BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A 1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Saras Utomo Desa
Mudal Kabupaten Boyolali, untuk pelaksanaan treatment (perlakuan) terhadap latihan Senam Lansia yaitu Senam Sang Surya dan Senam Sehat Indonesia pada Lansia di Posyandu Lansia Saras Utomo Desa Mudal Kabupaten Boyolali 2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dimulai tanggal 22
Maret 2016 sampai 22 Mei 2016, dengan frekuensi pertemuan tiga kali seminggu yaitu pada hari Selasa, Jumat dan Minggu. Lamanya latihan 60 menit setiap kali pertemuan. Jumlah pertemuan 27 kali pertemuan yang terlaksana dalam waktu 9 Minggu. Latihan dimulai pukul 07.00 s/d 08.00. untuk Senam Sang Surya dan 16.00 s/d 17.00. untuk Senam Sehat Indonesia B
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk membandingkan dua perlakuan yang berbeda kepada subjek penelitian dengan menggunakan teknik desain factorial. Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan factorial. Untuk kegiatan penelitian ini disusun suatu kerangka dalam penelitian dengan rancangan 2x3. Secara skematis rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:
33
34
Tabel 3.1. Kerangka Desain Penelitian Faktorial 2 x 3 Variabel Atributif
Indeks Massa Tubuh (IMT) (B)
Bentuk Latihan Senam Lansia (A)
Overweight
Normal
Underweight
Variabel Manipulatif
(b1)
(b2)
Senam Sehat Indonesia
a1b1
a1b2
a1b3
a2b1
a2b2
a2b3
(b3)
(a1) Senam Sang Surya (a2)
Keseimbangan Dinamis Lansia
Keterangan: a 1 b1
: Kelompok Lansia dengan kategori IMT Overweight dilatih menggunakan Senam Sehat Indonesia.
a 2 b1
:
Kelompok
Lansia
dengan
Kategori
IMT
Overweight
dilatih
menggunakan Senam Sang Surya. a 1 b2
: Kelompok Lansia dengan Kategori IMT Normal dilatih menggunakan Senam Sehat Indonesia.
a 2 b2
: Kelompok Lansia dengan Kategori IMT Normal dilatih menggunakan Senam Sang Surya.
a 1 b3
: Kelompok Lansia dengan Kategori IMT Underweight
dilatih
menggunakan Senam Sehat Indonesia. a 2 b3
: Kelompok
Lansia
dengan Kategori
IMT
Underweight
dilatih
menggunakan Senam Sang Surya.
C 1.
Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia anggota Posyandu Lansia
Saras Utomo Desa Mudal Kabupaten Boyolali, yang berjumlah 75 anggota.
35
2.
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian objek penelitian yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Nototmodjo, 2005:79). dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lansia di Posyandu Lansia Saras Utomo Desa Mudal Kabupaten Boyolali yang berjumlah 42. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lansia laki – laki dan perempuan warga Desa Mudal Kabupaten Boyolali yang berusia 60 – 70 tahun. b. Lansia memiliki kriteria IMT yang dibutuhkan dalam penelitian. c. Sehat jasmani rohani, tidak sedang keadaan sakit atau memiliki gejala penyakit tertentu yang terlihat secara fisik. d. Kooperatif: yaitu subjek yang dapat memahami dan mampu melaksanakan prosedur penelitian. D
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu: 1.
Variabel bebas (independent) a. Variabel manipulatif yaitu latihan senam Lansia yaitu: 1) Latihan Senam Sehat Indonesia 2) Latihan Senam Sang Surya. b. Variabel atributif dalam penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu: 1) IMT Kategori Overweight 2) IMT Kategori Normal 3) IMT Kategori Underweight
36
2.
Variabel terikat (dependent) Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu Keseimbangan Dinamis
Lansia. E
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut: 1.
Senam Sang Surya Senam Sang Surya merupakan senam yang dikhususkan bagi orang Lanjut
usia. Senam ini termasuk dalam senam aerobik dengan gerakan yang lembut dan minim hentakan yang sangat sesuai bagi lansia yang telah mengalami penurunan kemampuan fisik. Gerak Senam Sang Surya terdiri dari 12 (duabelas) jurus, ditambah 1 (satu) gerak pembuka dan 1 (satu) gerak penutup. Bentuk senam sederhana dengan didominasi gerakan kuda kuda yang bertumpu pada otot tungkai dan gerakan memutar togok . 1 Set Senam dilakukan selama 15 menit. 2.
Senam Sehat Indonesia Senam Sehat Indonesia merupakan latihan yang bersifat aerobik dengan
gerakan-gerakan halus yang relatif lambat sehingga dikategorikan sebagai latihan yang bersifat low impact low velocity dan merupakan bentuk latihan yang cocok bagi lansia. dengan lama latihan 20 menit / set Senam Sehat Indonesia terdiri dari 12 macam gerakan yang akan mempengaruhi keseimbangan tubuh Lansia, namun ada 5 gerakan yang sangat berpengaruh terhadap keseimbangan Lansia yaitu: gerakan ke 4 (jurus Elang Merentang Sayap/Arm-fluttering with up-lifted toes), gerakan ke 6 (jurus menyangga langit menekan bumi/ Palms Facing Skyward and Groundward), gerakan ke 8 (jurus Menadah Mutiara), gerakan ke 11 (jurus Santai Penuh Siaga) dan gerakan ke 12 (jurus Langkah Bangau). Secara umum, SSI memiliki gerakan-gerakan yang mudah dilakukan dan diikuti oleh orang usia lanjut akan berakibat lebih baik pada orang usia lanjut. Selain memperbaiki kesehatan secara umum, olahraga ringan seperti Senam Sehat
37
Indonesia yang dilakukan secara teratur juga dapat sebagai rekreasi dan memperbaiki psikologis dari orang usia lanjut. 3.
Keseimbangan Dinamis Keseimbangan adalah kemampuan untuk mengontrol tubuh dan center of
gravity secara relatif yang diperlukan agar dapat menjaga postur dan gerakan. Keseimbangan
dinamis
merupakan
suatu
keadaan
seseorang
untuk
mempertahankan posisi tubuh saat terjadi perubahan posisi. Keseimbangan dinamis pada Lansia dapat diukur dengan menggunakan Time Up and Go Test. (TUGT). Satuan yang digunakan dalam pengukuran keseimbangan dinamis Lansia adalah waktu (Detik) yang diukur dengan Stopwatch. 4.
Lansia Yang di maksud Lansia dalam penelitian ini adalah Lansia berdasarkan
Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan, dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Aulia Dwi Natalia, 2009) Menurut Notoatmojo(2007;281) lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middleage) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, 2) Usia lanjut (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 70 tahun, 3) Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun, dan 4) Usia sangat tua (veryold) yaitu usia diatas 90 tahun. 5.
Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio antara berat badan (Kg) dan tinggi badan2 (m). Dalam penelitian ini Indeks Massa Tubuh sampel dibagi menjadi tiga level, yaitu indeks massa tubuh Underweight, Normal, Overweight yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui apakah ada interaksi IMT tersebut dengan jenis senam terhadap keseimbangan dinamis Lansia.
38
F
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes dan pengukuran beberapa variabel penelitian: 1.
Data Indeks Massa Tubuh (IMT) Tes IMT ( Indeks Massa Tubuh) diukur dengan pengukuran anthropometris
(Mulyono Biyakto Atmojo, 2008:67).Data IMT diukur sebanyak satu kali, yaitu sebelum perlakuan diberikan. Data IMT dapat dipakai untuk mengelompokkan sampel berdasarkan IMT, menurut WHO tahun 2004 klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Klasifikasi IMT Internasional Klasifikasi
IMT (Kg/m²
Underweight
< 18,5
Normal
18,5 – 24,9
Overweight
≥ 25
Pre Obese
25,0 – 29,9
Obese I
30,30 – 34,9
Obese II
35,0 – 40,0
Obese III
≥40,0
(WHO,2004) Untuk mengetahui kategori IMT Lansia diukur dengan rumus dibawah ini, yang hasilnya di sesuaikan dengan klasifikasi IMT menurut WHO.
: 2.
Data Keseimbangan Tubuh Lansia Keseimbangan adalah kemampuan untuk mengontrol tubuh dan center of
gravity secara relatif yang diperlukan agar dapat menjaga postur dan gerakan yang akan diukur dengan Timed Up and Go Test (TUG) yang diukur dalam satuan waktu. Timed Up and Go Test merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan keseimbangan pada Lansia. Timed Up and Go Test adalah tes yang mudah utuk memprediksi orang dengan gangguan keseimbangan (Wall et al,
39
2000) test ini merupakan tes yang sering di gunakan di klinik, penilaiannya dianggap sangat objektif, benar, dan termasuk reliable test(Whitney, 2004).
Gambar 3.1 Pemeriksaan Skema Pelaksanaan Time Up and Go Test (Whitney, 2004) G
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan judul penelitian, maka rancangan penelitian yang digunakan pretest-posttest design, karena penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dasar penggunaan rancangan ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Untuk menganalisis perolehan data adalah menggunakan uji analisis varians (ANAVA) dengan rancangan 2x3. Untuk memenuhi asumsi dalam teknik ANAVA, maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varians dua jalan (Siswandari, 2009)dengan rancangan faktorial 2x3 pada α = 0,05. Jika tidak ada perbedaan yang signifikan, maka analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Scheffe .Untuk memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas Kolmogorov Smirnov
dan uji homogenitas varians dengan Levene (Levene
Test). Urutan langkah-langkah analisis data penelitian ini adalah: 1.
Pengujian Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas Kolmogorov Smirnov dan uji
homogenitas varians (dengan uji Bartlett) dilakukan sebelum analisis data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam
40
penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogen atau tidak. a. Uji Normalitas Uji Normalitas diperlukan untuk mengetahui distribusi data. Kenormalan data diketahui melalui sebaran regresi yang merata di setiap nilai (Wulansari,2008) Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kenormalan data adalah metode Kolmogorov Smirnov . Rumus uji Kolmogorov Smirnov
menurut
steel, dalam (Wulandari, 2010) : KS = | Fn(Yi-1) – Fo(Yi) | Keterangan : KS
: Nilai KS hitung
Fn(Yi-1) : Frekuensi persentase komulatif pada waktu sebelum i Fo(Yi)
: Frekuensi data normal pada saat i
Nilai KS hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai KS tabel. Jika nilai KS hitung < KS tabel, maka H0 diterima. Artinya data model regresi sederhana atau regresi berganda mengikuti sebaran normal. Sebaliknya jika nilai KS hitung > KS tabel maka H0 ditolak, artinya data model regresi sederhana
atau
regresi
berganda
tidak
mengikuti
sebaran
normal
(Wulandari,2010). b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui keseragaman data penelitian. Dalam analisis regresi data penelitian yang baik harus mempunyai sebaran data yang homogen dan metode yang digunakan untuk mengujinya adalah uji Levene (Levene Test). Rumus uji Levene (Levene Test) dalam Sugiyono (2007) adalah sebagai berikut:
41
∑ ∑
̅
̅̅̅ ̅
Keterangan : L : Nilai Levene hitung X : Nilai data residual : Rata-rata data Residual N : Jumlah sampel K : Jumlah kelompok Nilai Levene hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Levene tabel atau dapat juga menggunakan nilai perbandingan signifikansi dengan α 5%. Jika nilai Levene hitung < Levene tabel atau P value > 5%, maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang homogen. Sebaliknya jika nilai Levene besar Levene tabel atau P Value < 5% maka data regresi sederhana atau regresi berganda mempunyai ragam yang tidak homogen. Dalam penelitian ini pengujian homogenitas menggunakan bantuan SPSS 16.0.
2.
Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians, maka pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil tes terakhir yaitu tes keseimbangan tubuh Lansia dinalisis dengan statistika ANAVA dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun pengujian ANAVA sesuai dengan disain faktorial 2X3. Dalam pengujian hipotesis, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel sama, dengan model data sebagai berikut:
dengan: Xijk = data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j = rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)
42
αi
= efek baris ke-i pada variabel terikat, dengan i = 1, 2
βj
= efek kolom ke-j pada variabel terikat, dengan j = 1, 2, 3
(αβ)ij = interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat εijk
= deviasi data Xijk terhadap rerata populasinya ( ij) yang berdistribusi normal dengan rerata 0, deviasi data terhadap rerata populasi juga disebut error (galat)
i
= 1, 2 dengan i = 1 untuk senam Sang Sehat Indonesia, i = 2 untuk senam Sang Surya.
j
= 1, 2, 3 dengan j = 1 untuk IMT over weight, j = 2 IMT normal, dan j = 3 untuk IMT under weight.
k
=
n=banyaknya data amatan pada setiap sel.
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel sama, yaitu: a. Hipotesis 1)
2)
3)
:
= 0 untuk semua i = 1, 2
:
≠ 0 untuk paling sedikit satu harga i
:
= 0 untuk semua j = 1, 2, 3
:
≠ 0 untuk paling sedikit satu harga j
:
= 0 untuk paling sedikit satu harga (i, j)
:
≠ 0 untuk paling sedikit satu harga (i, j)
Ketiga hipotesis tersebut ekuivalen dengan ketiga pasang hipotesis berikut: 1)
: Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat X ijk : Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat Xijk
2)
: Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat Xijk : Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat Xijk
3)
: Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat X ijk
43
: Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat Xijk b. Tingkat Signifikansi =
= 0,05
c. Komputasi Tabel 3.3 Tata Letak Data Faktor B Faktor A
Total =∑ =∑
Total
G
Keterangan: Sel
memuat
,
, …,
; dengan
: cacah observasi pada sel
: Senam Sehat Indonesia : Senam Sang Surya : IMT over weight : IMT Normal : IMT under weight : jumlah data pada baris ke-1 : jumlah data pada baris ke-2 : jumlah data pada kolom ke-1 : jumlah data pada kolom ke-2 : jumlah data pada kolom ke-3 G : jumlah seluruh data amatan Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut. n = banyaknya data amatan pada sel ij N = banyaknya seluruh data amatan
44
(∑
=∑
)
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij ̅̅̅̅
= rerata pada sel ij
= ∑ ̅̅̅̅ = jumlah rerata pada baris ke-i = ∑ ̅̅̅̅ = jumlah rerata pada kolom ke-j G = ∑ ̅̅̅̅ = jumlah rerata semua sel Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut. ; ∑ ∑
; ;
(4) = ∑ ∑
̅̅̅̅
;
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah kuadrat, yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat total (JKT). Berdasarkan sifat-sifat matematis tertentu dapat diturunkan formula-formula untuk JKA, JKB, JKAB, JKG, dan JKT sebagai berikut: JKA
= (3) – (1)
JKB
= (4) – (1)
JKAB = 1) + (5) – (3) – (4) JKG
= (2)-(5)
JKT
= (2)-(1)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut
adalah:
45
dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB = (p – 1)(q – 1) dkG
= N – pq
dkT
=N–1 Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing,
diperoleh rerata kuadrat berikut: RKA
=
RKB
=
RKAB = RKG
=
d. Statistik Uji Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah: 1) untuk
adalah
yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq; 2) untuk
adalah
yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq; 3) untuk
adalah
yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1)(q – 1) dan N – pq. e. Daerah Kritik Untuk masing-masing nilai F di atas, daerah kritisnya adalah: 1) Daerah kritik untuk
adalah DK { F │ F >
}
46
2) Daerah kritik untuk
adalah DK { F │ F >
3) Daerah kritik untuk
adalah DK { F│ F >
} }
f. Keputusan Uji Ho ditolak jika Atau
DK
ditolak jika
Jika dalam SPSS p ditulis dengan Sig. Analisis data menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Sumber
JK
Dk
RK
FHit
P
A (baris)
JKA
dkA
RKA
Fa
atau
B
JKB
dkB
RKB
Fb
atau
AB
JKAB
dkAB
RKAB
Fab
atau
Galat
JKG
dkG
RKG
-
-
-
Total
JKT
dkT
-
-
-
-
(kolom)
(Budiyono, 2009: 229-231) 3. Uji Komparasi Ganda Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, kolom dan sel dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan metode Scheffe. Uji komparasi ganda merupakan uji lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Adapun langkahlangkah untuk melakukan uji Scheffe adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. c. Menentukan tingkat signifikansi ( = 0,05) d. Mencari nilai statistik uji F dengan rumus sebagai berikut: 1) Komparasi Rataan antar Baris ̅
̅ (
)
47
dengan: –
= nilai Fobs pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j
̅
= rataan baris ke-i
̅
= rataan baris ke-j = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi = ukuran sampel baris ke-i = ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritis untuk uji tersebut adalah: DK = {F | F > (p – 1) Fα; p-1, N-pq} 2) Komparasi Rataan antar Kolom ̅
̅ (
–
)
= nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
̅
= rataan kolom ke-i
̅
= rataan kolom ke-j = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi = ukuran sampel kolom ke-i = ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritis untuk uji tersebut adalah:
48
DK = { |
> (q – 1) Fα; q-1, N-pq}
3) Komparasi Rataan antar Sel pada Kolom yang Sama ̅
̅ (
)
dengan: = nilai Fobs pada pembanding rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj ̅
= rataan pada sel ij
̅
= rataan pada sel kj = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi = ukuran sel ij = ukuran sel kj
Daerah kritis untuk uji tersebut adalah: DK = { |
> (pq – 1) Fα; pq-1, N-pq}
4) Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama ̅
̅ (
)
dengan: = nilai Fobs pada pembanding rataan pada sel ij dan rataan pada sel ik ̅
= rataan pada sel ij
̅
= rataan pada sel ik = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi = ukuran sel ij
49
= ukuran sel ik Daerah kritis untuk uji tersebut adalah: DK = { |
> (pq – 1) Fα; pq-1, N-pq}
e. Menentukan keputusan uji (beda rataan) untuk setiap pasangan komparasi rataan. f. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda). (Budiyono, 2009: 215-217)