BAB III Metodologi Penelitian
3.1.
Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian
komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi yang terjadi antar manusia. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu).32 Secara metodologi, reception analysis termasuk dalam paradigma interpretative konstruktivis, dimana menurut Neuman (2000: 71) pendekatan interpretative “is the systematic analysis of social meaningful action trought the direct detailed observation how people create and maintain their world”. Artinya paradigma interpretative dalan konteks penelitian social digunakan untuk melakukan interpretasi dan memahami alasan-alasan dari para pelaku terhadap tindakan social yang mereka lakukan, yaitu cara-cara dari para pelaku untuk mengkonstruksikan kehidupan mereka dan makna yang mereka berikan kepada kehidupan tersebut.33
32
Moleong. Metodologi penelitian kualitatif. Remaja rosdakarya: Bandung, 2004. Hal. 49. Prijana Hadi Ido. “Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception Analysis”. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, vol 3, no 1, Jan 2009: 4
33
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Paradigma
konstruktivisme
memandang
realitas
kehidupan
sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Oleh karena itu konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam konteks komunikasi paradigma konstruktivis sering kali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Paradigma konstruktivis menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dengan objek. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat ukur untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek (komunikan/encoder) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial. 34 Paradigma konstruktivisme ini berada dalam perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori
fakta
sosial
dan
defenisi
sosial
(Eriyanto
2004:13).
Paradigma
konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui
34
Universitas Sumatera Utara, “Paradigma Penelitian”, repository.usu.ac.id, diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38405/3/Chapter%20II.pdf pada tanggal 5 desember 2016 pukul 14:37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
pemberian makna maupun pemahaman perilaku menurut Weber, menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorang yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya. Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini mengatakan bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.35
35
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38405/3/Chapter%20II.pdf - Diakses Pada 5 Desember 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
3.2.
Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, bertujuan untuk melukiskan fakta atau karateristik populasi tertentu secara faktual, cermat dan sistematis. Peneliti memilih tipe penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sitem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnyaterhadap objek penelitian pada suatu saat tertentu.21 3.3.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi resepsi. Studi resepsi merupakan
bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual di mana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan budaya khalayaknya.22 Analisis resepsi dapat melihat mengapa khalayak memahami sesuatu secara berbeda, factor-faktor psikologis dan sosial apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut dan konsekuensi sisal apakah yang akan muncul.23 Pemanfaatan teori anlisis resepsi sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen cultural (cultural Agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal mengasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan 21
Bungin Bungan. Metode penelitian Kualitatif. Grasindo. Bandung:2001 hal 105 file:///H:/%C2%A0/Analisis%20resepsi/Mengkaji%20Khalayak%20Media%20dengan%20Metod e%20Penelitian%20Resepsi%20%20%20sinaukomunikasi.html diakses pada tanggal 26 Desember 2016 23 http://eprints.undip.ac.id/19557/1/Analisis_Resepsi_Republik_Mimpi.pdf/ Diakses pada tanggal 28 desember 2016 22
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak.24 3.4.
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer Data Primer atau data utama dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan beberapa nara sumber atau key informan. Metode wawancara mendalam adalah wawancara mendalam yang dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian.25 Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut, sedangkan informan adalah orang yang di wawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.26 Peneliti hanya menggunakan panduan inti pertanyaan secara umum. Strategi yang digunakan adalah kontruktivis sosial. Pada starategi ini peneliti membimbing subjek untuk mengkontruksikan realita yang ada di masyarakat (diluar diri subjek).27 Strategi ini di pilih untuk melihat pandangan khalayak tentang pencitraan polisi di program 86 di NET TV. Dimana sebagai individu, mereka memiliki pandangan yang berbeda 24
Fiske. Television culture. Routledge: Uk, 1987. Hal. 134. Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,1993. Hal.29.
25
26
Bungin, Burhan H.M. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu social. Kencana Prenama Media Group: Jakarta, 2007. Hal.108. 27
Irawan. Penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk ilmu sosial. Departemen ilmu adminitrasi FISIP UI: Jakarta, 2006. Hal.10.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
meskipun melihat dari konteks yang sama sehingga akan diketahui bagaimana khalayak memaknai pencitraan polisi dalam program 86 di NET TV. 3.4.2. Data Sekunder Kemudian peulis menggumpulakan referensi dari materi -materi perkuliahan, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian dan data-data yang di butuhkan mengenai dunia jurnalistik sebagai seumber. Dan juga data sekunder berupa dokumentasi, rekaman dan lain-lain.
3.5.
Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah beberapa
individu yang
merupakan informan. Subjek penelitian lalu dikategorisasi dengan pertimbangan usia, jenis kelamin, pendidikan dan ekonomi/pekerjaan. Pertimbangan
tersebut
dilakukan
karena
berpengaruh
terhadap
kemampuan khalayak pemirsa dalam memahami serta mengungkapkan persepsinya. Hal ini juga agar terjadi keberagaman tema. Oleh karena itu dalam pemilihan informan yang dicari adalah individu-individu yang menonton program 86 sekurang-kurangnya satu kali. Subjek yang diambil adalah mahasiswa universitas mercu buana yang mempunyai penilaian lebih terhadap tayangan 86 dan merasakan ada hal yang terjadi dalam tayangan 86 di NET TV. Pada penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa nara sumber, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
a) Nama
: Mohammad Aziz
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswa Alesan Pemilihan :Penggemar Film Dan Tayangan Program Tv b) Nama
: Anugerah Putra
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswa Alasan Pemilihan : Penggemar Film
c) Nama
: Rahayu Setia Wini
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswi Alasan Pemilihan : Pencinta Seni Drama
d) Nama
: Ariya
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswa Alasan Pemilihan : Penggemar Politik
e) Nama
: Rahmatullah Lil Alamin
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswa Alasan Pemilihan : Pecinta Film
f) Nama
: Wanda Mukti
Umur/Pekerjaan : 21/Mahasiswi Alasan Pemilihan : Gemar Mengamati Film
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
g) Nama
: Dewinta Rizka
Umur/Pekerjaan : 21/Mahyasiswi Alasan Pemilihan : Pencinta Film
3.6.
Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan tujuan memberikan makna (making sense of) terhadap
data,
lalu
menafsirkannya
(interpreting),
atau
dengan
mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisiproposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final.28 Dalam bukunya “Teknik Praktik Riset Komunikasi”, Rachmat Kriyanto menjelaskan bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti dilapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), maupun dokumen-dokumen. Kemudian data tersebut
diklasifikasikan
ke
dalam
kategori-kategori
tertentu.
Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahian (kevalidan) dengan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autensitasnya, dan melakukan triangulasi berbagai sumber data.29 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumen. 28 29
Pawito. Metode Komuniaksi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis. 2007 hal 101. Rachmat Kriyanto. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Hal. 192 - 193
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Teknik analisis data yang digunakan adalah triangulasi data. Dimana triangulasi data akan menunjukan pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan penelitian.30 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data.31 Triangulasi penelitian dapat me-recheck temuannya dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori untuk itu maka penelitian ini dapat dilakukan dengan cara: 1.
Mangajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2.
Mengecek dengan berbagai sumber data
3.
Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan Untuk menganalisis data yang terkumpul melalui wawancara
mendalam (indept interview) maka cara yang digunakan adalah melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa jawaban-jawaban lisan dari narasumber yang berkaitan dengan objek penelitian.
30 31
Opcit hal 99. Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009 hal 330.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Proses-proses analisis kualitatif dapat digolongkan ke dalam tiga langkah berikut: 1. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan studi. 2. Penyajian data (data display), yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun
yang memungkinkan untuk
melakukan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan (teks naratif). 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya di lapangan.32
32
DR. Agus Salim, Ms. Teori dan Paradigm Penelitian Sosial. Tiarawacana: Yogyakarta. 2006. Hal. 22-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/