BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup merupakan bagian dari unsur pokok kebudayaan universal. Koentjaraningrat (2002) menjelaskan tujuh unsur pokok kebudayaan universal diantaranya: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Unsur pokok kebudayaan universal tersebut diperinci kedalam sistem budaya (adat istiadat), sistem sosial (aktivitas sosial) dan benda kebudayaan (alat-alat). Selanjutnya masing-masing pemerincian tersebut dapat diuraikan pada beberapa rincian berikut ini: 1.
Dari sistem budaya (adat istiadat) dapat diperinci kedalam beberapa kompleks budaya. Lalu kompleks budaya tersebut dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa tema budaya, sehingga pada perincian terakhir yaitu gagasan.
2.
Dari sistem sosial (aktivitas sosial) dapat diperinci kedalam beberapa kompleks sosial. Lalu kompleks sosial tersebut dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa pola sosial, sehingga pada perincian terakhir yaitu tindakan.
3.
Dari ketujuh unsur kebudayaan universal itu masing-masing mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Itulah sebabnya kebudayaan fisik tidak perlu diperinci menurut keempat tahap pemerincian seperti yang dilakukan pada sistem budaya (adat istiadat) dan sistem sosial (aktivitas sosial). Namun semua unsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus terdiri dari bendabenda kebudayaan (alat-alat). Pengelolaan hutan rakyat merupakan salah satu komplek budaya dan
komplek sosial dari unsur kebudayaan universal tentang sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 1 di bawah ini:
Kebudayaan Universal
Sistem Pengetahuan dan Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem Budaya (adat)
Komplek Budaya
Sistem Sosial (aktivitas) sosial)
Kebudayaan Fisik (ala-alat)
Komplek Sosial Kebudayaan Fisik (ala-alat)
Tema Budaya
Pola Sosial Kebudayaan Fisik (ala-alat)
Gagasan
Tindakan
Gambar 1 Pemerincian kebudayaan kedalam unsur-unsurnya yang khusus (Koentjaraningrat 2002). 3.2 Definisi Operasional Dalam bidang kehutanan, salah satu unsur pokok yang ada pada kebudayaan universal yaitu sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup yang merupakan dua sistem yang akan dikombinasikan. Kombinasi kedua sistem ini dapat diperinci kedalam sistem budaya (adat istiadat) dan sistem sosial (aktivitas sosial) yaitu sistem budaya (adat istiadat) yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia dan didalamnya terdapat sistem sosial (aktivitas sosial) berupa kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan berdasarkan fungsinya berupa aspek ekonomi, aspek ekologi dan aspek sosial. Beberapa parameter mengenai pengetahuan lokal tentang pengelolaan hutan rakyat diklasifikasikan kedalam komplek budaya dan komplek sosial yang selanjutnya diperinci kedalam tema budaya dan pola sosial, gagasan dan tindakan serta kebudayaan fisik (alatalat budaya). Untuk memudahkan dalam menggali dan mempelajari parameter-
parameter tersebut dalam penelitian ini, maka dibuat pemerincian subtema budaya kedalam gagasan, tindakan dan alat yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Pemerincian subtema budaya kedalam gagasan, tindakan dan alat Subtema budaya Pengelolaan Hutan rakyat Persiapan lahan Tema budaya: perspektif petani mengenai mengapa parameter ini ada dalam melakukan persiapan lahan Pola sosial: bagaimana parameter ini berjalan dalam kegiatan yang dilakukan pada persiapan lahan Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam persiapan lahan serta alasan fungsi dan cirinya
Persiapan bibit a. Tema budaya: perspektif petani mengenai mengapa parameter ini ada dalam melakukan persiapan bibit b. Pola sosial: bagaimana parameter ini berjalan dalam kegiatan yang dilakukan pada persiapan bibit c. Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam persiapan bibit serta alasan fungsi dan cirinya
Gagasan Tindakan Benda kebudayaan Pembersihan lahan Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan pembersihan lahan Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada pembersihan lahan serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pembersihan lahan serta alasan fungsi dan cirinya Pengolahan tanah Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan pengolahan tanah Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada pengolahan tanah serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pengolahan tanah serta alasan fungsi dan cirinya Pengadaan benih Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan pengadaan benih Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada pengadaan benih serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pengadaan benih serta alasan fungsi dan cirinya Persemaian Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan persemaian Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada persemaian serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam persemaian serta alasan fungsi dan cirinya
Tabel 1 Pemerincian subtema budaya kedalam gagasan, tindakan dan alat (lanjutan) Subtema budaya Pengelolaan Hutan rakyat Penanaman a. Tema budaya: perspektif petani mengenai mengapa parameter ini ada dalam melakukan penanaman b. Pola sosial: bagaimana parameter ini berjalan dalam kegiatan yang dilakukan pada penanaman c. Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam penanaman serta alasan fungsi dan cirinya
Gagasan Tindakan Benda budaya Pembuatan jarak tanam Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan pembuatan jarak tanam Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada pembuatan jarak tanam serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pembuatan jarak tanam serta alasan fungsi dan cirinya Pembuatan lubang tanam Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan pembuatan lubang tanam Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada pembuatan lubang tanam serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pembuatan lubang tanam serta alasan fungsi dan cirinya Memasukkan bibit ke dalam lubang tanam a. Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan memasukan bibit ke dalam lubang tanam b. Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada memasukan bibit ke dalam lubang tanam serta alasannya c. Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam memasukan bibit ke dalam lubang tanam serta alasan fungsi dan cirinya Pemeliharaan Pemupukan a. Tema budaya: perspektif petani Gagasan: alasan dari perspektif mengenai mengapa parameter ini ada petani, mengapa melakukan dalam melakukan pemeliharaan pemupukan b. Pola sosial: bagaimana parameter ini Tindakan: proses kegiatan yang berjalan dalam kegiatan yang dilakukan dilakukan pada pemupukan serta pada pemeliharaan alasannya c. Alat–alat: bentuk peralatan yang Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan serta digunakan dalam pemupukan serta alasan fungsi dan cirinya alasan fungsi dan cirinya
Tabel 1 Pemerincian subtema budaya kedalam gagasan, tindakan dan alat (lanjutan) Subtema budaya Pengelolaan Hutan rakyat
Gagasan Tindakan Benda kebudayaan Penanggulangan hama dan penyakit Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan penanggulangan hama dan penyakit Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada penanggulangan hama dan penyakit serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam penanggulangan hama dan penyakit serta alasan fungsi dan cirinya Perlindungan lahan dan tanaman Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan perlindungan lahan dan tanaman Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada perlindungan lahan dan tanaman serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam perlindungan lahan dan tanaman serta alasan fungsi dan cirinya Pemanenan Penebangan a. Tema budaya: perspektif petani Gagasan: alasan dari perspektif mengenai mengapa parameter ini ada petani, mengapa melakukan dalam melakukan pemanenan penebangan b. Pola sosial: bagaimana parameter ini Tindakan: proses kegiatan yang berjalan dalam kegiatan yang dilakukan dilakukan pada penebangan serta pada pemanenan alasannya c. Alat–alat: bentuk peralatan yang Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam pemanenan serta digunakan dalam penebangan serta alasan fungsi dan cirinya alasan fungsi dan cirinya Penyaradan atau pengangkutan Gagasan: alasan dari perspektif petani, mengapa melakukan penyaradan dan pengangkutan Tindakan: proses kegiatan yang dilakukan pada penyaradan dan pengangkutan serta alasannya Alat–alat: bentuk peralatan yang digunakan dalam penyaradan dan pengangkutan serta alasan fungsi dan cirinya
Selanjutnya, dari setiap parameter yang disajikan pada Tabel 1 diperinci lagi kedalam beberapa pengklasifikasian gagasan atau tindakan menurut perspektif petani. Pengklasifikasian terhadap gagasan atau tindakan menurut perspektif petani dapat dilihat pada Lampiran 3. Sistem mata pencaharian hidup pada komplek budaya dan komplek sosial tentang pengelolaan hutan rakyat meliputi perburuan, perladangan, pertanian, peternakan, perdagangan, perkebunan, kerajinan. Dari setiap sub-unsur tersebut diperinci lagi kedalam tema budaya dan pola sosial, gagasan dan tindakan serta kebudayaan fisik (alat-alat budaya). Pemerincian mata pencaharian hidup dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pemerincian mata pencaharian petani Tema budaya dan pola sosial Perburuan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Perladangan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Pertanian Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Peternakan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Perdagangan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Perkebunan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian Kerajinan Jenis: pola yang digunakan petani pada sistem mata pencaharian
Gagasan atau tindakan Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Ide dan tujuan petani
Alat-alat Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut Peralatan yang digunakan petani dalam pola tersebut
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu dua bulan yaitu bulan Januari 2011 sampai Februari 2011 di Desa Pasir Jambu dan Desa Gunung Karung Kecamatan Maniis. Kedua desa tersebut dipilih secara sengaja (purposive) karena petani hutan rakyat di kedua desa tersebut memiliki tingkat keaktifan tinggi dalam pengelolaan hutan rakyat jika dibandingkan dengan desa lainnya.
3.4 Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden sebagai sampel (contoh) dilakukan secara acak sederhana (random sampling), yaitu dengan cara pengundian (sistem kocok) responden sehingga setiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai, yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 1987). Responden yang dipilih adalah petani hutan rakyat (P-HR) yang merupakan anggota kelompok tani Saluyu (Desa Pasir Jambu) dan Karang Mulya (Desa Gunung Karung). Jumlah populasi anggota kelompok tani Saluyu dan Karang Mulya sebanyak 60 P-HR, yaitu 30 P-HR dari kelompok tani Saluyu dan 30 P-HR dari kelompok tani Karang Mulya. Adapun responden yang dipilih sebanyak 30 P-HR, yaitu 15 P-HR dari kelompok tani Saluyu dan 15 P-HR dari kelompok tani Karang Mulya.
3.5 Jenis Data Data yang dihasilkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Adapun data yang termasuk kedalam data primer dan sekunder sebagai berikut: 1. Data primer yang diperlukan meliputi: akses informasi, keadaan umum masyarakat di lokasi penelitian, data diri responden, luas lahan milik dan lahan yang diusahakan serta pengetahuan tentang pengelolaan hutan rakyat. 2. Data sekunder yang diperlukan meliputi: peta lokasi penelitian, keadaan lingkungan biofisik tempat penelitian, daftar kelompok tani program hutan rakyat, dokumen-dokumen pemerintah setempat dan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Kombinasi data kuantitatif dan kualitatif adalah salah satu upaya untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Bahan data
kualitatif sebagai pendekatan kualitatif yang diucapkan langsung berupa kata-kata yang dituliskan subyek penelitian dan informan tentang perilaku manusia yang diamati (Sitorus 1998). Data-data tersebut diperoleh dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Teknik
survai,
yaitu
melakukan
wawancara
responden
dengan
menggunakan kuesioner terbuka dan tertutup, yaitu beberapa pertanyaan yang mengenai sistem pengetahuan masyarakat lokal dan sistem mata pencaharian masyarakat yang diterapkan dalam pengelolaan hutan rakyat. 2. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian seperti kebun/hutan rakyat, pekarangan dan lain-lain. 3. Studi pustaka, yaitu mencatat dan mempelajari dokumen-dokumen (datadata statistik) yang diperoleh dari Kantor Desa, Kantor Kecamatan dan Kantor Kabupaten serta pihak lain yang terkait dengan penelitian ini.
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan informasi dari hasil wawancara maupun observasi langsung b. Pemilahan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya c. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabulasi d. Penarikan kesimpulan
BAB IV