Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Keluarga Berencana di Kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan Darozatun Nisa, Anwar Hassan 1.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16436, Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Keikutsertaan dalam keluarga berencana penting untuk mencapai tujuan KB dengan pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender, angka keikutsertaan pria dalam KB di Indonesia masih tergolong rendah 3,46% pada tahun 2012 (SDKI), hal tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 5%. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran dan faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam KB.Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan, bulan November – Desember 2014, menggunakan kuesioner pada 96 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 17,7% responden yang ikutserta dalam keluarga berencana, serta adanya hubungan yang bermakna antara faktor diskusi dengan istri tentang kontrasepsi pria, dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi pria, pengetahuan dan sumber informasi mengenai kontrasepsi pria dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana.
Factors Associated With Male Participation In Family Planning in Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan on 2014. Abstract Participation in family planning is important to achieve the purpose of family planning with health reproductive approach , reproductive rights and gender equality, numbers of men 's participation in family planning in Indonesia is still low of 3.46 % in 2012(SDKI), it is still far from the national target of 5 %.The study aims to determine of men 's participation in family planning and factors assoiciated to the participation of men in family planning . This research design using cross sectional approach implemented in Cilenggang , Serpong , South Tangerang , in November-December 2014, using a questionnaire on 96 respondents . The results showed that there were 17.7 % of respondents who participated in family planning ( condoms and vasectomy ). There are meaningfull association between between discussion with the wife of a male contraceptive , wife support for male contraceptive use , knowledge and resources about male contraception with male participation in family planning. Keyword : Family Planning, MOP (Medical Method Operated)/Vasectomy, Condom
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Pendahuluan Penduduk yang berkualitas tinggi akan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan. Penduduk berjumlah besar dengan pertumbuhan cepat disertai dengan kualitas rendah akan memperlambat tujuan pembangunan. Menyadari hal ini pemerintah melakukan berbagai program untuk membangun Sumber Daya Manusia. Salah satunya adalah program Keluarga Berencana (KB). Secara makro KB berfungsi untuk mengendalikan kelahiran, sedangkan menurut perspektif mikro KB berfungsi untuk membantu keluargadan individu dalam mewujudkan hak – hak reproduksi, penyelenggaraan pelayanan, pengatura, dan dukungan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak serta pengaturan kehamilan dan pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (PKBN,2008) Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD 1994) menyepakati perubahan paradigma, dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas, menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender. Kesetaraan dan Keadilan Gender yaitu suatu kondisi yang setara, sejajar, dan seimbang secara harmonis dalam hubungan kerjasama antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007, partisipasi pria dalam ber-KB secara nasional hanya mencapai 2,62% di antaranya 2,27 % akseptor kondom dan 0,35% akseptor vasektomi dan pada tahun 2012 partisipasi pria dalam ber-KB secara nasional mencapai 3,46%, diantaranya 0,35% akseptor vasektomi dan 3,11% akseptor kondom. Sebagai salah satu contoh Negara berkembang di dunia yang tingkat partisipasi pria dalam program KB rendah adalah Bangladesh dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, berdasarkan wanita usia menikah 10 – 49 tahun yang menggunakan metode KB, pada tahun 2004 presentase pengguna KB pria sebesar 4,8 tahun 2007 sebesar 5,2 dan pada tahun 2011 sebesar 6,7 (BDHS,2011) Rendahnya penggunaan kontrasepsi di kalangan pria diperparah oleh kesan selama ini bahwa program KB hanya diperuntukan bagi wanita, sehingga pria lebih cenderung bersifat pasif. Hal ini juga nampak dari kecenderungan pengguna tenaga perempuan sebagai petugas dan promotor untuk kesuksesan program KB, padahal praktek KB merupakan permasalahan keluarga, dimana
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti juga merupakan permasalahan pria dan wanita. Menurut SDKI 2012 akseptor KB pria di Banten masih tergolong rendah dan merupakan provinsi kedua terendah di Pulau jawa dengan partisipasi pria yang menggunakan KB vasektomi dan kondom yaitu 4,7 dengan rincian 2,4% akseptor Kb kondom dan 2,3 % akseptor KB Vasektomi atau sterilisasi, , kota Tangerang selatan termasuk ke dalam urutan ke empat dengan penduduk terbanyak di Provinsi Banten pada tahun 2010, dengan laju pertumbuhan 4,60 pada tahun 2010. Program keluarga berencana gencar dilakukan, berikut presentase pengguna KB aktif dari tahun 2010 – 2012. Berdasarkan hasil diatas program KB di Kecamatan serpong masih belum dikategorikan sebagai program KB untuk mencapai kesetaraan gender, dan partisipasi pria sebagai akspetor KB masih rendah yaitu 3,4% pada tahun 2013 ( Rekapitulasi hasil, Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan,PLKB Kecamatan Serpong 2013) dan Kelurahan Cilenggang merupakan kelurahan yang mempunyai akseptor KB pria (vasektomi dan kondom) terendah yaitu 38 orang atau sekitar 3% dari total 1.233 PUS yang terdata. Rumusan Masalah Rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana di Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong dan belum diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana, maka peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang berhubungan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana. Tujuan Penelitian Diketahuinya gambaran keikutsertaan pria dalam keluarga berencana dan faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana di Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan tahun 2014.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana di Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong, sebagai masukan untuk sosialiasi program KB khususnya kontrasepsi pria dan evaluasi pelaksanaan program KB b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka khususnya dalam program pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. c. Sebagai khasanah dalam menambah wawasan pengetahuan, dan pengalaman berharga di bidang penelitian Tinjauan Teoritis Keluarga berencana memungkinkan individu dan pasangan untuk mengantisipasi dan mencapai jumlah anak yang mereka inginkan dan jarak dan waktu kelahiran mereka. Hal ini dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan infertilitas secara sukarela. Kemampuan seorang wanita untuk ruang dan membatasi kehamilannya memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan serta pada hasil setiap kehamilan. ( WHO ) Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana dalam Repe- lita I adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya.Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat. Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dalam UU No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dijelaskan bahwa Pengelolaan upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera berasaskan perikehidupan dalam keseimbangan, manfaat, dan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Menurut WHO manfaat dari keluarga berencana antara lain : Mencegah kehamilan yang berhubungan dengan risiko tinggi pada wanita, Keluarga berencana membantu wanita memilih kapan ingin hamil yang memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan. Keluarga berencana memungkinkan jarak kehamilan dan dapat menunda kehamilan pada wanita muda pada peningkatan risiko masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan awal, dan dapat mencegah kehamilan di antara wanita yang lebih tua yang juga menghadapi peningkatan risiko. Keluarga berencana memungkinkan perempuan yang ingin membatasi ukuran keluarga mereka untuk melakukannya. Bukti menunjukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari empat anak akan meningkatkan risiko kematian ibu. Metode kontrasepsi menurut WHO (2013) terbagi menjadi dua metode yaitu metode tradisional dan metode modern, adapun metode tradisional diantaranya terdapat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1 Metode
Deskripsi
Senggama
Penarikan
penis
Terputus (koitus mengeluarkan interuptus)
dari
sperma,
vagina dan
saat
akan
ejakulasi
diluar
vagina/menjauhkan sperma masuk ke dalam vagina.
Pantang berkala
Metode ini menggunakan perhitungan kalender dengan memantau jadwal haid/siklus pada wanita, memantau hari subur, dan memantau cervical mucus dan suhu tubuh
Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah anak dalam keluarga. Untuk merealisasikan tujuan terciptanya Keluarga Berkualitas 2015, Partisipasi pria dalam Keluarga Berencana adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. Dalam hal ini dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi pria merupakan satu bentuk partisipasi pria secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
dan membuat keputusan yag lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, Menurut Bertrand (1980), adalah sebagai berikut : •
Faktor sosio demografi Informasi dari faktor ini sangat penting untuk mengetahui segmen mana dari populasi target yang tidak menggunakan pelayanan KB. Penerimaan keluarga berencana lebih banyak pada mereka yang mempunyai standar hidup yang lebih tinggi. Indikator status sosio – ekonomi termasuk tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, jenis rumah, jumlah anak, gizi ( Negara – Negara sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.
•
Faktor sosio - psikologi Sikap kepercayaan ( beliefs ) dari populasi target merupakan kunci penerimaan KB. Beberapa faktor sosio – psikologi yang penting antara lain : ukuran keluarga ideal, perhatian terhadap kehamilan dan kelahiran, pentingnya nilai anak laki – laki, adanya diskusi antara suami dan istri tentang kontrasepsi, serta adanya dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi oleh pria ( suami )
•
Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan Keluarga Berencana diantaranya adalah keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang kontrasepsi, sumber informasi tentang kontrasepsi.Ketersedian alat kontrasepsi dan jarak ke tempat pelayanan.Berikut kerangka teori Bartrand (1980).
Metode Penelitian Desain penelitian ini secara kuantitatif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana di Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan tahun 2014.Desain ini digunakan untuk mempelajari dinamika hubungan variable independen dengan variable dependen melalui pendekatan observasi atau pengumpulan data yang dilakukan pada satu kali pengamatan tiap subjek/responden atau semua pengukuran variable (dependen dan independen) dilakukan dalam satu waktu.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Populasi penelitian penelitian ini adalah seluruh pria pasangan usia subur yang berstatus kawin dengan istri usia produktif (15 – 49 ) tahun yaitu sebesar 2009 orang . Sampel sebanyak 95,25 dan dibulatkan menjadi 100 sampel. n:
! !!!(!)
n=
!""# !!!""#(!,!)
= 95,25
n : Sampel N : Ukuran Populasi E : Persen ketidaktelitian (10%) Pengambilan sampel dilakukan denga teknik pengambilan sampel propotional random sampling merupakan teknik sampling dimana teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiaptiap sub populasi dengan memperhitungkan kecilnya sub-sub populasi tersebut (Subliyanto, 2010). Hasil Penelitian Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Umur Istri No
Variabel
Kategori
Jumlah
Presentase (%)
1
Umur
<40
45
46,9
≥40
51
53,1
96
100
<35
40
41,7
≥35
56
58,3
96
100
Responden Total 2
Umur Istri Responden
Total
Responden penelitian ini merupakan pria pasangan usia subur yang memiliki istri usia produktif yaitu 15 – 49 tahun. Dari hasil penelitian umur responden yang lebih dari 40 tahun sebanyak 45 orang (46.9%) dan yang kurang atau sama dengan 40 tahun sebanyak 51 orang (53,1%),
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
sedangkan umur istri responden yang kurang dari 35 tahun sebanyak 40 orang (41.7%) dan umur istri responden yang lebih dari atau sama dengan 35 tahun sebanyak 56 orang (58.3%). Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepesertaan KB Pria di Kelurahan Cilenggang , Serpong, Tangerang Selatan Tahun 2014 Keikutsertaan KB
Jumlah
Presentase (%)
Ya
17
17.7
Tidak
79
82.3
Total
96
100
Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya sebagian kecil responden menjadi akseptor KB yaitu dari 96 responden terdapat 17 orang atau 17,7% diantaranya 14 orang menggunakan kondom dan 3 menggunakan vasektomi atau MOP (metode operasi pria) dan 78 orang tidak menjadi akseptor KB, hal tersebut berbanding lurus dengan data PLKB kecamatan Serpong tentang akseptor KB pria di Kelurahan Cilenggang tahun 2013 hanya ada 38 orang yang menjadi akseptor KB ( kondom dan vasektomi ). Gambaran keikutsertaan pria dalam KB terdapat pada tabel 5.3.1 berikut : Dari 17 orang (17,7%) yang ikut serta dalam keluarga berencana responden mengatakan bahwa alasan mereka ikut serta dalam keluarga berencana adalah 2 orang (2.1%) mengatakan bahwa KB pria murah, 11 orang (11,5%) mengatakan bahwa istrinya tidak ber-KB, 2 orang (2,1%) mengatakan tidak ada efek samping, dan 2 orang (2,1%) mengatakan KB pria itu efektif. Dari 17 orang (17,7%) yang ikut serta dalam keluarga berencana, responden merasakan beberapa keluhan penggunaan kontrasepsi pria diantaranya terdapat 3 orang (3.1%) merasakan kurang nyaman saat bersenggama, 2 orang (2.1%) merasakan keluhan alergi atau pemakaian kondom, 3 orang
gatal setelah
(3.1%) mengatakan KB pria mengurangi kenikmatan saat
bersenggama dengan pasangan dan 9 orang (9.4%) merasa tidak pernah mengalami atau merasakan keluhan. Alasan pria atau suami yang tidak ikut serta dalam keluarga berencana yaitu diantaranya mengatakan, 65 orang (67,7%) istrinya ikut KB, 3 orang (3,1%) mengatakan bahwa KB merupakan urusan dari istri, 3 orang (3,1%) mengatakan merepotkan, dan 8 orang (8,3%) mengatakan tidak cocok hal tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa responden yang mengatakan tidak cocok berarti pernah mencoba atau ikut serta dalam keluarga berencana.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Dari responden yang mengatakan istrinya ikut dalam keluarga berencana, dengan metode kontrasepsi yang beragam diantaranya, istri responden yang menggunakan pil KB sebanyak 21 orang (21.9%), suntik sebanyak 33 orang (34.4%), IUD sebanyak 9 orang (9.4%). Implant sebanyak 6 orang (6.3%), tubektomi/MOW sebanyak 3 orang (3.1%) dan pantang berkala sebanyak 7 orang (7.3%). Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sosio demografi di Kelurahan Cilenggang , Serpong, Tangerang Selatan Tahun 2014 No
Variabel
Kategori
Jumlah
Presentase(%)
1
Umur Responden
≥ 40
51
53,1
< 40
45
46,9
96
100
Tinggi
75
78.1
Rendah
21
21.9
96
100
>2
66
68.8
≤2
30
31.2
96
100
0 = Swasta
40
41,7
1 = Negeri
56
58.3
96
100
Total 2
Pendidikan
Total 3
Jumlah anak
Total 4
Pekerjaan
Total
Pada faktor sosio demografi hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden yang lebih dari atau sama dengan 40 tahun sebanyak 51 (53,1%) dan kurang dari 40 tahun memiliki jumlah 45 (46,9%), untuk pendidikan sebagian responden berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 75 orang (78,1%) dan berpendidikan rendah sebanyak 21 orang (21,9%), responden dengan jumlah anak lebih dari 2 orang lebih banyak yaitu 66 responden ( 68,8%) dibandingkan dengan responden yang memiliki jumlah anak kurang atau sama dengan dua anak yaitu 29 responden (30,2%), serta responden dengan pekerjaan negeri yaitu dengan pekerjaan pegawai negeri sipil, pegawai swasta,
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
dan TNI/polri lebih besar yaitu sebanyak 56 responden (58,3%) dan responden yang memiliki pekerjaan swasta yaitu petani,buruh tani,pedagang/wiraswasta, pekerja lepas/buruh,tidak bekerja sebanyak 39 responden ( 40,6%).
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai
pegawai swasta sebanyak 40 orang (41.7%), ekerja lepas/buru sebanyak 19 orang (19.8%), pedagang/ wiraswasta sebanyak 17 orang (17.7%), pegawai negeri sipil sebanyak 12 orang (12.5%), TNI atau Polri sebanyak 4 orang (4.2%) dan lain – lain atau tidak bekerja sebanyak 4 orang (4.2%). Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sosio Psikologi di Kelurahan Cilenggang , Serpong, Tangerang Selatan Tahun 2014 No
Variabel
Kategori
Jumlah
Presentase
1
Dukungan istri
Mendukung
44
45.8
Tidak
52
54.2
96
100
Pernah
62
64.6
Tidak pernah
34
35.4
96
100
terhadap penggunaan kontrasepsi oleh suami mendukung Total 2
Diskusi bersama istri tentang penggunaan kontrasepsi oleh suami
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Hasil penelitian pada faktor sosio psikologi yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana yaitu faktor dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi pada pria menunjukan bahwa sebagian besar pria / suami pernah melakukan diskusi bersama istri untuk penggunaan kontrasepsi yaitu sebesar 62 responden (64,6%) yang menyatakan pernah berdiskusi tentang penggunaan kontrasepsi oleh suami dan 34 responden (35,4%) menyatakan tidak pernah berdiskusi dengan istri tentang penggunaan kontrasepsi oleh suami, sedangkan dari faktor dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepi pada suami ada sebanyak 52 responden (54,2%) tidak mendapatkan dukungan dari istri dalam penggunaan kontrasepsi hal ini lebih besar dibandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan dari istri terhadap penggunaan kontrasepsi pada suami yaitu sebanyak 44 responden (45,8%). Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Yang Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Cilenggang , Serpong, Tangerang Selatan Tahun 2014 No
Variabel
Kategori
Jumlah
Presentase
1
Pengetahuan
Baik
54
56,3
Kurang
42
43,7
96
100
Tenaga Kesehatan
68
70.8
Bukan Tenaga
28
29.2
96
100
Total 2
Sumber Informasi
Kesehatan Total
Hasil penelitian dari faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehaatan dengan keikutsertaan pria dalam KB menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan tentang kontrsespi baik lebih besar yaitu sebesar 54 responden (56,3%) sedangkan responden dengan pengetahuan kontrasepsi kurang sebanyak 43 responden (43,7%), hasil penelitian juga menunjukan bahwa 68 responden (70,8%) memperoleh informasi tentang kontrasepsi dari tenaga
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
kesehatan sedangkan 28 responden (29,2%) memperoleh informasi tentang kontrasepsi dari bukan tenaga kesehatan. Namun metode vasektomi masih kurang dipahami oleh responden, hal ini terlihat dari pertanyaan tentang tujuan vasektomi yaitu terdapat 38 orang (39.6%) tidak mengetahui tujuan dari vasektomi, dan hampir sebagian responden 56 orang (58.3%) tidak tahu akan keuntungan dari vasektomi/MOP. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Variabel No
Variabel
Kategori
Keikutsertaan Dalam KB Ya Tidak n n (%) (%)
OR
P value
Faktor Sosio Demografi 1
2
Umur Responden
≥40
Pendidikan
Tinggi
<40
Rendah 3
4
Jumlah anak
>2
Pekerjaan
1 = Negeri (PNS, Pegawai swasta, TNI/Polri)
≤2
0 = Swasta ( Petani,buruh tani,pedagang/wiraswasta, pekerja lepas/buruh,tidak bekerja) Faktor Sosio Psikologi 5 Dukungan Mendukung istri terhadap Tidak mendukung penggunaan kontrasepsi oleh suami 6 Diskusi Pernah bersama istri tentang Tidak pernah penggunaan
9 (17,7%) 8 (17,8%) 12 (16,0%) 5 (23,8%)
42 (82,4%) 37 (82,2%) 63 (84,0%) 16 (76,2%)
0,991 (0,3472,832)
1,000
.610 (.188 1.981)
.518
11 (16,7%) 6 (20,0%) 12 (21,4%)
55 (83,3%) 24 (80,0%) 44 (78,8%)
.800 (.253 2.320)
.914
1.909 (.6145.932)
.391
5 (12,5%)
34 (87,5%)
15 (34,1%) 2 (3,8%)
29 (65,9%) 50 (96,2%)
12.931 (2.75960.603)
.000.
17 (27,4%)
45 (72,6%)
.726 (.623 - .846)
.002
0 (0%)
34 (100%)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
kontrasepsi oleh suami Faktor Yang Berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan 7 14 Pengetahuan Baik Kurang 8
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan Bukan Tenga Kesehatan
(25,9%) 3 (7,1%) 15 (22,1%) 2 (7,1%)
40 (74,1%) 39 (92,9%) 53 (77,9%) 26 (92,9%)
4.550 (1.21217.078)
.034
3.679 (.78217.304)
.148
Pembahasan 1. Faktor Sosio Demografi Umur Menurut Notoatmodjo (2003) umur berpengaruh terhadap psikis seseorang, umur muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur responden dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana (p value = 1.000) , OR = 0,991 responden yang berumur lebih atau sama dengan 40 tahun menjadi peserta KB yaitu sebesar (17,6%) dan sebagian besar dari responden tersebut menggunakan metode KB kondom sebagai alat kontrasepsi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Utami (2010) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kepesertaan dalam keluarga berencana. Pendidikan Hasil analsisi bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna anatara pendidikan dengan terhadap keikutsertaan pria dalam keluarga berencana (p value = 0.518), OR = 0.610. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan BKKBN (2000) dalam Maisya (2003) bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh jika dikaitkan dengan masalah KB pria karena dalam KB pria tidak dituntut orang yang berpendidikan tinggi menggunakan kontrasepsi. Peneliti beramsumsi hal ini kemungkinan disebabkan di dunia pendidikan formal juga tidak ada materi khusus yang membahas tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keluarga berencana sehingga disini seseorang mengetahui tentang partisipasi pria dalam KB bukan dari
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
sektorpendidikan formal melainkan dari teman dan mass media terutama dari surat kabar dan televisi. Namun hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sarini (2004) di Kabupaten Indragiri Hilir. Pekerjaan Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi menurut Bartrand (1980) namun dalam penelitian ini pekerjaan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana. Hasil bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana (p value = 0,421), OR = 1,855. Hasil penelitian ini sejalan dengan Utami (2010) di Kelurahan Pondok Ranggon, dan hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan sarini (2004) di Kabupaten Indragiri Hilir yang mengatakan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana. Jumlah Anak Sesuai dengan anjuran BKKBN jumlah anak ideal itu adalah 2 anak maka di harapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih dari 2 kemungkinan unutk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingan dengan pasangan yang mempunyai anak sedikit atau kurang dari dua. (BKKBN 2009), namun melihat hasil penelitian ini ada kemungkinan bahwa meskipun telah memiliki anak lebih dari 2 terkadang pasanga suami istri menginginkan anak kembali dengena berbagai alasan seperti merasa belum lengkap jika belum ada anak laki – laki atau perempuan atau banyak anak banyak rejeki. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak hidup dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana (p value = .914), OR = .800, hal ini sejalan dengan penelitian Hasian (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah anak dengan kepesertaan pria dalam keluarga berencana di Kelurahan Pondok Ranggon. 2. Faktor Sosio Psikologi Diskusi dengan Istri Tentang Penggunaan Kontrasepsi Pria Komunikasi tatap muka antara suami dan istri merupakan jembatan dalam kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Tidak adanya diskusi antara suami dan istri mungkin cermin kurangnnya minat pribadi, penolakan terhadap suatu persoalan atau sikap tabu dala membicarakan hal – hal yang berkaitan. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara diskusi dengan istri tentang penggunaan kontrasepsi terhadap keikutsertaan pria dalam keluarga
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
berencana dengan (p value = 0,002), OR = 0,726 hal tersebut berarti responden yang pernah berdiskusi dengan istri tentang penggunaan KB pria memiliki peluang 0,726 kali lebih kecil untuk ikut serta dalam KB dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan diskusi dengan istri, hal ini sejalan dengan penelitian Utami (2010) dan sejalan dengan kerangka teori Bertrand (1980) yang menyatakan bahwa diskusi dengan istri terhadap penggunaan kontrasepsi mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Dukungan Istri Terhadap Penggunaan Kontrasepsi Pria Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi terhadap keikutsertaan pria dalam keluarga p value kurang dari 0.05, nilai OR = 12.931 yang berarti bahwa pria yang istrinya mendukung terhadap penggunaan kontrasepsi mempunyai peluang 12.931 lebih besar dibandingkan dengan pria yang istrinya tidak mendukung penggunaan kontrasepsi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utami (2010). Dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi merupakan gambaran sikap positif istri terhadap KB, apabila pasangan suami istri mempunyai sikap yang positif terhadap KB maka mereka cenderung akan memakai kontrasepsi (BPS dan Macro International, 2007 dalam Utami 2010). 3. Faktor Yang Berhubungan dengan Pelayanan Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng namun sebaliknya apabila tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan KB merupakan aspek penting kea rah pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang selanjutnya berpengaruh terhadap pemakaian alat/cara KB yang tepat dan efektif. (BPS dan Macro International 2007 dalam Utami 2010Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermaknaa antara pengetahuan tentang kontrasepsi dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana (p value = 0,034 ) nilai OR 4.550 yang diinterpretasikan bahwa responden yang berpengetahuan baik 4.550 kali lebih besar mempunyai peluang untuk ikutserta dalam keluarga berencana dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan kurang. Hasil penelitian juga menunjukan ada beberapa aspek pengetahuan yang masih kurang diantaranya tujuan dan keuntungan dari vasektomi/MOP
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
(metode operasi pria) presentase responden yang menjawab tidak tahu 39,6% dan presentase keuntungan dari vasektomi responden yang menjawab tidak tahu mencapai 58,3%. Sumber Informasi Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi tentang kontrasepsi terhadap keikutsertaan pria dalam KB (p value = 0,148), nilai OR = 3,679. Menurut Bartrand (1980), salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah sumber informasi, dan sumber informasi dari tenaga kesehatan berpengaruh besar terhadap penggunaan kontrasepsi, hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan cukup tinggi yaitu 68 responden (70,8%) namun yang menjadi peserta KB hanya 15 (22,1%). Hal tersebut menunjukan bahwa sumber informasi yang di dapatkan dari tenaga kesehatan bukan merupakan faktor penentu bagi seorang pria untuk ikut serta dalam keluarga berencana. Hal ini mungkin dikarenakan masih adanya kesenjangan gender atau bias gender dan sasaran KIE dan konseling KB yang lebih banyak di arahkan pada perempuan (BKKBN dalam BKKBN dan UNFPA 2002). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitia yang dilakukan terhadap 96 responden yang ada di Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan Tahun 2014 tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Pria dalam Keluarga Berencana, dapat disimpulkan : •
Keikutsertaan pria dalam KB secara langsung yang ditunjukan dengan penggunaan kontrasepsi kondom dan vasektomi sebesar 17,7%, pengguna Kondom 14 (14.6%) dan Vasektomi/ MOP 3 (3.1%)
•
Faktor Sosio Demografi seperti umur, pekerjaan, pendidikan dan jumlah anak tidak ada hubungan yang bermakna dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana.
•
Faktor sosio psikologi seperti diskusi dengan istri tentang kontrasepsi ada hubungan yang bermakna dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana dan dukungan istri terhadap penggunaan kontrasepsi ada hubungan bermakna dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana.
•
Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana dan faktor
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
sumber informasi tidak ada hubungan yang bermakna dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencana Saran Berdasarkan Kesimpulan diatas ada beberapa yang perlu di perhatikan yaitu : •
Untuk PLKB Kecamatan Serpong : Memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi kepada pria secara intensif melalui berbagai kegiatan yang ada di masyarakat, seperti pengajian bapak – bapak, pertemuan rutin antar RT/RW dan Lurah, dengan bantuan kader, tokoh agama, atau tokoh masyarakat untuk menggerakan masyarakat agar Memberikan penyuluhan pengetahuan khususnya pengetahuan tentang cara penggunaan
kondom,
pengetahuan tentang vasektomi/ MOP secara keseluruhan.Menggunakan role model seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, atau kader pria. Memberikan penjelasan tentang semua metode KB atau alat kontrasepsi termasuk kontrasepsi pria kepada istri atau suami yang mengantarkan istri yang melakukan konseling KB dan memberitahukan kepada istri atau pengunjung konseling KB bahwa keputusan penggunaan kontrasepsi harus di diskusikan dengan suami agar meningkatkan peran serta suami dalam KB baik langsung maupun tidak langsung. Penyebaran informasi tentang kontrasepsi secara massive •
Untuk Peneliti Lain : Bagi peneliti lain yang meneliti hal yang sama diharapkan dapat mengembangkan faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam keluarga berencanaa
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Daftar Referensi Bangladesh demographic and health survey .2007 http://www.unicef.org/bangladesh/BDHS2007_Final.pdf Bertrand , Jane T, 1980. Audience research for improving family planning communication programs : The community and family study centre Bertrand. Kerangka Pikir Konseptual Permintaan KB serta Dampak Pada Fertilitas.Dalam : BKKBN. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB.BKKBN. Bandung. 2007. BKKBN. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria dalam KB. (http://www.bkkbn.go.id/gemapria/info-detail.php?infid=79, 200) BKKBN.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Pria dalam KB.
2007
http://www.bkkbn.go.id/gemapria/info-detail.php?infid=79) Buletin Cukilan Data PKBN. 2008. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas.JakTim : BKKBN PUSAT Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008.Skripsi. Universitas Dipenogoro.2008. http://eprints.undip.ac.id/18622/1/SAPTONO_IMAN_BUDISANTOSO.pdf Fienalia, Rainy Alus. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasian, Maretha. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pria dalam Program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjung Pinang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasil Rekapitulasi Pendataan Keluarga Berencana, Rekapitulasi hasil, Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan,PLKB Kecamatan Serpong 2013. Hatono,Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan.Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015
Jumlah penduduk Kota Tangerang selatan berdasarkan kecamatan.Badan Pusat statistic Kota Tangsel.http://tangselkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=131 Rasio Jenis Kelamin dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2013.http://tangselkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=134 Rob,
dkk. Men's in Bangladesh, India, and Pakistan Reproducive Health Issues. Karshat Publisher. Dhaka, Bangladesh. 1999
Sukardi, 2011, Partisipasi Pria dalam Keluarga berencana, Artikel, BKKBN Sulawesi Barat, (http://sulbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=112&ContentTypeId=0x0100 3DCABABC04B7084595DA364423DE7897) Sureni, dkk. 1999. Studi Gender Peranan Pria dalam Penggunaan Kontrasepsi di propinsi DIY. Yogyakarta: Kanwil BKKBN DIY & PSW UMY. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. (http://birohukumsiskum.sumutprov.go.id/myadmin/undang/10%20Tahun%201992.pdf.)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Darozatun Nisa, FKM UI, 2015