BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Peneliti menggunakan metodologi kualitatif dengan paradigma interpretif dan pendekatan konstruktivis, dengan riset studi kasus (case study) dengan tipe penelitian deskriptif (menggambarkan). Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982:32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian.32 Deddy Mulyana (2003) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta. Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya seperti yang dikutip oleh Anwar Arifin dalam buku Wiryanto (2012:146).33
32
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2006. hal. 49
33
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Grasindo-Gramedia Widiasarana Indonesia
34
35
Jenis-jenis paradigma : 1.
Postivitisme Paradigma positivisme lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma positivism. Paradigma positivisme berpendapat bahwa penelitian tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada. Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu menggunakan prinsip triangulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber dan data-data. (Tahir, 2011:57-58)
2.
Interpretif Menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi langkah awal penelitian ilmuilmu social.34 Interpretif terbagi menjadi : a. Konstruktivisme Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendir. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan
paradigma
konstruktivisme
yang
berpandangan
bahwa
pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta,
34
https://Candraardian2.wordpress.com/2010/04/30/paradigma-penelitian-kualitatif/
36
tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas social berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012:140).
Peneliti
menggunakan
pengetahuan bukan hanya
paradigma
konstruktivis
dimana
merupakan hasil pengalaman terhadap fakta,
tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. b. Teori Kritis (critical theory) Teori kritis memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan dengan pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai-nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis itu sama dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas secara kritis. (Tahir,2011:58). Penelita menggunakan metodologi kualitatif dengan paradigma konstruktivis dimana pengetahuan bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. 3.2
Tipe Penelitian Pengelitian mengenai “Analisis Konten Lokal Dalam Program Franchise
La Academia Junior di SCTV”, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study) yang bertujuan deskriptif (mengambarkan).
37
Penelitian Deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlangsung.35 Secara terperinci penelitian deskriptif ditujukan untuk :36 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukanorang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.37 Menurut Lofland dan Loflard, sumber utama dari penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya. Slain itu, titik berat penelitian kualitatif pada latar dan individu secara holistic (utuh). Karenanya, penelitian ini tidak memperolehkan
35
Jalaludin Rakhmat,Metode Penelitian Komunikasi. Universitas Terbuka Depdikbud . 1995. Hal 114 36 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. 1993. Hal 24 37 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1989, Hal 3
38
adanya hipnotis atau pun variabel, melainkan pengisolasian individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.38 3.3
Metode Penelitian Metode penelitian yang berkaitan dengan “Analisis Konten Lokal Dalam Program Franchise La Academia Junior di SCTV” menggunakan penelitian studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program atau situasi sosial. 39 Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu sosial yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “How” atau “Why”, bila penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwayang akan diselidiki dan bagaimana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.40 Studi kasus mempunyai ciri-ciri : 1. Partikularistik artinya studi kasus terfokus pasa situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2. Deskriptif artinya hasil metode ini adalah deskripsi detail dari topic yang diteliti.
38
Opcit Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Hal 3 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2004 Hal 201 40 Robert. K. Yin, Studi Kasus (desain dan metode). PT. Raja Grafindo. Jakarta, 1995. Hal 1 39
39
3. Heuristik adalah metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang di teliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru, merupakan tujuan dari studi kasus. 4. Induktif studi kasus berangkat dari fakta-fakta dilapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. 3.4
Subjek Penelitian / Narasumber Menurut Lexy J. Moleong, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.41 Dengan demikian narasumber adalah orang yang dianggap peneliti paling mampu dalam memberi informasi yang berkaitan dengan penelitin, orang yang berperan penting dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan produksi serta berkaitan langsung dengan proses produksi program Mata Air dan itu berarti narasumber haruslah memiliki kapabilitas dan kompetensi untuk memberikan informasi yang terkait. Sesuai dengan masalah penelitian ini, yang paling tepat untuk disebut sebagai narasumber adalah : 1. Produser Budi S.Soma, yaitu orang yang bertanggung jawab penuh pada saat proses produksi La Academia Junior SCTV. Dimana dia adalah informan yang berkompeten karena mendalami subjek yang diteliti dengan peran produser pada proses produksi La Academia Junior.
41
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990. Hal 9
40
2. Kreatif Dimas Dariel, yaitu orang yang bertugas mengembangkan ideide kreatif menjadi skenario yang siap diproduksi/dieksekusi. 3. Program
Director
Masduki,
yaitu
yang
bertanggung
jawab
mengarahkan atau memimpin saat pelaksanaan produksi. 3.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan penulis dalam penelitian tentang
“Analisis Konten Lokal dalam Program Franchise La Academia Junior di SCTV” yaitu ada teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer atau data utama menurut Lofland Loflard seperti yang dikutip Lexy J. Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. 42 Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis melalui perekam video/audio tape, pengambilan foto atau film. 43 Pengumpulan data yang diperlukan dalm penelitian “Analisis Konten Lokal dalam Program Franchise La Academia Junior di SCTV” dilakukan dengan secara wawancara mendalam kepada narasumber (key informan) dengan Produser, kreatif, dan program director La Academia Junior SCTV. Menurut Barelson, metode penelitian wawancara mendalam
42 43
Ibid . hal 157 Ibid hal 157
41
adalah salah satu teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara obyektif sistematis dan kualitatif secara manifest.44 2. Data Sekunder Data sekunder adalah yang dijadikan pelengkap dan dapat dijadikan sebagai penunjang data premier guna melancarkan proses penelitian. Data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan untuk mendapatkan data-data dari literatur-literatur dan observasi yang penulis lakukan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian seperti makalah, buku-buku, artikel di internet, surat kabar, majalah, tabloid, kamus, dan lain sebagainya. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data menurut Patton, adalah proses mengukur urutan data, mengorganisasikannya ke suatu pola pada kategori, dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran,
yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Dari rumusan tersebut diatas dapatlah kita menarik
garis
bahawa
analisis
data
bermaksud
pertama-tama
mengorganisasikan data.45 Analisi data dapat dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan. Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud ingin memberikan makna terhadap data, manafsirkan, atau mentransformasikan data ke dalam 44 45
Lexy J. Moleong .Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2004. Hal 163 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung, 1998. Hal 103
42
bentuk-bentuk
narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang
bernuasakan proporsi-proporsi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final. 46 Selayaknya diingat bahwa penelitian komunikasi kualitatif lebih bertujuan untuk mengemukakan gambaran atau memeberikan pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa sehubungan dengan realitas atau gejala komunikasi yang diteliti. Hal ini dikarenakan penelitian komunikasi kualitatif senantiasa dilakukan dengan setting yang bersifat alami. Artinya, peneliti tidak melakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel-variabel penelitian tertentu dan tidak juga mengisolasi variabel-variabel tertentu terpisah dari variabel lain, tetapi memperlakukan apa adanya dan memandangnya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistic).47 3.6.1 Triangulasi Data Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Menurut Dwitjowinoto(2002;9)ada beberapa macam triangulasi, yaitu:48 1. Triangulasi sumber Membandingakan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda.
46
Pawita. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LkiS. Yogyakarta, Juni 2007. Hal 100-101 ibid 48 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta, 2007. Hal 71 47
43
2. Triangulasi waktu Berkaitan dengan suatu proses dan perilaku manusia. Karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. 3. Triangulasi teori Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk diadu atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan analisa data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif. 4. Triangulasi periset Menggunakan lebih dari satu priset dalam mengadakan observasi atau wawancara. Sebab masing-masing periset memikili gaya, sikap dan persepsi yang berbeda, meskipun fenomenanya sama pengamatan dan wawancara dengan menggunkan dua priset akan membuat data lebih absah. 5. Triangulasi metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Dalam hal ini, peneliti memilih Triangulasi sumber, yang dimana peneliti secara langsung mewawancarai narasumber.
Dalam hal ini penulis memilih triangulasi sumber, yang dimana penulis secara langsung mewawancarai beberapa narasumber.