untuk fase-fase berikutnya justru lebih mudah. Fase-fase berikutnya untuk menuju alam akhirat adalah kiamat, dimana kiamat adalah suatu yang menyeramkan kengerian yang sangat luar biasa dan dahsyat. Ketakutan akan hari kiamat memang tiada taranya,50 Allah telah menggambarkan hal itu dalam Al Qur’an surat Al A’rof ayat 187:
48
Abdulah Sani, Mahkamah Yaumul Akhirat (digali dari al Qur’an), Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 26. 49 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 431. 50 Allamah Abbas al Qummi, op. cit., hlm. 79.
51
(187 : )ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ. ..ﺽ ِ ﺭ ﺍ َﻷﺕ ﻭ ِ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺖ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﹶﺛﻘﹸﹶﻠ. .. Artinya: “Hari kiamat itu sangat berat (hura-huranya bagi mahkluk) yang dilangit dan dibumi”.51 Kiamat selain peristiwa yang mengerikan juga merupakan hancurnya bumi dan kematian total, yang boleh dikatakan merupakan masa pergantian dunia dan akhirat, akhir kehidupan dunia dan awal kehidupan akhirat. Dalam Al Qur’an maupun Hadis diterangkan bahwa bumi bergoyang begitu hebatnya, gunung-gunung berloncatan seperti belalang yang dikejar-kejar, manusia berlemparan bagai kapas yang beterbangan. Demikian pula dengan matahari, bulan, bintang semuanya pecah berguguran. Semua mahkluk hidup mati serentak, itulah kiamat besar. Alam ini sunyi sepi selama 40 tahun tak ada bunyi, tak ada gerak, tak ada angin berhembus, dan tak ada laut yang beriak, semua beku.52 Sebelum peristiwa itu terjadi terdengarlah suara tiupan sangkakala sebagai tanda akan terjadinya peristiwa kehancuran total yang maha dahsyat dan semua yang ada di bumi dan di langit mengalami kematian. Kemudian Allah mengutus malaikat Isrofil untuk meniup sangkakala yang kedua kalinya disaat itulah semua manusia bangkit, dan mulai dengan adanya kebangkitan dari kubur dimulailah kehidupan baru di akhirat, maksudnya adalah mengembalikan roh manusia dalam tubuhnya yang asli sebagaimana ketika di dunia sekarang ini.53 Firman Allah dalam surat Al Zalzalah ayat 6:
(6 : )ﺍﻟﺰﻟﺰﻟﺔ.ﻢ ﻬ ﺎﹶﻟﻋﻤ ﺍ ﹶﺃﺮﻭ ﻴﺎ ِﻟﺎﺗﺷﺘ ﺱ ﹶﺃ ﺎ ﺍﻟﻨﺭﺼﺪ ﻳ ﻣِﺌ ٍﺬ ﻮ ﻳ
51
Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 253. Anwar Harahap, op. cit., hlm. 117. 53 Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 442. 52
52
Artinya: “Pada hari itu manusia keluar dengan beraneka macam untuk diperlihatkan amal mereka”.54 Setelah manusia dibangkitkan dari kubur dengan rupanya masingmasing manusia semuanya di giring ke Padang Masyar dalam keadaan telanjang dan berkumpul menjadi satu antara laki-laki dan perempuan, namun demikian mereka tidak sempat memperhatikan orang lain, karena mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.55 Pasa saat menusia berdiri menghadap Allah maka pada saat itu pula berlangsungnya perhitungan yakni setiap manusia tanpa kecuali akan dihitung semua perbuatan, perkataan dan gerak geriknya semasa hidupnya di dunia dan dimintai pertanggung jawaban mulai dari yang sekecilkecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Perhitungan atau pengadilan akhirat ini hampir sama caranya dengan pengadilan-pengadilan didunia zaman modern ini. Allah sendiri akan bertindak sebagai hakim tunggal, perhitungan itu dimulai dengan tanya jawab, lalu membaca buku catatan harian, melihat poto-poto, mendengarkan rekaman, nasib mereka pada waktu itu ditentukan oleh amalnya masing-masing dan tidak ada saling tolong menolong. Selanjutnya kepada mereka dibagikan buku catatan amal perbuatan, apabila buku catatan amal yang diterima mereka dengan tangan kanan, maka itu pertanda bahwa ia termasuk orang-orang yang beruntung dan mengalami hisab yang mudah, sebaliknya kalau ia menerimanya dengan tangan kiri, maka ia termasuk orang-orang yang celaka. Setelah itu, untuk menunjukkan keadilannya maka Allah mendirikan al-Mizan (timbangan amal) untuk menimbang amal manusia. Barang siapa yang berat timbangan kebaikannya maka mereka itu orang-orang yang beruntung dan barang siapa yang ringan timbanganya maka mereka termasuk orang yang merugi.
54 55
hlm. 107.
Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 1087. Samsul Rizal Khamid, Jalan ke Khadirat Tuhan, Jakarta: Cahaya Salam, 1995,
53
Dari melihat hasil timbangannya, seseorang bisa mengetahui bagaimana balasan amal yang akan mereka terima nanti. Apakah akan masuk surga atau neraka sebagai balasan atas apa yang ia lakukan di dunia dan terahir baru mereka diperintahkan untuk meniti sebuah jembatan yang membentang diatas neraka menuju surga. Dan disitu akan berlalulah semua orang yang dahulu dan yang datang belakangan, yakni sekembalinya mereka di padang masyahar.
56
Disinilah mulai fase
pembalasan, dimana setiap orang setelah dihisab atau diadili akan mendapat balasan atas apa yang pernah mereka lakukan. Perbuatan yang baik akan dibalas dengan kebaikan, sedang perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan yang setimpal dengan perbuatannya itu dan Allah tidak akan menganiaya hambanya sedikitpun. Allah akan bertindak dengan adil sebagaimana firmannya dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8:
ﺍﺷﺮ ﺭ ٍﺓ ﻤ ﹾﻞ ِﻣﹾﺜﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺫ ﻌ ﻳ ﻦ ﻣ ﻭ .ﺮﻩ ﻳ ﺍﻴﺮﺧ ﺭ ٍﺓ ﻤ ﹾﻞ ِﻣﹾﺜﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺫ ﻌ ﻳ ﻦ ﻤ ﹶﻓ (8-7 : )ﺍﻟﺰﻟﺰﻟﺔ.ﺮﻩ ﻳ Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat balasan-Nya kelak”. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)57 Dari ayat diatas jelas bahwa hisab yang dilakukan Allah adalah hisab yang adil yang ditujukan kepada hamba-hambanya. Maka tiada pengurangan dan tiada pula penganiayaan bagi amal seseorang, serta tiada pilih kasih dan tiada pula perantara, keadaan pada saat itu tidaklah seperti di dunia.58 Sebagai konsekuensinya dari keadilan Allah itu maka ada orang yang masuk surga dan ada pula yang ditempatkan di neraka. Yang masuk surga tentu saja merasa senang dan bahagia, dan yang masuk neraka akan
56
Sayyid Sabiq, op. cit., hlm. 474. Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, loc. cit. 58 Arif Abdul Fatah Thabaroh, Tafsir Juz Amma, Bandung: Sinar Baru, 1989, hlm. 83. 57
54
sengsara dan menderita terus menerus. Demikianlah hidup sesudah mati dan fase-fase lainnya hingga akhirnya sampai ke alam akhirat dimana tempat manusia mendapatkan balasan atas apa yang diperbuatnya. Dan itu pasti akan ditempuh oleh setiap mahluk Allah tanpa kecualinya. Dari uraian diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa pembalasan amal sudah terjadi pada saat manusia berada di alam barzah hingga manusia dibangkitkan, balasan manusia pada saat berada di alam barzah adalah sebagai balasan pendahuluan atas semua perbuatan dan apabila balasan yang diterima pada berada di alam barzah balasan yang mereka terima berat, maka akan lebih sulit dan berat lagi balasan yang diterimanya nanti dan sebaliknya apabila balasan yang diterima ringan, maka balasan yang diterimanya nanti setelah dibangkitkan akan ringan. Dan sebagai konsekuensinya dari perbuatan mereka maka akan ada yang masuk neraka dan surga. Di lihat dari jenis perbuatannya yakni perbuatan baik dan buruk, maka akibatnya adalah surga dan neraka. a. Surga Surga adalah taman dan mata air. Firman Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 15:
(15 : )ﺍﻟﺪﺍﺭﻳﺔ.ﻮ ٍﻥﻋﻴ ﻭ ﺕ ٍ ﺎﺟﻨ ﲔ ﻓِﻲ ﺘ ِﻘِﺇﻥﱠ ﺍﹾﻟﻤ Artinya: “Sesungguhnya orang bertakwa berada di taman (surga) dan mata air”.59 Surga (janah atau jamaknya jannat) berarti taman. Taman yang ada di dunia juga bisa disebut surga atau jannah.60
59
Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah, op. cit., hlm. 859. Aidh Ibn ‘Abd Allah Al Qarni, Drama Kematian (Persiapan Menyongsong Akhirat), Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003, hlm. 217. 60
55
Ali Hasan Umar mendefinisikan surga lewat bukunya yang berjudul Calon-calon Ahlli Surga dan Ahli Neraka, yakni bahwa surga yang dalam bahasa arabnya al jannah adalah suatu tempat di alam akhirat yang penuh dengan segala macam kesengan dan kenikamatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah di dengar oleh telinga, dan tergores dalam hati manusia yang disediakan oleh Allah dan dijanjikan oleh-Nya untuk semua manusia yang sewaktu hidupnya di dunia senantiasa bertakwa kepada Tuhan, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta orang yang beriman dan beramal saleh atau orang yang senantiasa berbakti dan taat kepada perintahnya sebagai balasan atas pahala mereka untuk selama-lamanya.61 Makna jannah menurut penafsiran religius, jannah adalah suatu tempa yang telah diciptakan Allah bagi kaumnya (mukmin) dan para hambanya yang saleh dan mereka akan tinggal disana selamanya. 62 Dari definisi surga diatas adalah berdasarkan firman Allah diantaranya: Surat Ali Imran ayat 133:
ﺭﺽ ﺍ َﻷﺕ ﻭ ﺍﻤﻮ ﺴ ﺎ ﺍﻟﺿﻬ ﺮ ﻋ ﻨ ٍﺔﺟ ﻭ ﻢ ﺑ ﹸﻜﺭ ﻦ ﺮ ٍﺓ ِﻣ ﻐ ِﻔ ﻣ ﻮﺍ ِﺇﻟﹶﻰﺎ ِﺭﻋﻭﺳ (133 : )ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ.ﲔ ﺘ ِﻘﺕ ِﻟ ﹾﻠﻤ ﺪ ﹸﺃ ِﻋ Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan di Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.63
61
Ali Hasan Umar, Calon-calon Ahli Syurga dan Ahli Neraka, Semarang: Toha Putra, 1983, hlm. 16. 62 Syaikh Abbas bin Muhammad Reza al Qummi, Menelusuri Alam Akhirat, Jakarta: Lentera Basri Tama, 2003, hlm. 223. 63 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op. cit., hlm. 98.
56
Surat Al Baqarah ayat 82:
ﺎﻢ ﻓِﻴﻬ ﻫ ﻨ ِﺔﺠ ﺏ ﺍﹾﻟ ﺎﺻﺤ ﻚ ﹶﺃ ﺕ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ِ ﺎﺎِﻟﺤﻋ ِﻤﻠﹸﻮﺍ ﺍﻟﺼ ﻭ ﻮﺍﻣﻨ ﻦ ﺃ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻭ (82 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.ﻭ ﹶﻥﺎِﻟﺪﺧ Artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal didalmnya”.64 Nikmat yang diberikan Allah di surga itu merupakan nikmat yang jauh lebih tinggi nilainya bila dibanding dengan nikmat dunia sehingga dikata bahwa nikmat surga itu belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas oleh mata. Kalau kenikmatan dunia itu kadang-kadang diselingi dengan kekhawatiran dan kesedihan serta ada batas abadnya, maka kenikmatan surga itu bersifat abadi dan lebih sempurna, mereka selalu nampak ceria dan tidak ada sedikitpun rasa sedih tergores di wajahnya. Mengenai penghuni surga, para musafir kehilangan kata dalam menggambarkan keadaan penghuni surga. Mereka takjub terhadap kenikmatan yang mereka peroleh para penghuni surga itu sangat gembira tentang keadaan penghuni surga disebutkan dalam hadis bahwa Rasulullah saw bersabda “Kelompok pertama dari umatku yang masuk ahli surga adalah seperti cahaya bulan yang sangat terang di langit setelah itu mereka berada dalam beberapa tingkatan. Mereka itu tidak membuang hajat besar dan hajat kecil. Mereka tidak mengeluarkan ingus dan tidak meludah, sisir mereka dari emas dan sanggul mereka dari mutiara, keringat mereka kesturi dan akhlak mereka semua sama, tubuh mereka tinggi setinggi bapak mereka, Adam, tujuh puluh hasta”.65
64 65
hlm. 118.
Ibid., hlm. 23. Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002,
57
Kenikmatan itu adalah janji Allah swt kepada hambahambanya untuk dijadikan pegangan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya agar manusia menjalani kehidupannya begitu rupa sesuai dengan harapan yang ingin diraihnya. Jika setiap orang mengetahui hakikat tempat kembali dengan benar dan mempersiapkan dengan hati yang bersih, tentu ia akan memilih syurga keabadian dan segala kenikmatannya, ia akan sekuat tenaga agar tidak termasuk kedalam kelompok penghuni neraka sa’ir.66 Demikianlah beberapa kenikmatan yang akan diberikan oleh Allah kepada penghuni surga sebagai balasan atas amal baiknya yang dilakukan selama hidup di dunia. Dengan tegas Al Qur’an dan Hadis menjelaskan bentu-bentuk kenikmatan itu, namun tidak berarti bahwam kenikamatan surga itu hanya sekedar seperti itu saja. Melainkan jauh lebih lengkap dan lebih tinggi tingkatannya. Semua nash Al Qur’an dan Hadis hanya sekedar menggambarkan untuk memudahkan didalam memahami nikmat-nikmat surga yang berbentuk rohani yang justru lebih tinggi tingkatannya bila digambarkan dengan semua gambaran yang ada. Surga adalah sebagai balasan amal perbuatan manusia dan perbuatan yang membawanya masuk surga berbeda beda sehingga surga juga ada tingkatannya: 1) Surga Firdaus, menurut riwayatnya terbuat dari emas yang merah. 2) Surga Adn, menurut riwayatnya terbuat dari intan yang putih. 3) Surga Na’im (nikmat), menurut riwayatnya terbuat dari perak yang putih. 4) Surga Na’wa, menurut riwayatnya terbuat dari jamrud hijau. 5) Surga Khuldi, menurut riwayatnya terbuat dari marjan yang merah dan kuning. 6) Surga Darussalam, menurut riwayatnya terbuat dari yakut merah. 66
Ibid., hlm. 122.
58
7) Surga Darul Jalal, menurut riwayatnya terbuat dari permata putih. 8) Surga Darul Qaram, menurut riwayatnya terbuat dari emas.67 Sebagaimana bangunan gedung yang ada di dunia, dalam surga juga terdapat pintu-pintu Ibnu Abbas ia mengatakan bahwa surga memiliki delapan pintu dari emas yang bertaburan mutiara. Pada pintu pertama tertulis kalimat syahadat tiada Tuhan selaian Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kedelapan pintu surga tersebut, sebagai berikut: Pintu pertama adalah pintu para nabi, para rosul, para syuhada dan para dermawan. Pintu kedua adalah untuk orang-orang yang mengerjakan sholat dengan
menyempurnakan
dan
memperbaiki
wudlu,
serta
menyempurnakan syarat rukunya sholat. Pintu ketiga buat orang yang sama mengeluarkan zakat dengan kebaikan jiwanya. Pintu
keempat
jalannya
orang-orang
yang
sama-sama
menganjurkan kebaikan dan melarang kemungkaran (kerusakan). Pintu kelima adalah pintu orang yang berhasil membunuh hawa nafsunya. Pintu keenam adalah pintu orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah. Pintu ketujuh adalah jalan bagi orang yang ahli jihad (orang yang berperang demi menegakkan agama Allah swt). Pintu kedelapan adalah pintunya orang-orang yang bertakwa yang memejamkan mata dari barang-barang yang haram, beramal
67
Samsul Rizal Khamid, op. cit., hlm. 178.
59
saleh, berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung tali persaudaraan.68 b. Neraka Balasan amal di akhirat yang kedua adalah neraka, dimana neraka merupakan tempat siksa yang akan ditempati oleh semua orang kecuali oleh orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah dalam surat Maryam ayat 71-72:
ﻦ ﻲ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻨﺠﻧ ﹸﺛﻢ.ﻴﺎﻀ ِ ﻣ ﹾﻘ ﺎﺘﻤﺣ ﻚ ﺑﺭ ﻋﻠﹶﻰ ﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥﺩﻫ ﺍ ِﺭﻢ ِﺇﻻﱠ ﻭ ﻨ ﹸﻜﻭِﺇ ﹾﻥ ِﻣ (72-71 : )ﻣﺮﻳﺎﻡ.ﺎﺟِﺜﻴ ِ ﺎﲔ ﻓِﻴﻬ ﺍﻟﻈﱠﺎِﻟ ِﻤﻧ ﹶﺬﺭﻭ ﺍﺗ ﹶﻘﻮﺍ Artinya: “Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu, hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dzalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.69 Jadi neraka (an Naar) adalah suatu tempat di akhirat berupa telaga api yang bergejolak membara. Inilah tempat manusia yang tergelincir dari shirat panas api neraka. Menurut Rosulullah saw dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, tujuh puluh kali panas yang ada di dunia. Allah swt ciptakan tempat ini sebagai pelabuhan terakhir orang-orang musyrik dan orang-orang kafir mereka kekal didalamnya. Bagi orang-orang muslim yang banyak dosanya, neraka tak ubahnya sebagai rumah tahanan untuk menebus segala kesalahan. Mereka itu mau tidak mau harus singgah lebih dulu di neraka untuk membersihkan segala cela yang pernah diperbuatnya semasa hidup di dunia baru setelah semua dosa-dosanya musnah dan menjadi suci 68 69
Ibid., hlm. 180. Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, op.cit., hlm. 470.
60
kembali seperti baru dilahirkan ke dunia, Allah swt memindahkannya ke surga.70 Keadaan neraka digambarkan dalam Al Qur’an dan Hadis, antara lain tercantum dalam (surat Ali Imran aya 12): “Neraka adalah tempat yang seburuk-buruknya”, dalam (surat Al Fath ayat 13): “Penuh api yang menyala-nyala”, (QS Ash Shiffa): “Terdapat pohon zaman zaqqam (yang tumbuh) dari dasar neraka yang berbuah kepala setan”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an yang menggambarkan keadaan dalam neraka. Neraka digambarkan berbagai tujuh puluh bagian. Tak seorangpun yang tahu daya hancurnya masing-masing bagian selain Allah. Berombak dan bergolak dengan kemarahan yang meledakledak, Membakar manusia tanpa ampun, setelah merasakan siksaan ini, manusia baru sadar akan kekuatannya kita berlindung dari Allah dari siksa api neraka. Pintu-pintu neraka dipaparkan Rosulullah saw lewat sabdanya “Syurga memiliki delapan pintu, neraka memiliki tujuh pintu”. Para penjaganya adalah malaikat, penghuni nereka berkata kepada mereka, “Mereka berseru, Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja, Dia menjawab, kamu akan tetap tinggal (di neraka itu)”. Dalam ayat diatas, dikatakan bahwa panasnya api neraka adalah lebih panas lagi dari api dunia, dan bisa kita bayangkan, di dunia saja apabila ada suatu barang terbakar maka barang tersebut langsung gosong dan menjadi abu, padahal api dunia lebih rendah panasnya api di neraka. Apalagi kalau terbakar di api neraka, mungkin tidak ada lagi sisa dari barang tersebut dan kejadian ini berulang kali, dimana apabila tubuh telah hancur terbakar panasnya api neraka, maka 70
Samsul Rizal Khamid, op. cit., hlm. 144.
61
terjadi atau terbentuk tubuh lagi dan akan terbakar lagi dan seterusnya dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang dan itulah sebagian peristiwa yang bakal terjadi di dalam neraka, dan peristiwa itu bakal terjadi kelak.71 Selain kengerian yang terjadi di neraka juga terdapat siksa neraka dan ini juga tergambar dalam Al Qur’an, dimana para penghuni neraka
mengenakan
pakaian
dari
api,
tidur
beralaskan
dan
berselimutkan api, memperoleh makan berupa pohon berduri yang tidak mengenyangkan, serta minuman yang sangat panas yakni nanah dan darah dan mereka terus di cambuk dengan cambuk besi. Siksa neraka yang diterima oleh para penghuninya tidak sama, karena itu tergantung dari besar kecilnya dan berat ringannya dosa yang mereka punya. Karena ada penghuni neraka yang menerima siksa dalam kadar sedang-sedang saja ada pula yang menerima siksa yang amat ringan, akan tetapi seringan-ringannya siksa neraka masih menjadikan penghuninya merasakan penderitaan yang luar biasa dasyatnya. Demikian dahsyatnya siksa dalam neraka, sehingga orang yang pernah merasakannya sesaat saja akan melupakan segala kenikmatan yang pernah dirasakan sepanjang hidupnya di dunia dan merasakan penderitaan yang berkepanjangan, dan sebaliknnya sedemikian luar biasa kenikmataan dan kelezatan surga, sehingga orang yang pernah merasakan surga sesaat saja akan lupa segala penderitaan sepanjang hidupnya di dunia.72 Mengenai macam-macam siksa yang didapat oleh penghuni neraka itu sesuai dengan dosa yang mereka lakukan di dunia, oleh karena itu ada yang ringan dan ada yang seberat-beratnya.73 Dengan
71
Aidh Ibn Abd Allah Al Qarni,op. Cit., hlm. 424. Samsul Rizal Khamid,op.cit., hlm. 152-154. 73 Ali Muhannad Lagha, op.cit., hlm.116. 72
62
adanya siksa yang bertingkat-tingkat maka tempat untuk mendapatkan siksa pun bertingkat-tingkat. Dimana neraka memiliki tujuh tingkatan dan setiap tingkatan memiliki satu pintu masuk. Tingkatan pertama neraka diperuntukan bagi pendosa muslim yang masih mengakui para Nabi. Enam tingkatan yang lainnya disediakan secara berturut-turut bagi orang-orang musyrik, pemuja api, ateis, yahudi, Kristen, dan orang munafik. Adapun tingkatan-tingkatan neraka adalah sebagai berikut: 1) Neraka jahanam. 2) Neraka jahim 3) Neraka sa’ir 4) Neraka saqor 5) Neraka nata 6) Neraka hawiyah 7) Neraka hutomah Masing-masing dari tingkatan itu memiliki rumah dan jenis siksaan tak tergantungkan. Sehingga para pendosa itu akan memohon kematian kepada penjaga neraka, karena penderitaan luar biasa yang mereka alami. Demikianlah macam-macam pembalasan amal dalam agama Islam dimana ada balasan di dunia ada balasan di akhirat dimana pembalasan di dunia adalah sebagai ujian dan peringatan bagi hambanya yang mengingkari-Nya dan balasan di akhirat akan ada kaitannya dengan surga dan neraka. Dimana apabila orang tersebut timbangan amal baiknya berat maka ia termasuk ahli surga dan sebaliknya apabila timbangan yang berat adalah amal buruknya maka ia termasuk ahli neraka.