BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan 3.1.1 Allianz Group Allianz merupakan salah satu perusahaan terbesar yang berada dibanyak tempat dunia, bergerak di bidang layanan asuransi, perbankan dan manajemen asset. Allianz berdiri pada tahun 1890 di Jerman dan merupakan perusahaan yang sangat berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat. Saat ini Allianz beroperasi di lebihdari 70 negara di seluruh dunia. Allianz memberikan perlindungan dan pelayan kepada nasabah, dimana separuh dari nasabah tersebut termasuk dalam kategori perusahaan Fortune 500. Ditahun 2008 Allianz Group berhasil membubuhkan total pendapatan lebih dari 92.5 milyar euro. Allianz merupakan perusahaan manajemen asset terbesar dengan asset pihak ketiga yang dikelola sebesar 703 Milyar euro. Pada September 2006, kesepakatan merger telah ditanda tangani antara Allianz AG dan RAS Holding S.p.A dan kemudian Allianz AG merubah namanya menjadiAlianz SE (Societes Europea) suatu perusahaan
11
Eropa. Menyusul prosedur pendaftaran di Italia dan Jerman pada 16 Oktober 2006 Allianz SE menjadi perusahaan pertama yang terdaftar di DJ Euro STOXX 50 Index. 3.1.2 Allianz di Asia Pasifik Asia Pasifik adalah salah satu dari 3 regional yang tumbuh pesat di Allianz. Dengan kekayaan, kebudayaan, bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam adalah karakteristik dari regioaranal ini. Allianz hadir di Asia Pasifik pada tahun 1917, di pesisir cina dengan menyediakan asuransi kebakaran dan asuransi jasa pengangkutan. Di Asia Pasifik, Allianz hadir dalam 15 pasar dengan focus utama bisnisnya pada asuransi umum jiwa dan kesehatan, manajemen asset dan perbankan. 3.1.3 Allianz di Indonesia Allianz hadir sejak tahun 1991 melalui kantor Perwakilan Jakarta. Tahun 1989, PT Asuransi Allianz Utama Indonesia resmi beroperasi memberikan pelayanan di bidang asuransi umum. Di tahun 1996, Allianz melengkapi pelayanan asuransi nya Indonesia dengan mendirikan PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang bergerak di bidang asuransi jiwa, kesehatan dan dana pensiun.
12
Pada tahun 2006, kedua perusahaan bisnis asuransi syariah. Pada tahun 2007, Allianz Indonesia memperkenalkan Allianz Center sebagai sebuah konsep One Stop Solution, dimana nasabah & agen Allianz bisa mendapatkan pelayanan asuransi kami di satu tempat. Allianz center telah beroperasi di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar. Kini, bersama – sama Allianz Indonesia hadir di 44 kota dengan 80 titik pelayanan, didukung oleh lebih dari 12.000 agen, dengan 1000 karyawan dan mitra perbankan yang solid untuk melayani nasabah kami. Allianz Indonesia memberikan solusi asuransi dari A – Z. Adapun obyek dalam penelitian ini adalah PT Allianz Utama kantor pusat yang berlokasi di Jl. H. R. Rasuna Said, Kuningan ( Jakarta ). 3.2 Gambaran Umum dari Objek Penelitian Memuat batasan pengertian dari kata – kata yang terdapat pada judul penelitian / skripsi yang kami susun, dengan maksud agar terdapat kesamaan pengertian antara penulis dengan pembaca / pengguna hasil penelitan. 1) Hubungan, adalah keterkaitan antara variabel X dengan Variabel Y 2) Tingkat Solvabilitas, adalah selisih antara kekayaan yang diperkenankan dengan jumlah kewajiban dan modal yang disetor yang dipersyaratkan (UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransiaan, pasal 11 ayat 2)
13
3) Kesehatan Keuangan, terdiri dari : (1) Batas tingkat solvabilitas (BTS) (2) Retensi Sendiri (3) Reasuransi (4) Investasi (5) Cadangan Teknis Penjelasan : 1.1 Batas tingkat
solvabilitas
(BTS) atau solvency margin
merupakan tolak ukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. BTS merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang perhitungannya didasarkan pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha asuransi 1.2 Retensi sendiri dalam hal ini merupakan bagian pertanggungan yang menjadi beban atau tanggung jawab sendiri sesuai dengan tingkat
kemampuan
keuangan
perusahaan
asuransi
atau
perusahaan reasuransi yang bersangkutan 1.3 Reasuransi
merupakan
bagian
pertanggungan
yang
dipertanggungkan ulang pada perusahaan asuransi lain dan atau perusahaan reasuransi
14
1.4 Invenstasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai kebijakan investasi dari perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan reasuransi untuk berinvestasi secara aman dan produktif 1.5 Cadangan teknis adalah cadangan yang perlu dibentuk dan dipelihara oleh perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan reasuransi, sesuai dengan sifat usaha asuransi dimana timbul beban kewajiban tidak menentu. Cadangan termaksud diperhitungkan berdasarkan pertimbangan teknis asuransi dimaksudkan untuk menjaga agar perusahaan bersangkutan dapat memenuhi kewajibannya pada pemegang polis. (Penjelasan tentang pasal 11 ayat 1 UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian) Ketentuan mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi kerugian tersebut lebih lanjut diatur pada PP No.63 tahun 2004 tentang
Perubahan
atas
PP
No.73
tahun
2004
tentang
penyelenggaraan usaha perasuransian pasal 1 ayat (5), yang berbunyi : 1. Perusahaan asuransi dan reasuransi setiap saat wajib menjaga tingkat solvabilitas.
15
2. Tingkat solvabilitas merupakan selisih antara kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban. 3. Selisih antara jumlah kekayaan yang diperkenankan dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurangkurangnya harus sebesar dana yang cukup untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari terjadinya
deviasi
dalam
pengelolaan
lebih
lanjut
mengenai
kekayaan
dan
kewajiban. 4. Ketentuan
diperkenankan, kewajiban dan
risiko
kekayaan
yang
kerugian
yang
mungkin timbul sebagai akibat dari terjadinya deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana di maksud dalam ayat (2) dan (3) ditetapkan sebagai Keputusan Menteri. Ketentuan
mengenai Batas Tingkat Solvabilitas yang
dimaksud dalam PP diatas dalam KMK No.424/KMK.06/2004 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Pasal 2 dan 3 KMK tersebut menerangkan tentang Batas Tingkat Solvabilitas yaitu bahwa:
16
Pasal 2 1. Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari risiko kerugian yang mungkin
timbul
sebagai
akibat dari deviasi
dalam
pengelolaan kekayaan dan kewajiban. 2. Perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) , namun memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus per seratus) diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu
tertentu
untuk
memenuhi
ketentuan
tingkat
solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Pasal 3 1. Risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi
dalam pengelolaan kekayaan dan
kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) terdiri dari : a) Kegagalan pengelolaan kekayaan, b) ketidakseimbangan antara proyeksiaruskekayaan dan kewajiban,
17
c) ketidakseimbangan
antara
nilaikekayaan
dan
kewajibandalamjenis mata uang, d) perbedaanabtara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan, e) ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh, dan f) ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim, 2. Jumlah dana yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
kekayaan
dan
kewajiban
sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 merupakan batas tingkat solvabilitas minimum. 3. Perhitungan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 didasarkan pada pedoman yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan. Makna angka nilai Risk Based Capital paling sedikit 120% adalah bahwa perusahaan tersebut minimal memiliki
18
kekayaan 120% lebih besar dari nilai hutang perusahaannya termasuk untuk membiayai setiap risiko pertanggungan yang dimiliki perusahaan asuransi tersebut. Setiap perusahaan asuransi wajib menyusun laporan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Mentri Keuangan setiap 31 Desember setiap tahunnya. Risk Based Capital dihitung oleh setiap perusahaan asuransi sesuai dengan standar atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah
yaitu
pada
Keputusan
DJLK
No.2
Kep.5314/LK/2004 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas, yang menjelaskan bahwa : “Batas Tingkat Solvabilitas Minimum adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang digunakan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban dari komponen-komponen Batas Tingkat Solvabilitas Minimum disebut juga Risk Based Capital”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menilai pencapaian Risk Based Capital, suatu perusahaan asuransi kerugian dapat dilihat dari rasio perbandingan antara Tingkat Solvabilitas yaitu selisih antara kekayaan yang diperkenankan dan
19
kewajiban yang dicapai perusahaan asuransi kerugian dengan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) yang berupa risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban dapat dirumuskan menurut Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2004, sebagai berikut : Tingkat Solvabilitas Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
Risk Based Capital=
Untuk melaporkan angka Tingkat Solvabilitas dan Risk Based Capital setiap perusahaan asuransi menyajikan dalam 4 formulir yang terdiri atas : Schedule
A
:
terdiri
atas
perhitungan
kegagalan
pengelolaankewajiban. Schedule B
: terdiri atas kekayaan dan keawjiban dalam setiap mata uang.
Schedule C
: terdiri atas beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan.
Schedule D
: terdiri atas risiko reasuradur
20
4) Pengertian Solvabilitas Solvabilitas merupakan perbandingan antara kewajiban terhadap akun lain yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) “solvabilitas menunjukkan kapasitas atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan tersebut dilikuidasi”. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut mempunyai ekuitas atau modal yang cukup untuk melunasi semua hutangnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki modal yang tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan untuk memperoleh tambahan pinjaman
dari
kreditur
sebelum
perusahaan
menambah
modalnya sendiri. Keadaan ini menyebabkan perusahaan sulit untuk mengadakan perluasan dan peningkatan produksi. Tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan menyiratkan tiga hal penting: 1. Peningkatan
dana
melalui
hutang,
pemilik
dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.
21
2. Kreditur mensyaratkan adanya ekuitas atau dana yang disediakan oleh pemilik sebagai marjin pengaman, jika pemilik dana hanya menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan
total,
resiko
perusahaan
dipikul
oleh
krediturnya 3. Jika perusahaan memperoleh tingkat laba yang tinggi atas dana pinjamannya dari pada tingkat bunga
yang
dibayarkan atas dana tersebut. Maka pengembalian modal atas pemilik diperbesar. Perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang tinggi menghadapi resiko yang lebih tinggi pada masa resesi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan juga lebih tinggi pada masa cerah. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio hutang yang rendah tidak beresiko besar, tetapi peluangnya untuk melipat gandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Sudah tentu prospek tingkat pengembalian yang tinggi akan dikehendaki, namun para investor enggan menghadapi resiko. Karena itu, perusahaan perlu mencari keseimbangan antara tingkat pengembalian dengan tingkat resiko
22
5) Usaha Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai dengan uraian diatas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut.Perusahaan per (asuransi) an, adalah : perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi. 4.1 Definisi asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia : "Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima
suatu
premi,
untuk
memberikan
penggantian
kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu" Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
23
4.1.1 Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur 4.1.2 Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu. 4.1.3 Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya). 4.1.4 Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu. 4.2 Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack : "Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung". 4.3 Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green: "Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan
24
sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu" 4.4 Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, yang mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: 4.4.1 “Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung". 4.4.2 “Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial". 4.5 Menurut Undang-Undang no. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian (Herman, 2000, 4) menyatakan : “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggungnya mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima
premi
asuransi
untuk
memberikan
pertanggungan kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita si tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti,
25
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau
hidupnya
seseorang
yang
dipertanggungkan.”Yang dimaksud dengan penanggung dalam defenisi diatas adalah suatu badan usaha asuransi yang memenuhi ketentuan UU no.2/1992 Berdasarkan definisi –definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang : "Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya
dapat
diramalkan
dan
bila
kerugian
yang
diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu". Pengertian Asuransi bila di tinjau dari segi hukum adalah: "Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dimana pihak tertanggung mengikat diri kepada penanggung, dengan menerima premi-premi Asuransi untuk
memberi
penggantian
kepada
tertanggung
karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang di
26
harapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung karena suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi pembayaran atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan. " 6) Perusahaan Reasuransi Antara lain perusahaan asuransi kerugian, perusahaan jiwa dan perusahaan reasuransi. Usaha asuransi kerugian memberikan jasa dalam penangguhan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Usaha asuransi jiwa memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Usaha Reasuransi memberikan jasa dalam pertanggungan terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa 7) Usaha penunjang usaha asuransi, terdiri dari : 7.1 Usaha pialang asuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
27
7.2 Usaha pialang reasuransi, yang memberikan jasa keperantara dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesian ganti rugi reasuransi dengan bertindak utnuk kepentingan perusahaan asuransi. 7.3 Usaha penilaian kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. 7.4 Usaha konsultan aktuaria, yang memberikan jasa konsultasi aktuaria 7.5 Usaha agen asuransi, yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. 8) Ruang Lingkup Usaha 8.1 Perusahaan
asuransi
kerugian
(PAK)
hanya
dapat
menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian termasuk reasuransi. 8.2 Perusahaan asuransi jiwa (PAJ) hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, asuransi anuitas serta menjadi pendiri
28
dan pengurus dana pensiun, sesuai dengan peraturan dana pensiun yang berlaku. 8.3 Perusahaan Reasuransi (PA) hanya dapat menyelenggarakan usaha pertanggungan ulang. 9) Usaha Perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk : perusahaan perseroan (PERSERO), Koperasi perseroan terbatas (PT) dan usaha bersama (Mutual) 10) Pengertian asuransi dilihat dari aspek sudut pandang, objek serta teknik mencapainya: Tabel 1 Sudut Tujuan
Teknik Mencapainya
Pandang Ekonomi
Mengurangi ketidak pastian dari
hasil
usaha
Dengan cara mengalihkan risiko pada
yang pihak
lain
dan
dilakukan oleh seseorang atau mengkombinasikan perusahaan memenuhi
dalam kebutuhan
mencapai tujuan
lain
sejumlah
risiko
rangka yang cukup besar, sehingga dapat atau diperkirakan besarnya kerugian
29
pihak
dengan kemungkinan
lebih
tepat
terjadinya
Hukum
Memindahkan
risiko
yang
Melalui
pembayaran
premi
oleh
dihadapi oleh suatu obyek atau
tertanggung kepada penanggung dalam
suatu kegiatan bisnis kepada
kontrak ganti rugi (polis asuransi),
pihak lain.
maka
risiko
beralih
kepada
penanggung. Bisnis
Membagi dihadapi
risiko
yang
Memindahkan risiko dari individu /
kepada
semua
perusahaan ke lembaga keuangan yang
peserta program asuransi.
bergerak
dalam
(perusahaan
pengelolaan
asuransi),
yang
risiko akan
membagi risiko kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya. Sosial
Menanggung kerugian secara
Semua anggota kelompok (kelompok
bersama-sama
anggota) program asuransi memberikan
antar
semua
peserta program asuransi
kontribusinya (berupa premi )untuk menyantuni kerugian yang diderita oleh seorang / beberapa orang anggotanya
Matematika Meramalkan
besarnya
Menghitung
besarnya
kemungkinan
kemungkinan terjadi nya risiko
berdasarkan
teori
kemungkinan
dan hasil ramalan itu dipakai
("Probability Theory"), yang dilakukan
30
dasar untuk membagi risiko kepada
semua
oleh aktuaris maupun oleh underwriter.
peserta
(sekelompok peserta) program asuransi (Herman Darmawi, 2004 : 3) 10). Perbedaan asuransi dengan perjudian, dengan spekulasi dan dengan manajemen Resiko TABEL 2 ASURANSI Bertujuan
PERJUDIAN
mengurangi
risiko Risiko semula belum ada, dan
yang sudah ada
baru muncul sesudah orang ikut judi
Bersifat
sosial
terhadap Bersifat
tidak
masyarakat, dapat memberikan mengacaukan keuntungan
tertentu
sosial, rumah
dapat tangga
kepada masyarakat
masyarakat Besarnya risiko dapat diketahui Besarnya dapat
diukur
tidak
dapat
besarnya diketahui, dan tidak dapat diukur
kemungkinan Kontraknya
risiko
kemungkinannya tertulis
mengikat Kontrak
31
tidak
tertulis
dan
kedua belah pihak
realisasinya tergantung itika baik masing – masing pihak yang terkait
(Soeismo Djojosoedarso, 2003 : 82) TABEL 3 ASURANSI Kontrak
persetujuan
SPEKULASI adalah Kontrak
mengenai pertanggungan
persetujuan
adalah
mengenai jual beli
Risiko yang ditangani adalah Risiko yang ditangani adalah kerugian yang mungkin timbul Transaksi
asuransi, Risiko tidak berkurang, hanya
bagaimanapun
juga
menguntungkan berdasarkan terbesar)
kemungkinan perubahan harga
lebih berpindah kepada orang lain
(operasinya yang
hukum
sanggup
bilangan risiko tersebut
sehingga
dapat
mengurangi risiko yang ada (Soeisno Djojosoedarso, 2003 : 83)
32
menanggung
TABEL 4
ASURANSI Merupakan
salah
menanggulangi
MANAJEMEN RISIKO
satu
risiko
cara Kegiatan lebih ditentukan pada murni menemukan
tertentu Tugasnya
dan
menganalisis
hanya
memberikan
risiko murni menangani
seluruh Tugasnya
proses pengalihan risiko
penilainan
terhadap
teknik
penanggulangan risiko / asuransi
Melibatkan jumlah orang dan Pelaksanaan kegiatan yang lebih kecil
program
memerlukan kerjasaman dengan individu / bagian perusahaan
Keputusan
dibidang
asuransi Keputusan
MR
berperngaruh
mempunyai pengaruh yang lebih lebih luas/ besar terhadao operasi terbatas
perusahaan
(Soeisno Djojosoedarso, 2003 : 12) 11) Manfaat Asuransi : Menurut Drs. Herman Darmawi (2000, 4), asuransi mempunyai beberapa manfaat antara lain:
33
11.1 Asuransi Melindungi Risiko Investasi Kemauan untuk menanggung resiko merupakan unsur fundamental dalam perekonomian bebas. Bilamana suatu perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka kehadiran resiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Asuransi mengambil alih resiko itu. Karena asuransi menghilangkan / mengurangi resiko, maka para
usahawan
dimungkinkan
dan
didorong
untuk
mengkonsentrasikan energi dan modal dalam usaha-usaha yang kreatif. Jumlah dan jenis polis asuransi yang digunakan untuk menutup resiko usaha yang sangat banyak. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan asuransi yang tugas utamanya adalah memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan lain telah menjadi suatu institusi ekonomi yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Tanpa asuransi, kemajuan ekonomi yang ada sekarang ini mustahil tercapai. 11.2 Merupakan Sumber Dana Untuk Investasi Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam
jumlah
memadai
34
yang
pelaksanaannya
harus
berdasarkan pada kemampuan sendiri. Oleh karena itu, diperlukan usaha keras untuk mengerahkan dana masyarakat melalui lembaga keuangan bank dan non bank. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk investasi di berbagai bidang. 11.3 Melengkapi Persyaratan Kredit Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang resiko kegiatan usahanya di asuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut melindungi diri dari kejadian-kejadian yang tidak terduga dimasa depan. Cara untuk memperoleh perlindungan itu adalah dengan memiliki polis asuransi. 11.4 Mengurangi Kekhawatiran Bila seseorang telah membayar premi asuransi, mereka telah terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil (dalam hal ini berupa premi yang telah dibayarkan). Kerugian kecil itu sesungguhnya merupakan
35
bagian yang dipikulnya untuk kerugian kelompok itu. Jadi, dengan membayar premi, ia memperoleh kepastian biaya jika ada kemungkinan kerugian. Jika tidak ada asuransi, maka mereka yang menghadapi resiko tidak akan dapat meramalkan apakah mereka akan tertimpa kerugian besar, kerugian kecil atau tidak. Oleh karena itu, mereka tidak akan sanggup meramalkan biayanya. 11.5 Mengurangi Biaya Modal Dalam dunia usaha yang beban resikonya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, maka pihak-pihak penanam modal yang telah bersedia menanggung resiko atas modal yang diinvestasikan tersebut akan menetapkan biaya modal yang lebih tinggi. 11.6 Menjamin Kestabilan Perusahaan Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti pentingnya asuransi sebagai salah satu factor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyediakan polis secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebahagian dari
36
premi yang telah ditetapkan. Adanya usaha seperti ini dari pihak perusahaan dapat merupakan stabilisator jalannya roda perusahaan. 11.7 Meratakan Keuntungan Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang mungkin dialami pada masa yang akan datang melalui program
asuransi,
pihak
perusahaan
akan
dapat
mempertimbangkan atau memperhitungkan biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produk yang dijualnya. Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan bahwa asuransi dapat meratakan jumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari tahun ke tahun. 11.8 Menyediakan Layanan Profesional Dunia asuransi dewasa ini sudah semakin banyak yang bergerak di bidang usaha yang bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan-perusahaan sudah semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal ini dilakukan agar
37
perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien. 11.9 Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian Dewasa
ini
perusahaan-perusahaan
asuransi
banyak
melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan
kerugian.
Perusahaan-perusahaan
yang
bergerak dalam bidang usaha menyadari bahwa keberhasilan yang ingin dicapai sangat tergantung kepada kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil
kemungkinan
yang
dapat
menimbulkan
kerugian. 11.10 Membantu Pemeliharaan Kesehatan Usaha lain yang sangat erat hubungannya
dengan usaha-
usaha yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah kampanye
yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa kepada para
38
pemegang polis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. 12) Pengertian Asuransi Kerugian Ditinjau dari segi hukum, asuransi adalah suatu perjanjian antara
penanggung
(perusahaan
asuransi)
dan
tertanggung,
mengenai “pengalihan risiko (transfer of risk)” tertentu dari tertanggung kepada penanggung dengan sejumlah pembayaran kepada penanggung yang disebut premi. Surat perjanjian antara kedua pihak tersebut disebut “polis asuransi” yang mengatur segala hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Dengan kata lain, kegiatan asuransi merupakan kontrak hukum yang diatur dalam UU-KUHD
ataupun
aturan-aturan
penanggung
berdasarkan
hukum
lainnya
dimana
pertimbangan-pertimbangan
tertentu
berjanji untuk membayar (member ganti rugi) atau memberikan jasa-jasa
tertentu,
apabila
tertanggung
menderita
kerugian
sebagaimana diatur dalam polis asuransi yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Menurut Herman Darmawi (2004:27) pengertian asuransi kerugian adalah sebagai berikut: “Asuransi kerugian adalah asuransi yang hanya boleh menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian termasuk
39
reasuransi, yaitu penanggulangan risiko atas harta kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum, serta program asuransi sosial.” Sedangkan pengertian asuransi kerugian menurut Ludovicus Sensi W (2006:25) adalah sebagai berikut: “Membantu menanggung risiko yang dipikul perusahaan, individu maupun perusahaan asuransi lain. Dan sebagai balas jasa, perusahaan asuransi kerugian, menerima premi sedangkan pihak tertanggung memperoleh perlindungan (protection) apabila terjadi atau mengalami suatu kerugian atau klaim.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi kerugian merupakan salah satu jenis usaha dibidang asuransi yang khusus bergerak dalam pertanggungan atas kemungkinan kerugian harta kekayaan atau properti (property insurance) yang mungkin dapat menimpa tertanggung. Setelah perusahaan asuransi kerugian menerima premi berarti perusahaan tersebut menerima risiko-risiko yang dipertanggungkan kepadanya, yang sebagai tanda buktinya dia mengeluarkan polis asuransi. Banyak
perusahaan
asuransi
yang
berani
menerima
pertanggungan meskipun ada yang dipertanggungkan melebihi batas kemampuan (own retention) asuransi tersebut, baik dari harga
40
petanggungannya, tingkat/kualitas risikonya (degree quality of risk) ataupun dilihat dari segi keduanya. Selisih nilai pertanggungan tersebut akan dipetanggungkan kembali kepada perusahaan asuransi lain dalam bentuk perjanjian reasuransi. Oleh perusahaan yang kedua, pos-pos pertanggungan ini akan dimasukkan sebagai pos-pos tidak langsung (indirect business). Jadi perbedaan antara pos-pos tidak langsung dan pospos langsung ialah bahwa pada pos-pos langsung perusahaan asuransi yang bersangkutan mengeluarkan polisnya, sedang pada pos-pos tidak langsung perusahaan asuransi tidak mengeluarkan polisnya. 13) Karakteristik Perusahaan Asuransi Kerugian Berikut ini akan diuraikan beberapa karakteristik dari perusahaan asuransi kerugian menurut IAI melalui Pernyataan Estándar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.28 Tahun 2007, adalah sebagai berikut: a. “Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi
risiko
kerugian
keuangan
dan
merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat.
41
sekaligus
b. Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan. c. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims). Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban. d. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar klaim asuransi, berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi, kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pandapatan dan pengukuran beban.
42
e. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan menggunakan metode tertentu. f. Peraturan perundangan dibidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.” Di dalam prakteknya, perusahaan asuransi banyak dipengaruhi oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan pemerintah yang terkadang berbeda dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka perlindungan yang lebih luas dan menyeluruh bagi kepentingan
tertanggung
dan
masyarakat
pada
umumnya.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi asuransi kerugian ini dimaksudkan untuk menjembatani antara Standar Akuntansi Keuangan dengan praktek akuntansi asuransi. 14) Tujuan Asuransi Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita kerugian yang dijaminkan oleh polis, bertujuan untuk mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula atau untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan
43
sehingga ia masih mampu berdiri, seperti sebelum menderita kerugian. Menurut Radiks Purba (2004:55) menjelaskan tujuan asuransi adalah sebagai berikut: “Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, bertujuan untuk mengembalikan tertanggung pada posisinya semula, atau untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian.” Sedangkan
tujuan
asuransi
menurut
Abbas
Salim
(2007:29)adalah sebagai berikut: a. “Untuk memberikan jaminan perlindungan dari risiko yang diderita suatu pihak. b. Untuk meningkatkan efisiensi, karena kita tidak perlu secara khusus
mengadakan
pengamanan
dan
pengawasan
untukmemberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya.
44
c. Untuk membantu mengadakan pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya untuk premi saja yang jumlahnya sudah tertentu secara tetap per periode. d. Untuk dasar pemberian kredit, terutama dalam sistem perkreditan yang dilakukan oleh bank. Bank memerlukan jaminan atau agunan yang diberikan oleh peminjam uang. e. Sebagai tabungan, bahkan lebih daripada itu karena yang dibayar kepada asuransi akan diterima kembali. f. Untuk memupuk earning power seseorang, badan usaha yang akan digunakan pada waktu terjadi keadaan dimana ia tidak dapat berfungsi. g. Untuk modal investasi, bagi pihak lain melalui penggunaan dana yang dikapitalisasi oleh asuransi.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuransi adalah untuk memberikan jaminan perlindungan risiko yang diderita suatu pihak, untuk meningkatkan efisiensi, untuk membantu mengadakan pemerataan biaya, untuk dasar pemberian kredit, sebagai tabungan, untuk memupuk earning power suatu perusahaan, dan untuk modal investasi. 15) Perkembangan Asuransi Kerugian dan Akuntansinya
45
Selanjutnya menurut Radiks Purba (2004:36) menjelaskan perkembangan asuransi dan akuntansinya, sebagai berikut: “Akuntansi asuransi di Indonesia telah dimulai sejak hadirnya perusahaan-perusahaan milik Belanda atau bangsa asing lainnya yaitu sejak permulaan abad 19, akuntansi asuransi berkembang sejalan dengan perkembangan usaha asuransi itu sendiri sejak dikenalnya polis asuransi, maka akuntansi asuransi telah mencatat kemajuan-kemajuan di bidang laporan-laporan kepada masyarakat dan pemerintah. Sesuai dengan perkembangan revolusi industri pada awal abad 18, pada saat yang sama kebutuhan akan informasi keuangan dan hsail-hasil pelaksanaan usaha komersial dari perusahaan untuk investor, pemilik dan masyarakat juga semakin meningkat, yang kesemuanya menuntut peningkatan informasi yang lebih canggih. Salah satu bentuk informasi keuangan yang bertujuan menilai usaha komersial bagi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan, dengan proses dan mekanisme serta produk yang dikenal saat ini adalah laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
46
Pada dasarnya, praktek akuntansi asuransi di Indonesia mengikuti akuntansi asuransi dari Negara-negara asalnya. Sejak jaman penjajahan Belanda dan pada periode sesudah kemerdekaan, dominasi sistem akuntansi asuransi Belanda masih tetap menonjol sampai dengan tahun 1970-an yaitu sampai terbitnya buku PAI (Pengantar Asuransi Indonesia) yang berorientasi pada sistem akuntansi Amerika yang disahkan dalam Rapat Komite PAI Ke III Tahun 1973 yaitu menetapkan PAI No.4 sampai ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.28 Tahun 2002 tentang akuntansi asuransi kerugian.” Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha di bidang jasa pada umumnya. Hal ini disebabkan karena usaha asuransi mengambil alih risiko dari pihak lain, sehingga perusahaan asuransi padat risiko. Di samping itu perusahaan asuransi juga padat informasi dengan adanya berbagai informasi yang harus diolah untuk pengambilan keputusan underwriting, keuangan, dan lain-lain. Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan masyarakat terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonifiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada
47
waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara professional baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam pengelolaan keuangan termasuk sistem informasi keuangan. Dalam hal ini sistem informasi keuangan usaha asuransi mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan sistem informasi keuangan yang berlaku umum. 16) Jenis Asuransi Kerugian Secara umum menurut Ludovicus Sensi W (2006:27) jenisjenis asuransi kerugian dapat dibagi dalam 5(lima) jenis, yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
“Asuransipengangkutankapal (marine cargo), Asuransi rangka kapal (marine hull), Kebakaran (fire), Kendaraan bermotor (motor vehicle), Varia, yang mencakup antara lain: Personal accident Special risk policy Engineering insurance Cash in transit and cash in safe insurance Aviation insurance.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis asuransi kerugian terdiri dari asuransi pengangkutan, asuransi rangka kapal, kebakaran, kendaraan bermotor, dan asuransi lainnya.
48
B. Desain Penelitian Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Cara ilmiah, artinya
penelitian didasarkan pada ciri – ciri keilmuan yaitu : Rasional, empiris dan sistematis. Rasional, berarti kegiatan penelitian dilakukan denga cara yang masuk diakal sehingga terjangkau oleh nalar manusia. Empiris, berarti cara yang digunakan dalam penelitian dapat diamati dan diketahui, melalui indera manusia. Sistematis, berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah – langkah tertentu yang logis. Data yang diperoleh melalui penelitian harus mempunyai kriteria : Valid, Realible dan Objektif. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya ada pada objek penelitian dengan data yang di kumpulkan oleh peneliti. Realible menunjukan derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu. Objektif menunjukan derajat persamaan persepsi antara seorang individu denga lainnya. Jenis penelitian dapat dikelompokan menurut : Tujuan, Pendeketan, Tingkat eksplanasi dan jenis data. (Sugiyono, 2001 : 2)
49
Menurut tujuannya, penelitian yang penulis lakukan tergolong kepada penelitian terapan, yang bertujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori dalam memecahkan masalah – masalah praktis. Dilihat dari sisi pendekatan, penelitian yang dilakukan tergolong kepada penelitian survey. Menurut (Sogiyono, 2001 : 3) penelitian tersebut dilakukan pada populasi (besar maupun kecil) namun data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian – kejadian relatif, distribusi / penyebaran serta hubungan – hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis. Dari tingkat eksplanasi/ penjelasan bagaimana variable – variable yang diteliti akan menjelaskan objek yang diteliti, melalui data yang terkumpul maka penelitian yang penulis dilakukan tergolong penelitian asosiatif. Pada penelitian asosiatif, minimal terdapat dua variabel yang saling dihubungkan. Terdapat tiga bentuk hubungan terkait dengan penelitian ini : Simetris, kausal dan interaktif. C. Pengajuan Hipotesis Dalam sebuah penelitian, memiliki dugaan sementara mengenai hasil penelitian (hipotesis). Tetapi hipotesis tidak mutlak selalu ada
50
dalam penelitian. Sebelumnya berikut pengertian dari hipotesis. Menurut Sugiyono (2009:159) yang dimaksud dengan hipotesis adalah : “Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.” Dari kutipan diatas, hipotesis merupakan suatu pernyataan yang bersifat sementara atau dengan anggapan, pendapat atau asumsi yang mungkin benar dan mungkin salah. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang disajikan penulis : H0 = Tidak terdapat hubungan penentuan tingkat solvabilitas dengan kesehatan keuangann perusahaan pada PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia – Kantor Pusat, Jakarta Ha = Terdapat hubungan penentuan tingkat solvabilitas dengan kesehatan keuangan perusahaan pada PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia – Kantor Pusat, Jakarta Uji Hipotesisnya : 1)
Dengan menggunakan tingkat kesalahan (error) dalam pengambilan sampel sebesar 5% atau tingkat keyakinan 95% pada tabel 11 (lampiran) untuk n = 30 dan taraf signit 5% dapat diketahui besarnya rpromo sebesar 0.361 ternyata disini, nilai rhitung = 0.49 > rpromo = 0.361
51
2) Dari rhitung = 0.49 akan dihitung besarnya thitung menggunakan rumus : t
hitung = r
(n – 2) 1 – r2
= 0.49 (30 – 2) 1 – (0.49)2
= 0.49 x 5,292 0.7599 t
hitung = 2.975
D. Variabel dan Skala Pengukuran Penelitian dilakukan terhadap dua variabel menyangkut masalah termaksud : 1) Variabel bebas atau (independent) yang menentukan, yaitu penentuan tingkat solvabilitas (dinamakan variabel X) 2) Variable terikat atau (dependent) yang ditentukan, yaitu kesehatan keuangan (dinamakan variabel Y) Kuesioner dimaksud merupakan persepsi / pemahaman responden terhadap materi yang termuat dalam kuesioner, dengan demikian kuesioner yang disampaikan menjadi :
52
Kuesioner (A) mengenai persepsi tentang penentuan tingkat solvabilitas. Kuesioner (B) mengenai persepsi tentang penentuan tingkat kesehatan keuangan. Adapun hubungan antara kedua variabel termaksud dapat digambarkan sebagai berikut :
Persepsi responden Tentang penentuan Tingkat solvabilitas
Hubungan Gambar 2
Variabel X
Persepsi responden Tentang kesehatan keuangan
Variabel Y
E. Metode Pengumpulan Data 1. Cara mengumpulkan data penelitian yaitu dengan penelitian kepustakaan ( library research ). 2. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan survey dan observasi 3. Intrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berupa kuesioner. F. Jenis Data Data yang ingin diperoleh merupakan data primer yang bersifat kualitatif, berupa respons yang diberikan responden terhadap pertanyaan / pernyataan yang tertera pada kuesioner. Kuesioner memuat pernyataan yang diarahkan kepada keinginan / kebutuhan untuk mengetahui persepsi dari responden mengenai tingkat solvabilitas dan kaitan /
53
hubungan dengan persepsi terhadap kesehatan keuangan pada perusahaan ( PT Asuransi Allianz Utama Indonesia – Kantor Pusat, Jakarta ) G. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini yang merupakan / menjadi populasi adalah karyawan / tenaga staf dari PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia – Kantor Pusat, Jakarta yang mempunyai tugas terkait dengan pengendalian keuangan yang berhubungan dengan solvabilitas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, dimana anggota populasi dianggap homogen (dari latar belakang maupun lama kerja di perusahaan) Diambil
Sampel representatif
Populasi
Secara acak Homogen
Gambar 3
54
Sampel diambil dengan menggunakan rumus Slovin ( sevilla et.al., 2960:182), sebagai berikut : n=
N [ 1 + e2N)
N=
adalah jumlah populasi
n =
adalah banyaknya sampel
e =
adalah tingkat kesalahan (error) pengambilan sampel
Dari populasi (32 orang) pada tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 5% (e = 0.05) dapat dihitung banyaknya sampel (sebagai responden) yang harus diambil, yaitu : n=
=
32 [ 1 + (0.05)2 (32)] 32 1.08
= 29.63 dibulatkan menjadi 30 orang H. Metode Analisis Data 1. Sumber Data Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan rangkuman data dari perusahaan terkait dengan penulisan skripsi. 1.1 Data Primer
55
Menurut Sugiyono (2007:129) menyatakan bahwa sumber primer adalah “Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data” Dari pengertian di atas bahwa data primer dikumpulkan sendiri oleh suatu organisasi secara langsung melalui obyeknya. Dalam hal ini peneliti mendapat data melalui perusahaan yang diteliti. Data primer tersebut adalah mengenai evaluasi atas penerapan pengelolaan persediaan yang berlaku yang dijalankan oleh perusahaan dan data – data
yang
berkaitan
dengan
prosedur
pengelolaan
persediaan. 1.2 Data Sekunder Menurut Sugiyono (2007:129) menyatakan bahwa sumber sekunder adalah “Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen” Data primer besifat kualitatif diperoleh melalui penyampaian kusioner kepada responden. Kuesioner memuat pernyataan / pernyataan yang diarahkan kepada keinginan / kebutuhan untuk mengetahui persepsi dari responden mengenai tingkat solvabilitas dan kaitan /
56
hubungannya dengan persepsi terhadap kesehatan keuangan pada perusahaan asuransi (PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia – Kantor Pusat, Jakarta) Persepsi diberikan dalam kategori jawaban : sangat setuju (SS) setuju (S), tidak tahu / ragu – ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS), semua nya merupakan data kualitatif. Dengan menggunakan skala likert, maka melalui pembobotan yang dilakukan terhadap kategori jawaban termaksud, data kualitatif akan dikonversikan menjadi data kuantiatif. TABEL 5 SKALA LIKERT Pernyataan / Kategori Jawaban
Bobot
Sangat tidak setuju (STS)
1
Tidak Setuju (TS)
2
Tidak Tahu / Ragu – ragu (R)
3
Setuju (S)
4
Sangat Setuju (SS)
5
57
Jumlah nilai pembobotan / skroring untuk kedua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variable terikat (Y) akan ditabulasikan dalam sebuah tabel : TABEL 6 Responden
X
Y
XY
X2
Y2
∑
Selanjutnya akan dihitung besarnya koefisien (rhitung) untuk mengetahui signifikansi atau ada / tidaknya, kuat / lemahnya,
2
hubungan antara kedua variable dengan menggunakan rumus : r
hitung = A - B CxD
Dimana besarnya : A = n ∑ XY B = (∑X) (∑Y) C = n∑X2 – (∑X)2 D = n∑Y2 - (∑Y)2 (dimana n adalah banyaknya sampel atau responden)
58
r
Besarnya nilai koefisien korelasi kisaranya adalah -1 ≤ hitung ≤1 r
atau nilai hitung terletak diantara -1 dan 1. Jika rhitung mendekati -1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat namun tidak searah antara X dan Y. r
Jika nilai hitung = 0 berarti tidak terdapat hubungan antara X dan Y. r
Jika nilai hitung mendekati 1 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat dan searah antara X dan Y TABEL 7 Pendoman Untuk Memberikan Interprestasi Kuoefisien Korelasi Interprotasi Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0, 399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2001 : 149) Dengan
menggunakan
statistik
inferensial,
pada
tingkat
kesalahan tertentu dalam pengambilan sampel (error atau e) akan
59
r
dilakukan uji statistikal, apakah hitung untuk sampel akan berlaku juga / digeneralisir berlaku untuk populasi.
Uji statistikal dapat dilakukan dengan cara : r
r
t
t
r
1) Membandingkan hitung terhadap promo atau product moment t
2) Membandingkan hitung dengan tabel dimana hitung dihitung dengan menggunakan rumus : t
hitung = r
(n-2) 1 – r2
dimana n adalah banyaknya sampel / responden.
60