BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Januari 2013 bertempat di Hatcery Kolam Percobaan Ciparanje Universitas Padjadjaran Jatinangor Kabupaten Sumedang.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat-Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Akurium berukuran 20 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 12 buah sebagai wadah penetasan. 2. Saringan dengan diameter 15 cm sebanyak 12 buah menjadi wadah penyimpanan telur. 3. Cawan petri menjadi wadah pencampuran telur dengan larutan teh sebanyak 12 buah 4. Heater sebanyak 12 buah untuk menstabilkan suhu 5. DO meter untuk mengukur Oksigen 6. Handcounter untuk menghitung telur dan larva 7. Timbangan untuk menimbang berat ikan 8. Peralatan Aerasi untuk penyedia oksigen 9. Jarum suntik untuk menyuntik induk
3.2.2 Bahan-Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Telur Telur yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur ikan komet yang diperoleh dari hasil stripping. Jumlah telur yang digunakan sebanyak satu sendok teh yang terdiri dari gumpalan telur.
20
21
2. Larutan Teh Larutan teh yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan yang berasal dari hasil perendaman teh hitam bentuk kemasan celup 2gr bermerek dagang sosro dengan air yang sudah mendidih selama 8 menit. 3. Hormon Hormon yang digunakan adalah hormon sintetis dengan merek dagang ovaprim yang mengandung 20μg analog salmon gonadotropin releasing hormon (s GnRH) LHRH dan 10μg domperidone sejenis anti dopamin per milliliter (Powell 2009). 4. NaCl fisiologis NaCl fisiologis 0,9% digunakan sebagai bahan pengencer sperma.
3.3 Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan (termasuk kontrol) dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan diberikan melalui perendaman telur selama empat menit ke dalam larutan dengan konsentrasi teh yang berbeda. Adapun perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Perlakuan A : Telur ikan komet yang sudah dibuahi direndam dengan larutan teh dengan konsentrasi 0 g/L air (sebagai kontrol). Perlakuan B : Telur ikan komet yang sudah dibuahi direndam dengan larutan teh dengan konsentrasi 4 g/L air. Perlakuan C : Telur ikan komet yang sudah dibuahi direndam dengan larutan teh dengan konsentrasi 6 g/L air. Perlakuan D : Telur ikan komet yang sudah dibuahi direndam dengan larutan teh dengan konsentrasi 8 g/L air. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Media Penelitian Prosedur penelitian dimulai dengan persiapan akuarium sebagai media penetasan telur, pencucian akuarium dilakukan dua hari sebelum telur distripping.
22
Wadah penetasan berupa akuarium ukuran 20 cm x 40 cm x 40 cm berjumlah 12 buah (lampiran 1). Wadah penelitian dibersihkan dengan air tawar yang berasal dari bak tandon.
Pada lampiran 2 disajikan alat dan bahan penelitian yang
digunakan Pembersihan wadah penelitian yaitu dengan cara menggosok-gosok sipon di semua pinggir akuarium, lalu akuarium tersebut disiram dengan air sampai bersih kemudian air tersebut dibuang. Langkah selanjutnya yaitu pengisian air ke dalam wadah setinggi 20 cm, kemudian air media tersebut langsung dipasang batu aerasi sebanyak satu buah untuk setiap wadah.
3.4.2 Pengadaan Induk Ikan Komet Induk ikan komet yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pembudidaya di daerah Sukabumi. Jumlah induk yang digunakan untuk penelitian sebanyak 4 pasang dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina. Induk ikan telah didatangkan dari Sukabumi pada bulan Agustus 2012. Sebelum dilakukan penelitian, ikan berada dalam proses pematangan gonad agar siap dipijahkan. Sehari sebelum tahapan perlakuan uji pendahuluan dan penelitian utama dilakukan, induk ikan komet diberok atau dipuasakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat proses striping induk lebih mudah, tidak tercampur kotoran dan mencegah penyumbatan oleh lemak. Sebelum dilakukan penyuntikan, induk ikan diseleksi terlebih dahulu untuk memperoleh hasil yang maksimal dan meminimalisir penggunaan induk yang belum siap dipijahkan. 3.4.3 Pelaksanaan Penelitian 3.4.3.1 Penyuntikan Induk Ikan komet Pemijahan ikan komet dilakukan secara buatan atau disebut induce breeding yang merangsang ikan komet untuk memijah dengan cara menginjeksi hormon yang mengandung FH dan FSH ke dalam tubuh ikan untuk merangsang ovulasi. Sebelum disuntik induk ikan komet ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui dosis hormon yang akan digunakan dan semua induk disuntik. Penyuntikan induk ikan komet betina dilakukan satu kali pada pukul 21:00 dan
23
induk ikan komet jantan disuntik dengan interval waktu 4 jam. Setelah dilakukan penyuntikan, induk ikan komet dipisahkan antara jantan dan betina hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pemijahan diluar pengontrolan. Hormon yang digunakan adalah hormon ovaprim dengan dosis 0,25 ml/kg berat induk ikan komet jantan dan 0,5 ml/kg induk ikan komet betina (Powell 2009). 3.4.3.2 Pembuatan Larutan Teh Larutan teh dibuat pada pukul 04:00, hal ini bertujuan agar larutan teh tidak mengalami proses oksidasi oleh enzim peroksidase yang terdapat pada teh. Adapun cara pembuatan larutannya yaitu pertama-tama menimbang berat teh sesuai dengan perlakuan yang akan digunakan yaitu 4 gram, 6 gram, dan 8 gram. Kemudian mendidihkan air sebanyak empat liter. Untuk perlakuan A, air yang sudah mendidih dipindahkan satu liter kedalam wadah dan tidak dicampur dengan teh. Untuk perlakuan B, satu liter air yang sudah mendidih dicampur dengan teh sebanyak 4 gram sehingga konsentrasi menjadi 4 gr/L. Untuk perlakuan C dan D proses pembuatan larutan teh sama dengan perlakuan B hanya saja konsentrasi teh yang digunakan adalah 4 gram dan 6 gram, sehingga dihasilkan konsentrasi 6 gr/L dan 8 gr/L. Selanjutnya perlakuan A, B, C dan D diambil larutannya dan dibagi kedalam masing-masing tiga buah cawan petri sebagai ulangan. 3.4.3.3 Striping/Pengambilan Sperma dan Telur Sebelum proses stripping induk jantan dan betina (pukul 05:00), ikan betina diperiksa apakah sudah terjadi ovulasi atau belum, bila ikan betina sudah ovulasi yang ditandakan dengan keluarnya telur dari lubang genital, maka proses stripping ikan jantan dilakukan terlebih dahulu. Induk ikan komet jantan distripping untuk diambil spermanya dengan cara diurut perutnya dari arah kepala ke arah anus. Sperma yang keluar ditampung dalam wadah, kemudian diencerkan dengan NaCl fisiologis sebanyak 10 mL. Stripping ikan betina dilakukan sesegera mungkin setelah sperma didapatkan, yaitu dengan cara diurut secara perlahan-lahan bagian perut dari arah
24
kepala ke arah anus. Telur yang keluar dari lubang genital ikan di tampung dalam wadah untuk pembuahan. Sperma yang sudah terkumpul sebelumnya dicampur ke dalam wadah yang berisi telur dan kemudian diaduk secara perlahan-lahan dengan menggunakan bulu ayam. 3.4.3.4 Pencampuran Telur yang Telah Dibuahi dengan Larutan Teh Pencampuran telur dengan larutan teh dilakukan setelah pembuahan. Karena bila dilakukan sebelum pembuahan akan menyebabkan pengembangan lapisan perivitellin dalam telur menjadi semakin besar yang dapat berakibat pada penutupan lubang mikropil telur sehingga peluang sperma untuk penetrasi ke dalam telur semakin kecil (Alhazza et. al. 2003). Telur sebanyak satu sendok teh masing-masing perlakuan dimasukan ke dalam larutan teh yang berada di dalam cawan petri sambil diaduk-aduk dengan menggunakan bulu ayam selama empat menit, kemudian dimasukan ke dalam saringan dan dibilas dengan air tawar, saringan yang berisi telur disimpan di dalam akuarium. Saringan fungsinya sebagai tempat penyimpanan telur dan mempermudah perhitungan.
3.5 Parameter yang Diamati Parameter yang diamati dalam penelitian perendaman telur pada larutan teh adalah ada atau tidaknya telur ikan komet yang merekat satu sama lain, yang pada akhirnya mempengaruhi derajat penetasan telur ikan komet, dan sebagai parameter tambahan berupa pengukuran kualitas air.
3.5.1 Daya Rekat Telur Ikan Komet Parameter daya rekat telur ikan komet dalam penelitian ini diamati dengan cara melihat langsung terjadi atau tidak saling menempelnya antara satu telur dengan lainnya. Daya rekat telur yang paling rendah adalah yang paling baik. Telur dikatakan merekat bila ada dua telur atau lebih yang saling menempel di satu tempat. Telur yang saling menempel dicatat berapa banyak jumlahnya kemudian dipersentasekan. Telur yang mati diambil setiap dua jam pengamatan (El-Gamal 2008).
25
3.5.2 Derajat Pembuahan dan Penetasan Telur Ikan Komet Penggunaan wadah saringan bertujuan untuk mempermudah dalam perhitungan derajat penetasan. Setiap wadah berisi 100 butir telur ikan komet. Wadah yang berisi telur tersebut langsung dimasukan ke dalam akuarium berukuran ukuran 40 cm x 40 cm x 20 cm. Derajat pembuahan dapat dihitung dengan membandingkan jumlah telur yang terlihat bening atau dibuahi dengan telur yang berwarna putih susu atau yang tidak dibuahi stelah satu jam pencampuran telur dan sperma. Adapun cara perhitungannya disajikan dengan rumus (Effendi 1997):
Derajat penetasan dapat ditentukan dalam waktu 24 jam setelah fertilisasi pada suhu normal (sekitar 28-29oC) (Derri 2010). Setelah telur ikan komet menetas, maka derajat penetasan dapat dihitung dengan rumus (Effendi 1997):
Secara detail alur penelitian disajikan dalam lampiran 3.
3.5.3 Pengukuran Kualitas Air Kualitas air memegang peranan penting dalam perkembangan telur menjadi embrio karena akan berpengaruh terhadap proses-proses metabolisme dan proses kimia-fisika yang ada dalam telur. Menurut Hoar (1969), suhu yang optimal untuk penetasan telur adalah 24-31oC. Suhu yang
optimal sangat
membantu meningkatkan metabolisme embrio, kecepatan perkembangan telur, kecepatan penyerapan kuning telur, kecepatan pertumbuhan. Pengukuran kualitas air media pemeliharaan dilakukan pada awal penelitian berlangsung yaitu sebelum telur ditebarkan ke wadah penetasan dan
26
setelah telur menetas. Parameter air yang paling berpengaruh dalam proses penetasan adalah suhu dan DO (oksigen terlarut) (Tabel 2). Tabel 2 Parameter Kualitaas Air yang Diukur untuk Penetasan Telur ikan Komet No.
Parameter
Alat Ukur
1
Suhu
Thermometer
2
Oksigen terlarut (DO)
DO meter
3.6 Analisis Data Dalam penelitian ini, model umum yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan Pola (Gaspersz 1995) : Yij = +i+ij (steel dan torrie, 1991) dimana i= 1,2,3,4 j = 1,2,3
keterangan : Yij = Nilai pengamatan (derajat penetasan telur ikan komet) pada perlakukan ke-i ulangan ke-j
= Nilai tengah umum (rata-rata populasi) hasil pengamatan.
i = Pengaruh konsentasi larutan teh terhadap hasil pengamatan. ij = Pengaruh galat percobaan telur ikan komet yang direndam dalam larutan teh dengan konsentrasi ke-i ulangan ke-j.
Pengaruh konsentrasi dari larutan teh terhadap derajat penetasan telur ikan komet dianalisis dengan uji F, sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan konsentrasi larutan teh yang berbeda diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah konsentrasi teh dalam larutan dengan derajat penetasan telur dilakukan analisis regresi.