BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Paradigma Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya terdapat konteks khusus atau dimensi waktu).45 Chapra (1996) mendefinisikan paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan parkatek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasikan dirinya.46 Sementara itu, Burrel dan Morgan (1979 : 1) berpendapat bahwa ilmu sosial dapat dikonseptualisasikan dengan empat asumsi yang berhubungan dengan ontologi, epistemologi, sifat manusia (human nature) dan metodologi. Paradigma pada penelitian ini berpijak pada paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme adalah paradigma yang menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pihak yang melakukannya. Paradigma konstruktivisme bertujuan untuk ‘memahami’ dan melakukan rekonstruksi tindakan sosial, dan menempatkan teori sebagai langkah untuk menyusun deskripsi dan pemahaman terhadap kelompok masyarakat yang akan diteliti.47
45
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2006 hal 49 46 Ibid. 47 Ibid. hal 96-98
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Teori paradigma konstruktivisme ini melihat bahwa kekuatan teori berasal dari kehidupan keseharian, sebab akumulasi pengetahuannya terletak pada kemampuan
merekonstruksi
pengalaman
yang
apa
adanya.
Paradigma
konstruktivisme menekankan penjelasan lantaran hal tersebut akan memuat alasan yang melatarbelakangi suatu tindakan dan kriteria kebenaran harus dapat dipercaya.48
3.2.
Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka tipe penelitian yang digunakan
peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu.49 Sedangkan menurut Bongdam dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.50
48
Ibid. hal 99 Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2009 hal 302 50 M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002 hal 98 49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang dan hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang telah diperoleh dari data mentah.51 Proses ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak juga menguji hipotesis atau membuat prediksi, melainkan berupa pengumpulan data, penyusunan data serta analisis, dan penafsiran data tersebut. Metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.52 Dalam pendekatan kualitatif ini, mendekati makna, ketajaman analisis, logis dan juga dengan cara menjauhi statistik. Dengan penelitian kualitatif didasarkan pada upaya untuk membangun pandangan peneliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata atau gambaran yang holistic dan rumit. Definisi ini melihat perspektif dalam penelitian yang memandang suatu upaya membangun pandangan subjek peneliti yang rinci. Menurut Jane Richie seperti yang dikutip oleh Moleong, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektif di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.53
3.3.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
resepsi komunikasi. Pemanfaatan teori analisis resepsi komunikasi sebagai 51
Jalaludin Rahmat. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004 hal 24 52 Rachmat Kriyantoro. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pradana Media Group. 2006 hal 67 53 Lexy Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006 hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Maka yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske, 1987).54 Studi resepsi khalayak (reception analysis) adalah aliran model cultural studies yang dikembangkan untuk memahami polisemi sebagai sebuah interpretasi teks. Pemaknaan yang dilakukan oleh masyarakat dikenal dengan sebutan reception studies atau reception analysis yang mengacu pada “komunitas interpretatif”
untuk
menggambarkan
kumpulan
orang
yang
membuat
interpretasi.55 Penerima pesan merupakan active producers of meaning yang bebas mengungkapkan
pengalaman
yang
dirasakannya
saat
menerima
dan
menginterpretasi teks. Kerangka pemaknaan ini diungkapkan oleh Stuart Hall dengan istilah Encoding-Decoding (ED). Model ED terfokus pada hubungan antara pesan yang dikonstruksikan produsen dan interpretasi pesan yang dibangun oleh khalayak penerimanya. Croteau dan Hoynes memandang analisis resepsi komunikasi memiliki dua hal krusial yang harus dipahami oleh peneliti.56 Pertama, teks media mendapatkan makna pada saat peristiwa penerimaan dan khalayak secara aktif memproduksi 54
Adi Tri Nugroho. Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Resepsi. FIFIP UNSOED. 2012. hal 26-27 55 John Downing, Ali Mohammadi & Annabelle Sreberny Mohammadi. Questioning The Media : A Critical Introduction. Second Edition. USA : Sage Publication. 1995 hal 214 56 D. Croteau & W. Hoynes. Media Society : Industries, Images and Audiens. Thousand Oaks : Pine Forge Press. 2003 hal 274
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks sesuai dengan sosial dan budaya khalayak. Kedua, pesan di media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual, sekalipun media berada dalam posisi paling dominan. Secara mudahnya, khalayak ditempatkan sebagai makhluk bebas yang memiliki kekuatan dalam pemaknaan atau pemberian makna terhadap pesan. Media bukan faktor tunggal yang menentukan bagaimana teks di media diproses dan dimaknai. Pengalaman dan faktor internal dari khalayaklah yang menentukan bagaimana hasil atau makna pesan dari media tersebut setelah diproses oleh khalayak.
3.4.
Subyek Penelitian Menurut Hendarso, subjek penelitian akan menjadi informan yang akan
memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Sedangkan informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. (Hendrarso dalam Suyanto, 2005:171).57 Menurut Neuman, seorang informan yang ideal harus mempunyai ketentuan-ketentuan, yaitu informan merasa akrab (familiar) dan memahami 57
Emy Susanti Hendrarso dalam Bagong Suyanto & Sutinah (ed). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana. 2005 hal 171
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
objek penelitian dengan baik. Informan tinggal di lokasi penelitian, dekat dengan objek penelitian, informan memiliki waktu yang luang dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti dalam melakukan penelitian.58 Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.59 Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar peneliti dapat memilih sampel yang dapat memberikan informasi yang diinginkan dan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian untuk menentukan jumlah informan yang akan diwawancarai, peneliti menggunakan teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambil sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.60 Subjek dalam penelitian ini harus mempunyai kompetensi. Artinya subjek riset harus kredibel. Oleh karena itu, dalam pemilihan informan, maka informan yang dicari adalah orang-orang yang pernah menonton keseluruhan dari awal sampai akhir video “Cameo Fun Campaign Prabowo Jokowi” yang dibuat oleh
58
Lawrence W. Nauman. Social Research Method : Qualitative and Quantitative Approaches. Needham Height MA : Allyn and Bacon. 2011 hal 71 59 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. 2005 hal 53-54 60 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. 2011 hal 218
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Cameo Project, sekurang-kurangnya satu kali, dengan kriteria yang secara demografis merupakan pengguna aktif media baru, khususnya YouTube, dimana mayoritas pengguna YouTube saat ini merupakan young adults kisaran umur 1834 tahun dengan jenjang pendidikan terakhir sebagai mahasiswa atau sedang dalam studi perguruan tinggi. Selain itu, subjek penelitian harus memiliki karakteristik kuat yang paham dengan nilai-nilai politik serta propaganda terkait dengan pemilihan calon presiden tahun 2014 lalu.
3.5.
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari responden dimana peneliti mendapatkan data yang penting dan menunjang relevansi serta keakuratan dari hasil penelitian tersebut. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti agar memperoleh informasi secara menyeluruh, tepat dan benar. Dalam proses pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara mendalam dan juga observasi. a. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah bentuk komunikasi antara dua orang dengan intensif, dimana peneliti berupaya mengambil peran pihak yang diteliti secara intim menyelam ke dalam dunia psikologis dan sosial mereka.61 Maksud dari mengadakan sebuah wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln and Cuba (1985 : 266) antara lain mengkonstruksi
61
Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung : PT Rosdakarya. 2004 hal 180
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. b. Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.62 Dalam hubungan itu Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:63 1. Mengabdi kepada tujuan penelitian 2. Direncanakan secara sistematik 3. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum 4. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya Dengan ini peneliti melakukan observasi dengan cara menonton langsung tayangan video YouTube “Cameo Fun Campaign Prabowo Jokowi”. 3.5.2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada atau data pelengkap untuk menunjang peneliti dalam mendapatkan data primer. Data sekunder merupakan pengumpulan data yang diperlukan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Dalam hal ini peneliti mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dengan cara melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur komunikasi, buku-buku teknologi komunikasi, internet maupun media lainnya yang berkompeten dan berhubungan dengan permasalahan 62
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2003 hal 70 63 Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
yang dibahas. Penelitian dengan cara ini dilaksanakan untuk memperoleh berbagai teori, sehingga dapat memberikan pengertian secara teoritis mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
3.6.
Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan dari hasil observasi, studi pustaka, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain. Hal ini bertujuan agar data yang telah diperoleh lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection, analysis and interpretation of reception data” (Jensen, 1999 : 139). Langkah penelitian:64 1. Mengumpulkan data dari khalayak (data collection). Data bisa diperoleh melalui wawancara yang mendalam secara individual terhadap sunyek penelitian. Dalam penelitian analisis resepsi komunikasi, perhatian utama dalam wawancara mendalam berpegang pada “wawancara berkembang setelah diantarai media di kalangan pemirsa”, yang artinya wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya. Dimana
64
Tri Nugroho Adi. Mengkaji Khalayak Media Dengan Metodologi Penelitian Resepsi. Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman. Hal 28-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
peneliti mewawancarai bagaimana pemaknaan yang ada di dalam subyek penelitian. 2. Analisis dan interpretasi data dari wawancara mendalam, pada penelitian resepsi tidak ada pembedaan yang absolut antara analisis dan interpretasi khalayak mengenai pengalaman media mereka. Data hasil dari wawancara dibuat transkrip, kemudian di buat kategorisasi berdasarkan tema-tema yang muncul pada pemaknaan yang dilakukan subjek penelitian (makna yang dimunculkan). Tahap berikutnya peneliti akan mengkaji hasil wawancara tersebut yang kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyataan, pertanyaan dan komentar. Dalam tahap ini peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana lazimnya dipakai dalam studi literer untuk menelaah makna-makna intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik pola ketidaksepakatan pendapat di antara peserta dan sebagainya yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan. 3. Tema-tema yang muncul dibandingkan dengan data untuk kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pemaknaan; dominant reading, oppositional reading dan negotiated reading.
http://digilib.mercubuana.ac.id/