29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji teorema-teorema yang mendukung dalam pemecahan masalah yang diteliti. Teorema-teorema tersebut didapat baik dari jurnal ilmiah, hasil penelitian sebelumnya, maupun dari buku-buku referensi yang mendukung penelitian ini antara lain buku Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja karya Hutauruk. Selain itu, studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diinginkan. 2. Observasi, yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian yang didapatkan dari lapangan. Data-data tersebut didapat dari hasil survey yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) APP Bandung. 3. Diskusi, yaitu melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen, pembimbing di PT. PLN (Persero) APP Bandung, dan pihak-pihak lain yang dapat membantu terlaksananya penelitian ini.
3.2 Tahapan Penelitian Langkah - langkah yang sistematis dalam penelitian harus diperhatikan. Hal tersebut berguna untuk memberikan arahan yang untuk mempermudah pemahaman tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian. Langkah-langkah penelitian tersebut diperlihatkan pada gambar bagan alir penelitian dibawah ini :
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
Gambar 3.1 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian Skripsi
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian dari Shielding Failure Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
Diagram alir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menghitung tinggi rata-rata kawat tanah dan kawat fasa di atas tanah 2. Menghitung tegangan lompatan api dan isolator pada 6µdetik sebagai acuan perhitungan radius amplop korona 3. Menghitung radius amplop korona untuk kegagalan perisaian (Shielding Failure) 4. Menghitung radius ekivalen kawat tunggal dari kawat berkas tanpa korona sebagai acuan perhitungan radius korona dari konduktor berkas 5. Menghitung nilai radius korona dari konduktor berkas 6. Menghitung impedansi surja kawat fasa 7. Menghitung arus kilat minimum yang mengakibatnya lompatan api karena kegagalan perisaian 8. Menghitung jarak sambaran minimum dari arus kilat. Jarak sambaran minimum merupakan nilai jarak terkecil yang menjadi salah satu faktor untuk menhitung lebar daerah tidak terlindung 9. Menghitung daerah tidak terlindung (Xs) dari sambaran petir. Lebar daerah tidak terlindung ideal adalah Xs=0, yang artinya tidak menyisakan celah pada kawat yang menjadi kemungkinan tersambarnya petir 10. Menghitung sambaran maksimum. Sambaran maksimum adalah nilai sambaran yang berada diatas nilai Critical Flashover Rate 11. Menghitung probabilitas arus sama atau melebihi Imin dan Imaks. Apabila arus melebihi batas Imaks , maka perlu adanya penanganan lebih jauh karena arus yang dapat ditahan oleh isolator wajar nya mempunyai nilai dibawah dari nilai Basic Insulation 12. Menghitung gangguan kilat karena kegagalan perisaian melaui IKL (Isokeraunik Level) tahunan, karena data tersebut berkorelasi terhadap jumlah gangguan akibat petir pada suatu menara.
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Backflashover
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Diagram alir dari flow chart Backflashover tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah kemungkinan lompatan api kritis (Critical Flashover Rate) sebagai batas acuan tegangan yang masih dapat ditahan sehingga tidak terjadi backflashover 2. Menghitung impedansi surja kawat tanah dan faktor gandengan 3. Menghitung impedansi surja menara 4. Menghitung koefisien terusan a pada puncak menara dan pantulan b yang datang dari dasar menara 5. Menghitung tegangan puncak menara, hal ini diperlukan apabila ada petir yang menyambar pada ujung menara 6. Menghitung koefisien pantualan d pada dasar menara 7. Menghitung tegangan pada isolator 8. Menghitung daerah yang dilindungi oleh kawat tanah 9. Menghitung jumlah sambaran kilat (NL) yang dinyatakan dalam jumlah sambaran/100km/tahun 10. Menghitung jumlah gangguan kilat pada menara saluran transmisi tersebut
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
3.3 Data Penelitian
Gambar 3.4 Konfigurasi SUTT 150 kV A. Menara Jarak antara kawat tanah 1 & 2 (a12) Jarak vertikal anatara kawat tanah dengan kawat fasa (htp) Tinggi menara (rata-rata)
5,561 m 2,9 m 35,3 m
B. Kawat Tanah Material Jumlah Diameter Ukuran Andongan (Sag)
Galvanized Steel Wire 2 buah 9,6 mm 55 mm2 4,567 m
C. Konduktor Material Berkas Ukuran Diameter Jarak antar subkonduktor Jarak antar fasa Andongan (Sag)
ACSR (Allumunium Conductor Steel Reinforced 2 buah 428 mm2 28,62 mm2 0,4 m = 0,004 mm 4,7 m 5,4 m
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
D. Isolator Material Berkas Panjang
Keramik 12 buah 1,6425 m
Sumber : PT. PLN (Persero) APP Bandung
Kinanti Wulandari, 2015 EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu