BAB III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Secara umum metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
34
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif dengan melakukan studi lapangan di international switching center PT. Indosat, Tbk. Penelitian ini melakukan 7 tahapan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, sebagaimana terlihat pada gambar di atas. Mulai dari studi literatur sampai dengan pengambilan kesimpulan. Pada metode penelitian ini juga dimulai analisa perangkat apa saja yang diperlukan pada setiap langkah penelitian ini.
3.1
Studi Literatur Studi litelatur yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan
pemahaman materi tentang VoIP yang menggunakan protokol pensinyalan SIP (SIP-Based VoIP), materi tentang keamanan sistem SIP-Based VoIP terhadap serangan DOS yang dapat terjadi menggunakan protokol pensinyalan SIP. Selain itu, materi tentang pengukuran performansi kualitas pensinyalan SIP dan juga kualitas layanan jaringan.Kemudian juga dicari penelitian yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dengan penjelasan lebih rinci dijabarkan pada subbab 2.1.
3.2
Konfigurasi Interkoneksi SIP IDD Pada subbab ini dijelaskan mengenai konfigurasi interkoneksi IDD
menggunakan sistem SIP-Based VoIP. Berikut dibawah ini gambar konfigurasi interkoneksi IDD sebagai berikut.
35
Gambar 3.2 Konfigurasi Interkoneksi SIP IDD Elemen jaringan utama pembentuk interkoneksi SIP pada interkonesi IDD diantaranya adalah Softswitch dan SBC. Softswitch pada penelitian ini adalah Xener Softswitch Class 4 (C4) sebagai core network PT. Indosat, Tbk sedangkan elemen keamanan jaringan yang digunakan adalah Acme Packet Session Border Controller (SBC).
3.2.1 Xener Softswitch Class 4 Softswitch Xener C4 digunakan di internasional switching center pada PT. Indosat Tbk berfungsi sebagai switching sebagaimana fungsi switching pada umumnya, sebagai interkoneksi switching internasional untuk melakukan panggilan incoming dan outgoing maupun terminating dari / ke lokal TDM switching Indosat (domestik) dan Mobile Switching Center (MSC) Indosat, saat ini interkoneksi sambungan langsung internasional (SLI) melalui Xener softswitch C4, sebagai salah satu SLI yang dimiliki Indosat, memiliki access code +01016 dari nomer domestik atau mobile Indosat. 3.2.1.1 Arsitektur Xener Softswitch Class 4
36
Gambar 3.1 menggambarkan tentang arsitektur pada Xener softswitch C4. Pada Xener softswitch C4 terdapat 3 lapisan utama server hardware diantaranya adalah server untuk DAS/RAID, server untuk Operation and Maintenance (OAM) dan Database (DB) dan server untuk Routing & Call.
Gambar 3.4 Arsitekur Sistem Xener Softswitch C4 [10] Secara hardware OAM server dan Call server memiliki sistem redundansi. Masing-masing server terdiri dari 1 hardware active dan 1 hardware stand-by. Fungsi dari masing-masing server adalah sebagai berikut:
DAS/RAID server, berfungsi menjalankan
salah
satu
entitas
fungsional software Xener softswitch yang berfungsi untuk menyimpan informasi subscriber, data ruting, call log, back-up data CDR yang sudah jadi.
OAM server, berfungsi menjalankan Graphic User Interface (GUI) untuk aktifitas Operation And Maintenance (OAM), mengolah data-
37
data (alarm, performance) secara real time, melakukan pembentukan CDR dan interkoneksi ke sistem billing.
Call server, berfungsi untuk melakukan kontrol panggilan (call control) dengan berbagai protocol VoIP (seperti: MGCP, SIP, ISUP, H.323, MEGACO), menjalankan fungsi ruting dan number translation.
Secara fungsional sistem arsitektur Xener softswitch C4 terdapat beberapa sub sistem yang saling berkolerasi diantaranya adalah Centralized OAM Control Sub-System (COCS), Centralized Service Control Sub-System (CSCSS), Media Gateway Control Sub-System (MGCSS), Session Initiation Protocol Sub-System (SIPSS) dan H.323 Control Sub-System (H3CSS). Xener Softswitch COCSS
CSCSS Feature Server
OAM Server
AS Interface Server
Routing Server CDR Server
Flexibility MGCP/H.248
H.323
SIP
Registration & Load-Dist ribution Server Load-
Call Server
Call Server
Call Server
Registration & Load-Dist ribution Server Load-
Call Server
.....
Call Server
Registration & Load-Dist ribution Server Load-
Call Server
Call Server
Call Server
MGCSS
H3CSS
CSSIPSS
RS
Scalability
Gambar 3.5 Arsitektur Fungsional Xener Softswitch C4 [10] Berikut dibawah ini fungsi dari masing-masing server pada sub sistem:
38
OAM server: GUI-based man-machine interface, system start-up and restart control, system configuration management, sata backup and retrieve, system statistics and measurement control, traffic management, fault management, test management, NMS interface (SNMP, CORBA) CCS interface
CDR server: Call event collection and management function, CDR generation function, Billing mediation server (billing system) interface function, CDR management, call traffic statistics collection function.
Routing server: Number translation function, Routing function.
AS Interface server: Application server interface function – PSTN/IP SCP, SIGTRAN (SCTP/SUA) signaling adaptation function, AIN SSF function (centralized control functions), application server interface function.
Aktifitas implementasi perancangan penelitian pada Xener softswitch C4 akan dilakukan pada OAM server yang memiliki fungsi sebagai user interface untuk melakukan managemen konfigurasi sistem. Melalui OAM dapat dilakukan provisioning interkoneksi SIP, membuat routing, numbering / prefix, monitoring performansi dan lain-lain. MGCSS, SIPSS dan H3CSS merupakan sub-system khusus yang menjalankan kemampuan interoperability terhadap konfigurasi jaringan menggunakan Xener softswitch C4.
39
Gambar 3.6 Arsitektur Fungsional Xener Softswitch C4 – 2 [10] Setiap sub sistem MGCSS, SIPSS dan H3CSS memiliki call server yang berbeda walaupun secara hardware masih didalam 1 hardware call server yang sama dengan sistem redudansi, sehingga dalam 1 sistem arsitektur Xener softswitch C4 dapat mendukung interoperability beberapa protocol (seperti: MGCP, SIP, ISUP, H.323, MEGACO).
3.2.1.2 SIP Building Blocks Sistem arsitektur Xener softswitch merupakan suatu kesatuan sub sistem dimana masing-masing sub-sistem terdiri dari beberapa fungsional server yang memiliki fungsinya masing-masing. Perlu diketahui secara khusus tentang SIP building blocks pada SIP Sub-System (SIPSS) didalam sistem arsitektur Xener softswitch C4. SIPSS menjalankan fungsi sebagai SIP server yang secara umum
40
berfungsi berdasarkan protokol SIP untuk mengelola dan mengontrol panggilan, memberikan fungsi interkoneksi ke external SIP network.
Gambar 3.7 SIP Building Blocks Xener Softswitch C4 [10] SIP building blocks pada SIP Sub-System (SIPSS). SIPSS dibagi dibagi menjadi 2 fungsional yaitu, SIP subscriber dan SIP trunk. Xener softswitch C4 yang digunakan di PT. Indosat Tbk tidak difungsikan SIP subscriber dikarenakan Xener softswitch C4 difungsikan secara penuh untuk trunking tidak difungsikan untuk mennghandle subscriber secara langsung. Fungsi SIP subscriber dijalankan pada sistem yang berbeda menggunakan Xener softswitch Class 5. Untuk interkoneksi SIP pada Xener softwitch C4 mengunakan SIP trunking, berikut dibawah ini tabel fungsional blok SIP trunk didalam SIPSS:
41
Tabel 3.1 SIP Trunk Block Function [10] Blocks
STDH
STRC
STCC
STLC
Function SIP Trunk Add, Change Delete Block / Unblock Un-Registration Protocol Trace Registration Processing Message Register Registration Message Generation Failure Terminal Authentication Terminal Location Info Call State Management SIP Intermediate Step, Incoming Call Control, Invite Message Processing Integration between others Call Control Signaling Protocol Trace, Call Trace Relay Terminal Reserves Management SIP Incoming, outgoing Processing Server Issue to be processed for: -SIP Protocol Message Relay -STRC Interworking
Blok-blok fungsional pada SIP Sub-System yang terdiri dari SIP Trunk Data Handling (STDH), SIP Trunk Registration Control (STRC), SIP Trunk Call Control (STCC) dan SIP Trunk-Load Distribution Control (STLC).
3.2.1.3 Interkoneksi SIP Softswitch Xener Class 4 Interkoneksi SIP pada Xener softswitch C4 dilakukan dengan beberapa tahap membuat database interkoneksi SIP pada SIPSS melalui OAM server. Berikut dibawah ini asosiasi data routing SIP yang pada Softswitch Xener C4.
42
Gambar 3.8 Asosiasi Data Routing Xener Softswitch C4 [6] Gambar 3.8 adalah diagram perutingan panggilan. Didalam proses merutekan panggilan sebagai fungsi switching pada softswitch, softswitch memiliki beberapa parameter yang saling memiliki asosiasi satu sama lain yang digunakan sebagai proses perutingan panggilan. Parameter parameter yang saling berasosiasi tersebut diantaranya adalah Trunk Entity (TE), Route (RTE), Originating Number (OGN), Prefix, Special Route Sequence (SSEQ) dan Normal Route Sequence (RSEQ). Parameter parameter tersebut harus di-define secara benar agar proses perutingan panggilan tidak gagal dan seluruh panggilan (call) dapat terhubung dengan baik. Berikut dibawah ini definisi dari masing-masing parameter tersebut: i. Trunk Entity (TE) for IP: a physical connection to the termination partner. It ties to the IP address and route (RTE). ii. Route (RTE): a logical connection to the termination partner. iii. Origination Group Number (OGN): is ties with TM name iv. Prefix: a table which contains prefix/numbers
43
v. Special Route Sequence (SSEQ): to define the percentage and time based routing vi. Normal Route Sequence (RSEQ): to define the outgoing route (RTE) Pada penelitian ini interkoneksi SIP yang digunakan adalah interkoneksi SIP menuju partner Taiwan NCI dengan nama entity di sofswitch adalah 1E-TWANCIC-SIP-ISBC dengan tipe SIG (signaling) SIP dan IP port 5060. Seperti pada Gambar 3.2 konfigurasi interkoneksi SIP IDD, protokol SIP digunakan untuk interkoneksi softswitch ke SBC. Berikut dibawah ini tabel setting SIP Trunk Entity pada softswitch C4: Tabel 3.2 SIP Trunk Entity ENT_NAME
TWA-NCIJKT-ISBC1-
DOMAI
TYP
COM
N
E
P
SIP
CS1
IP_AUTH
IP_ADDR
IP_POR
RTE
T STATIC_IP_POR
10.253.126.3
T
3
5060
188 4
10.253.126.3 3
SIP trunk merupakan physical koneksi softswith ke sisi lawan. Physical koneksi ini direpresentasikan dengan alamat IP 10.253.126.33 point to point softwitch dengan SIP trunking disisi lawan dimana alamat IP tersebut merupakan IP trunking SBC, bukan merupakan direct IP Taiwan NCI. SIP trunk Taiwan NCI memiliki nomer perutingan / RTE 1884 pada softswitch. Nomer RTE kemudian akan didaftarkan pada distribusi perutingan trunk pada Normal Route Sequence (RSEQ).
44
Nomer perutingan / RTE adalah logical koneksi untuk setiap trunk. Pada softswitch masing-masing RTE dimiliki oleh masing-masing trunk / partner / carrier. pada RTE dapat dibuat manipulasi nomer seperti insert / delete digit untuk A ataupun B number dan juga setting direction / arah panggilan yang diperbolehkan melalui RTE tersebut. Direction dapat di set sebagai incoming maupun outgoing only ataupun di set sebagai Both (incoming dan outgoing). Berikut dibawah ini taber data setting pada RTE 1884: Tabel 3.3 Data RTE RTE
NAME
1884
1E-TWA-NCICSIP-ISBC
SIG
CARRIER
SIP
TWA-
DIR BOTH
HUNT
SEL
INS
DEL
CIR
ASC
00
0
NCIC
Kemudian prefix / number akan ditujukan ke SIP trunk entity menggunakan perutingan RSEQ. Prefix adalah digit nomer yang akan diarahkan ke suatu trunk. Seluruh prefix / number dikelompokan menggunakan Originating Number (OGN). Tabel 3.4 Prefix OGN
PFX
NUM_TYPE CALL_TYPE
SEQ_TYPE
SEQ
MIN
MAX
SZ
85
00639
NORM
INTL
RSEQ
631
7
32
7
101
00639
NORM
INTL
RSEQ
631
7
32
7
102
00639
NORM
INTL
RSEQ
631
7
32
7
197
00639
NORM
INTL
RSEQ
631
7
32
7
Prefix yang menuju ke partner / carrier Taiwan – NCI memiliki 5 digit pertama ‘00639’ dengan tipe panggilan internasional. Sedangkan untuk panggilan nasional
45
dari partner akan dirutingkan ke masing-masing trunk nasional yang dituju melaui RSEQ yang berbeda.
Gambar 3.9 Normal Route Sequence Didalam suatu RSEQ bisa terdapat satu atau lebih RTE, pada RSEQ 631 terdapat RTE 1884 menuju ke parter Taiwan – NCI yang akan melalui interkoneksi SBC terlebih dahulu. Pada RSEQ dapat diaktifkan salah satu dari sequential routing, circular routing dan re-routing. Ketika sequential routing dikonfigurasi, softswitch akan merutekan panggilan ke RTE pada order paling pertama sampai RTE tersebut penuh dan kemudian menggunakan RTE order berikutnya dengan catatan seluruh panggilan akan dicoba dirutingkan ke RTE pertama terlebih dahulu.
Gambar 3.10 Softswitch C4 - Sequential routing pada RSEQ [6] Circular routing, softswitch akanmerutekan panggilan ke semua RTE secara berurutan. Panggilan pertama akan dirutekan ke RTE pertama, panggilan kedua akan dirutekan ke RTE kedua dan seterusnya.
46
Gambar 3.11 Softswitch C4 - Circular routing pada RSEQ [6]
3.2.2 Acme Packet Session Border Controller Acme Packet Session Border Controller (SBC) ditempatkan di perbatasan (border) jaringan packet based menggunakan protokol SIP untuk layanan keamanan interkoneksi International Direct Dialing (IDD) PT. Indosat Tbk. SBC melakukan fungsi kontrol yang diperlukan didalam interkoneksi sesi signaling dan kontrol media. SBC difungsikan sebagai SIP Back-to-Back User Agent (B2BUA) yang berarti bahwa SBC dioperasikan sebagai source dan destination dari seluruh signaling dan media yang masuk ke core network dari IDD maupun yang keluar dari core network menuju ke IDD dimana antara core network Indosat dengan masing-masing partener IDD memiliki perbedaan domain network, core network Indosat dalam hal ini adalah Xener softswtich C4. SBC sebagai B2BUA yang dioperasikan tersebut merupakan model layanan sebagai peering.
47
Gambar 3.12 SBC Sebagai Back to Back User Agent [1] B2BUA merupakan sebuah logical entity. B2BUA yang menerima dan memproses SIP request seperti sebagai User Agent Server (UAS).
B2BUA
bertindak sebagai User Agent Client (UAC) pada saat mengirim request. SBC sebagai B2BUA memelihara dialog state dan berpartisipasi terhadap seluruh request yang dikirim. SBC sebagai SIP B2BUA melakukan terminasi SIP session dan melakukan re-originate session tersebut sebagai session baru yang kemudian di routing-kan melalui SBC. Untuk beberapa session, memungkinkan dilakukan Network Address and Port Translation (NAPT) dan re-write SDP agar memungkinkan apapun session media di routing-kan melalui SBC. SBC menghasilkan call ID baru dan melakukan modifikasi SIP header untuk mencegah agar alamat SIP dan informasi routing core network yang diproteksi oleh SBC tersebut tidak terkirim ke sisi lawan / external peers. [1]
48
3.2.2.1 Routing Policy [1] Routing SIP session pada SBC, next-hop dipilih berdasarkan informasi yang diterima. Routing Policy dapat dibuat sederhana dengan merutekan seluruh panggilan ke salah satu proxy atau merutekan seluruh panggilan dari satu network ke network yang lain. Routing Policy juga dapat dibuat lebih terperinci, menggunakan batasan-batasan untuk mengatur jumlah dan tingkat traffik yang dirutekan ke network tertentu. Ketika call request diterima, oleh SBC diproses apakah request tersebut datang dari suatu Session Agent. Kemudian dilakukan pengecekan apakah Session Agent tersebut berhak melakukan panggilan. Kemudian local policy menentukan kemana panggilan tersebut selanjutnya dikirimkan. Session Agent, Session Agent Group dan Local Policy dapat digunakan untuk mendefinisikan perutingan. Namun, mendefinisikan Session Agent atau Session Agent Group tidak diharuskan. Realm dapat juga digunakan untuk penentuan perutingan ketika SBC berkomunikasi dengan beberapa network elemen melalui satu koneksi. Session Agent: Mendefinisikan sebuah endpoint signaling. Sebagai next-hop signaling yang dapat dikonfigurasi untuk menjalankan traffic shaping attributes. Session Agent Group: Pengelompokan Session Agent. Local Policy: Mengindikasikan / menentukan kemana session request, seperti invite message, dirutekan dan diteruskan. Local policy menetapkan preferensi untuk memilih rute satu atas yang lain.
49
Suatu Session Agent mendefinisikan suatu endpoint signaling. Session Agent adalah next-hop signaling yang dapat dikonfigurasi untuk menjalankan traffic shaping attributes. Gateway, Softswitch dan Gatekeeper didefinisikan oleh SBC secara otomatis sebagai Session Agent. Untuk setiap Session Agent, kapasitas concurrent session dan rate attribute dapat didefinisikan. Session Agent juga dapat dikelompokan menjadi suatu Session Agent Group. Service element yang termasuk kedalam Session Agent adalah sebagai berikut: Softswitch SIP Proxies Application Server SIP Gateway SIP Endpoint
3.2.2.2 SIP Header Manipulation Rules (HMR) [1] Pada SBC dilakukan manipulasi SIP header seperti menambahkan, menghilangkan dan merubah SIP header dan elemen-elemen SIP header seperti header value, header parameter, URI, dan lain-lain. Menggunakan SIP Header Manipulation Rule pada SBC dapat dilakukan: 1. Delete header berdasarkan pada penyesuaian header name 2. Delete header berdasarkan pada penyesuaian header name dan header value 3. Menambahkan header 4. Melakukan modifikasi elemen dari suatu header
50
SIP header dan parameter manipulation rule dapat digunakan pada arah inbound dan outbound pada SIP interface, Session Agent maupun Realm.
3.3
Implementasi Interkoneksi SIP IDD Pada SBC Subbab ini menjelaskan langkah-langkah implementasi layanan keamanan
interkoneksi SIP pada SBC didalam konfigurasi interkoneksi SIP IDD secara keseluruhan yang digambarkan pada Gambar 3.2. Adapun asosiasi interkoneksi SIP pada Xener softswitch C4 sebagai core network sumber perutingan panggilan sudah dijelaskan seperti pada gambar 3.8. Berikut dibawah ini langkah-langkah implementasi interkoneksi SIP yang akan dilakukan: 1. Membuat Session Agent. 2. Membuat SIP Interface. 3. Membuat Realm. 4. Membuat Local Policy. 5. Membuat SIP Manipulation. Proses implementasi interkoneksi SIP pada SBC selanjutnya akan dijelaskan secara rinci pada subbab 4.1.
3.4
Perancangan Test Bed Interkoneksi IDD Sub bab ini akan menjelaskan langkah ke empat pada Gambar 3.1 yang
berisikan tentang perancangan test bed untuk interkoneksi IDD. Penulis membuat tes bed sebagai media untuk pengujian terhadap serangan DOS yang mungkin
51
terjadi didalam interkoneksi SIP. Gambar dari test bed interkoneksi IDD yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.13 Test Bed Interkoneksi IDD yang Digunakan SBC menyediakan keamanan jaringan untuk softswitch sebagai core network dari serangan DOS. Seperti penjelasan yang ditemukan pada penelitian sebelumnya bahwa serangan DOS dapat membuat node, dalam hal ini softswitch / SIP server, didalam jaringan menjadi unavailable / out of services. Hasil tes bed akan dapat memberikan evaluasi terhadap hasil provisioning pada SBC. Apakah hasil layanan keamanan yang diberikan SBC seperti local policy dan manipulasi SIP yang diterapkan dapat melindungi dari serangan DOS. Alat / perangkat yang digunakan dan terlibat didalam penget qesan ini adalah attack generation software dan monitoring software yang sudah di install didalam PC. Attack generation software yang digunakan adalah Sivus yang digunakan untuk menghasilkan SIP
52
invite message sedangkan monitoring software yang digunakan adalah Wireshark sebagai perangkat lunak untuk melakukan analisa berkas monitoring protokolprotokol SIP.
3.5
Pengujian Layanan Keamanan, Pengukuran Performansi Pensinyalan
SIP dan Kualitas Panggilan Pada penelitian ini akan dibuat skenario pengujian berdasarkan dari Gambar 3.1. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan pengujian terhadap layanan kemanan (security service), pengukuran terhadap performansi pensinyalan SIP dan juga kualitas panggilan SIP-Based VoIP yang dihasilkan pada interkoneksi IDD.
3.5.1
Pengujian Layanan Keamanan Pada pengujian layanan keamanan akan berfokus pada aspek Availability
didalam interkoneksi SIP. Pada layanan keamanan yang pertama akan membahas tentang topology hiding infrasturktur core network yang dihasilkan setelah diterapkanya SIP Manipulation pada SBC. Kemudian, layanan keamanan yang kedua membahas tentang pengujian serangan DOS yang akan dilakukan dengan cara mengirimkan ilegal invite message ke SBC menggunakan test bed. Pada pengujian layanan keamanan yang pertama menggunakan panggilan (call) secara real time untuk melakukan analisa terhadap topology hiding infrastruktur core network. Sedangkan, untuk melakukan pengujian seranan DOS, PC yang dapat mengirim serangan diasumsikan sebagai external node seperti
53
halnya peering partner pada interkoneksi IDD. PC diasumsikan mengetahui alamat IP SBC yang digunakan Indosat untuk interkoneksi SIP.
3.5.2
Pengukuran Performansi Pensinyalan SIP Pengukuran performansi pensinyalan SIP pada interkoneksi SIP IDD
ditujukan untuk mengetahui seberapa bagus performansi softswitch dan SBC didalam menyambungkan panggilan. Berdasarkan standar IETF RFC 6076 tahun 2011 tentang “Basic Telephony SIP End-to-End Performance Metrics”, parameter yang akan digunakan untuk pengukuran performansi interkoneksi SIP IDD didalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Session Establishment Effectiveness Ratio (SEER) 2. Session Establishment Ratio (SER) Untuk mendapatkan data-data pengukuran performansi pensinyalan SIP menggunakan Network Management System (NMS) yang sudah terintegrasi dengan Call Detail Record (CDR) dari softswitch seperti pada Gambar 3.2. Batas minimum yang digunakan PT. Indosat untuk parameter SEER adalah 98% sedangkan batas minimum untuk parameter SER adalah 20%. Adapun hasil prosentase SEER dan SER diperoleh dengan model perhitungan sebagai berikut:
54
3.5.3
Pengukuran Kualitas Panggilan Setelah pengujian performansi pensinyalan SIP selanjutnya adalah
mengukur kualitas panggilan yang dihasilkan setelah terbentuknya pensinyalan panggilan melalui interkoneksi SIP IDD. Hasil dari pengukuran tersebut akan memberikan informasi kualitas panggilan (session / call) yang terjadi. Parameter pengukur kualitas panggilan yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan standar ITU-T G.107 dan G.10 yaitu, R-Factor dan Mean Opinion Score (MOS). Menurut standarisasi ITU-T G.10, Mean Opinion Score (MOS) adalah nilai-nilai yang telah ditetapkan, dan pengguna menetapkan pendapat mereka mengenai kualitas penggilan yang digunakan baik untuk percakapan atau untuk mendengarkan materi pembicaraan. Namun, saat ini partisipasi pengguna untuk memberikan pendapat tidak lagi dibutuhkan untuk menentukan kualitas dari panggilan suara (audio). MOS adalah tolak ukur yang bersifat subjektif. Pengukuran kualitas panggilan VoIP tidak cukup hanya menggunakan parameter MOS, selain MOS, R-Factor adalah alternatif parameter lain untuk mengukur kualitas panggilan VoIP. R-factor dihitung dengan mengevaluasi persepsi pengguna dan juga faktorfaktor objektif yang berdampak kepada sistem VoIP. R-Factor memiliki skala 0 – 120 disisi lain MOS memiliki skala 1 – 5. Tabel dibawah ini adalah nilai / skala MOS dan R-Factor yang merepresentasikan tingkat penilaian pengguna didalam pengukuran kualitas panggilan sebagai berikut:
55
Tabel 3.5 MOS dan R-Factor
Pada penelitian ini digunakan network analyzer yaitu SD Reporter yang dapat memberikan pengukuran kualitas panggilan berdasarkan parameter MOS dan RFactor untuk mengetahui seberapa tingkat kepuasan pelanggan dalam menilai kualitas panggilan yang dihasilkan, dengan cara mengolah data Call Detail Record
(CDR) panggilan yang berlangsung. Seperti pada Gambar 3.2 SD
Reporter yang digunakan telah terintegrasi dengan Call Detail Record (CDR) dari SBC.
3.6
Pembahasan Hasil Pada langkah ke enam dari Gambar 3.1, hasil pengujian dan kualitas
pengukuran yang diperoleh pada penelitian ini akan dijabarkan sebagai jawaban dari permasalahan pada penelitian ini yaitu tentang layanan keamanan, performansi pensinyalan dan kualitas panggilan melalui interkoneksi SIP IDD. Kemudian juga akan dicoba dijabarkan pembahasan hasil yang didapat dengan penelitian terkait.
56
3.7
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran dari penelitian ini akan dibahas lengkap pada bab 5.
Kesimpulan merupakan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sedangkan saran adalah penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan dari penelitian ini.Kesimpulan dan saran merupakan langkah terkhir pada penelitian ini sebagaimana pada Gambar 3.1.
57