BAB III NELAYAN TRADISIONAL DI KELURAHAN NELAYANINDAH (1994-2000) 3.1 Kegiatan Sehari-Hari Nelayan Tradisional Nelayan adalah kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut dengan mata pencahariannya menangkap ikan yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Ditinjau dari kelompok sosial nelayan, sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan. 16 Teknologi peralatan tangkap yang dipakai oleh nelayan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional, sedangkan nelayan tradisional alat tangkapnya sangat sederhana. 17 Dalam satu keluarga nelayan, tiap anggota memiliki peranan masing-masing terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala rumah tangga adalah sebagai pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut, karena bagi nelayan laut merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung dari sumber-sumber
16 17
Imron, Nelayan dan Lingkungannya.Jakarta : Geamedia.2005.hal.17. Soekanto, Adaptasi Nelayan Tradisional, Jakarta:Gramedia.2004.hal.14.
Universitas Sumatera Utara
kelautan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan. Kegiatan yang berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut, mereka gunakan untuk memperbaiki perahu dan peralatan tangkap. Dilihat dari aktivitas dalam rumah tangga nelayan secara tidak langsung ada pembagian pekerjaan yang tegas antara suami dan istri. Suami kebanyakan menghabiskan pekerjaannya di laut, sedangkan istri pada umumnya wilayah pekerjaannya di rumah, menangani tugas-tugas rumah tangga, maupun yang terkait dengan perikanan. Dalam kegiatan rumah tangga nelayan tidak hanya suami dan istri saja yang bekerja, tetapi anak-anak pun ikut membantu terutama yang berkaitan dengan kenelayanan. Sebagian anak laki-laki ikut membantu orang tuanya mencari ikan di laut, memperbaiki jaring, kadang-kadang ada juga yang ikut membantu mengemudikan perahu.Dalam kaitannya dengan hal ini, nelayan di Kelurahan Nelayan Indah adalah nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari hasil laut dengan alat tangkap ikan yang sederhana sekali. Adapun kegiatan sehari-hari nelayan tradisional adalah sebagai berikut:
3.1.1 Persiapan Melaut
Universitas Sumatera Utara
Nelayan adalah orang yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. 18 Sebagai masyarakat yang bekerja di laut, nelayan tradisional yang terdapat di Kelurahan Nelayan Indah memerlukan dana yang cukup besar untuk modal mereka selama melaksanakan aktivitasnya. Selain modal tersebut, para nelayan juga harus memiliki motivasi atau dukungan yang besar untuk menafkahi keluarganya. Selanjutnya sebelum melakukan aktivitasnya para nelayan harus mempersiapkan semua keperluan yang harus dibawa ke laut, karena dengan keperluan tersebut kegiatan para nelayan akan berjalan dengan lancar.Sesuai dengan penuturan olop Hutapea, nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah, peralatan yang dibawa pada saat melaut yakni tenda, lampu, jaring, kebutuhan akan makanan, obatan-obatan dan keperluan lainnya. Dalam melengkapi modal tersebut para nelayan biasanya melengkapi dengan biaya sendiri.Semakin banyak ikan yang didapat, maka peralatan yang diperlukan harus memadai. Selama dalam melakukan pembenahan dan persiapan, jika ada hal-hal yang dianggap kurang dan dapat mempengaruhi pekerjaan di laut, maka diberitahukan kepada taukenya.
19
3.1.2 Selama Melaut Tingginya tingkat kebutuhan hidup sesuai dengan perkembangan saat ini, mengharuskan nelayan untuk tetap tidak pantang menyerah dalam menafkahi keluarganya. Setelah kapal boat sudah siap maka para nelayan akan berangkat melaut dengan membawa perlengkapan yang sudah disiapkan. Berangkat dari tangkahan 18 19
Sumintarsih, Kegiatan Nelayan. Jakarta: Pustaka Jaya.2005.hal.27. Wawancara, Olop, Kelurahan Nelayan Indah, 12 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
dekat rumah nelayan pada pagi hari pukul 09.30 wib dan pulang pada sore hari pukul 18.00 wib. Untuk mencapai lokasi tangkapan memerlukan waktu selama satu setengah jam. Sepanjang perjalanan menuju lokasi para nelayan terus memperhatikan keadaan sekitar, sambil membenahi alat tangkap (jaring) dan jala seketika siap untuk dilayang (tebar). Jala adalah alat nelayan untuk menangkap ikan pada saat kapal boat sedang berlayar dalam perjalanan menuju lokasi areal ikan yang sering dilakukan apabila menemukan tanda-tanda keberadaan ikan di sekitar jalur lintasan dengan memperlambat laju kapal boat selama perkiraan panjang jalur lintasan dan segera ditarik kembali. Dalam hal ini para nelayan tidak mengharapkan hasil yang terlalu besar dan sifatnya hanya sambil lewat sebelum mencapai lokasi sasaran tangkap, namun terkadang dapat memberikan hasil yang cukup lumayan terutama pada musim ikan. Kemudian kapal berlayar kembali mencari ikan, sebaliknya apabila jaring yang dilabuh tidak mendapatkan ikan maka jaring disusun kembali seperti semula. Penangkapan ikan pada sore hari dilakukan menggunakan sumber penerangan lampu sorot besar yang khusus untuk mengarahkan cahaya ke-daerah kumpulnya ikan. Ikan yang berkumpul diperkirakan dalam jumlah yang cukup banyak siap untuk dijaring. Pada masa-masa panen dimana ikan cukup banyak (melimpah), maka mereka terus melakukan penangkapan ikan bahkan sampai menambah waktu melaut melebihi
Universitas Sumatera Utara
waktu yang telah di tetapkan. Kesempatan seperti ini mereka lakukan terutama pada musim-musim ikan (panen) karena pada saat berikunya mereka akan mengalami masa-masa sulit (Peceklik). Perkiraan ini disesuaikan dengan tingkat ketergantungan pada musim-musim tahunan dilaut. Sementara itu pula kegagalan ikan, karena sangat tergantung kepada iklim mengalami kegagalan pada saat melaut akibat berbagai kendala seperti angin kencang, ombak/badai maupun ancaman keamanan memaksa nelayan pulang tidak membawa hasil, bahkan terkadang pulang sebelum waktunya. 3.1.3 Pulang Melaut Selama dalam perjalanan pulang melaut nelayan akan memanfaatkan waktu untuk beristirahat sambil membenahi peralatan. Setibanya kapal di pangkalan pukul 18.00 Wib, maka seluruh nelayan kembali bertugas membongkar ikan hasil tangkapan hingga pukul 19.00 Wib.Setelah penimbangan berlangsung dan tercatat, lalu ikan dipilah-pilah dan dikelompokkan menurut jenisnya yang dimuat dalam satu tempat. Pemilihan dan pengelompokkan ikan hasil tangkapan dilakukan untuk memudahkan dalam pendistribusian pembagian hasil. Penimbangan hasil tangkapan dilakukan bersama-sama antara nelayan dengan menggunakan buku catatan masingmasing. 3.2 Pemasaran Ikan Pemasaran merupakan suatu proses perpindahan suatu barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Seiring dengan sejarah manusia dalam
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta dan ada pihak yang menawarkan. Pada awal sejarah pemasaran dilakukan dengan cara pertukaran sistem barter dan terus berkembang menjadi perekonomian dengan memakai uang sebagai pemasaran yang modren. Pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam sebuah industri, sebagai transaksi jual beli, pemilik barang menjual kepada pembeli pada tingkatan harga yang sudah disepakati dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya. 20 Pemasaran ikan dari kelurahan nelayan indah dilakukan hanya di kota medan dan sekitarnya saja. Tidak sampai ke luar daerah, karena hasil lautnya tidak begitu banyak seperti penghasil ikan lain yakni tanjung balai dan sibolga yang sangat terkenal dengan hasil ikannya sampai luar negeri. Hasil ikan yang ada dari kelurahan nelayan indah ini dapat dikatakan sedikit saja. Selain itu, lokasinya yang ada di Kota Medan menjadikan produksi yang ada cepat terjual. 21 Untuk pemasaran ikat di kota medan, dapat diperhatikan penjualan ika di pajak belawan dan pajak labuhan deli dengan catatan tidak melalui toke karena bisa di atar sendiri oleh penjual ke tempat. 3.3 Alat Tangkap Nelayan Tradisional Masalah alat tangkap bagi nelayan sangat menentukan hasil pendapatan dan produktifitas dalam menjalankan pekerjaanya. Alat tangkap sangatlah menentukan 20 21
Wawancara, Arsyad, Kelurahan Nelayan Indah, 11 September 2016. Wawancara, Dick, Kelurahan Nelayan Indah, 8 September 2016.
Universitas Sumatera Utara
status sosial mereka, semakin mewah alat tangkap mereka status sosialnya semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah mempunyai jangkauan penangkapan yang tidak begitu jauh, sehingga para nelayan hanya membutuhkan waktu yang sedikit ketika mencari nafkah dan mempunyai hasil tangkapan yang berbeda dengan nelayan modren. Para nelayan tradisional hanya memakai metode penangkapan ikan yang sangat tradisional dengan alat yang dipakai. 1. Jaring tradisional Persiapan yang dilakukan oleh nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah adalah menangkap ikan di pesisir pantai dengan memakai jaring tradisional dengan menyiapkan jaring dan perbekaan minuman. Kegiatan nelayan dilakukan pada pagi hari sampai sore hari. Jaring tradisional merupakan alat tangkap ikan yang dioperasikan di sepanjang pesisir pantai. Pengoperasian jaring tradisional ini dilakukan dengan cara melabuh jaring selama lebih kurang tiga jam kemudian ditarik pelan-pelan ke atas perahu boat agar ikan yang tersangkut jaring tidak lepas. Ikan yang tersangkut jaring diambil dan jaring dibersihkan dari sampah yang ikut tersangkut. Kegiatan penangkapan ikan dengan jaring ini tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat dilakukan nelayan secara individu. Alat tangkap jaring tradisional ini rata-rata dirangkai sendiri oleh nelayan dengan membeli jaring dan
Universitas Sumatera Utara
perlengkapannya di toko. Modal untuk pembuatan jaring tradisional ini umumnya berasal dari uang pribadi atau meminjam dulu kepada keluarga, tetangga ataupun toke. Sehingga kerusakan alat jaring tradisional ini ditanggung oleh nelayan tersebut. 2. Jala Para nelayan juga memakai jala untuk menangkap ikan, menyiapkan jala dan perbekalan seadanya saja, seperti makanandan minuman. Nelayan umumnya hanya membawa bekal berupa minuman. Kegiatanmenjala ini bisa dilakukan nelayan pada siang hari. Jala merupakan alattangkap ikan yang bersifat aktif dan umumnya dioperasikan di pinggir laut. Pengoperasian jala dilakukan dengan cara menebarnya selama kurang lebih 5-10 menit kemudian ditarik secara pelan agar ikan yang tersangkut jalatidak lepas. Ikan yang tersangkut jala diambil dan jala dibersihkan dari sampah-sampahyang ikut tersangkut. Jala kemudian ditebar kembali sampai beberapa kali sesuaikeinginan nelayan. Pengoperasian jala dapat dilakukan tanpa atau dengan memakai bantuan sampan kecil. Kegiatan penangkapan ikan dengan jala tidakmembutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat dilakukan nelayan secaraperorangan. Alat tangkap jala mayoritas dirangkai sendiri oleh nelayan denganmembeli jaring dan perlengkapannya di toko. Modal pembuatan jala umumya berasaldari uang pribadi atau memimjam dulu kepada tetangga atau keluarga. Kerusakan alattangkap ini juga menjadi tanggung jawab nelayan secara pribadi. 22 3. Bubu apung 22
Wawancara, Martono, Kelurahan Nelayan Indah, 12 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Para nelayan tradisional pada saat di laut menangkap ikan, juga memakai alat bubu apung. Kegiatan ini telahdilakukan sejak nelayan mengambil hasil tangkapan bubu apung pada pagi hari. Bubu apung yangtelah diangkat di bawa pulang dan diambil hasil tangkapannya kemudian dibersihkandari sampah yang ikut masuk pada saat pengoperasian alat. Bubu apung dioperasikan lagi dipada sore hari dan dilengkapi dengan lampu minyak. Pemasangan alat tangkapbubu apung umumnya menggunakan bantuan sampan kecil.
Sifat alat tangkap ini adalah pasif, setelah
dipasang di sungai nelayan dapat meninggalkannya dan mengambilnyakembali pada keesokan
harinya.
Kegiatan
penangkapan
ikan
dengan
bubu
apung
ini
tidakmembutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat dilakukan nelayan secaraperorangan. Alat tangkap bubu apung ini mayoritas dibuat sendiri oleh nelayan dengan modalberasal dari uang pribadi. Nelayan rata-rata memiliki 5-10 buah bubu apung.Kerusakan alat tangkap ini juga menjadi tanggung jawab nelayan secara pribadi. 4. Pancing. Persiapan yang dilakukan oleh nelayan yang menangkap ikan di laut juga memakai pancing. menyiapkan pancing, umpan, dan perbekalan berupa minuman. Kegiatan memancing bisa dilakukan nelayan pada pagi, siang, sore maupun malam hari. Pancing merupakan alat tangkap ikan yang bisa dioperasikan di Lereng Pantai. Pengoperasian pancing dilakukan dengan cara melemparkan umpan pada pancing dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu sampai ada ikan yang terpancing. Ikan
Universitas Sumatera Utara
ini kemudian diambil dan pancing dapat dioperasikan kembali sampai beberapa kali sesuai keinginan nelayan. Pengoperasian pancing dilakukan tanpa menggunakan bantuan sampan. Kegiatan penangkapan ikan dengan pancing tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat dilakukan nelayan secara perorangan. Alat tangkap pancing umumnya dibuat sendiri oleh nelayan. 3.4 Gambaran Lama Kerja Sebagai Nelayan Tradisional Nelayan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sangat bergantung pada hasil kerjanya sebagai mencari ikan di laut dengan alat yang sangat sederhana. Namun sebagian besar dari mereka masih merasa kurangan cukup dari hasil tersebut, untuk itu mereka harus kerja sampingan sebagai kuli. Berikut ini akan digambarkan lama kerja sebagai nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah. Tabel.6 Lama Kerja Sebagai Nelayan Tradisional di Kelurahan Nelayan Indah No. 1 2 3
Uraian < 2 tahun 3-10 tahun >10 tahun
Frekuensi 9 45
Persentase 17,0% 83,0%
Jumlah
40
100%
Sumber : Data Diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan
Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas masyarakat nelayan tradisional Kelurahan Nelayan Indah sudah lama menggeluti pekerjaannya sebagai
Universitas Sumatera Utara
nelayan tradisional, yang sudah bekerja sebagai nelayaan diatas 10 tahun atau dengan persentase 83% sekitar 45 orang, dan hanya 9 orang nelayan yang baru bekerja sebagai nelayan 3-10 dengan persentase 17% dan tidak ada yang dibawa 2 tahun (0%). Pekerjaan sebagai nelayan memang merupakan mata pencaharian utama pada masyarakat Kelurahan Nelayan Indah, selain karena memang letak geografisnya juga karena sudah menjadi pekerjaan warisan dari nenek moyang mereka.Ini artinya, pekerjaan sebagai nelayan tradisional sudah melekat pada diri mereka dan identik dengan warga setempat. 3.5 Sistem Kerja Nelayan Nelayan di Kelurahan Nelayan Indah adalah kelompok nelayan tradisional yang ada di pesisir laut. Seluruh nelayan Kelurahan ini merupakan penduduk asli dari kampung tersebut, hal ini bisa dilihat dari sistem kekerabatan nelayan yang rata-rata masih berstatussaudara antara nelayan yang satu dengan nelayan lainnya. Nelayan indah ini sebelum ada program motorisasi yang digalakkan oleh pemerintah sudah berstatus
sebagainelayan
tradisional.
Program
motorisasi
tidak
membuat
carapenangkapan ikan yang sifatnya masih tradisional tersebut menjadi tersingkir, karenamenurut nelayan hasil laut tidak menentu dan sangat tergantung pada cuaca di laut itusendiri. Sebagian besar nelayan di Kelurahan Nelayan Indah masuk golongan umur 30 tahun ke atas atau rata-rata yang sudah berkeluarga. Ditinjau dari aspek pendidikannya, rata-rata hanya lulusan SD dan hanya sebagian kecil yang lulus SLTA
Universitas Sumatera Utara
sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja pada instansi atau perusahaan yang mengutamakan tingkat pendidikan. Bekerja sebagai nelayan merupakan alternatif pekerjaan terakhir yang dapat dipilih oleh penduduk. Pekerjaan ini tidak membutuhkan keahlian yang khusus sehingga penduduk yang berusia masih muda dapat belajar dari nelayan lain yang berpengalaman. Tingkat pendidikan yang masih rendah ini disebabkan oleh beberapafaktor penghambat, diantaranya biaya pendidikan yang tinggi dan tidak terjangkau olehpenduduk yang sehari-harinya hanya bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan yangtidak menentu dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Faktorpenghambat lain, yaitu masih banyak penduduk yang beranggapan bahwa bisa bekerjadan menghasilkan uang itu lebih penting dari pada sekolah. 23 Anggota keluarga kurang dari tiga orang. Faktor keterbatasan ekonomi merupakan alasan bagi keluarga nelayan untuk membatasi jumlah anggota keluarganya. Penduduk yang bekerja sebagai nelayan juga memiliki penghasilan yang pas-pasan dan tidak menentu. Nelayan yang melaut sangat tergantung pada musim ikan dan keadaan laut. Angin yang kencang dan adanya gelombang laut yang besar tidak memungkinkan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan di laut, sedangkan hasil penangkapan ikandi sungai hanya cukup untuk kebutuhan seharihari. Pada umumnya masyarakat nelayan memiliki sistem kerjayang berfariasi, ada yang bekerja secara sendiri-sendiri dan ada juga yang bekerja secara berkelompok. 23
Wawancara, Aji Torop, Kelurahan Nelayan Indah, 7 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Namum hal ini tergantung dari kondisi dan kemampuan seorang nelayan dalam memenuhi kebutuhanya. 3.6 Kehidupan Ekonomi Kelurahan Nelayan Indah merupakan kawasan pemukiman nelayan tradisional di Kecamatan Medan Labuhan. Sebelum tahun 1994 kawasan ini mengalami pasang surut dalam bidang perekonomian. Hal ini disebabkan karena mereka tidak berdaya dalam mengikuti perkembangan teknologi penangkapan ikan. Bahkan kadang-kadang mereka menghadapi resiko yang sangat besar dari laut. Mereka sering ditimpa gelombang pasang sehingga menghancurkan komplekpemukiman dan peralatan dalam menangkap ikan. Masyarakat nelayan sering dinilai lebih terbelakang daripada masyarakat perkotaandalam hal derap pembangunan, dalam arti seluas-luasnya. Padahal mereka dapat mencukupihidup keseharian jika bisa memenejnya dengan baik. Namun semua itu hanya bersifatmemenuhi kebutuhan primer saja. 24 Mengandalkan potensi alam lingkungan merupakan langkah yang tepat yang dilakukan oleh para nelayan tradisional untuk mempertahankan hidup. Hal ini dapat diperhatikan dari bagaimana nelayan tradisional mengelola kekayaan laut. Pada tahun 1994 pemerintah memindahkan nelayan tradisional dari Pekan Labuhan ke kelurahan Nelayan Indah, penduduk tetap bekerja sebagai nelayan tradisional di kelurahan ini, mereka kerja berangkat pada pagi hari, pulang pada sore hari. Kehidupan nelayan menunjukkan 24
Wawancara, Andi, Kelurahan Nelayan Indah, 25 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
bahwa rumah tangganelayan yang pekerjaannya tergantung pada usaha menangkap ikanmemperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. Kehidupan sosial ekonomi nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah yang hanya bergantung pada hasil tangkapan ikan di laut menyebabkan nelayan dalam garis kemiskinan. Kurangnya modal untuk membeli kapal mesin, menyebabkan para nelayan tetap mengandalkan alat tangkap ikan yang seadanya saja. Selain daripada itu pemerintah kurang memperhatikan kehidupan nelayan tradisional di kelurahan Nelayan Indah. Inilah yang menjadi faktor penyebab kehidupan perekonomian nelayan tidak mengalami peningkatan sama sekali. Penghasilan yang pas-pasan dan tidak menentu menyebabkan nelayan tetap terbelakang dalam tingkat perekonomian mereka. 3.7Tingkat Pendapatan Sebagian besar rumah tangga nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah berpendapatan rendahdan masuk pada golongan ekonomi lemah. Sebelum ada program motorisasi, pendapatan nelayan setiap harinya dengan alat tangkap jaring rata-rata Rp.50.000/hari. Pendapatan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga nelayan. Pendapatan nelayan dari usaha melaut ini ternyata tidak bisa diperoleh setiap hari. Keadaan gelombang laut yangsemakin tidak menentu membuat nelayan tidak bisa melaut secara rutin setiap hari. Beberapa nelayan ada
Universitas Sumatera Utara
yang tetap nekat melaut meskipun keadaan laut tidakmendukung, tetapi pendapatan yang diperoleh tidak akan sebesar saat kedaangelombang laut tidak terlalu besar. Sehingga hasil melaut kadang-kadanghanya cukup dan bahkan tidak cukup untuk menutup biaya perbekalan melaut.Keadaan ini membuat sebagian besar nelayan semakin malas untuk melaut dan lebih memilih melakukan pekerjaan serabutan yang lain untuk menutupikebutuhan sehari-hari. Nelayan tradisional yang dikenal ulet dalam bekerja hanya menggantungkan biaya hidupnya dari usaha penangkapan ikan dan setiap harinya tetapmelaut meskipun keadaan gelombang laut sedang besar.Sebagian besar nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah tidak bisa hanya bisa menggantungkan biaya hidup sepenuhnya dari usaha penangkapan ikan. Pekerjaan lain yang dilakukan oleh nelayan selain menangkap ikan adalah kuli. 25 3.8Taraf Hidup Nelayan Penghasilan yang diperoleh nelayan dari kegiatan mencari ikan di laut dengan alat tangkap yang sederhana hanya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari itupun sudah dihemat seirit mungkin, dari segi pemilikan barang-barang yang ada, para nelayan hanya memiliki alat rumah tangga yang seadanya saja. Untuk memasak,
25
Wawancara,Hassan, Kelurahan Nelayan Indah, 18 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
hanya memakai kompor kayu. Para nelayan belum memiliki alat rumah tangga yang modern seperti sekarang ini. 26 Rendahnya penghasilan dengan keterbatasan dana membuat mereka hanya mampu membeli kebutuhan hidup seadanya saja. Untuk memenuhi keperluan keluarga seperti membeli sembako, apabila hasil yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan di laut tidak mencukupi, para nelayan harus mengutang pada rentenir.Dalam bidang pendidikan anak-anak nelayan, rata-rata pendidikan yang ditempuh sampai jenjang pendidikan SLTP saja, itupun menurut mereka merupakan jenjang yang tertinggi. 27 Rumah nelayan di Kelurahan Nelayan Indah, Sebagian besar rumah berukuran 8x9 m dan dilihat dari segi bahan bangunan merupakan rumah berdinding papan, beratap seng dan berlantai semen. Keadaan rumah tidak melambangkan identitas lapisan sosial nelayan, dari sini dapat dilihat bahwa taraf hidup dan kualitas nelayan masih tergolong rendah. 3.9 Tingkat Pendidikan Anak-Anak Nelayan Pendidikan
merupakan
tolak
ukur
keberhasilan
keluarga
pada
masyarakat.Kondisi pendidikan anak-anak nelayan tradisional sebelum adanya sumbangan pemerintah masih rendah. Para nelayan tradisional hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat SLTP, sehingga dengan tamatan seperti 26 27
Wawancara, Arabia, Kelurahan Nelayan Indah, 11 November 2016. Wawancara, Doddy, Kelurahan Nelayan Indah, 7 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
ini tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat, ujung-ujungnya mereka ikut membantu orang tua untuk kerja di laut. Selain itu, tidak sedikit pula dari para nelayan paham akan pentingnya pendidikan anak, kurangnya minat nelayan untuk menyekolahkan anak-anaknya serta pola pikir akan pendidikan, bahwa sekolah itu hanya menghabiskan banyak uangmenghambat kelanjutan pendidikan anak-anak nelayan. 28 Dari hasil wawancara di lapangan dapat diketahui beratnya tekanan hidup yang harus mereka jalani sebagian anak nelayan harus berhenti sekolah, anak-anak nelayan tidak sanggup melihat orang tuanya yang dari pagi sampai petang rela banting tulang di laut. Mereka sadar karena mereka bukan dari keluarga yang berada (kaya) dan kalau gaji orang tuanya tidak seberapa, sehingga kebanyakan dari anakanak nelayan tidak melanjutkan sekolahnya. Mereka memilih bekerja untuk menutupi pengeluaran biaya hidup sehari-hari keluarga. 29 Pendidikan belum menjadi hal yang terpenting bagi mereka. Keterbatasan penghasilan para nelayan menjadikan pendidikan anak sebagai urutan prioritas yang kesekian dibandingkan dengan kebutuhan pangan keluarga nelayan. Anak nelayan yang putus sekolah merupakan bentuk siasat agar kebutuhan pangan keluarga nelayan terpenuhi. Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan di laut latarbelakang seorang nelayan memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai pekerjaan kasar yang lebih 28 29
Wawancara, Chairul, Kelurahan Nelayan Indah, 7 November 2016. Wawancara, Saleh, Kelurahan Nelayan Indah, 6 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tadisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi nelayan. 30 Semakin tinggi pendidikan seseorang status sosialnya juga semakin tinggi, olehnya itu pendidikan haruslah dimaknai sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan. Berikut ini hasil penelitian tentang rata-rata tingkatpendidikan anak nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah. Tabel.7 Tingkat Pendidikan Anak Nelayan Tradisional di Kelurahan Nelayan Indah Sebelum Adanya Sumbangan Pemerintah. No.
Pendidikan Anak
Frekuensi Presentase
1.
SD
50 orang
46,92%
2.
SLTP/sederajat
40 orang
37,03%
3.
SLTA/sederajat
15 orang
14,88%
4.
D3/S1
3 orang
2,17%
Total
108 orang
100%
Sumber: data diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan.
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan anak nelayan mayoritas hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 50 30
Wawancara, Sanuddin, Kelurahan Nelayan Indah, 6 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
orang atau 46,92%,kemudian Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 40 orang atau 37,03%, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 15 orang atau 14,88%, dan yang sampai kuliah hanya 3 orang atau sekitar 2,17%. Berdasarkan hasil persentase di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dikalangan anak nelayan di Kelurahan Nelayan Indah ini masih sangat rendah karena kebanyakan dari mereka hanya sampai pada tingkat SD dan SLTP saja, kalaupun ada yang
sampai
SLTA/sederajat dan perguruan tinggi itu tidak seberapa.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV SUMBANGAN PEMERINTAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN (1994-2000) 4.1 Sumbangan Pemerintah Terhadap Nelayan Kehidupan nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah masih tergolong rendah. Dalam segi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak nelayan, taraf hidup, dan alat tangkap ikan nelayan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya modalmereka, sehingga tidak berdaya dalam mengikuti perkembangan teknologi penangkapan ikan. Bahkan kadang-kadang mereka menghadapi resiko yang sangat besar dari laut. Mereka sering ditimpa gelombang pasang sehingga menghancurkan komplek pemukiman dan peralatan dalam menangkap ikan. Tingkat pendapatan nelayan hanya Rp.50.000/hari, dengan penghasilan ini tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain nelayan mengutang pada rentenir. Kondisi inilah yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan anak-anak nelayan yang rata-rata hanya jenjang SD dan SLTP. Selain pendidikan taraf hidup nelayan juga sangat rendah, dari segi kepemilikan barang masih seadanya saja. 31
31
Wawancara, Jane S, Kelurahan Nelayan Indah, 11 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, pada tahun 1994 pemerintah mulai memberi sumbangan kepada nelayan berupa perahu motor tempel, jaring gil net, pendirian tempat penimbangan ikan (TPI) dan juga modal usaha. Sumbangan ini disebut juga sebagai motorisasi perikanan merupakan pengembangan cara produksi dengan teknologi yang lebih modern. Motorisasi perikanan ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kehidupan nelayan tradisional di kelurahan ini. Selain itu kesadaran pemerintah tentang pentingnya pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan lautan yang sangat besar dan kawasan pesisir Kelurahan Nelayan Indah tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah. Keadaan inilah yang mendorong pemerintah memberikan bantuan kepada nelayan tradisional di kelurahan ini. 32 Motorisasi
menjadi
momentum
yang
sangat
penting,
yaitu
mulai
diperkenalkannyamesin perahu motor, TPI, dengan jaring gil net kepada nelayan. Nelayan dengan adanya alat tangkap ikan yang canggih ini harus belajar lagi, karena sebelumnya nelayan belum pernah melakukan penangkapan ikan dengan alat yang canggih. Program motorisasi tersebut dikembangkan dengan pola kelompok. Setiap kelompok dengan jumlah anggota 3-4 nelayan dapat mengajukan kredit untuk pembelian satu perahu bermotor berkekuatan 15 PK dengan jumlah jaring gill net 40 tinting. 33 4.2 Sistem Produksi
32 33
Wawancara, Abdullah, Kelurahan Nelayan Indah, 11 November 2016. Wawancara, Andi, Kelurahan Nelayan Indah, 11 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Proses produksi ikan di Kelurahan Nelayan Indah dengan adanya perahu motor tempel yang difasilitasi dengan jaring gil net ini dimulai dari persiapan melaut. Proses menangkap ikan di laut sampai merapat lagi ke darat.Persiapan keberangkatan dimulai dari sejak pagi pukul 07.00- sore hari pukul 18.00.Nelayan segera membersihkan jaring, memperbaiki jaring yang rusak atau berlubang, kemudian menjemur dan menatanya. Pekerjaan menyusun jaringdilakukan oleh nelayan agar tidak repot pada saat ke laut.Nelayan sebelum beristirahatumumnya membersihkan perahu terlebih dahulu. Nelayan menjelang pagi (sekitar pukul 06.00 WIB) segera bersiap-siap untuk melaut, setelah melakukan pengecekanulang terhadap perbekalan, mesin, maupun kondisi perahu motor. Perbekalan berupa bensin,rokok, dan makanan dibeli oleh nelayan di warung-warung terdekat yang berada disekitar pantai maupun TPI. Persiapan melaut ini umumnya dilakukan nelayan secarabersama-sama dengan teman satu nelayan. Saat melaut, nelayan menarikjaring ke atas perahu motor tempel setelah dipenuhi ikan dan saat mengeluarkan ikan dari jaring. Nelayan saat musim ikan pada pukul 12.00-13.00 akan kembali ke darat, sedangkan saat sepi ikan atau gelombangbesar nelayan kembali ke darat sekitar pukul 09.00-11.00. Lama nelayan melaut saatmusim ikan sekitar 6-7 jam, sedangkan saat paceklik atau sepi ikan nelayan hanya melaut sekitar 3-6 jam. 34
34
Wawancara, Suyono, Kelurahan Nelayan Indah, 12 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Usaha perikanan ikan di Kelurahan Nelayan Indah ini sangat tergantung pada pada musim dan keadaan gelombang laut. Musim panen ikan bagi nelayan Kelurahan Nelayan Indah April-Juli sedangkan musim sepi ikan atau paceklik terjadi pada September-November. Pada musim ini ikan sedikit karena pada bulan-bulan tersebut terjadi angin kencang dan gelombang laut yang besar. Nelayan umumnya tidak berani melaut saat terjadi angin kencang dan gelombang laut besar. Gelombang besar di laut dapat terjadi kapan saja baik pada saat musim ikan maupun saat paceklik. Jenis ikan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan adalah ikan layur, udang, dan kepiting. 4.3 Dalam Bidang Ekonomi 4.3.1 Pendapatan Nelayan Penduduk di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, baik itu sebagai nelayan tradisional dan nelayan dengan peralatan yang canggih.Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang
tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. 35 Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi 35
Sebenan,Strategi Pemberdayaan RumahTangga Nelayan di Desa Gangga Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara.Manado: Fakultas Perikanan, Universitas Sam Ratulangi.2007. hal.27.
Universitas Sumatera Utara
oseanografis yaitu melaut hanya rata-rata sekitar 26 hari dalam satu bulan, sisanya libur atau istirahat. Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin. Rumah tangga nelayan tradisional yang pekerjaannya semata-mata tergantung pada usaha menangkap ikan memperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan jika ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan studi pada berbagai komunitas nelayan di luar negeri menunjukkan bahwa organisasi social ekonomi maupun lembaga terkait lainnya yang ada di pesisir memegang peranan penting dalam perbaikan taraf hidup masyarakat pesisir. Dengan kata lain bahwa organisasi sosial ekonomi bisa menjadi penunjang dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi social ekonomi, nelayan akan bekerja dan hidup sendirian tanpa ada yang memperjuangkan dan melindungi kepentingan mereka. 36 Mengenai pendapatan nelayan, bahwa dalam hal ini pendapatan nelayan yang dimaksud adalah total dari seluruh pendapatan hasil tangkap ikan dari laut. Data yang berhasil diperoleh ditemukan bahwa rata-rata pendapatan nelayan setiap harinya dengan alat tangkap jaring tradisional sebelumnya rata-rata hanya Rp.50.000/harinya. 36
Mantjoro, Sejarah penduduk dan lingkungan hidup Desa Talise Pesisir, Manado. Universitas Sam Ratulangi,1997,hal.31.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga nelayan. Namun sejak adanya Program motorisasi oleh pemerintah dengan memberikan bantuan alat tangkap berupa perahu motor tempel, jaring gilnet dan pendirian TPI ini meningkatkan pendapatan nelayan menjadi Rp 150.000,00 sekali melaut dalam setiap harinya.Berikut ini akan diuraikan tingkat pendapatan nelayan sebelm dan sesudah adanya sumbangan pemerintah terhadap nelayan. Tabel.8 Penghasilan Nelayan Tradisional di KelurahanNelayan Indah
Sebelum dan Sesudah Adanya Sumbangan
Perbulannya No. Sistem Kerja
Penghasilan Nelayan
Nelayan
Sebelum 1994
Sesudah (11994-2000)
1.
1 hari
Rp. 50.000,00
Rp. 100.000,00
2.
1 minggu
Rp. 150.000,00
Rp. 400.000,00
3.
1 bulan
Rp. 640.000,00
Rp. 1.000.000,00
Sumber : Data diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan
Nelayan selama satu minggu bekerja selama 4 hari, dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendapatan nelayan sebelum adanya sumbangan pemerintah terhadap nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah, satu hari rata-rata mencapai Rp.50.000,00, dalam satu minggu pendapatan sekitar Rp.150.000,00, dan satu bulan sekitar Rp. 6.400.000,00. Dengan penghasilan ini kebutuhan hidup nelayan tidak tercukupi. Akan tetapi, setelah adanya sumbangan pemerintah penghasilan nelayan
Universitas Sumatera Utara
mengalami peningkatan. Penghasilan nelayan satu hari hari rata-rata mencapai Rp.100.000,00, dalam satu minggu pendapatan sekitar Rp.400.000,00, dan satu bulan sekitar Rp640.000,00. 37 Dengan adanya Program motorisasi dengan alat tangkap yang modren menyebabkan pendapatan para nelayan tradisional di kelurahan Nelayan Indah lambat laun mengalami peningkatan. Dulunya, pendapatan nelayan rata-rata Rp.100.000,00/hari akan tetapi setelah adanya program motorisasi oleh pemerintah terhadap nelayan meningkatkan pendapatan sekitar Rp.1.000.000,00/harinya. 4.3.2 Pengeluaran Pada dasarnya jumlah tanggungan dapat berpengaruh langsung terhadap pengeluaran seseorang. Selain itu, jumlah tanggungan yang besar dapat pula mempengaruhi taraf hidup dari masing-masing keluarga, seperti kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal, membeli kebutuhan sehari-hari, dan masalah sosial lainnya. Biasanya nelayan yang memiliki tanggungan hidup adalah nelayan yang sudah berkeluarga. Hal inilah yang dialami seorang informan keluarga bapak Olop, seorang nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah yang sudah 14 tahun menggeluti pekerjaan tersebut. Beliau menuturkan, sebelum adanya sumbangan atau bantuan pemerintah mencari ikan di laut dengan alat yang sangat sederhana adalah pekerjaan yang digelutinya, hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi keperluan hidup keluarganya.
37
Wawancara, Udin, Kelurahan Nelayan Indah, 17 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan gelombang laut yangsemakin tidak menentu sehingga tidak bisa melaut secara rutin setiap hari.Kadang harus nekat melaut meskipun keadaan laut tidakmendukung, tetapi pendapatan yang diperoleh tidak akan sebesar saat kedaangelombang laut tidak terlalu besar.Sehingga hasil melaut kadang-kadanghanya cukup dan bahkan tidak cukup untuk menutup biaya perbekalan melaut.Keadaan ini kadang juga menjadikan semakin malas untuk melaut dan lebih memilih melakukan pekerjaan serabutan yang lain untuk menutupikebutuhan sehari-hari. Akan tetapi setelah adanya sumbangan pemerintah yakni berupa perahu motor tempel dengan fasilitas jaring gil net, hasil laut semakin meningkat,sehingga kehidupan mereka sudah lebih baik. Olop adalah nelayan tradisional yang sudah mempunya peralatan yang canggih perahu motor tempel, jaring gil net dibandingkan dulunya yang hanya mengandalkan alat jaring tradisional, pancing, jala dan sampan seadanya
saja.
Penghasilan
yang
diperolehnya
dalam
satu
hari
melaut
mencapai Rp.100.000,00 dan satu minggu sekitar Rp.400.000,00, Ini lah yang didistribusikan untuk membiayai 3 orang anak, seperti membiayai keperluan sekolah anak-anaknya, membeli sembako dan kebutuhan lainnya. Dulunya
mereka
hanya
mempunyai
rumah
yang
terbuat
dari
papan, berdinding papan tetapi setelah adanya sumbangan alat yag canggihsudah punya rumah setengah beton meskipun dengan ukuran yang kecil. Mereka sangat bersyukur karena dengan adanya peralatan yang canggih inikehidupan keluarganya
Universitas Sumatera Utara
sudah meningkat, mereka sudah bisa memperbaiki rumah, menyekolahkan anakanaknya hingga tingkat SLTA dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jika diperhitungkan dari penghasilan keluarga ini, maka kebutuhannya sudah cukup terpenuhi, semua penghasilan mereka disalurkan hanya untuk keluarga saja. Harus pintar dalam menghemat dan menyimpan uang untuk keperluan sehari-hari, apalagi kebutuhan hidup sangat drastis melonjak naiknya. Keluarga bapak Montas Lumban Gaol tetap giat untuk menekuni pekerjaannya dan berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, meskipun melaut banyak resiko yang ditempuh dari rumah ke laut sangat jauh dan menantang, apalagi saat angin topan, tetap dihadapinya demi memenuhi keperluan keluarganya. 38 4.3.3 Taraf Hidup Nelayan Wujud dari pendapatan yang diperoleh nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah, tercermin pada pemilikan barang-barang yang ada pada keluarga nelayan. Selain untuk memenuhi keperluan keluarga seperti membeli sembako, barang-barang modern juga sudah dimiliki para nelayan. Nelayan sudah memiliki alat rumah tangga seperti televisi, radio, handphone, kursi tamu dan peralatan lainnya. Dengan adanya alat rumah tangga yang modern ini, para nelayan sangat terbantu dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Selain barang kepemilikan tersebut, penghasilan yang nelayan peroleh juga didistribusikan untuk biaya pendidikan anakanak mereka. 38
Wawancara, Olop, Kelurahan Nelayan Indah, 11 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Interaksi Sosial Secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk hubungan sosial di dalam masyarakat. Hubungan sosial dapat dilihat baik hubungan antar individu dengan masyarakat maupun antar masyarakat itu sendiri. Interaksi yang berlangsung memperlihatkan bagaimana peranan yang ada pada setiap anggota masyarakat di dalam kelompoknya dan bagaimana pula peranan mereka di dalam mengadakan hubungan terhadap kelompok lainnya. Hubungan ini menjelaskan yang menjadi dasar dan tujuan dari setiap peranan yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok di dalam keluarganya maupun dengan kelompok lainnya. 39 Sebagai makhluk sosial yang memiliki akal dan budi, manusia di dalam hidupnya selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya, saling membutuhkan satu sama lain. Pada intinya manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Pada umumnya di dalam sebuah proses interaksi terdapat sifat-sifat saling mempengaruhi karena di dalamnya melibatkan lebih dari satu orang. Jadi di dalam pola interaksi sosial ada proses saling mempengaruhi dan umumnya proses ini berlangsung tanpa disadari oleh
39
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung : Karya Nusantara, 1977, hal. 44.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Implikasi dari proses interaksi itu dapat terlihat dalam kehidupan seharihari. 40
4.4.1 Interaksi Sosial Antar Nelayan Interaksi sosial antara nelayan yang ada di Kelurahan Nelayan Indah terbentuk secara alamiah dari satu kesatuan sesuai dengan kedudukannya. Kesamaan identitas timbul karena adanya perasaan senasib sepenanggungan dan persamaan kedudukan dalam status pekerjaan. Selain itu juga di kalangan para nelayan indah tercipta relasi yang baik sesama mereka karena bekerja dalam satu pekerjaan yang sama dan memiliki jam kerja yang sama, tempat kerja dengan hasil yang sama. Sehingga relasi mereka tetap akrab, kompak dan saling bekerja sama dengan yang lain. Adanya aktivitas tolong menolong masyarakat dengan yang lainnya terlihat pada acara seperti perkawinan atau suka cita, baik dari keluarga nelayan maupun dari keluarga tetangga setempat. Biasanya mereka akan saling mengundang, dan saling membantu tanpa harus diminta oleh pihak yang bersangkutan. Seperti itu juga halnya jika menghadapi musibah maka tanpa diminta, mereka datang memberikan bantuan baik berupa tenaga maupun materi. Mereka memberikan sumbangan secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan.
40
Ibid. Hal. 48
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Interaksi Sosial Nelayan Indah Dengan Tauke Tolong menolong adalah suatu kewajiban bagi setiap orang untuk menjalin rasa kasih sayang baik antar tetangga maupun antar teman, sebaliknya yang dilakukan oleh tauke dengan nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah. Nelayan selalumeminta pertolongan kepada tauke dalam hal apapun baik hal ekonomi ataupun jasa, dan tauke memberikan pertolongan untuk menjalin kerjasama dengan nelayan. Seperti pernyataan yang dikemukakan olehRonald Saragih yakni, “Kalau tauke ini maunya menolong juga memberikan pinjaman kepada saya, ketika saya perlu biaya untuk membayar uang sekolah anakanak dan biaya untuk keperluan sehari-hari.” 41 Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa tauke selalu bisa diandalkan pada saat nelayan menghadapi kesulitan, sedangkan bagi tauke hal tersebut untuk menjalin kelanggengan dengan nelayan. Mereka merasa tertolong dengan keberadaan tauke. Menjalin hubungan yang mengandung unsur perasaan akan menciptakan saling percaya dan keakraban diantara tauke dengan nelayan. 4.5 Pendidikan Anak-Anak Nelayan Sebagaimana telah menjadi tradisi dalam masyarakat, pola pikir masyarakat setiap anak harus terlibat untuk bekerja, dengan tujuan untuk membantu para orangtua dalam pengerjaan dan juga dalam rangka mengajari anak-anak mereka sebab dikemudian hari anak-anak tersebutlah yang akan melanjutkan pengerjaan para
41
Wawancara, Ronald Saragih, Kelurahan Nelayan Indah, 14 November 2016.
Universitas Sumatera Utara
orang tua. Hal ini dikarenakan kurangnya minat para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Pola pikir masyarakat ini berlangsung cukup lama pada waktu itu. Mereka berpikir sekolah itu hanya akan menghabiskan banyak uang. Selain karena minat yang kurang hal ini juga dilatarbelakangi karena minimnya biaya hidup mereka. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk makan sehari-hari saja ada itu sudah lumayan. Pendidikan belum menjadi hal yang terpenting bagi mereka. Bahkan mereka berpikir, hal yang terpenting adalah tenaga atau kekuatan fisik untuk menangkap ikan. Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi anak-anak nelayan tradisional di Kelurahan nelayan indah, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut latar belakang seorang nelayan memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tadisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi nelayan tradisional. Faktor yang paling menghambat kelanjutan pendidikan anak-anak nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah adalah tidak menetapnya pendapatan keluarga nelayan yang sangat besar variasinya. Pada musim paceklik ikan, jangankan untuk
Universitas Sumatera Utara
uang sekolah dan biaya sekolah lainnya, untuk makanpun hampir-hampir tak mencukupi. Rumah yang mereka tempati sangat jauh dari keterlayakan, papan yang minim kurang untuk menutupi dinding rumah. Selain itu, banyak penyakit yang disebabkah karena perumahan nelayan indah yang tidak sehat dikarenakan kurangnya kesadaran
manusia
untuk
berpartisipasi
dalam
bergotong-royong
dalam
membersihkan lingkungan kelurahan nelayan indah. Sedangkan pada musim pendapatan ikan yang berlebih tidak pernah ditabung. Padahal untuk pembiayaan sekolah kelanjutannya sangat perlu. Kebiasaan menabung pada nelayan hampir tidak ada. Berawal dari adanya sumbangan pemerintah yakni peralatan yang canggih, perahu motor tempel, jaring gilnet dan pendirian TPI ini meningkatkan penghasilan nelayan. Atas dasar itulah para keluarga nelayan juga termotivasi untuk meyekolahkan anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi dari SLTP. Supaya hasilnya hidup anaknya lebih baik dari orangtuanya. Hal ini pun menjadi motivasi penting bagi banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak yang berasal dari keluarga nelayan indah dulu pada tahun 1994-an sebelum adanya sumbangan pemerintah, hanya bisa menjangkau pendidikan tingkat SLTP saja, namun setelah adanya sumbangan pemerintah yaitu alat melaut yang canggih dengan penghasilan yang sudah membaik, para orang tua mereka sudah mampu menyekolahkan anak-anaknya. Sebagian nelayan yang anak- anaknya bisa menyelesaikan SLTP karena orangtua mereka telah menyisihkan sejumlah uang untuk keperiuan pendidikan anak-anak pada setiap kali mendapat hasil tangkapan
Universitas Sumatera Utara
ikan. Berikut ini tabel pendidikan anak-anak nelayan tradisional dari tahun 1994-2000 yakni:
Tabel 9 Pendidikan Anak-Anak Nelayan Tradisional di Kelurahan Nelayan Indah Dari Tahun 1994-2000 No.
Tahun
Jenjang Pendidikan SD
SLTP
SLTA
1.
1994-1996
25 orang
15 orang
3 orang
0 orang
2.
1996-1998
40 orang
25 orang
12 orang
3 orang
3.
1998-2000
55 orang
Total
120 orang
45 orang 85 orang
25 orang 6 orang 40 orang
9 orang
(Sumber: Data Diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh anak-anak nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah adalah pendidikan Sekolah Dasar sekitar 120 orang dari tahun 1994-2000, jumlah anak-anak nelayan
yang
mengecap
pendidikan untuk
tingkat
Sekolah
Dasar
selalu
meningkat, sedangkan untuk tingkat SLTP juga mengalami peningkatan sekitar 85 orang. Tidak hanya itu saja, yang dulunya para nelayan hanya dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga tingkat SLTP, tahun 1994-2000 sudah banyak yang menempuh tingkat SLTA sekitar 40 orang. Untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni
Universitas Sumatera Utara
ke perguruan tinggi, para nelayan juga sudah ada beberapa yang menyekolahkan anaknya, memang jumlahnya masih sangat minim, hanya 15 orang. Para nelayan meyakini sanggup menyekolahkan anak-anak mereka paling tidak hingga tingkat SLTA dan kalau perlu sampai jenjang perguruan tinggi. Dari jumlah keseluruhan anak-anak nelayanyang ada, menurut salah seorang informan jumlah ini sudah lebih banyak. Semakin tahun semakin banyak jumlah anak-anak nelayan di Kelurahan Nelayan Indah yang sudah menempuh ke jenjang sekolah lanjutan tingkat atas. Semangat dari anak-anak untuk sekolah juga semakin meningkat. Meskipun jarak dari rumah dengan sekolah jauh dapat menempuh waktu kurang dari 1 jam, bahkan angkutan umum yang masih sedikit tidak menjadi hambatan bagi anak-anak untuk dapat bersekolah. 42
42
Wawancara, Arrahman Pane, Kelurahan Nelayan Indah, 17 September 2016.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebelum tahun 1994 kehidupan perekonomian nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah masih tergolong rendah, mereka hanya bergantung pada hasil tangkapan ikan di laut menyebabkan nelayan dalam garis kemiskinan. Hal ini disebabkan karena Kurangnya modal untuk membeli kapal mesin, menyebabkan para nelayan tetap mengandalkan alat tangkap ikan yang seadanya saja. Selain daripada itu pemerintah kurang memperhatikan kehidupan nelayan tradisional di kelurahan Nelayan Indah. Inilah yang menjadi faktor penyebab kehidupan perekonomian nelayan tidak mengalami peningkatan sama sekali. Penghasilan yang pas-pasan dan tidak menentu menyebabkan nelayan tetap terbelakang dalam tingkat perekonomian mereka. Selain itu, resiko yang sangat besar dari laut. Mereka sering ditimpa
Universitas Sumatera Utara
BAB III NELAYAN TRADISIONAL DI KELURAHAN NELAYANINDAH (1994-2000) 3.1 Kegiatan Sehari-Hari Nelayan Tradisional Nelayan adalah kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut dengan mata pencahariannya menangkap ikan yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Ditinjau dari kelompok sosial nelayan, sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan. 16 Teknologi peralatan tangkap yang dipakai oleh nelayan dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional, sedangkan nelayan tradisional alat tangkapnya sangat sederhana. 17 Dalam satu keluarga nelayan, tiap anggota memiliki peranan masing-masing terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala rumah tangga adalah sebagai pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut, karena bagi nelayan laut merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung dari sumber-sumber
16 17
Imron, Nelayan dan Lingkungannya.Jakarta : Geamedia.2005.hal.17. Soekanto, Adaptasi Nelayan Tradisional, Jakarta:Gramedia.2004.hal.14.
Universitas Sumatera Utara
kelautan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan. Kegiatan yang berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut, mereka gunakan untuk memperbaiki perahu dan peralatan tangkap. Dilihat dari aktivitas dalam rumah tangga nelayan secara tidak langsung ada pembagian pekerjaan yang tegas antara suami dan istri. Suami kebanyakan menghabiskan pekerjaannya di laut, sedangkan istri pada umumnya wilayah pekerjaannya di rumah, menangani tugas-tugas rumah tangga, maupun yang terkait dengan perikanan. Dalam kegiatan rumah tangga nelayan tidak hanya suami dan istri saja yang bekerja, tetapi anak-anak pun ikut membantu terutama yang berkaitan dengan kenelayanan. Sebagian anak laki-laki ikut membantu orang tuanya mencari ikan di laut, memperbaiki jaring, kadang-kadang ada juga yang ikut membantu mengemudikan perahu.Dalam kaitannya dengan hal ini, nelayan di Kelurahan Nelayan Indah adalah nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari hasil laut dengan alat tangkap ikan yang sederhana sekali. Adapun kegiatan sehari-hari nelayan tradisional adalah sebagai berikut:
3.1.1 Persiapan Melaut
Universitas Sumatera Utara
Nelayan adalah orang yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut. 18 Sebagai masyarakat yang bekerja di laut, nelayan tradisional yang terdapat di Kelurahan Nelayan Indah memerlukan dana yang cukup besar untuk modal mereka selama melaksanakan aktivitasnya. Selain modal tersebut, para nelayan juga harus memiliki motivasi atau dukungan yang besar untuk menafkahi keluarganya. Selanjutnya sebelum melakukan aktivitasnya para nelayan harus mempersiapkan semua keperluan yang harus dibawa ke laut, karena dengan keperluan tersebut kegiatan para nelayan akan berjalan dengan lancar.Sesuai dengan penuturan olop Hutapea, nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah, peralatan yang dibawa pada saat melaut yakni tenda, lampu, jaring, kebutuhan akan makanan, obatan-obatan dan keperluan lainnya. Dalam melengkapi modal tersebut para nelayan biasanya melengkapi dengan biaya sendiri.Semakin banyak ikan yang didapat, maka peralatan yang diperlukan harus memadai. Selama dalam melakukan pembenahan dan persiapan, jika ada hal-hal yang dianggap kurang dan dapat mempengaruhi pekerjaan di laut, maka diberitahukan kepada taukenya.
19
3.1.2 Selama Melaut Tingginya tingkat kebutuhan hidup sesuai dengan perkembangan saat ini, mengharuskan nelayan untuk tetap tidak pantang menyerah dalam menafkahi keluarganya. Setelah kapal boat sudah siap maka para nelayan akan berangkat melaut dengan membawa perlengkapan yang sudah disiapkan. Berangkat dari tangkahan 18 19
Sumintarsih, Kegiatan Nelayan. Jakarta: Pustaka Jaya.2005.hal.27. Wawancara, Olop, Kelurahan Nelayan Indah, 12 November 2016.
Universitas Sumatera Utara