BAB III KETUHANAN DALAM AGAMA HINDU
A. Konsepsi Ketuhanan Dalam Agama Hindu 1. Pengertian Dewa Secara etimologis, perkataan dewa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Dev, yang berarti sinar1 dan juga berarti terang, karena pengertian dewa adalah benda yang terang yang dianggap sebagai kekuatan alam yang mempunyai person.2 Di dalam veda, Tuhan yang maha esa dan para dewa disebut atau dewata. Kata ini berarti cahaya berkilauan, sinar gemerlapan yang semuanya itu ditujukan kepada manivestasi-Nya, juga ditujukan kepada matahari atau langit, termasuk api, petir atau fajar.3 Dewa tak ubahnya roh yang berkepribadian maka mereka berfungsi dan berperan memberi sinar, petunjuk, nasehat, perlindungan kepada manusia dalam bidang kehidupan sesuai dengan tugas masing-masing. Arti dan pengertian dewa menurut konsepsi itu adalah sesuai dengan pemujaan dan penyembahan yang dilakukan oleh orang-orang primitif terhadap sesuatu yang dianggap sebagai Dewa atau Tuhan dalam rangka memperoleh manfaat, keuntungan, dan perlindungan dari mereka. Dewa juga berarti makhluk surga atau yang sangat mulia. Kemudian dewata mempunyai pengertian lain. Dewata lebih tinggi dari dewa dan tidak sekedar sinar atau dev, tapi di atas dev atau sinar di atas sinar, yakni dewa di atas dewa atau maha dewa. Berdasarkan gramatika bahasa Sansekerta, kedua kata itu (dewa dan dewata) mempunyai pengertian yang 1
K. Sukardji, Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya, (Bandung:
Angkasa, 1993), hlm. 55. 2 Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 83 3
I Made Titib, Bhagavan Vedah Sang Hyang Weda, Terjemahnya Veda Sabda Suci
(Pedoman Praktis Kehidupan), (Surabaya: Paramita, 1996), Cet III, hlm. 73.
27
sama, kata devata (deva + tal + r Atamane padam = deva + ta + a = devata) sebagai penekanan menurut Astadhyayi karya Panini, tanpa mengubah arti atau makna dari kedua kata itu sebagai dinyatakan dalam ungkapan berikut : deva + tal = devata (Astadhyayi v. 4 . 27). Pengertian dewata terdapat dalam kalimat yang termuat dalam Rig Weda: X : 12 : 8 dan X : 90 : 3, yang berbunyi “Tuhan melebihi sinar-Nya”. Sinar dalam bahasa aslinya (Sanskerta) adalah dev ini berarti bahwa dewata adalah dewa di atas aatau ia mempunyai kedudukan lebih dari para dewa. Menurut agama Hindu, Tuhan adalah Esa (Eka) maha kuasa dan maha ada, dan menjadi sumber dari segala yang ada dan tiada kepercayaan atas keesaan ini dapat dilihat dari rumusan-rumusan mantra (ayat) yang terdapat di dalam kitab “Reg Weda” dari sini (mantra) akan mendapatkan pengertian bahwa dewa-dewa adalah ciptaan-Nya. Sampai sekarang masih banyak yang salah mengartikannya dan beranggapan dewa adalah Tuhan. Pengertian keduanya tidak sama. Dalam filsafatnya (Darsana) menyatakan bahwa semua ini tentu Brahma segala yang diciptakan ini bukan Tuhan. Dewa-dewa diciptakan sebagaimana alam semesta ini, untuk mengendalikan akan semesta ini. Dewa bukanlah Tuhan dewa-dewa dihubungkan untuk aspek tertentu dan khusus dari fenomena alam semesta ini tiap aspek dikuasai oleh satu dewa atau lebih dengan ciri-ciri atau lambang-lambang yang khusus pula. Dalam teologi Hindu dijumpai banyak jumlah atau nama dewa-dewa. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Max Muller, jumlah dewa-dewa semuanya sebanyak 33 dewa dan terbagi atas 3 kelompok yang terdiri II dewa untuk tiap-tiap wilayah kekuasaan dunia, angkasa, dan surga. Hal ini terdapat dalam kitab suci Reg Weda dan Atharvaveda berikut kutipannya: Ye devaso divy ekadasa stha prthivyam adhy
28
ekdasa stha, apsuksito mahinaikadoja stha te devaso yajnamimam jusadhvam Artinya: “wahai para dewa (33 dewa), sebelas di surga, sebelas di bumi dan sebelas di langit, semoga engkau bersuka cita dengan persembahan suci ini.4 Srustivano hi dasuse deva agne vicetatasah, Tan rahidasva girvanas trayastrimsatama a vaha Rgveda 1.52.2 Ya Tuhan yang maha esa, Engkau aadalah guru agung, penuh kebijaksanaan, mengaanugerahkan karunia kepada mereka yang mempersembahkan karya-karyanya. Ya Tuhan yang penuh cahaya gemerlapan, semogalah para pencahari pengetahuan rohani dapat mengetahui rahasia dari 33 dewa (yang merupaakan tenaga kosmos) Yasya trayastrimsad deva ange sarva samahitah, Skambham tam bruhi katamah videva sah. Siapakah yang demikian banyak itu, ceritakan kepadaku, tidak lain adalah Tuhan yang maha esa yang meresapi segalanya, yang pada diri-Nya dikandung seluruh 33 dewa (sebagai kekuatan alam) Yasya trayas trimsad devasange gatra bibhejire, Tan vai trayastrimsad devaneke Brahma vido viduh Atharvaveda X.7.27 Tiga puluh tiga dewa menyelesaikan tugasnya masing-masing, di dalam ciptaan Tuhan yang maha esa. Hanya beberapa orang yang terpelajar di dalam veda memahami 33 devata. Jumlah 33 dewa tersebut mempunyai fungsi masing-masing dalam hubungannya dengan kehidupan manusia. Dewa-dewa tersebut dipandang sebagai tokoh simbolis dari satu dewa pokok yaitu Brahma nama-nama yang disebutkan dalam kitab suci weda antara lain sebagai berikut:
4
Departemen Agama RI, Reg Weda: Mandala I & II, Terjemahan dan Teks Oleh G.
Pudja, dan W. Sadia, Copy Righ Reserved 1981.
29
Kesatu Dyaus Pitar sebagai dewa matahari, sama dengan dewa mitra atau surya dalam agama Hindu lama. Kedua Varuna sebagai dewa air, yang menurut Hindu lama disebut varuna sebagai dewa laut. Ketiga Indra sebgai dewa perang, yaitu dewa pelindung bangsa arya dalam peperangan-peperangan melawan suku-suku bangsa lain. Keempat Yama sebagai dewa maut yang mengingatkan kita kepada nama dewa Yamadipati dalam cerita-cerita wayang Jawa. Kelima Rudra sebagai dewa badai topan atau dewa yang mengejutkan yang terkenal dengan suaranya yang menggeledek. Keenam Vayu sebagai dewa angin disebut juga dewa bayu. Ketuju Soma dengan dewa air soma (minuman memabukkan), disebut juga dewa bulan. Kedelapan Agni sebagai dewa api kesembilan Perjaniya sebagai dewa awam dan pembawa hujan disertai petir dan kilat. Kesepuluh Asvin adalah pasangan dewa yang pada zaman veda ini belum mempunyai fungsi tertentu. Kesebelas Brahma sebagai dewa pencipta alam yang dianggap sebagai dewa yang paling tinggi, yang esa pada masa kemudian. Ke duabelas Wisnu sebagai dewa yang pada saat itu belum diberi kedudukan kemudian hari dipandang sebagai dewa pemelihara alam ini.5 Dari
antara
nama-nama
dewa
tersebut
yang
paling
banyak
mendapatkan pejuaan ialah dewa Agni dan Indra seperti sebagai berikut “Saya menghormati agni, dewa pembawa sajian, pendeta dan penyaanyi yang memberi hadiah harta benda kepada kita, yang dimuliakan oleh para Reshi baik sekarang maupun dahulu. Mudah-mudahan Agni mengantarkan dewa kepada
5
hlm. 48-49.
M. Arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta: CV. Erajaya, t.t),
30
kita”. Dalam reg weda dimana merumuskan nyanyian yang ditujukan kepada dewa Indra antara lain sebagai berikut: “Saya hendak menyebutkan perbuatan-perbuatan Indra, yang gagah berani yang mula-mula dilakukan oleh dewa yang berkapak guntur. Dialah yang mengalahkan naga, yang memberi jalan kepada sungai dan meratakan perut gunung, ia yang mengalahkan naga yang tinggal di atas gunung Twastar yang menempa kapak guntur bagi dia, yang berumah sungai-sungai mengalir bagai lembu yang menguah dan masuk langsung ke samudra luas”.6 Di dalam Reg Weda IV dan V. 22.10 disebutkan dewa Indra mempunyai berbagai kekuatan berfungsi sebagai berikut: “Dengarlah doa kami dengan kasih, O Indra dan karuniailah kami berbagai-bagai kekuatan. Berilah kami kecerdasan dan pengetahuan, O Maghawen, ataupun ia yang memberi kami ternak”.7 Mengenai dewa Indra dalam kitab Brahmanda Purana, kekuaatan dewa ini terbatas. Seperti kutipan sebagai berikut: “Dewa Indra tidak berdaya, lalu meminta kepada sang pendeta untuk memaafkan kesalahan perbuatannya itu oleh karena tidak sanggup menghidupkan orang yang telah mati. Adapun jika hanya dua orang saja yang kehendaki akan dihidupkan, ia sanggup menghidupkan. Saya minta kebijaksanaan Bhagawan, demikian……”8
6
Ibid, hlm. 49. Departemen Agama RI, Reg Weda, Mandala IV & V, Terj. G. Pudja, dan W. Sadia, (Jakarta: Depag, 1981), Cet. I, hlm. 32. 8 Lembaga Penterjemah Kitab Suci Veda, Brahmanda Purana, Terj. Gde Sandhi dan Gede Pudja, (Jakarta: LPK Kitab Suci, 1980), Cet. III, hlm. 34, kitab Brahmanda Purana adalah kitab tafsir (Smrti) agama Hindu. Bila ingin mempelajari kitab suci dengan baik agar membaca smrti, yaitu Dharma Sastra, itihasa, purana. Kedudukan kitab suci Purana-termasuk Brahmanda Purana-sebagai bagian dari kitab veda benar-benar membantu dalam mendalami agama Hindu. 7
31
Berikut ini adalah contoh dari Reg Weda yang diterjemahkan dari bahasa Sanskerta mengenai dewa Indra dan dewa Agni. Nyanyian Untuk Tuhan Indra Dialah yang tertinggi dari segala sesuatu dan maha tinggi Tuhan segala Tuhan mempunyai kekuatan terbesar di depan kekuasaannya yang maha perkasa menggeletar bumi dan langitlangit yang tinggi wahai manusia dengarkanlah gurindamku sesungguhnya dialah Indra Tuhan alam semesta Dialah yang menundukkan seta-setan di langit mengedarkan bulan-bulan yang tujuh, murni, dan besar memasuki gua-gua yang penuh bahaya dan kekotoran mengeluarkan lembu-lembu betina yang bagus dari rahim-rahim menyalakan api lama dari sinar kilat di awan itulah dia Indra perwira gagah berani Tentara yang maju ke arena pertempuran menyerunya memohon pertolongan pada hari peperangan orang-orang yang mulia berteriak dengan nama baiknya yang tersebar orang-orang yang hina menyebut namanya dengan lidah mereka dan berbisik-bisik panglima tentara di atas kereta perang Berdoa meminta pertolongan Indra Tuhan peperangan bumi dan langit mengakui kekuasaan dan kesempurnaannya Gunung-gunung yang bergelegar tunduk dan sujud pada kebesarannya dialah yang mengantar pukulan petir kepada musuh-musuhnya maka diberikanlah kepadanya tembaga yang suci sesungguhnya dia menerima arak ini aarak suma Dan mendengar syair serta lagu-lagu kepatuhan Dia mempunyai lembu-lembu, tempat-tempat tinggal, dan keretakereta perang Dia mengaangkat matahari dengan tangan kanannya Membuka pintu-pintu merah dari cahaya fajar Memecahkan awan merah sekali pecahan Dan mengirim rintikan hujan supaya engkau benar-benar mempercayainya Engkau tiada tenggelam dalam kegelapan.9
9
Harun Nasution, Falsafah Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), Cet. III, hlm. 30.
32
Dewa Indra dan Agni ialah dewa yang selalu disebut-sebut dalam kitab suci. Dan ada tiga dewa yaitu Indra (dewa kekuatan ganas dalam alam, seperti petir, hujan, dan lain-lain), mithra (dewa cahaya), dan varuna (dewa ketertiban dalam alam) mempunyai kedudukan lebih tinggi dari dewa-dewa lainnya seperti Agni (dewa api), sama (dewa minuman suci), prithiri (dewa bumi), surya (dewa matahari) dan sebagainya.10
2. Paham Tentang Tuhan Yang Maha Esa Pandangan filsafat dengan pandangan agama tentang Tuhan yang maha esa tentunya berbeda dan kadang berseberangan. Naum, kalau dilihat lebih dalam, akan nampak bahwa agama dan filsafat saling membutuhkan karena membahas masalah metafisika hanya saja pendekatannya yang berbeda.11 Di dalam filsafat ketuhanan, pandangan tentang Tuhan yang maha esa dapat dijimpai beraneka macam, sebagai berikut: a. ANIMISME: KEYAKINAN
AKAN ADANYA ROH BAHWA SEGALA SESUATU DI
ALAM SEMESTA INI DIDIAMI DAN DIKUASAI OLEH ROH YANG BERBEDABEDA PULA.
b. Dinamisme: Keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam. c. TOTEMISME: KEYAKINAN
AKAN ADANYA BINATANG KERAMAT YANG
SANGAT DOHORMATI.
d. Polyteisme: Keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan, wujud Tuhan berbeda-beda sesuai dengan keyakinan manusia. e. NATURAL POLYTEISME: KEYAKINAN TERHADAP ADANYA BANYAK TUHAN SEBAGAI
PENGUASA
BERBAGAI
ASPEK
ALAM,
MISALNYA
TUHAN
MATAHARI, ANGIN, BULAN, DAN SEBAGAINYA.
10
Ahmad Syalaby, Agama-agama Besar di India, Terj. Drs. H. Abu Ahmadi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1998), Cet. I, hlm. 23-25. 11 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. xiii
33
f. Henoteisme atau kanetoisme: Keyakinan atau teori kepercayaan ini diungkapkan oleh Max Muller ketika mempelajari kitab suci weda. Yang dimaksud dengan henoteisme aatau kanetoisme adalah keyakinan terhadap adanya dewa yang tertinggi yang pada suatu massa akan digantikan dewa yang lain sebagai dewa tertinggi. Hal ini dijumpai dalam Reg Weda, pada suatu masa dewa Agni menempati kedudukan tertinggi, tetapi pada massa berikutnya dewa itu digantikan oleh dewa Indra, vayu, atau surya. Dalam perkembangaan selanjutnya, terutama pada kitab-kitab purana dewa-dewa Trimurti, dewa Agni digantikan oleh Brahma. Indra, Wayu digantikan oleh Wisnu dan Surya digantikan oleh Siwa. Demikian pula misalnya dewi Saraswati adalah dewi kebijaksanaan dan dewi sungai. Dalam weda kemudian menjadi sakti dewa Brahma dalam kitab-kitab Itihasa dan Purana, juga dewa Wisnu yang sangat sedikit disebut dalam kitab weda, tetapi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kitab-kitab purana (Srimad Bhagavatan, Brahmanda Purana, Visnu Purana, Bragavata Purana), dan lainlain. g. PANTEISME : KEYAKINAN
BAHWA DI MANA-MANA SERBA
TUHAN
ATAU
SETIAP ASPEK ALAM DIGAMBARKAN DIKUASAI TUHAN.
h. Monoteisme : Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang maha esa (Tuhan yang satu). Keyakinan ini dibedakan atas: 1. Monoteisme transendent : keyakinan yang memandang Tuhan yang maha esa berada jauh di luar ciptaan-Nya. Tuhan yang maha esa maha luhur, tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. 2. Monoteisme immanent : keyakinan yang memandang bahwa Tuhan yang maha esa itu berada di luar dan sekaligus di dalam ciptaan-Nya. Hal ini dapat diibaratkan dengan sebuah gelas yang penuh berisi air, kemudian sebagian air tumpah ternyata keadaan air dalam gelas tidak berubah.
34
i. MONISME : KEYAKINAN TERHADAP ADANYA KEESAN TUHAN YANG MAHA ESA MERUPAKAN HAKEKAT ALAM SEMESTA. GALANYA
BERADA
DI
DALAM
BRHADARANYAKA UPANISAD
YANG
MENYATAKAN
ESA
ESA
DALAM SEGALA-
SEBUAH
: “SARVAM
KALIMAT
KHALVIDAM
BRAHMAN” SEGALANYA ADALAH TUHAN YANG MAHA ESA.
DEMIKIAN
PANDANGAN TENTANG
TUHAN (KETUHANAN)
DAN DARI
URAIAN DI ATAS, TEOLOGI WEDA ADALAH MONOTEISME TRANSENDENT, MONOTEISME IMMANENT DAN MONISME.
12
TUHAN
MENURUT PANDANGAN
MONOTEISME TRANSENDENT DIGAMBARKAN DALAM WUJUD PERSONAL
(TUHAN
GOD
YANG MAHA ESA YANG BERPRIBADI), TENTANG PEMUJAAN YANG
MAHA ESA YANG BERPRIBADI DAN YANG TIDAK BERPRIBADI DIJELASKAN DALAM
BHAGAWADGITA
YANG MENYATAKAN MENYEMBAH
MAHA ESA YANG ABSTRAK
(IMPERSONAL GOD)
TUHAN
YANG
TANPA MEMPERGUNAKAN
SARANA JAUH LEBIH SULIT DIBANDINGKAN DENGAN MENYEMBAH
TUHAN
13
YANG PERSONAL GOD MELALUI BHAKTI DAN KARMA MARGA.
TUHAN
YANG MAHA ESA DI DALAM WEDA DIGAMBARKAN SEBAGAI
PERSONAL GOD (TUHAN BERPRIBADI). PENGGAMBARAN INI DAPAT DIBEDAKAN DALAM TIGA KATEGORI, YAITU:
a. Penggambaran Anthrophomorphes (sebagai manusia dengan berbagai kelebihan seperti bermata seribu, berkaki tiga, bertangan empat dan sebagainya. b. Penggambaran Semianthrophomorphes (sebagai setengah manusia atau setengah binatang) hal ini lebih menonjol dalam purana seperti Deva Ganesa manusia berkepala gajah, Hayagriwa, manusia berkepala kuda, dan sebagainya. 12
I MADE TITIB, OP.CIT., HLM. 86-88.
13
IBID., HLM. 88
35
c. PENGGAMBARAN
UNANTHROPHORPHES
(TIDAK
SEBAGAI
MELAINKAN SEBAGAI BINATANG SAJA MISALNYA
GARUDA, LAINNYA).
MANUSIA,
GARUTMAN
ATAU
SEBAGAI TUMBUH-TUMBUHAN, MISALNYA SOMA DAN LAIN14
3. TUHAN MENURUT PEMIKIRAN HINDU DI DALAM PEMIKIRAN HINDU TERDAPAT DUA ALIRAN YANG SANGAT BERLAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUHAN. PERTAMA ADALAH ALIRAN KE-ESAAN, DAN KEDUA ADALAH ALIRAN PERBILANGAN YANG LEBIH KUAT DAN LEBIH LUAS PENYEBARANNYA.
KITAB
SUCI WEDA, MENGENAI
DIGAMBARKAN SEBAGAI DALAM KITAB
15
TUHAN
PURANA. DI
TUHAN YANG MAHA ESA
TUHAN YANG MAHA ESA
UMUMNYA
YANG BERPRIBADI WALAU TIDAK JELAS
DALAM KITAB SUCI
WEDA
DINYATAKAN BAHWA
DISEBUT DENGAN BERBAGAI NAMA OLEH PARA
MAHARSI SEBAGAI DINYATAKAN DALAM MANTRAM BERIKUT:
INDRAM MITRAM VARUNAM AGNIM AHUR ATHO DIVYAH SA SUPARNO GARUTMAN, EKAM SADVIPRA BAHUDHA VADANTI AGNIM YAMAM MATORISVANAM AHUH. RGVEDA V. 64.46
ARTINYA: “MEREKA AGNI, IA
MENYEBUTNYA DENGAN INDRA, MITRA, VARUNA, DAN BERSAYAP KEEMASAN GARUDA. IA ADALAH ESA, PARA MAHARSI MEMBERI BANYAK NAMA, MEREKA MENYEBUTNYA INDRA YAMA MATARISVAN”.
14
IBID., HLM. 88-89. AHMAD SHALABY, AGAMA-AGAMA BESAR (JAKARTA: BUMI AKSARA, 1998), HLM. 25. 15
DI INDIA,
TERJ. DRS. H. ABU AHMADI,
36
DI
SINI
TUHAN YANG MAHA AGUNG
DIGAMBARKAN SUPARNA
ARTINYA YANG BERSAYAP INDAH, SIMBOL MISTIK DALAM WEDA UNTUK
TUHAN YANG MAHA KUASA.16 UMAT HINDU
PERCAYA BAHWA YANG KUASA ATAS SEGALA YANG
ADA DAN TIDAK ADA YANG LUPUT DARI KUASA-NYA ADALAH
TUHAN
YANG
MAHA ESA, KARENA TUHAN TIDAK TERJANGKAU OLEH PIKIRAN MAKA ORANG MEMBAYANGKANNYA BERMACAM-MACAM MENURUT KEMAMPUANNYA. DISEBUT
AGNI, YAMA
PERCIPTA,
DAN
MATARISWAN. IA
DIPANGGIL
BRAHMA
IA
SEBAGAI
WISNU SEBAGAI PEMELIHARA, SIWA SEBAGAI PEMRALINA.17 PADA
PERIODE VEDA
TUHAN WISNU, SIWA, DAN LAIN-LAIN TIDAK BEGITU PENTING
DAN PADA PERIODE EPIK
TUHAN ITU MENJADI PENTING DAN MENJADI OBYEK
YANG DISEMBAH, MAKA PADA PERIODE PERTENGAHAN INI
TUHAN-TUHAN ITU 18
BERKEMBANG MENJADI NAMA SALAH SATU ALIRAN DALAM AGAMA HINDU.
B. HUBUNGAN MANUSIA (ATMAN), TUHAN (BRAHMAN) DAN ALAM SEMESTA 1. PENGERTIAN ROH MENURUT HINDU JIWA ADALAH SEBUAH PRINSIP
KEHIDUPAN BIOLOGIS, KEPAKAAN
PERASAAN DAN GERAKAN, SEDANG ROH SANGAT BERBEDA DENGAN JIWA DALAM KONTEKS BAHWA ROH DIWUJUDKAN DENGAN TIDAK NORMAL ROH BERSIFAT AKTIF MERUPAKAN KEKUATAN SUPERNATURAL YANG BEBAS JARAK, SERINGKALI TERBANG DAN HAMPIR SELALU SIBUK, SELALU MENGIRIMKAN 16
I. MADE TITIB, OP.CIT., HLM. 100.
17
HILMAN HADIKUSUMA, ANTROPOLOGI AGAMA BAG. I (PENDEKATAN BUDAYA
TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN AGAMA HINDU, BUDHA, KONG HU CU, DI INDONESIA), (BANDUNG: PT. CITRA ADITYA BAKTI, 1993), HLM. 164. 18 UMAR ASASUDDIN SOKAH, DIN-I-ILAHI: KONTROFERSI KEBERAGAMAAN SULTAN AKBAR AGUNG (INDIA 1560-1605), (JOKJAKARTA: ITTAQA PRESS, 1994), HLM. 29. UNTUK LEBIH JELASNYA DAPAT DILIHAT PADA BUKU DR. HARUN HADIWIYONO, SARI FALASAFAH INDIA, (JAKARTA: KANISIUS, 1971), HLM. 13-84.
37
PESAN-PESAN, SELALU MEMICU MASALAH, SELALU BANYAK MEMBANTU, SELALU MENGUSIK DAN JUGA SELALU MENYIKSA.
19
PERCAYA PADA
ROH-ROH
MERUPAKAN KEYAKINAN SEMUA, ATAU HAMPIR SEMUA UMAT MANUSIA BIASANYA
(ROH)
ADALAH PANCARAN
(EMANASI,
20
AL-SA’ID) DARI SUBTANSI
TUHAN SEHINGGA IA DAPAT HIDUP TANPA BADAN DAN KEKAL ARTINYA TIDAK MATI.
21
DALAM
AGAMA
HINDU
ROH DISEBUT
ATMAN (JIWA). ATMAN
ATMA YAITU HIDUPNYA HIDUP DARI MANUSIA ASALNYA ADALAH DARI
ATMAN (BRAHMAN). ATMAN
TUHAN
MERUPAKAN PERCIKAN KECIL DARI
BRAHMAN
YANG MENGHIDUP BADAN DISEBUT JIWATMAN
(NYAWA).
YANG TERTINGGI.
ATMAN
ATAU
22
DALAM FILSAFAT BAGIAN YANG MENGURAIKAN TENTANG INI DISEBUT ATMA TATTWA.
AHAM ATMA GUDAKEDA SARWABHUTASYASTHITAH AHAM ADIS CA MADHYAM CA BHUTANAM ANTA EVA CA (BHAGAWAA GITA X. 20)
ARTINYA: “O,ARJUNA, AKU ADALAH ATMA MENETAP DALAM HATI SEMUA MAKHLUK AKU ADALAH PERMULAAN, PERTENGAHAN 23 DAN AKHIR DARI PADA SEMUA MAKHLUK.
19
DON CUPIT, AFTER GOD: MASA DEPAN AGAMA, TERJ. A. QADIR SALEH,
(JOKJAKARTA: IRCISOD, 2001), CET I, HLM. 20. 20 IBID, HLM. 28. 21
ABDUL QADIR DJAELANI, KOREKSI TERHADAP AJARAN TASAWUF, (JAKARTA: GEMA
INSANI PRESS, 1996), HLM. 81. 22 HILMAN HADIKUSUMA, OP.CIT, HLM. 167. 23
G. SURA
DKK,
PENGANTAR TATTWA DARSANA (FILSAFAT), (JAKARTA: DIRJEN
BIMAS HINDU DAN BUDHA, 1981), CET I, HLM. 73.
38
DARI BAGIAN DARI
KUTIPAN INI DAPAT KITA MENGERTI BAHWA SESUNGGUHNYA
TUHANLAH ATMA ITU. BILA KITA ANDAIKAN TUHAN SEBAAGAI ATMA
LAUTAN MAKA
ITU HANYALAH SETITIK EMBUN DARI UAP AIRNYA.
DEMIKIANLAH TUHAN ASAL ATMA SEHINGGA IA DIBERI GELAR PARAMATMA YAITU ATMA YANG TERTINGGI.
ATMAN PRIBADI.
DIA
MERUPAKAN YANG NYATA YANG TERDALAM DARI SETIAP ADALAH
TANPA
SEBAB
DAN
TIDAK
BERUBAH,
KETIKA
MENGETAHUI DIRINYA SEBAGAI JIWA DAN BERHENTI MENGERTI DIRINYA SEBAGAI
TERIKAT
OLEH
NAMA
MAUPUN
SEBENARNYA
MENYADARI
SIFATNYA
MEMPUNYAI
SIFAT-SIFAT
SEPERTI
YANG YANG
BENTUK
(NAMA-RUPA)
SESUNGGUHNYA. TERSEBUT
24
DIA
ATMAN
DALAM
KITAB
BHAGAWADGITA 11. 20. 23. 24. 1. NA JAYATE MRIYATE WA
KADACIN NA’YAM BHUTWANA BHIYAH AJA NITYAH SASWATO YAM PURANO NA HANYATE HANYAMANE SARIRE. (BHAGAWADGITA 11.
20) IA TIDAK PERNAH LAHIR DAN JUGA TIDAK PERNAH MATI KAPANPUN JUGA TAK PERNAH MUNCUL DAN TIDAK LAGI PERNAH MENGHILANG IA ADALAH TIDAK MENGENAL KELAHIRAN, KEKAL ABADI DAN SELALU ADA. IA TAK DAPAT DIBUNUH BILA BADAN.
2. NAI;NAM
CHINDANTI SASTRANI NAI NAM DAHATI PEWAKAH NA CAI’NAM KLEDAYANTY APA NA SOSAYATI MARUTAH. 11. (BHAGAWADGITA
24) (BHAGAWADGITA 23)
11.
SENJATA
TIDAK DAPAT MEMOTONG JIWATMA API TIDAK DAPAT MEMBAKARNYA AIR TIDAK DAPAT MEMBASAHINYA PUN ANGIN TAK DAPAT MENGERINGKAN
24
S. RADHAKRISHNAN, THE PRINCIPAL UPANISADS (UPANISAD-UPANISAD UTAMA),
TERJ. DIRJEN BIMAS HINDU DAN BUDHA (JAKARTA: YAYASAN PARIJATA, 1989), JILID II, HLM. 128.
39
3. ACCHEDYO
YAM ADAHYO YAM AKLEDYO SASYA EVA CA NUTYAH SARWAGATAH STHAMUN ACALO YAM SAMATANAH (BHAGAWADGITA 11.
14) IA TIDAK DAPAT DIPOTONG, TIDAK DAPAT DIBAKAR IA TIDAK DAPAT DIBASAHI, MAUPUN DIKERINGKAN IA ADALAH ABADI, BERADA DIMANA-MANA TIDAK BERUBAH DAN BERGERAK, IA ADALAH SELALU SAMA. 4. AWYAKTO
YAMACINTYO YAM AWIKARYO YAM ECYATE TASMAD EWAM WIDIWAI NAM NA’ NUSOCITUM ARHASI (BHAGAWADGITA 11.
25) DIKATAKAN TIDAK BERWUJUD, TIDAK TERPIKIRKAN, TIDAK BERUBAHUBAH, OLEH KARENA ITU MENGETAHUI IA DEMIKIAN ENGKAU SEHARUSNYA TIDAK BERSEDIH HATI JADI SIFAT-SIFAT ATMA ITU MELIPUTI: ACCHEDYA = TAK TERLUKAI OLEH SENJATA ADAHYA = TAK TERBAKAR AKLEDYA = TAK TERKERINGKAN = TAK TERBASAHKAN ASESYAH NITYA = ABADI SARWAGABAH = ADA DIMANA-MANA STAHANU = TAK TERPINDAH-PINDAH ACALA = TAK BERGERAK SANATAMA = SELALU SAMA = TAK DILAHIRKAN AWYAKTA ACCHINTYA = TAK TERFIKIRKAN AWIKARA = TAK BEROBAH25
IA
2. PEMAHAMAN TENTANG
KE-ESA-AN
TUHAN TRIMURTI
DAN
KETUHANAN
KRISNA. a. ke-Esa-an Tuhan Tuhan adalah “Esa”, maha kuasa dan maha ada dan menjadi sumber dan segala yang ada. Tuhan adalah maha esa, maha tunggal tidak ada duanya atau bandingannya. Tuhan maha besar dan tidak terbatas. 25
G. SURA, DKK, OP.CIT, HLM. 76.
40
Seluruh alam raya ini adalah di dalam Tuhan. Sebab itu Sang Hyang Widhi yang tunggal itu menjadi Tuhannya seluruh alam, Tuhannya matahari, tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung-gunung, dan lain-lain adalah Tuhannya semua sama manusia di dunia.26 Di dalam kitab-kitab filsafat kerohanian Hindu banyak tercantum renungan-renungan mengenai ke-Esa-an Tuhan yang antara lain seperti “Ekam ewa adwityam Brahma” artinya Tuhan itu hanya satu tidak ada yang kedua (eh, upanisad IV. 2. 1), “Sarva disah urdhvam adhas ca tiryak, prakasayan bhrajate yadvanadvan, evam sa devo bhagavan varenya yoni svabhavan adhitis thaty ekah” artinya seperti matahari menyinari semua daerah-daerah di atas, di bawah, di seberang, bersinar. Demikian juga Tuhan yang maha esa agung, dicintai, memerintah atas semua makhluk yang terlahir dari kandungan.27 Di dalam Sutosama juga ada ucapan “Bhineka tunggal ika tan hana dharma mangruwa” berbedabeda sebutan tetapi tunggal itu, tidak ada Tuhan itu dua. Selain itu banyak lagi yang menyatakan bahwa Tuhan itu adalah Esa atau tungga, jadi dengan demikian jelaslah bahwa agama Hindu adalah agama yang monotheistis, bukan polytheis. b. TRIMURTI TRIMURTI
ADALAH TIGA PERWUJUDAN DARI TIGA KEMAHA
KEUASAAN TUHAN YANG TUNGGAL YANG DISEBUT TRI SAKTI. TRI ARTINYA TIGA DAN MURTI ARTINYA PERWUJUDAN SAKTI ARTINYA KEMAHA KUASAAN PENGERTIAN LEBIH LANJUT TENTANG KATA MURTI DIRUMUSKAN SEBAGAI
BERIKUT
MURTI
PRADHANA ATAU PRAKRTI
ADALAH
(SAKTI)
PERPADUAN
DARI
PURUSA
DAN
PURUSA ADALAH UNSUR KEJIWAAN
YANG MEMILIKI KESADARAN YANG BERSIFAT LANGGENG NAMUN TANPA AKTIFITAS, 26
SEDANGKAN
PRADHANA
Ibid, hlm. 56.
27
S. Radakrishnan, op.cit, hlm. 282.
ATAU
SAKTI
ADALAH
UNSUR
41
KEBENDAAN TANPA KESADARAN NAMUN PENUH DENGAN GERAK DAN AKTIFITAS.
APABILA
PARUSA ITU BERSATU PADU DENGAN PRADHANA
MENJADILAH MURTI, SEPERTI MANUSIA DAN JIWANYA JADI, TRI MURTI ITU ADALAH PERPADUAN TRI PURUSA DENGAN TRI SAKTI (PRADHANA)
DI
DALAM
CERITA-CERITA
KADANG-KADANG
MASYARAKAT
PERPADUAN PURUSA DENGAN PRADHANA ITU DILUKISKAN LAKSANA HUBUNGAN
SUAMI
ISTERI
SEHINGGA
KETIGA
PERWUJUDAN
DEWA
MEMILIKI PASANGANNYA HAL INI SEMATA-MATA HANYA SUATU METODE UNTUK
MEMUDAHKAN
PENGETAHUANNYA
PENGERTIAN
SEDERHANA.
28
BAGI
ORANG
KETIGA
YANG
TINGKAT
PERWUJUDAN
SEPERTI
TERDAPAT DALAM KITAB-KITAB PURANA MENGAJARKAN
3
DEWA YANG
DISEBUT TRIMURTI, YAITU BRAHMA, WISNU, SIWA.
1. BRAHMA ADALAH SEBUTAN TUHAN DALAM PERWUJUDANNYA SEBAGAI PENCIPTA
BRAHMA MUKA).
/
ULPATTI ALAM SEMESTA DENGAN SEGALANYA ISINYA.
INI DIGAMBARKAN MEMILIKI
DALAM
AKSARA
AGAKNYA RAKYAT
BRAHMA,
BRAHMA
INDIA
4
KEPALA
29
ATAU
(CATUR
DISIMPULKAN DENGAN HURUF
A.
TIDAK BEGITU TERTARIK KEPADA DEWA
SEBAB DISELURUH INDIA HANYA ADA SATU KUIL, YAITU DI
PUSHKAR DIPERSONIFIKASIKAN SEBAGAI DEWI SARASWATI.
2. WISNU,
ADALAH SEBUTAN
TUHAN
PEMELIHARA ALAM SEMSTA. TANGAN BERWARNA HITAM.
DALAM PERWUJUDANNYA SEBAGAI
WISNU
DI
DIGAMBARKAN MEMILIKI
TANGANNYA IA MEMEGANG KULIT
KERANG, CAKRA, GADA, DAN BUNGA TERATAI.
28 29
4
IA
BERKENDARAAN
G. SURA, DKK, OP.CIT, HLM. 58-59. HARUN HADIWIJONO, AGAMA HINDU
2001), CET 12, HLM. 36.
DAN
BUDHA, (JAKARTA: GUNUNG MULIA,
42
BURUNG GARUDA, SEBAGAI PEMELIHARA DUNIA, SERING
MENINGGALKAN
SURGANYA
WISNU
UNTUK
DIPANDANG
MENITIS
GUNA
MEMBINASAKAN KEJAHATAN DAN MENEGUHKAN KEBAJIKAN. BANYAK PENITISAN (AWABARA UNTUK MEMBINASAKAN MEMBINASAKAN
WISNU)
RAWANA,
KOURAWA.30 WISNU
DEWI SRI LAKSMI.
DIANTARANYA SEBAGAI
DAN SEBAGAI
KRESNA
ADA
RAMA UNTUK
DIPERSONOFOKASIKAN SEBAGAI
DALAM AKSARA WISNU SIMBULNYA ADALAH HURUF
U. 3. SIWA
ATAU
RUDRA,
SEBUTAN
TUHAN
DALAM PERWUJUDANNYA
SEBAGAI PENGEMBALI KE ASALNYA (PRALINA) ATAU PELEBUR SEBAGAI PELEBUR DUNIA IA MEMILIKI DUA SIFAT YANG BERTENTANGAN. DIGAMBARKAN SEBAGAI PERUSAK SEGALA SESUATU, JUGA
IA
SIWA
DIGAMBARKAN SEBAGAI SEORANG PERTAPA YANG ULUNG YANG MENJADI CONTOH DALAM PERTAPAAN IA JUGA DISEMBAH SEBAGAI GURU.
YANG
PALING TERKENAL,
SIWA
DISEMBAH SEBAGAI LINGGA, SIMBOL
KELAMIN LELAKI DAN OLEH KHALAYAK RAMAI DALAM AGAMA
HINDU
IA DIPANDANG SEBAGAI PENJELMAAN SURYA, SURYA DI INDIA IALAH DEWA MATAHARI.
SURYA
SEBAGAI MAHA DEWA.
DI
BALI
DAN DI
JAWA
KUNO DIANGGAP
31
DI DALAM SALAH SATU KITAB SUCI HINDU DISEBUTKAN BAHWA SEORANG PENDETA MENGHADAP DAN BERTANYA KEPADA 30
IBID.
31 T.TH, HLM. 117.
TUHAN-
YUSUF A. PUAR, PANCA AGAMA
DI
INDONESIA, (JAKARTA: PUSTAKA ANTARA,
43
BRAHMANA, WISNU, DAN SYIWA YANG MANA DIANTARA KAMU
TUHAN
TUHAN
YANG BENAR
? “MEREKA
SEMUA MENJAWAB”, KETAHUILAH
WAHAI PENDETA, BAHWA DIANTARA KAMI TIDAK ADA PERBEDAAN LANGSUNG
TUHAN
TUGAS-TUGASNYA
YANG SATU LAHIR DENGAN TIGA RUPA MENGIKUT MENCIPTA,
YAITU
MEMELIHARA,
DAN
MEMBINASAKAN, TETAPI SEBENARNYA DIA ADALAH SATU SIAPA YANG MENYEMBAH SALAH SATU DARI YANG TIGA MAKA SEOLAH-OLAH DIA MENYEMBAH MEREKA SEMUA ATAU MENYEMBAH YANG TUNGGAL MAHA TINGGI
32
TRI MURTI ADALAH PERPADUAN TRI PURUSA DENGAN TRI SAKTI YAITU
BRAHMA
SAKTINYA
DENGAN SAKTINYA
SARASWATI, WISNU
SRI LAKSMI. SIWA RUDRA
DURGHA. TUHAN
DENGAN SAKTINYA
SAKTINYA
ADALAH
TRI
BRAHMA, WISNU, SIWA
PURASA,
TRI
SAKTI
SARASWATI, SRI LAKSMI, UMA DURGHA. TRI DIMAKSUDKAN
UMA
DENGAN SAKTINYA LAKSANA SEBAGAI API DENGAN
KEKUATAN PANASNYA, SEDANGKAN KALAU TANPA
DENGAN
KEMAHAKUASAAN
MENGEMBALIKAN KEASALNYA.
MENCIPTA,
ADALAH
SAKTI
MEMELIHARA,
JUGA DAN
33
c. Ketuhanan Krisna Dalam mitos, Krisna adalah sebagai anak Tuhan yang lahir tiga ribu tahun sebelum masehi dan mengaku dirinya Tuhan, seperti sabdanya kepada Arjuna dalam Bhagawadgita (nyanyian Tuhan) sejak ke-14: 32
AHMAD SALABY, OP.CIT., HLM. 28-29.
33
G. SURA, DKK, OP.CIT., HLM. 62.
44
“For I am God Within this body Life immortal That shall not perish I am the truth And the by forever Artinya: “Karena aku adalah Tuhan Dalam tubuh ini Kehidupan abadi Tak akan musnah Aku adalah kebenaran Dan kebahagiaan selama-lamanya.”34
Krisna adalah penjelmaan abadi dari yang Ilahi, pemunculan yang terus-menerus dari kehidupan Ilahi dan sempurna di alam semesta dan roh manusia. Krisna memainkan
bagian yang amat penting dalam cerita
mahabarata, dimana dinyatakan sebagai kawan Arjuna.35 Di dalam bagawagita kita mengetahui bahwa Krisna menempatkan diri menjadi pelayan.sebagai kusir kereta Arjuna36 dimana salah satu tujuan
dari
turunnya atau hadirnya Sri krisna di dunia ini adalah untuk memadamkan api kehidupan materiil bagi semua entitas hidup dengan menegakkan dharma.37
34
M. Hashem, Ke-Esa-an Tuhan: Sebuah Pembahasan Ilmiah, (Bandung: Pustaka,
1983), cet II, hlm. 20. 35 I Wayan Maswinara (Ed.), Srimad Bhagawad Gita (Dalam Bahasa Inggris dan Indonesia), (Surabaya: Paramita, 1997), hlm. 18. 36 Sri Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada, Jalan Menuju Kepada Krsna, terj. Tim Penterjemah, (Jakarta: Hanoman Sakti, 2001), cet II, hlm. 19. 37
Ibid, hlm. 17.
45
Dalam sajak keempat Bhagawadgita Krisna berkata bahwa ia akan kembali lagi ke dunia sebagai Tuhan; “In every age I come back to deliver the holy to destroy the sin of the sinner to establish right ousness Artinya: “Tiap zaman aku akan kembali untuk menyampaikan kesucian untuk menghilangkan dosa orang berdosa untuk menegakkan kebenaran”
Juga Krisna bersabda : Veberall, wo unglaube uberhand nimmt, und die wahre religim dar niederlight, oflenbare ich mich in ienem menschlichen ges talt, um die gorechtigkeit weider herzustellen und das bose zu zerstoren. Artinya: “Dimana-mana, kala ketidakpercayaan meningkat, dan agama yang benar dipijak, aku akan menjelmakan diriku dalam bentuk manusia, untuk menegakkan kebenaran dan menghapus kejahatan.”38 Ajaran Bhagawadgita yang terpenting ialah bahwa Tuhan merupakan wujud yang terluhur dan alam-Nya yang rendah kelihatan sebagai dunia fana. Termasuk juga di dalam pikiran, kecerdasan dan angkara atau kepribadian (ego).kemudian alam-Nya yang lebih tinggi ialah dunia jiwa perseorangan. Dan dalam bhagawadgita Krisna sering dipanggil dengan nama-nama lain sebagai ungkapan rasa hormat, sujud, kasih sayang, persahabatan dan keakraban. Nama-nama tersebut sebagiaan besar
38
M. Hashem, op.cit, hlm. 20-21.
46
mempunyai arti simbolis yang mendalam seperti dijelaskan dalam setiap slaka yang bersangkutan. Berikut panggilan / nama Krisna dan makna dalam bhagawadgita (syair orang yang diluhurkan):
Nama
Makna
Acuta
(Acyuta)
Tak termusnahkan
Ananta
(Annanta)
Tak terbatas
Aprameya
(Aprameya)
Tak terukur
Apratima-prabawa (Apratima-prabhava) Tak dapat dibandingkan Keagungannya Arisudana
(Arisudana)
Nama lain Wisnu untuk Krisna
Bagawan
(Bhagavat-Bhagavan) Yang bahagia yang mulia
Dewa
(Deva)
Tuhan
Dewesa
(Devesa)
Tuhan yang maha tinggi
Gowinda
(Govinda)
Gembala utama
Hari
(Hari)
Nama lain Wisnu untuk Krisna
Hrisikesa
(Hrisikesa)
Yang berambut pendek, lebat Dan tegak
Isham idyam
(Isham idyam)
Tuhan yang dipuja-puja
Janardana
(Janardana)
Pembunuh reksasa bernama Keshin
Madawa
(Madhava-yadava)
Berasal dari keturunan wangsa Yadu
Madusudana
(Madhusudana)
Nama lain dari Wisnu Krisna,
47
Pembunuh
reksasa
bernama
Madu Mahabahu
(Mahabahu)
Pahlawan perkasa bersenjata Sakti
Mahatman
(Mahatman)
Jiwa tertinggi
Mahayogi
(Mahayogi)
Yogi termulia
Prabu
(Prabhu)
Yang megah
Prajapati
(Prajapati)
Tuhan sekalian makhluk hidup
Parusutama
(Purushattama)
Jiwa yang agung
Sahasrabahu
(Sahasrabahu)
Yang dilengkapi beribu-ribu Senjata
Yadawa
(Yadava)
Keturunan Wangsa Wrisni
Wasudewa
(Vasudeva)
Putra Vasudewa
Wisnu
(Vishnu)
(Krisna sebagai avatara Wisnu.39
3. Brahman Sebagai Pencipta Alam Pengertian “Brahman” sebenarnya sudah dikenal pada zaman veda mula-mula Brahman adalah ilmu atau ucapan yang suci, suatu nyanyian atau mantra, sebagai pernyataan yang konkrit dari hikmat rohani tetapi kemudian Brahman adalah doa, atau daya yang berbeda di dalam doa.40 Di dalam upanisads, Brahman adalah sebab adanya dunia, landasan atau sebab bendani dunia, seperti emas adalah sebab bendani perhiasan dari emas.
39
Nyoman S. Pendit, Bhagavadgita, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002),
hlm. Pengantar xix – xx. 40 Harun Hadiwijono, op.cit, hlm. 25.
48
Brahman yang tidak tampak berada di dalam segala sesuatu digambarkan sebagai gaaram yang dilarutkan di dalam air. Renungan Hindu mengenal dua garis perkembangan yang nyata yang satu adalah pendapatan yaksha (mu’jizat) tentang Brahman dalam alam semesta dan yang lain adalah tentang gandharva (wujud gaib) dari Atman yang ditemukan dalam batin sendiri. Kedua garis itu kemudian bertamu dan menjadi satu, bilamana pandangan mistik menyadari bahwa Brahman itu adalah Atman dan Atman itu adalah Brahman.41 Dalam mahanarayana upanisads beberapa naskah membaca Brahma sebaagai metrum tunggal, sedangkan yang lainnya menulis jantan tunggal Brahma, Sayana berpendapat ini sebagai paremagayatri dan menjelaskan demikian melalui belajar Wedanta dengan giat sebagai pelajar yang berdiam di rumah sang guru, semoga kita mengetahui Brahman, realitas tertinggi.42
4. Ajaran Tattwamasi dalam Agama Hindu Manusia hidup dan kehidupannya adalah tidak bisa menghindar dari ketergantungan dengan sesama dan hidup berdampingan di alam semesta ini. Manusia dengan manusia lainnya hidup saling keterikatan dan ketergantungan yang dilandasi suatu aturan dan norma. Dalam ajaran Hindu, manusia bukan saja bergantung pada manusia tapi juga terhadap seluruh isi dalam dan ke hadapan Sang Hyang widhi (Tuhan), sehingga terwujud hubungan yang harmonis.
41
J.B.A.F. Mayor Polak, Unsur Mistik Dalam Hindu, (Jakarta / Denpasar: PT. Pustaka
Manikgeni, 1994), cet I, hlm. 65. 42 Swami Vimalananda, Mahanarayana Upanisad, Terj. I Wayan Maswinara, (Surabay: Paramita, 1996), hlm. 32-33.
49
Ajaran mengenai Atman-Brahman adalah tidak bersifat esotaris saja manusia dapat mencari Atman dalam batinnya dengan cara bermeditasi untuk mendalami tentang artinya Tattwamasi dan Aham Brahman Asmi.43 Hubungan seorang Hindu dengan Tuhan yang berkepribadian dan para dewa adalah erat dan nyata sekali. Di samping beribadah kepada Sang Hyang Widhi dan para dewa seorang Hindu akan menempuh juga jalan meditasi untuk bertemu dengan Atman Brahman yang hanya satu di mana-mana dan dalam batin sendiri untuk kemudian sampai pada intuisi Aham Brahma Asmi Atman itulah Brahman. Arti Tattwamasi tidak hanya berarti kau adalah aku, sebab di sini seakan-akan tidak ada unsur kebenaran (YAT) dan hanya mengatur hubungan horizontal semata, yakni antara manusia dengan manusia saja. Arti dari tattwamasi adalah itu adalah engkau, dia adalah diri dan engkau.44 Dalam uraian tattwan dalam kitab chandagya upanisad VI. 8. 7 sampai dengan 16 disebutkan sebagai berikut: “Dalam zat yang terhalus asal dari segala, terkandung segalanya itulah yang benar dia adalah diri dan engkau O swetaketu”.
43
J.B.A.F. Mayor Polak, Unsur Mistik Dalam Hindu, op.cit, hlm. 80.
44
I Made Sudire, Agama Kebajikan Dalam Perspektif Hindu, Makalah pada seminar
dialog antar agama: “Agama Kebajikan”: Agama Universal pada tanggal 3 September 2003 di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.