BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III. 1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pencemaran merkuri (Hg) pada air permukaan terkait dengan kondisi tata guna lahan di wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum. Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisa laboratorium. Tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar III. 1
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Sekunder
Observasi
Data Primer
Penentuan Titik Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Ikan
Preparasi Sampel
Analisa Data
Kesimpulan & Saran
Gambar III. 1 Diagram Alir Tahapan Penelitian Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar III.1, penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah di wilayah penelitian baik melalui observasi lapangan, studi pustaka, maupun pengumpulan data sekunder. Hal ini bertujuan untuk
III - 1
memperoleh gambaran permasalahan, selain gambaran wilayah di lokasi penelitian. Setelah memperoleh gambaran permasalahan di lokasi penelitian, maka dilakukan studi pustaka berdasarkan berbagai literatur, jurnal, dan laporanlaporan penelitian terkait yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kelengapan informasi pendukung yang menunjang penelitian. Studi pustaka tersebut dilakukan sepanjang penelitian sampai penyusunan laporan tugas akhir. Dalam penelitian ini, pengambilan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan sekunder. Data sekunder yang digunakan meliputi data kualitas air Sungai Citarum hulu, tata guna lahan, serta jenis dan jumlah industri yang ada pada daerah penelitian. Setelah itu, penelitian dilanjutkan dengan pengambilan ikan Liposarcus pardalis di lapangan, sebagai sampel, dan kemudian dilakukan analisa laboratorium untuk mendapatkan data primer. Data primer yang diambil meliputi hasil analisa konsentrasi merkuri (Hg) pada ikan. Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui lokasi pengambilan sampel dan mengetahui kondisi lapangan dimana penelitian dilakukan. Survey lapangan dilakukan sebagai berikut:
Survey dilakukan di sepanjang aliran Sungai Citarum pada wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum.
Melihat penggunaan lahan di wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum.
Melihat kondisi aliran Sungai Citarum di lokasi penelitian. Dari hasil observasi lapangan, ditetapkan sembilan titik pengambilan
sampel pada Sungai Citarum di wilayah Bantar Panjang berdasarkan adanya aliran anak sungai yang masuk ke Sungai Citarum. Beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum tersebut adalah Sungai Citarik, Cikeruh, dan Cipamokolan. Lokasi titik – titik pengambilan sampel tersebut ditunjukkan pada Gambar III. 2. Sementara koordinat dari setiap titik pengambilan sampel tersebut diukur menggunakan Global Positioning Satellite (GPS).
III - 2
Cipamokolan
Cikeruh
Citarik
IV
IX
VII
VI
V
II
III
I
Citarum Keterangan: I.
Sebelum masuknya Sungai Citarik
II.
Muara Sungai Citarik
III.
Di antara Sungai Citarik dan Cikeruh
IV.
Muara Sungai Cikeruh
V.
Di antara Sungai Cikeruh dan industri daur ulang karung goni
VI.
Setelah industri daur ulang karung goni
VII.
Sebelum masuknya Sungai Cipamokolan
VIII. Muara Sungai Cipamokolan IX.
Setelah masuknya Sungai Cipamokolan
Gambar III. 2. Lokasi Pengambilan Sampel Pengambilan sampel sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya meliputi:
Pengambilan sampel ikan Liposarcus pardalis. Pengambilan sampel ikan dilakukan untuk mengetahui kandungan merkuri pada ikan.
Untuk setiap lokasi pengambilan sampel sebagaimana ditunjukan pada Gambar III.2, sampel diambil pada tiga titik sebagaimana Gambar III. 3.
Gambar III. 3 Titik Pengambilan Pada Setiap Lokasi
III - 3
Analisa data meliputi:
Kondisi tata guna lahan di wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum sesuai titik pengambilan sampel. Identifikasi penggunaan tata guna lahan seperti penggunaan lahan untuk industri, pertanian, dan perikanan.
Analisa kandungan Hg pada ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker pada sungai di wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum.
Evaluasi kontribusi anak sungai Citarum terhadap tingkat pencemaran merkuri di wilayah penelitian Setelah semua data primer dan data sekunder terkumpul, dilakukan
evaluasi terhadap data secara keseluruhan. Sehingga, diperoleh gambaran mengenai pencemaran Hg pada air permukaan terkait dengan kondisi tata guna lahan di wilayah Bantar Panjang sebagai bagian dari DAS Citarum. Dengan demikian, melalui studi ini penyebab sumber pencemaran Hg dapat diidentifikasi sesuai dengan tata guna lahan di wilayah tersebut.
III.2 Metoda Pengukuran Kadar Merkuri Metoda analisa kandungan merkuri (Hg) pada ikan dilakukan berdasarkan metoda SNI 01-2364-1991. Selanjutnya, kandungan merkuri pada sampel ikan dianalisa menggunakan Atomic Adsorbant Spectrofotometer (AAS) dengan tipe graphite. Sebelum proses ekstraksi ikan Liposarcus pardalis sebagai biomarker, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap panjang dan berat ikan yang bersangkutan. Ikan yang diambil sebagai sampel memiliki ukuran sebagai berikut:
Panjang, berkisar antara 15 – 25 cm
Berat, berkisar antara 30 – 150 gram. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi pada sampel ikan. Prosedur
ekstraksi sampel ikan ditunjukkan pada Gambar III. 4.
III - 4
Preparasi dan Pengukuran Berat Basah
Penimbangan sampel dan dimasukkan ke dalam beaker glass
Penambahan 10 ml HNO3 pekat dan ditutup dengan gelas arloji
Dibiarkan di atas waterbath hingga larut (3-4 jam
Penambahan H2O2 10% sampai gasnya hilang
Dibiarkan dingin
Disaring dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Dipindahkan ke botol vial
Analisa sample hasil ekstraksi dengan AAS
Gambar III. 4. Prosedur Ekstraksi Ikan Sebagaimana pada Gambar III. 4, prosedur ekstraksi ikan diawali dengan proses preparasi, yaitu pengambilan bagian tubuh ikan yang akan dianalisa yang kemudian dihaluskan. Analisa kandungan merkuri dilakukan terhadap seluruh bagian tubuh ikan kecuali tulang dan sisik. Setelah itu, dilakukan penambahan 10 ml HNO3 pekat pada 1 gr sampel yang bertujuan untuk melarutkan sampel ikan. Selama proses tersebut, beaker glass yang berisi sampel ditutup dengan gelas arloji. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah menguapnya kandungan merkuri pada sampel, mengingat merkuri memiliki sifat volatil. Setelah sampel larut, dilakukan penambahan H2O2 untuk melarutkan lemak dan protein yang ada. Pada akhir proses ekstraksi tersebut, dilakukan penyaringan larutan sampel ke dalam labu takar 25 ml yang dilanjutkan dengan pengukuran merkuri menngunakan AAS.
III - 5