41
BAB III MOTIVASI KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN BANDENGAN DAN FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK
A. Gambaran umum Kelurahan Bandengan 1. Letak Geografis Bandengan merupakan kelurahan yang terletak di wilayah kecamatan Pekalongan Utara yang berada di bawah kekuasaan Kota Pekalongan, propinsi Jawa Tengah. Jarak antara pusat pemerintahan Bandengan dengan pemerintah kecamatan adalah 3 kilometer dan untuk pusat pemerintahan kota 5 kilometer menuju pemerintahan kelurahan Bandengan. Selain itu, kelurahan Bandengan memiliki luas wilayah 12,6808 Ha dengan ketinggian ± 3 meter dari permukaan laut dan itu menunjukkan bahwa kelurahan Bandengan merupakan wilayah dataran rendah. Di samping itu wilayah Bandengan memiliki suhu rata-rata 31ºC dab 2.500 mm per tahun
banyaknya curah hujan yang dimiliki yang selalu
mengguyur kelurahan Bandengan. Secara geografis luas wilayah kelurahan Bandengan dibatasi oleh empat wilayah, yaitu : Sebalah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kelurahan Dukuh
42
Sebelah Barat
: Kelurahan Jeruk Sari
Sebelah Timur
: Kelurahan Kandang Panjang
2. Monografi dan Demografi Kelurahan Bandengan Secara umum keberadaan jumlah penduduk kelurahan Bandengan berjumlah 5.781 jiwa yang terdiri dari 2.903 laki-laki dan 2.878 perempuan, dengan jumlah 1.730 kepala keluarga. Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut usia, penduduk kelurahan Bandengan ada banyak usia produktif yang sudah bekerja atau menganggur atas sebab tidak sekolah. Antara usia 10 tahun sampai 14 tahun ada 141 orang kemudian usia 15-19 tahun ada 456 orang yang semuanya termasuk jumlah penduduk jika dilihat dari usia muda yang sudah bekerja. Sedangkan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menurut pendataan yang telah dilakukan oleh kelurahan, untuk sekolah dasar 890 orang, SMP 571 orang, dan SMA 730 orang saja. Selain itu,
bila mengamati struktur pendidikan kelurahan
Bandengan berdasarkan mata pencaharian maka dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No.
Mata Pencaharian
Jumlah
1.
Karyawan (PNS/TNI/Polri, Swasta)
515
2.
Wiraswasta/pedagang
253
43
3.
Tani
125
4.
Pertukangan
5.
Buruh tani
401
6.
Pensiunan
43
7.
Nelayan
80
8.
Pemulung
25
9.
Jasa
94
700
Jumlah
Adapun
2.236
dalam
menjalankan
roda
pemerintahannya
telah
terstruktur susunan organisasi pemerintahan ialah sebagai berikut : Tabel 2 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Bandengan No.
Nama
Jabatan
1.
Sunardi
Lurah
2.
Hendri Purwanto, SE
Sekretaris
3.
Ni’matun Nazilah
Kasi Pemerintahan
4.
Noordiasih Dianawati
Kasi Kesmas
5.
Moh. Abidin
Kasi Pembangunan
44
Masyarakat 6.
R. G. Susilo Utumo DS
Kasi Trantib
1) Tutut Puji Lestari, A. Md
Staf
2) Mutaqin
Staf
3) Ahmad Tjaryadi
Staf
4) Abdul Kasran
Staf
3. Kondisi kemiskinan Keadaan rumah di Kelurahan Bandengan masih ada rumah yang tidak layak pakai yang berlantai tanah, berdasarkan data yang ada di kelurahan terdapat 80 rumah yang tidak berdinding dan berlantai tanah. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi Kelurahan Bandengan masih banyak angka kemiskinan. Karena berdasarkan data yang ada pada tahun 2014 kemarin penduduk miskin di Kelurahan Bandengan sebesar 780 KK miskin (48,45%) yang terdiri dari 2.830 jiwa, yang tersebar di seluruh RT dan RW yang kebanyakan dari mereka adalah buruh harian lepas. 44 Adapun rincian pola persebaran kemiskinan berdasarkan jumlah kemiskinan yang telah disebutkan di atas sesuai hasil yang telah disepakati pada loka karya adalah sebagai berikut :
44
Dokumentasi Kelurahan Bandengan 5 Agustus 2014
45
Tabel 3 Pola Persebaran Kemiskinan Kelurahan Bandengan NO
RT
RW
Jumlah KK
Jumlah KK
Jiwa
% KK
keseluruhan
miskin hasil
miskin
miskin
PS 1.
01
I
60
18
73
30
2.
02
I
63
27
87
42,8
3.
03
I
58
16
49
27,5
4.
04
I
74
36
127
48,6
5.
01
II
83
28
96
33,7
6.
02
II
66
28
114
57,5
7.
03
II
48
22
79
45,8
8.
01
III
108
56
190
51,8
9.
02
III
62
30
92
48,3
10.
03
III
64
29
106
45,3
11.
04
III
57
29
91
50,8
12.
01
IV
56
44
162
78,5
13.
02
IV
48
24
100
50
14.
03
IV
119
64
255
53,7
15.
04
IV
48
24
100
50
16.
01
V
60
37
145
61,6
17.
02
V
88
37
119
42
18.
03
V
90
26
104
28,8
46
19.
04
V
70
23
71
32,8
20.
01
VI
91
37
129
39,5
21.
02
VI
110
45
185
44,5
22.
03
VI
112
43
180
38,3
23.
04
VI
104
48
176
46,1
1610
780
2830
48,45
Jumlah
Dokumentasi kelurahan Bandengan tahun 2014
B. Motivasi
Keluarga
Miskin
di
Kelurahan
Bandengan
Dalam
Menyekolahkan Anak Dari hasil wawancara diketahui bahwa motivasi keluarga miskin di kelurahan Bandengan dalam menyekolahkan anaknya, antara lain : 1. Keinginan orang tua agar anak mendapatkan pendidikan formal Dewasa ini pendidikan formal lebih diutamakan orang tua daripada pendidikan non formal. Selain tujuan dan sistem pendidikan formal yang dianggap jauh lebih unggul, nantinya lulusan dari pendidikan formal akan dibutuhkan guna memenuhi syarat untuk bekerja Kebanyakan orang tua di kelurahan Bandengan menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Cita-cita tersebut yang membuat orang tua harus selalu mengusahakan segala kebutuhan sekolah anak. Mereka jadi lebih giat bekerja dan menyisihkan tabungan untuk biaya pendidikan anak. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara berikut :
47
Waid (orang tua dari Hanifah, siswa SD N 01 Bandengan), mengatakan bahwa : Bahwasanya sebagai orang tua kan memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Saya sendiri tidak ingin anak-anak saya jadi putus sekolah, karena menurut saya pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan anak. Apalagi ketika kita sebagai orang tua seharian sibuk dengan bekerja, mau diarahkan ke mana lagi ketika anak haus akan ilmu pengetahuan. Tentunya kita sebagai orang tua haruslah memikirkan pendidikan anak terutama pendidikan formal. 45 Hal senada juga dikatakan oleh Amin (orang tua dari Urfan Lukmana, siswa MSI 04 Bandengan), yang mengatakan bahwa : Pendidikan bagi keluarga kami itu sangat penting, apalagi pendidikan formal. Bagaimanapun caranya anak-anak saya harus minimal bisa tuntas menempuh wajib belajar 9 tahun. Karena masa depan anak nantinya akan sangat ditentukan dengan sejauh manakah dia menempuh pendidikan formalnya. Kalau dia tidak bisa tuntas minimal sampai 9 tahun pendidikannya, maka nantinya akan sangat sulit baginya untuk bersaing dalam dunia kerja. 46
2. Orang tua menginginkan pendidikan anak lebih tinggi darinya Pada dasarnya semua orang tua menginginkan kondisi anaknya lebih baik dari kondisi orang tua dalam menjalani kehidupan yang dapat ditunjukkan dengan harapan orang tua terhadap masa depan kehidupan anaknya. Sebagian besar pendidikan orang tua dari keluarga miskin hanyalah lulusan SD dan SMP. Namun mereka berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya minimal sampai ke jenjang pendidikan SMA. Dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang diantaranya akan
45
Wawancara pribadi dengan Waid, orang tua dari Hanifah (siswa SD N 01 Bandengan), 8 Desember 2015. 46 Wawancara pribadi dengan Amin, orang tua dari Urfan Lukmana (siswa MSI 04 Bandengan), 8 Desember 2015.
48
dijabarkan dalam kutipan wawancara dengan orang tua siswa sebagai berikut : Mamik (orang tua dari Siti Ulfatunnisa, siswa SMP N 12 Pekalongan), mengatakan bahwa : Pendidikan saya hanya lulusan SD saja mas, ya biasalah karena masalah biaya jadinya saya dulu tidak bisa lagi melanjutkan sampai ke SMP. Sekarang kalau bisa saya ingin menyekolahkan anak saya sampai SMA. Saya tidak mau kalau nantinya nasib anak-anak saya, yang hanya seorang buruh saja mas. Karena menurut saya pendidikan bagi anak merupakan bekal yang penting untuk kehidupan mereka di masa mendatang. 47 Hal yang sama juga didapatkan ketika wawancara dengan Simi (orang tua dari M. Ramdhani, siswa SD N 01 Bandengan), mengatakan bahwa : Pendidikan menurut saya merupakan kebutuhan yang utama bagi anak, karena pendidikan dapat menjadi sarana bagi mereka untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dari suatu proses belajar. Selanjutnya mereka diharapkan bisa menerapkan ilmu-ilmu tersebut dalam dunia kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Saya sendiri bercita-cita ingin meyekolahkan anak saya sampai jenjang perguruan tinggi, sebab persaingan dunia kerja sekarang ini sangat keras mas. Meskipun saya hanya lulusan SMA, tapi untuk anak-anak saya kalau insyaallah ada rezeki ya alhamdulillah semoga bisa sampai sarjana sesuai apa yang saya cita-citakan tadi. 48 3. Mengangkat status sosial keluarga Status (kedudukan) sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, hak dan kewajibannya. Secara tidak langsung status sosial dapat mencerminkan adanya pelapisan (stratifikasi). 47
Wawancara pribadi dengan Mamik, orang tua dari Siti Ulfatunnisa (siswa SMP N 12 Pekalongan), 10 Desember 2015. 48 Wawancara pribadi dengan Simi, orang tua dari M. Ramdhani (siswa SD N 01 Bandengan), 10 Desember 2015.
49
Setiap keluarga pasti ingin status sosial keluarganya lebih baik dari yang ada saat ini, lebih-lebih mereka yang berasal dari keluarga miskin. Mereka tentunya berkeinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya dan tak mau terus menerus hidup dalam kondisi kemiskinan. Hal tersebut sebagaimana diutarakan dalam kutipan wawancara berikut : Ahmad (orang tua siswa dari Septiani Saputri, siswa SMP Wahid Hasyim Pekalongan), mengatakan bahwa : Menurut saya ya mas bahwa pendidikan bagi anak nantinya akan sangat berpengaruh bagi status sosial keluarganya. Jika seorang anak kelak mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lebih, maka bisa mengangkat status sosial keluarganya jadi lebih baik. Anak diharapkan bisa membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. 49 Hal yang serupa juga didapatkan ketika wawancara dengan Suryadi (orang tua siswa dari Lutfi Maulana, siswa SD N 02 Bandengan), yang menuturkan bahwa : Saya berharap dengan menyekolahkan anak saya, setelah lulus nanti mereka bisa bekerja dan membantu ekonomi keluarga yang masih kekurangan. Tidak bisa dipungkiri hasil kerja saya setiap harinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah anak. Jadi untuk bisa memperbaiki status sosial keluarga nantinya, saya tekankan lebih pada anak-anak saya mas. 50
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi keluarga miskin dalam menyekolahkan anaknya di kelurahan Bandengan 49
Wawancara pribadi dengan Ahmad, orang tua dari Septiani Saputri (siswa SMP Wahid Hasyim Pekkalongan), 8 Desember 2015. 50 Wawancara pribadi dengan Suryadi, orang tua dari Lutfi Maulana (siswa SD N 02 Bandengan), 10 Desember 2015.
50
Dari
hasil
wawancara
diketahui
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi motivasi keluarga miskin di kelurahan Bandengan dalam menyekolahkan anaknya, antara lain : 1. Faktor Biaya Faktor pembiayaan adalah faktor terpenting dalam sebuah kegiatan. Tak terkecuali dalam kegiatan pendidikan. Tidak menutup mata bahwa banyak sekolah-sekolah yang mengenakan tarif yang cukup mahal bahkan melebihi gaji orang tua per bulan. Hal ini tentu saja membuat orang tua tidak sanggup untuk menyekolahkan anaknya di tempat tersebut. Bayangkan saja ada sekolah yang memungut biaya pendidikan di luar biaya pendidikan yang telah ditentukan, seperti contohnya adanya biaya iuran orang tua per bulan, biaya iuran perbaikan sekolah, biaya iuran kesejahteraan guru honorer, dan biaya-biaya iuran lainnya yang apabila ditotal akan mencapai jumlah nominal yang cukup tinggi. Biaya pendidikan yang mahal tentu tidak akan menjadi masalah bagi orang tua yang berpendapatan tinggi, akan tetapi lain halnya apabila biaya pendidikan yang mahal tersebut dibebankan kepada orang tua yang memiliki pendapatan pas-pasan. Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa kebanyakan atau hampir seluruhnya orang tua dari siswa di kelurahan Bandengan adalah berprofesi sebagai buruh, wiraswasta, petani bahkan ada juga yang nelayan, yang mana profesi-profesi tersebut termasuk ke dalam profesi yang mendapatkan sumber penghasilan menengah ke bawah. Sehingga
51
orang tua tersebut tentu saja lebih memilih lembaga pendidikan yang memiliki biaya pendidikan yang murah dan terjangkau, meskipun di samping itu juga mempertimbangkan kualitas pendidikan yang ada. Artinya bahwa jangan sampai juga sekolah dengan biaya murah tetapi kualitas pendidikannya meragukan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Slamet (orang tua dari Fitri Ramadhani, siswi SMP Wahid Hasyim Pekalongan), mengatakan bahwa : Wah saya ini orang kecil mas. Pekerjaan saya hanya serabutan, tidak menentu, saya wiraswasta. Tentu saja penghasilan saya tidak menentu juga. Untuk itu saya memilih menyekolahkan anak saya di SMP Wahid Hasyim saja mas, katanya sekolah ini agak ringan biayanya namun kualitas pendidikan juga tetap baik. 51 Hal yang serupa juga dikatakan oleh Bambang (orang tua dari Adi Prasetya, siswa di SMP N 12 Pekalongan), mengatakan bahwa: Saya memilih sekolah tersebut karena murah mas, maklum saya kan hanya seorang buruh, jadi pendapatan saya pas-pasan, apalagi anak saya kan banyak mas. Biar adik-adiknya juga bisa tetap sekolah semua, kalau memang rezeki ya alhamdulillah bisa dapat bantuan dari sekolah jadi dapat meringankan beban saya dalam membiayai sekolah. 52
2. Faktor lingkungan tempat tinggal Baik
dari keluarga
maupun
lingkungan
masyarakat
yang
mendukung, akan sangat mempengaruhi motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Jika kondisi dan tempat tinggal aman dan mendukung, maka motivasi mereka untuk menyekolahkan anaknya juga 51
Wawancara pribadi dengan Slamet, orang tua dari Fitri Ramadhani (siswa SMP Wahid Hasyim Pekalongan), 10 Desember 2015. 52 Wawancara pribadi dengan Bambang, orang tua dari Adi Prasetya (siswa SMP N 12 Pekalongan), 8 Desember 2015.
52
tinggi. Hal ini akan berbeda jika lingkungan tempat tinggal mereka dihuni oleh sekelompok orang penggangguran,tingkat pendidikan rendah atau bahkan suka berbuat kriminal seperti berjudi, mabuk-mabukan dan lainlain. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Sayoko (orang tua dari Arini, siswa SD N 02 Bandengan) berikut : Menurut saya ya mas lingkungan pertama dari lingkup paling kecil yaitu keluarga merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi pandangan orang tua terhadap pendidikan anak. Misalkan saja jika orang tua tidak mampu untuk membiayai pendidikan anak, bisa saja ada saudara-saudara dari kedua orang tuanya yang berkecukupan dan mempunyai perhatian lebih terhadap anak dapat membantu membiayai pendidikannya. Ataupun dari kakak (anak) yang bersedia mengemban tanggung jawab lebih kepada adik-adiknya. 53 Hal senada juga diutarakan oleh Sudaryo (orang tua dari Putra Fikri Husni, siswa MSI 04 Bandengan), mengatakan bahwa :
“Faktor dari luar juga bisa sangat berpengaruh bagi orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Jika seorang ayah yang motivasinya kurang dalam menyekolahkan anaknya, akan bisa berubah pola pikirnya apabila ada himbauan ataupun nasehat-nasehat dari saudara maupun tetangga yang bisa merubah pola pikir orang tuanya yang awalnya kurang termotivasi jadi berubah lebih termotivasi lagi dalam menyekolahkan anaknya bahkan bisa sampai ke perguruan tinggi ” 54
3. Faktor tingkat pendidikan orang tua
53
Wawancara pribadi dengan Sayoko, orang tua dari Arini (siswa SD N 02 Bandengan), 8 Desember 2015. 54 Wawancara pribadi dengan Sudaryo, orang tua dari Putra Fikri Husni (siswa MSI 04 Bandengan), 10 Desember 2015.
53
Tingkat pendidikan orang tua secara langsung dan tidak langsung akan menentukan
baik buruknya pola komunikasi antara anggota
keluarga. Selain itu, imbas dari pendidikan orang tua akan mempengaruhi persepsinya tentang penting atau tidaknya pendidikan. Dengan dasar pendidikan yang relatif memadai untuk mampu memberikan makna terhadap nilai, kegunaan dan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya sehingga kesungguhan untuk menambah wawasan dan bekerja keras untuk menyekolahkan anaknya menjadi cita-cita dan harapan dalam hidupnya Hal tersebut sesuai dengan kutipan hasil wawancara dengan Kanah (orang tua dari Yuni Nur Chaerani, siswa SD N 02 Bandengan) berikut : Menurut saya pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap motivasinya untuk menyekolahkan anak, jika pendidikan orang tua tinggi pasti dia juga akan mempunyai motivasi yang lebih dalam menyekolahkan anak. Begitu pula sebaliknya jika pendidikan orang tua rendah, maka motivasi untuk menyekolahkan anaknya juga pasti rendah. 55 Hal yang sama juga dikatakan oleh Sutrisno (orang tua dari Yuliawati, siswa SD N 02 Bandengan), yang mengatakan bahwa : Tingkat pendidikan orang tua akan sangat mempengaruhi motivasi dalam menyekolahkan anaknya. Sejauh mana pendidikan yang telah dia tempuh nantinya akan mempengaruhi dirinya tentang betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan anak. Terlebih bagi mereka yang berasal dari ekonomi yang menengah ke atas pastinya akan lebih termotivasi dalam menyekolahkan anaknya. 56
55
Wawancara pribadi dengan Kanah, orang tua dari Yuni Nur Chaerani (siswa SDN 02 Bandengan), 8 Desember 2015. 56 Wawancara pribadi dengan Sutrisno, orang tua dari Yuliawati (siswa SDN 02 Bandengan), 8 Desember 2015.