BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian Menurut Thomas Kuhn22, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Robert Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Friedrichs23 mengungkapkan bahwa paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana menanggapi realita tersebut. Pada penelitian ini, Peneliti menggunakan paradigma post-positivisme. Post-positivisme adalah paradigma yang tidak menerima adanya hanya satu kebenaran dan melihat interaksi antara subjek dan objek penelitian. Rich
Kuhn, Thomas. The structure of scientific revolutions, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005). 23 Fredrichs, Robert. Sosiology of Sosiology. 1970 22
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengemukakan ”There is no the truth nor a truth-truth is not one thing, -or even a system. It is an increasing complexity.” Kebenaran lebih kompleks daripada yang diduga. Pengalaman manusia begitu kompleks sehingga tidak dapat diikat oleh suatu teori tertentu. Menurutnya teori post-positivisme harus terbuka, open ended, nondogmatic, grounded in the circumstances of everyday life.24
3.2 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian
Deskriptif
merupakan
pendekatan
yang
hanya
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
24
Nasution. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung, Penerbit Tarsito. 1996).
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuaan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang sedang di selidiki.25 Penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan). Jenis penelitian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa tetapi tidak mencari atau menjelaskan hubungan, dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Bailey26 pun mengemukakan, tujuan penelitian deskriptif menurutnya adalah menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam penelitian. Hasil dari penelitian deskriptif adalah gambaran detail mengenai subjek penelitian.27
25 26
Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta : Ghalia Indonesia 2005, Hal. 54). K.. D. Bailey. Methods of Social Research. (New York : Simon and Schuster. 1994).
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah Studi Kasus. Menurut Robert K. Yin28 studi kasus adalah suatu penelitian sistematis yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batasbatas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti digunakan. Studi kasus adalah salah satu strategi penelitian di dalam ilmu sosial. Studi kasus digunakan untuk mendapatkan data dari berbagai sumber penelitian (observasi, artefak, arsip, dokumen, wawancara, sumber-sumber majemuk) secara sistematik terhadap individu, kelompok, organisasi atau kegiatan. Studi kasus dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan pengertian atau penjelasan dari sebuah fenomena secara menyeluruh. Suatu kasus dapat terdiri atas hubungan antar bagian-bagian yang harus dipahami dalam kontek keseluruhan, sedangkan jika hubungan antar bagian dianggap hubungan kausalitas, maka yang lebih penting adalah mengapa dan bagaimana itu terjadi.
28
K.. Yin, Robert. Prof. Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, Hal. 18).
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.4. Subjek Penelitian Moleong29 mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut,
peneliti
mendeskripsikan subjek
penelitian, dari suatu permasalahan untuk meningkatkan loyalitas nasabah melalui hubungan antar personal pada PT Asuransi ASPAN sehingga menumbuhkan jangka waktu yang panjang dalam menjalin hubungan kerja sama antar perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai Irma Dewi Ratih selaku Kepala Divisi Pemasaran Korporasi di PT Asuransi ASPAN. Menurut Peniliti subjek sangat berkompeten di bidangnya karena telah lama menekuni bidang pemasaran dan asuransi selama kurang lebih 40 tahun. Selain itu Narasumber pernah bekerja di berbagai perusahaan – perusahaan asuransi sebagai Kepala Divisi Pemasaran, Kepala Divisi Teknik hingga menjadi Konsultan Asuransi. Untuk saat ini jabatan Narasumber menjadi Kepala Divisi Pemasaran Korporasi dituntut membuat konsep strategi pemasaran asuransi, strategi
29
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Rosda Karya, 2010. Hal. 132).
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pemeliharaan relasi atau nasabah dan lain-lainnya terkait peningkatan pencapaian target perusahaan. Sehingga penentuan subyek dilakukan peneliti dengan menggunakan kriteria yang telah disebutkan diatas. Hal tersebut dilakukan agar peneliti lebih mudah dalam melakukan penelitian.
3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer a. Observasi/Pengamatan Partisipan Peneliti melakukan pengamatan sederhana untuk beberapa hal, seperti terhadap struktur organisasi, suasana kegiatan, rapat divisi, budaya kerja, dan hubungan antara sesama divisi maupun cross divisi dalam proses pembuatan perencanaan pemasaran. b. Wawancara Mendalam Peneliti memperoleh data primer melalui teknik wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide. Peneliti membuat daftar pertanyaan sesuai
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan kebutuhan penelitian dan disesuaikan juga dengan narasumber yang diwawancarai.
3.5.2. Data Sekunder Studi kepustakaan atau Studi dokumentasi atau dokumen dalam bentuk tulisan dan gambar (foto). Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti bukubuku, majalah, dokumen, notulen rapat atau catatan. 3.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian secara kualitatif. Karena dengan kualitatif diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang diteliti dan dilakukan dilapangan pada waktu pengumpulan data. Dalam menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang diteliti dan dilakukan dilapangan pada waktu pengumpulan data. Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif, peneliti harus merasa tertarik sejak ia mulai terjun ke lapangan pertama kali, melakukan observasi dan menyusun laporan. Dalam
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
proses analisis, menurut Miles dan Huberman30 ada tiga komponen pokok yang harus diperhatikan peneliti, yaitu: 1. Reduksi Data Reduksi data bisa dikatakan suatu proses pemilihan, penyederhanan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang didapat dari catatan – catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan – kesimpulan finalnya ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian data Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian - penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian – penyajian tersebut.
30
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. 1992. Hal. 16-21).
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Menarik Kesimpulan / Verifikasi Penulis yang berkompeten akan menangani kesimpulan – kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula – mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh, yakni yang merupakan validitas. Jika tidak demikian, maka merupakan cita – cita yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenarannya dan kegunaannya. 3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan untuk menetapkan keabsahan data. Menurut Moleong31 pelaksanaan keabsahan data didasarkan pada sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian (comfirmability). Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber dan data yang merupakan bagian dari
31
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2006 Hal. 330).
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kriteria derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif. Moleong
mengungkapkan
bahwa
triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut. Triangulasi data dilakukan dengan cross check, yaitu data wawancara yang diperoleh dipadukan dengan data observasi atau data dokumentasi, dengan membandingkan dan memadukan hasil dari kedua teknik pengumpulan data tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/