BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini akan diuraikan tahapan riset, dimulai dari batasan penelitian di mana yang menjadi indikator fungsi sosial BMT sebagai tema bahasan tesis ini adalah dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) yang dikelola oleh sepuluh BMT di Lampung. Sepuluh BMT tersebut dipilih dari 36 BMT berdasarkan data lembaga pendamping Microfin, atas dasar kinerja (tamwil) yang dinilai dapat mewakili dan relatif lebih baik dibanding BMT lainnya yang ditunjukkan dengan perkembangan aset dan laba dalam periode lima tahun (2003-2007).
Dari sepuluh BMT tersebut diambil data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing sebagai dasar melakukan analisa adanya kesenjangan dalam pengelolaan fungsi maal dan tamwil BMT yang bersangkutan. Selain data sekunder tersebut, penelitian ini juga menggunakan kuesioner mengenai penyebab lemahnya fungsi sosial BMT yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Kuesioner tersebut disebarkan dan diisi oleh pengurus atau pengelola dari 36 BMT yang masih beroperasi hingga sekarang.
Kuesioner disusun berdasarkan identifikasi faktor penyebab lemahnya fungsi sosial BMT, yang diketahui melalui proses pengungkapan pendapat dengan pengurus dan pengelola sepuluh BMT di Lampung yang menjadi objek penelitian. Identifikasi faktor penyebab tersebut dikelompokkan berdasarkan katagorisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil identifikasi melalui pengungkapan pendapat terhadap faktor penyebab lemahnya fungsi sosial BMT tersebut yang kemudian disusun menjadi bentuk pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Alat analisis menggunakan diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan (Fishbone Diagram), yang selanjutnya menjadi panduan merumuskan hasil penelitian.
39
Universitas Indonesia
Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
40
3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini, sebagai indikator fungsi sosial BMT adalah meliputi pengelolaan dana-dana filantropi yaitu meliputi zakat, infaq, shadaqah (ZIS) yang dikelola oleh BMT. Kesenjangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlakuan yang berbeda dalam pengelolaan maal dan pengelolaan tamwil, di mana fungsi maal cenderung ditinggalkan, yang ditunjukkan dengan rendahnya rasio antara dana ZIS dan aset BMT, yang dapat diketahui dari pos anggaran dalam neraca keuangan BMT.
Tabel 3.2 Aset Sepuluh BMT Di Provinsi Lampung Periode 2003 – 2007
Nama BMT Al Hasanah Al Ihsan Al Muhsin Assyafi'iyah
Periode Desember (Rupiah) 2003 217.135.803
2004 2005 2006 2007 250.504.152 385.476.579 1.181.190.546 1.448.897.448
669.518.150
739.747.819 1.047.708.082 1.478.156.579 2.093.573.350
89.265.126
185.116.660 302.610.088 547.073.341 1.010.231.409
1.446.606.039 1.932.173.307 2.645.900.981 3.677.397.761 4.075.434.689
Baskara
283.810.776
483.992.060 1.460.967.349 2.258.059.447 4.189.427.240
Duta Jaya
153.815.400
531.569.526 1.337.119.425 2.111.275.390 4.008.538.059
Fajar
169.347.313 2.313.619.719 3.399.227.116 4.564.921.609 5.961.523.050
Mentari
825.858.366 1.341.939.626 2.216.242.617 2.535.524.178 2.487.716.972
Pringsewu
225.739.950
Surya Abadi
550.589.489 1.337.395.177 1.516.012.096 1.954.441.333
1.080.575.914 1.193.429.395 1.524.705.302 3.201.372.596 4.143.919.056
Sumber: diolah (2008)
Sebagai objek penelitian adalah 36 BMT yang ada di Lampung yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota, yaitu: Bandar Lampung, Metro, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Tanggamus, Tulangbawang, dan Way Kanan. Dari 36 BMT tersebut, dipilih sepuluh BMT untuk diambil laporan keuangannya berupa neraca dan rugi laba periode Desember 2003 – Desember 2007, yang dapat memberikan gambaran “mewakili” kinerja dari BMT secara umum di Provinsi Lampung. Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
41
Kesepuluh BMT tersebut dipilih berdasarkan performa data keuangannya serta kinerja manajemen lembaga yang setiap bulan dipantau oleh lembaga pendamping Microfin Cabang Lampung, yang terkatagori relatif lebih baik/sehat dibanding yang lain, dengan aset tahun 2007 lebih dari Rp1 miliar, yang dapat dilihat dalam Tabel 3.2 di atas.
Selanjutnya, analisis data dan pengungkapan pendapat dilakukan di sepuluh BMT tersebut, yang difokuskan pada fungsi baitul maal dalam mengelola dana ZIS, melibatkan pengurus dan pengelola masing-masing BMT. Adapun perkembangan dana ZIS dari kesepuluh BMT tersebut ditunjukkan dalam Tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Dana ZIS Periode 2003-2007
Nama BMT
Periode Desember (Rupiah) 2003 460.400
2004 360.305
2005 492.305
2006 829.005
2007 514.385
1.416.430
3.406.685
5.781.938
6.404.218
9.914.452
272.555
97.555
314.555
222.556
1.827.556
Assyafi'iyah
6.283.729
7.025.468
7.912.752
8.678.502 12.336.824
Baskara
2.108.709
2.612.293
3.436.316
8.006.112 27.978.407
339.410
700.440
2.350.908
3.449.004
Fajar
5.652.096
5.782.375
7.361.153
8.797.736 25.561.556
Mentari
2.747.863
4.561.994
6.556.043
9.767.228 13.768.371
533.000
650.000
3.844.488
5.480.917
Al Hasanah Al Ihsan Al Muhsin
Duta Jaya
Pringsewu Surya Abadi
8.685.664
10.918.085 15.681.750 17.812.454 8.185.488
9.624.957 15.383.269
Sumber: diolah (2008)
Selain analisis data dan pengungkapan pendapat terhadap pengelola sepuluh BMT tersebut, juga dilakukan penyebaran kuesioner kepada 36 BMT yang menjadi sampel dari penelitian ini, termasuk juga sepuluh BMT tersebut. Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan yang bersifat tertutup, dengan pilihan
Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
42
jawaban “ya” atau “tidak.” Kuesioner tersebut diisi oleh anggota pengurus atau pimpinan pengelola masing-masing BMT.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari data sekunder (kuantitatif), yaitu laporan keuangan (neraca) masing-masing BMT di mana dapat diketahui besarnya aset yang menunjukkan perkembangan bisnisnya, serta dana ZIS yang menjadi indikator fungsi sosial BMT. Data sekunder berupa laporan keuangan tersebut dikumpulkan dari sepuluh BMT yang perkembangannya relatif baik dibanding yang lain.
Disamping itu, untuk lebih mendalami faktor penyebab lemahnya fungsi sosial BMT dan mengetahui tingkat pengaruh masing-masing faktor, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 36 BMT yang diisi oleh pengurus atau pimpinan pengelola masing-masing BMT. Hasilnya kemudian dimasukkan dalam diagram sebab akibat (cause-and-effect diagram) atau Fishbone Diagram, untuk mengidentifikasi akar penyebab lemahnya fungsi sosial BMT tersebut secara terperinci. Sebelumnya dilakukan pengelompokan faktor penyebab masalah melalui pengungkapan pendapat (brainstorming) melibatkan para pengurus serta pengelola BMT.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu tahapan penelitian yang perlu dilakukan oleh seorang peneliti (Umar, 2005, Hal.4). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode desktiptif menurut Travers (1978) seperti dikutip Umar (2005:87) bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
43
Alat analisis yang digunakan adalah cause-and-effect diagram, yaitu suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan kemungkinan penyebabnya. Diagram ini, mula-mula dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada 1953, digunakan dalam bentuk pengungkapan pendapat berikut kemungkinankemungkinan untuk mencari pemecahan suatu masalah. Diagram ini merupakan suatu model untuk menghubungkan antarpenyebab dengan permasalahan yang menjadi tema penelitian. Masalah itu disebut efek (effect), dan faktor yang mempengaruhinya disebut penyebab (cause). Cause-and-effect diagram sangat menolong untuk mengatasi permasalahan dengan mengidentifikasi penyebabnya, dan juga memberikan pemahaman terhadap efek (masalah) serta faktor-faktor yang berakibat dalam suatu proses. Diagram itu juga dikenal sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau “Ishikawa Diagram” (Rao et.al., 1996, Hal.188). Cause-and-effect diagram disebut juga sebagai “diagram tulang ikan,” karena dibuat menyerupai tulang/rangka seekor ikan, dengan katagori penyebab utama disusun membentuk seperti tulang yang dihubungkan dengan tulang belakang ikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Tulang Ikan
Sumber: Diolah (2008) Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
44
Guna memudahkan pengelompokan menyebabnya (cause), terdapat beberapa katagori utama yang umum digunakan. Dalam proses produksi, katagorisasi yang utama adalah disebut juga sebagai “empat M”, yaitu manpower (tenaga kerja), machines (mesin), materials (material), dan methods (metoda). Sedangkan untuk jasa, layanan, atau proses administratif, katagorisasi yang umum dipakai adalah “empat P”: people (orang), plant and equipment (lingkungan kerja dan peralatan), policies (kebijakan), dan procedures (prosedur). Dalam banyak kasus, pada umumnya faktor-faktor penyebab dikelompokkan ke dalam salah satu dari katagori utama tersebut. Prosedur yang umum ini adalah hanya salah satu dari beberapa yang mungkin untuk dikembangkan menjadi suatu cause-and-effect diagram (Rao et.al., 1996, Hal.189).
Katagorisasi lain yang juga sering digunakan dalam memformulasikan diagram ini didasarkan pada beberapa kelompok, seperti “enam M” yaitu: Machine (mesin), Method (metoda), Materials (material), Maintenance (pemeliharaan), Man and Mother Nature (orang dan lingkungan), yang direkomendasikan untuk katagorisasi dalam industri manufaktur.
Katagorisasi lainnya adalah “delapan P” yaitu: Price (harga), Promotion (promosi), People (orang), Processes (proses), Place/Plant (lingkungan kerja), Policies (kebijakan), Procedures & Product (proses dan produk/layanan), yang direkomendasikan untuk persoalan bidang administrasi dan industri jasa. Katagorisasi yang lain adalah “empat S” yaitu: Surroundings (lingkungan), Suppliers (penyalur), Systems (sistem), dan Skills (keterampilan), yang juga direkomendasikan untuk industri jasa. Katagorisasi penyebab dapat disesuaikan sehingga mencerminkan kondisi sebenarnya.
Dalam penelitian ini pengelompokan faktor penyebab tersebut dibagi kedalam katagori: manpower (tenaga kerja), management (manajemen), methods (metode kerja), money (uang), dan environment (lingkungan).
Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
45
Cause-and-effect diagram dapat mengungkapkan hubungan kunci antar berbagai variabel, dan faktor-faktor penyebab yang dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap sebuah masalah. “Ishikawa Diagram” ini pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa mendorong ke arah penyelesaian masalah atau akibat (effect).
Pada umumnya diagram tersebut memiliki satu kotak di sisi kanan di mana tertulis masalah (akibat) yang akan diuji. Badan utama diagram adalah suatu garis mendatar yang bersumber pada penyebab yang umum, digambarkan seperti "tulang ikan". Ke arah sisi kiri merupakan catatan masing-masing penyebab, yang diperoleh melalui brainstorming terlebih dahulu berdasarkan pada daftar penyebab utama di atas. Dari masing-masing tulang yang besar, mungkin ada tulang lebih kecil yang menyoroti aspek lebih spesifik suatu penyebab tertentu, dan bisa terdiri dari tiga cabang atau lebih.
Perincian penyebab dari permasalahan pada umumnya menggunakan metode “5 why,” yaitu bila satu sebab telah ditemukan, tanyakan kenapa sebab itu muncul. Pertanyaan “mengapa?” secara berulang, sehingga tidak ada jawaban lagi dari sebab yang terakhir. Itulah akar permasalahannya (the root cause). “Tulang” yang semakin banyak cabang biasanya menguraikan faktor penyebab yang lebih berpengaruh, dan sebaliknya berlaku untuk tulang dengan lebih sedikit cabang. Faktor-faktor tersebut selanjutnya didistribusikan dalam pareto chart.
Distribusi pareto (pareto distribution) adalah salah satu jenis distribusi di mana sifat-sifat yang diobservasi diurutkan dari yang frekuensinya terbesar hingga terkecil, berbentuk histogram data yang mengurutkan data dari frekuensi terbesar hingga terkecil (Evans dan Lindsay, 2007, Hal.87). Kegunaan dari Pareto chart adalah untuk melihat bagian mana yang paling vital, yang nantinya akan dilakukan perbaikan pada bagian yang paling vital tersebut (Soetanto, Felecia, 2004, Hal.87).
Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
46
Pareto chart dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan penyebab timbulnya permasalahan, dan dipergunakan untuk mencari sebab utama timbulnya masalah, yaitu lemahnya fungsi sosial BMT, yang diurutkan dari penyebab yang paling kuat pengaruhnya hingga yang paling lemah.
3.4 Teknik dan Alat Analisis
Analisis penelitian yang akan dilakukan adalah, analisis data sekunder dan identifikasi faktor penyebab lemahnya fungsi sosial dengan menggunakan model fishbone diagram. Tujuannya adalah mengidentifikasi akar masalah lemahnya fungsi sosial BMT dan langkah yang dapat diambil pengelola lembaga tersebut untuk mengatasi permasalahan. Penelitian ini ingin mengetahui faktor penyebab lemahnya fungsi sosial BMT, untuk itu penelitian menguraikan faktor penyebab tersebut menggunakan fishbone diagram. Data yang akan dipergunakan adalah neraca dan rugi laba akhir tahun selama lima tahun (2003–2007) pada masing-masing BMT, khususnya untuk mengetahui jumlah dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS) dan dana kebajikan (qardul hasan) yang dikelola BMT pada periode lima tahun tersebut.
3.5 Alur Penelitian
Alur penelitian ini dimulai dari pemilihan objek penelitian yaitu BMT di Lampung yang dipilih berdasarkan kinerja keuangan dan manajemennya. Selanjutnya atas dasar perumusan masalah dilakukan katagorisasi faktor penyebab (cause) dari permasalahan penelitian, yaitu katagori manpower, management, methods, money, dan environment.
Selanjutnya berdasarkan data keuangan 36 BMT, dipilih 10 BMT yang perkembangan aset dan kinerja manajemennya relatif baik. Terhadap 10 BMT Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
47
tersebut, dilakukan proses pengungkapan pendapat yang melibatkan pengurus dan pengelolanya mengenai faktor penyebab lemahnya fungsi sosial BMT. Sebelum itu, dilakukan penyelarasan visi sehingga terbangun pemahaman yang sama bahwa lembaga BMT mengemban dua peran: sosial dan bisnis. Pengungkapan pendapat dilanjutkan berdasarkan lima katagorisasi penyebab, dengan teknik ”bertanya mengapa” secara berulang untuk mengetahui akar masalah dari setiap katagori tersebut.
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Kuesioner
Rumusan Masalah
“Kepala Ikan”
Katagorisasi
“4M+1E”
Brainstorming
“5 Why”
Identifikasi Faktor Penyebab dan Subpenyebab
Diagram Fishbone
Diagram Pareto
Deskripsi
Kesimpulan
Hasilnya adalah pernyataan-pernyataan tentang faktor penyebab lemahnya fungsi sosial, yang menjadi bahan penyusunan kuesioner. Kuesioner yang berisi 15 pernyataan tertutup dengan jawaban ”ya” atau ”tidak” dikirim kepada 36 BMT Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008
48
untuk diisi oleh pengurus atau pimpinan pengelola masing-masing BMT. Selanjutnya hasil kuesioner dikuantifikasi dan disusun dalam bentuk diagram (Fishbone Diagram), dilanjutnya analisis data sekunder (laporan keuangan), dan deskripsi. Flowchart alur penelitian ditampilkan dalam Gambar 3.2.
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung, dengan mengambil 36 BMT yang tersebar di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, Tulangbawang, Tanggamus, Kota Metro, dan Bandar Lampung. Kriteria yang menjadi dasar memilihnya adalah BMT yang masih eksis dan cukup berkembang dengan baik hingga penelitian ini dilaksanakan. Adapun waktu penelitian adalah selama Mei hingga Juni 2008.
Universitas Indonesia Faktor penyebab lemahnya...., Ridwan Saifuddin, Program Pascasarjana, 2008