BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan obyek penelitian perusahaan – perusahaan sektor farmasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia ( BEI ). Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian dan pengambilan data pada Pojok Bursa Universitas Mercu Buana yang bertempat di Gedung A Universitas Mercu Buana, Jalan Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta.
Tabel 3.1 Nama Perusahaan Sektor Farmasi yang dijadikan Obyek Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3.1.1
Perusahaan Emiten PT. Bristol – Myers Squibb Indonesia Tbk PT. Darya – Varia Laboratoria Tbk PT. Indofarma Tbk PT. Kalbe Farma Tbk PT. Kimia Farma Tbk PT. Merck Tbk PT. Pyridam Farma Tbk PT. Schering Plough Indonesia Tbk PT. Tempo Scan Pacifik Tbk
Kode SQBI DVLA INAF KLBF KAEF MERK PYFA SCPI TSPC
PT. Bristol – Myers Squibb Indonesia Tbk Pada tahun 1983, perusahaan melakukan penawaran umum perdana ( IPO ). Saham perusahaan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Maret 1983 dan pada Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16 Juni 1983. xliv
Produk utama yang menggunakan resep dokter adalah Capoten, Corgard, Capozide, Kenacort, kenacomb, Mycostatin, Azactam dan Velosef dan 36 macam antibiotik lainnya. Dan produk yang tanpa resep dokter diantaranya adalah Engran, Counterpain, Vi-grans, Theragran-M dan Squibb BComplex. 3.1.2
PT. Darya – Varia Laboratoria Tbk Kegiatan utama perusahaan ini adalah produksi dan distribusi obat – obatan dan terkait bahan kimia dan produk – produk kesehatan. Meliputi produk Nature-E, Stop Cold, Degirol, dan Supertin.
3.1.3
PT. Indofarma Tbk Perusahaan yang beroperasi di Indonesia ini, kegiatan utamanya yaitu produksi, distribusi, pemasaran, perdagangan obat – obatan. Kegiatan lain meliputi distribusi alat – alat medis, produksi dan distribusi mesin farmasi dan kosmetik, produksi bahan pengemas, infrastruktur yang berkaitan dengan farmasi dan pelayanan perawatan kesehatan umum. Produk farmasi yang termasuk esensial, generik, bermerek, dan obat – obatan tradisional, jamu, makanan bayi, diagnostik dan alat kontrasepsi.
3.1.4
PT. Kalbe Farma Tbk Kegiatan utama perusahaan meliputi bidang usaha produksi, distribusi, pemasaran, dan kemasan obat – obatan, kesehatan makanan, dan produk konsumen lainnya. Dalam rangka untuk memudahkan aktivitas
xlv
tersebut, saat ini megoperasikan empat divisi utama yaitu : farmasi, makanan kesehatan, kemasan dan distribusi. 3.1.5
PT. Kimia Farma Tbk Kegiatan
utamanya
adalah
manufaktur,
menjual
dan
mendistribusikan produk kimia dan farmasi untuk biokimia dan sektor kesehatan. Hal ini juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan produk baru. Perusahaan beroperasi di Indonesia dan menjual produk – produknya secara lokal dan di daerah lain termasuk Eropa, Afrika, Australia dan Selandia Baru. 3.1.6
PT. Merck Tbk Kegiatan utama perusahaan ini yaitu memproduksi dan menjual produk farmasi dan produk kimia. Produknya dijual di pasar lokal dan luar negeri, termasuk Malaysia, Filipina, Singapura, Hongkong dan Vietnam.
3.1.7
PT. Pyridam Farma Tbk Memproduksi
dan
mengembangkan
produk
farmasi
dan
perdagangan peralatan medis merupakan kegiatan utama perusahaan. Hal ini juga terlibat dalam perdagangan, termasuk eksport-import, serta bertindak sebagai agen, grosir, distributor dan pemasok berbagai barang. 3.1.8
PT. Schering Plough Indonesia Tbk Kegiatan utama perusahaan adalah pengembangan, pembuatan dan pemasaran produk – produk farmasi dan perawatan kesehatan. Divisi perawatan terlibat dalam menjual produk perawatan kulit, antibiotik, alergi obat – obatan, dan produk – produk terkait lainnya.
xlvi
3.1.9
PT. Tempo Scan Pacific Tbk Perusahaan berdiri tanggal 20 Mei 1970 dibawah nama asli PT. Scan Chemie. PT. Tempo merupakan salah satu perusahaan yang berada dibawah naungan grup Tempo. Produk perusahaan yang terkenal untuk jenis obat-obatan seperti Bodrex, Hemaviton dan Neo-Rheumacyl. Selain itu, perusahaan juga membuat produk jenis kosmetik meliputi Barclay Prothodent, Revlon, dll. Pada tanggal 28 Februari 1998, perusahaan go public dengan mendaftarkan 450.000.000. Pada bulan Maret 2000, perusahaan melakukan join venture dengan perusahaan yang berasal dari Singapura yakni PT. Pharmacia dan Upjohn.
3.2
Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini berupa metode penelitian deskriptif, dimana metode ini dalam melakukan penelitiannya yaitu dapat memberikan gambaran tentang keadaan objek yang diteliti dan kemudian dianalisa dengan menggunakan altman’s bankruptcy prediction mode ( z-score ), yang bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan.
3.3
Variabel dan Skala Pengukurannya Variabel penelitian adalah variabel – variabel yang dapat dianalisis untuk mewujudkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Variabel dalam penelitian ini dari model yang digunakan yaitu yang dikemukakan oleh
xlvii
Adnan M & Taufik M, jurnal ekonomi dan Auditing. ( 2005, p189-190). yaitu : Variabel X ( X 1.....X5 ) X1.....X5
merupakan
rasio
keuangan
yang
dipergunakan
dalam
perhitungan Z-Score, dimana rasio keuangan terdiri dari : 1. X1 =
Net Working Capital to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. 2. X2 =
Retained Earnings To Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukan aktiva per
xlviii
ekuitas pemegang saham. Perusahaan laba ditahan terjadi dikarenakan pemegang
saham
biasa
mengizinkan
perusahaan
untuk
menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan ‘tidak tersedia’ untuk pembayaran deviden atau yang lain. 3. X3 =
Earnings Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. 4. X4 =
Market Value of Equity to Book Value Debt
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban dari nilai pasar modal sendiri ( saham biasa ). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. 5. X5 =
Sales to Total Asset
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
xlix
3.4
Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.1
Modal Kerja Yaitu dimaksudkan semua aktiva ( assets harta – harta ) yang hanya satu kali terpakai didalam proses produksi yang termasuk ke dalam modal kerja antara lain bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi serta piutang – piutang yang seketika ditagih. Modal kerja = Aktiva Lancar – Hutang lancar
3.4.2
Laba Ditahan Merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai deviden. Karena merupakan bentuk pembiayaan intern, laba ditahan biasanya digunakan untuk pembiayaan investasi dimasa mendatang dalam rangka pertumbuhan perusahaan. Perkiraan ini menunjukkan jumlah laba yang ditahan oleh perusahaan. Perusahaan setiap tahun jika menghasilkan laba diharapkan dapat membayar deviden tunai pada pemiliknya. Jika tidak semua diumumkan untuk dibagikan sebagai deviden berarti ada sebagian laba yang ditahan. Laba yang ditahan biasanya oleh perusahaan untuk pengembangan usaha misalnya digunakan untuk membeli aktiva baru tanpa perlu meminjam atau menjual saham baru. Laba Ditahan = Laba Bersih - Deviden
l
3.4.3
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba setelah dikurangi biaya – biaya operasi atau pendapatan sebelum pajak diperoleh sesudah semua biaya operasi dikurangi dari total penerimaan.
3.4.4
Total Aktiva Adalah rasio untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Perputaran total aktiva = Penjualan/Total aktiva rata – rata Total Aktiva rata – rata = ( total aktiva awal + TA akhir ) /2
3.4.5
Total Hutang Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang jangka pendek maupun berjangka panjang. Kreditor cenderung lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik.
3.4.6
Penjualan Adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. Pertimbangan ini dapat dalam bentuk tunai peralatan kas atau harta lainnya. Pendapatan dapat diperoleh pada saat penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya diketahui. Dalam kegiatan ini penjualan akan melibatkan debitur atau disebut juga pembeli serta barang – barang atau jasa yang diberikan dan dibayar oleh dibitur
li
tersebut dengan cara tunai ataupun kredit. Penjualan barang dagang oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “ penjualan ” , jumlah transaksi yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan jenis transaksi lainnya. 3.4.7
Harga Pasar dari ekuitas pemilik Harga pasar sama dengan harga yang berlaku untuk setiap emiten ekuitas biasanya tergantung dari perkembangan permintaan dan penawaran terhadap suatu ekuitas ( saham ). Nilai Pasar Modal sendiri = Jumlah lembar Saham yang Beredar x Harga Pasar Per Lembar Saham Biasa Metode Pengumpulan Data
3.5
Metode Pengumpulan Data Semua data dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Indonesia Stock Exchange ( www.idx.co.id ) dan IDX Statistic. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel – tabel atau diagram – diagram. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan ( Library Research ). Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi literatur yaitu membaca, mempelajari literatur – literatur, meneliti dan
lii
mengkaji serta mengumpulkan data tentang laporan keuangan dari perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 – 2008.
3.6
Data Penelitian Dalam penelitian ini , penulis menggunakan jenis data sekunder. Dimana data merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel – tabel atau diagram – diagram. Keseluruhan perusahaan di sektor farmasi yang terdaftar di BEI dijadikan obyek penelitian.
3.7
Metode Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan analisa potensi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman sebagai alat analisis datanya. Untuk analisis potensi kebangkrutan atau untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan sektor farmasi menggunakan metode yang ditemukan Altman yang dikenal dengan Z-Score. Dengan menggunakan metode Altman ini maka kita akan dapat memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi di BEI. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio – rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Perhitungan Z-score dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
Z-Score = 0,012 X 1 + 0,014 X2 + 0,033 X 3 + 0,006 X4 + 0,999 X 5 liii
X1 = Modal Kerja / Total Aktiva ( dalam % )
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva ( dalam % ) X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva ( dalam % ) X4 = Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang ( dalam % ) X5 = Penjualan / Total aktiva ( kali )
Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-score nya. Jika : 1. Z < 1,81 , berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi. 2. Z 1,81 – 2,99 , maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu – abu ( Grey Area ). Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak. 3. Z > 2,99 , perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil.
liv