BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Analisis Kerentanan 3.1.1
Kerentanan wilayah Secara keseluruhan, diagram alir
pada analisis kerantanan wilayah
dilakukan berdasarkan diagram alir pada gambar 3.1 Peta Citra
Digitasi
Batas Administrasi
Garis Pantai
Sungai
Peta Kontur
Overlay & analisis visual
Jarak min & maks dari pantai
Overlay
Peta Kerentanan Wilayah
Gambar 3.1 Diagram alir analisis kerentanan wilayah
Pada diagram di atas, proses analisis dapat dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 dengan melalui beberapa tahapan yakni: 1. Melakukan digitasi garis pantai dan alur sungai dari peta citra. 2. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara garis pantai dan batas administrasi kelurahan, maka kita dapat mengukur jarak masing-masing kelurahan dari garis pantai. Jarak yang diukur adalah jarak terdekat dan jarak terjauh suatu kelurahan dari garis pantai.
33
Kp. Jao XKJ max XKJ min
Purus Xp min
Xp max
Garis Pantai Batas kelurahan
Gambar 3.2 ilustrasi pengukuran jarak kelurahan dari pantai
3. Kerentanan wilayah dapat dianalisis dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara jarak dari pantai, sungai dan peta kontur. Suatu daerah dikatakan rentan terhadap tsunami apabila ketinggian wilayah kurang dari ketinggian tsunami (run up) atau jarak dari garis pantai kurang dari jarak terjauh landaan tsunami (inundasi).
DAERAH RENTAN Batas run up Kontur interval 5m
Garis Pantai Batas kelurahan
Gambar 3.3 Ilustrasi penentuan daerah rentan
4. Tahapan terakhir dari analisis kerentanan wilayah adalah menampilkan jarak masing-masing kelurahan dari tepi pantai pada peta kerentanan wilayah. Proses ini menggunakan software Adobe Photoshop CS2 versi 9.0 Hasil kajian untuk kerentanan wilayah lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab 4.1.1 3.1.2
Kerentanan Penduduk
Status kerentanan penduduk dianalisis berdasarkan dua skenario yakni pada malam dan siang hari. Untuk analisis penduduk pada malam hari dapat dilihat pada diagram alir sebagaimana dijelaskan pada gambar 3.4
34
Data Penduduk
Jumlah Penduduk masing2 kelurahan (N)
Struktur Penduduk
Luas Kelurahan (L)
Klasifikasi
Peta Citra Perlu Bantuan
Perlu Bimbingan
RTRW Kota Padang
Mampu Evakuasi
Penduduk rentan Kemampuan Evakuasi penduduk Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) penduduk
Perhitungan Numerik (N/L)
Digitasi
Peta Tata Guna Lahan
Visualisasi
Gambar persentase kemampuan evakuasi
Kepadatan Penduduk
Konsentrasi Penduduk pada malam hari
Gambar 3.4 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada malam hari
Tahapan analisis kerentanan penduduk pada malam hari meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Kerentanan penduduk berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Melakukan perhitungan numerik untuk melihat kepadatan masingmasing kelurahan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007.
Yakni dengan menghitung jumlah penduduk total suatu
kelurahan dibagi dengan luas kelurahan tersebut b. Visualisasi kepadatan masing-masing kelurahan dilakukan dengan menggunakan software Arc Gis Versi 9.3 yakni dengan membuat pengelompokan kepadatan penduduk untuk semua kelurahan dengan interval kepadatan 2000 jiwa/km2. c. Membuat pengelompokan struktur penduduk berdasarkan tiga kelompok utama yakni: i. Perlu bantuan: kelompok ini terdiri dari dua golongan utama yakni anak-anak di bawah usia 9 tahun serta kelompok umur 65 tahun ke atas (lansia).
35
ii. Perlu bimbingan yakni kelompok usia sekolah antara 10 – 14 tahun. iii. Mampu melakukan evakuasi didasarkan pada kelompok usia produktif (antara 15 – 65 tahun). d. Menghitung persentase dari struktur penduduk dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Visualisasi dan pembuatan Pie Chart dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada malam hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. b. Berdasarkan peta tata guna lahan, maka kita dapat mengidentifikasikan konsentrasi penduduk kecamatan Padang Barat yakni berada di daerah pemukiman. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada malam hari dapat dilihat pada sub bab 4.1.2.1 Sedangkan analisis kerentanan penduduk pada waktu siang hari dapat dilakukan dengan melakukan analisis sebagaimana diagram alir pada gambar 3.5 di bawah ini:
36
Data Sekolah
Struktur Siswa
Peta Citra
RTRW Kota Padang
Digitasi
Peta Tata Guna Lahan
Distribusi Sekolah
Klasifikasi Overlay
Perlu Bantuan
Perlu Bimbingan
Mampu Evakuasi
Perkiraan titik2 aktivitas penduduk siang hari
Siswa rentan Kemampuan Evakuasi siswa Menghitung persentase dan Pembuatan Pie Chart struktur (kemampuan evakuasi) siswa Visualisasi
Gambar persentase kemampuan evakuasi
Gambar 3.5 diagram alir analisis kerentanan penduduk pada siang hari
Sebagaimana analisis kerentanan penduduk pada malam hari, maka skenario kerentanan penduduk pada siang hari juga dapat dilakukan dengan meliputi dua tahapan utama yang meliputi analisis: 1. Analisis kerentanan penduduk. Karena keterbatasan data yang dimiliki, maka kelompok penduduk rentan hanya dapat dilakukan melalui analisis kerentanan siswa yang berdasarkan tingkatan umur yang dilakukan dengan melakukan perhitungan numerik dengan tahapan: a. Membuat pengelompokan struktur siswa berdasarkan tiga kelompok utama
sebagaimana
pengelompokan
pada
analisis
kerentanan
penduduk. b. Menghitung persentase dari struktur siswa dengan melakukan perhitungan numerik dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 Pembuatan dan visualisasi kerentanan penduduk dilakukan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. Kelompok penduduk yang
37
memerlukan bantuan dan memerlukan bimbingan ketika akan melakukan evakuasi merupakan kelompok penduduk rentan. 2. Analisis konsentrasi penduduk pada siang hari yang dilakukan berdasarkan tahapan: a. Membuat peta distribusi sekolah dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3 di kecamatan Padang Barat berdasarkan data sekolah . b. Peta tata guna lahan dapat dibuat dengan melakukan digitasi pada peta citra berdasarkan RTRW kota Padang dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3. c. Dengan melakukan tumpang susun (overlay) peta distribusi sekolah dan peta tata guna lahan dengan menggunakan software Arcgis versi 9.3, maka kita dapat memperkirakan konsentrasi keramaian pada siang hari. Hasil kajian mengenai kerentanan penduduk pada siang hari dapat dilihat pada sub bab 4.1.2.2 3.2 Analisis Peluang Evakuasi 3.2.1
Waktu Evakuasi
Salah satu parameter penting dalam melakukan evakuasi terhadap tsunami adalah waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi haruslah kurang dari waktu kedatangan tsunami (arrival time), dengan demikian waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi dapat dirumuskan sebagai: Waktu evakuasi < waktu kedatangan tsunami – waktu persiapan peringatan dini Waktu kedatangan tsunami (arrival time) pada daerah studi mengacu pada hasil simulasi ataupun penelitian sebelumnya, yang dalam hal ini dapat diketahui dari studi literatur yang dilakukan yakni 37 menit sedangkan waktu persiapan peringatan dini diperoleh berdasarkan pada kebutuhahan waktu BMKG untuk menyampaikan peringatan gempabumi yang berpotensi tsunami kepada masyarakat baik melalui SMS ataupun email kepada pihak tertentu yang saat ini 38
membutuhkan waktu 5 – 7 meit. Tetapi sesuai dengan prosedur tetap peringatan dini Kota Padang, peringatan dini juga akan disampaikan oleh Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (PUSDALOPS-PB) Kota Padang kepada masyarakat, maka waktu persiapan peringatan dini juga ditambah dengan kebutuhan waktu pengolahan informasi dari BMKG sampai informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat. Hasil kajian untuk menghitung waktu evakuasi dapat dilihat pada sub bab 4.2.1
39
3.2.2
Daerah Tujuan Evakuasi
Pada penelitian ini, penentuan daerah tujuan evakuasi dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.6 di bawah ini
Peta Kontur
Studi Literatur
Peta Citra
Potensi Bencana
Digitasi
Run Up
Garis Pantai
Inundasi
Buffering garis pantai sejauh inundasi
Batas Inundasi Overlay
Daerah Terendam
Daerah Aman
Gambar 3.6 Diagram alir identifikasi daerah tujuan evakuasi
Pada diagram di atas, proses analisis spasial dilakukan dengan bantuan software Arcgis versi 9.3. Secara keseluruhan proses analisis dilakukan berdasarkan dua skenario utama yakni ketinggian tsunami 5 meter dan ketinggian tsunami 9 meter. Untuk skenario pertama yakni ketinggian tsunami 5 meter proses analisis dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan kajian literatur untuk melihat potensi bencana tsunami di kota Padang. Kajian ini meliputi tinggi tsunami di daerah pantai (run up) dan jarak rendaman tsunami dari pantai (inundasi). b. Membuat garis pantai dengan melakukan digitasi peta citra.
40
c. Melakukan buffering (membangun lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) garis pantai sejauh inundasi yang akan terjadi yakni sejauh 2.4 km. d. Hasil akhir dari proses analisis dapat diketahui dengan melakukan tumpang susun (overlay) antara hasil buffering garis pantai dengan garis kontur serta dengan melakukan kajian potensi bencana, sehingga kita bisa melihat daerah yang akan terendam dan daerah yang aman dari rendaman tsunami. e. Daerah tujuan tsunami merupakan daerah yang aman dari landaan tsunami. Sedangkan untuk skenario kedua yakni ketinggian tsunami 9 meter penetapan daerah yang diperkirakan akan terendam dan daerah aman hanya dilakukan dengan berdasarkan batas garis kontur 10 meter. Hal ini dikarenakan jarak inundasi yang terjadi tidak diketahui serta interval kontur terkecil yang tersedia pada daerah studi hanya interval 5 meter saja. Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab 4.2.2
41
3.2.3 Rute dan waktu Evakuasi yang dibutuhkan Pada penelitian ini, penentuan rute evakuasi yang dapat digunakan untuk melakukan evakuasi pada masing-masing kelurahan dapat dilakukan berdasarkan diagram alir sebagaimana gambar 3.7 di bawah ini
Peta Citra
Digitasi
Garis Pantai
Jaringan Jalan
Sungai
Klasifikasi
Tegak lurus patai
Sejajar Pantai
Overlay
Daerah aman
Alternatif Rute Evakuasi
Pengukuran panjang masing2 ruas jalan evakuasi (S) Jarak Total rute evakuasi alternatif (∑S) Perhitungan numerik (∑S/V) Waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi
Gambar 3.7 Diagram alir identifikasi alternatife rute dan kebutuhan waktu evakuasi
42
Perencanaan rute evakuasi dilakukan hanya pada skenario tsunami 5 meter saja dengan menggunakan bantuan software Arcgis versi 9.3 dan melalui beberapa tahapan yakni: a. Melakukan digitasi garis pantai, sungai dan jaringan jalan dari peta citra. b. Berdasarkan posisinya terhadap garis pantai, maka dilakukan klasifikasi jalan yang tegak lurus dan sejajar dengan garis pantai. Proses klasifikasi dilakukan secara manual dengan menambahkan atribut posisi pada atribut jalan. c. Melakukan tumpang susun (overlay) antara jaringan jalan, garis pantai dan sungai untuk menentukan rute evakuasi alternatif yang dapat digunakan. Rute evakuasi alternatife ditentukan dengan beberapa kriteria yakni rute evakuasi yang ditetapkan pada jaringan jalan yang menjauhi garis pantai atau menuju ke arah Timur, kotinuitas jaringan jalan yang akan digunakan dan posisi jalan tidak berdekatan dengan sungai. d. Setelah didapatkan rute evakuasi alternatif, maka dilakukan pengukuran total jarak yang harus dilalui. Jarak total rute evakuasi pada suatu kelurahan ditentukan berdasarkan jarak terjauh yang harus dilalui, yakni mulai dari tepi pantai samapai dengan daerah yang tidak terendam ketika tsunami terjadi. e. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki didasarkan pada rumusan: s t = ( menit ) v
Dimana: t
= waktu yang diperlukan untuk evakuasi (menit).
s
= jarak total rute evakuasi (meter).
v
= kecepatan berlari rata-rata dalam kondisi normal (100
meter/menit). Hal ini dikarenakan daerah studi merupakan daerah yang relatif landai dengan kelandaian yang berkisar antara 0.185% - 0.25% Hasil dari kajian rute evakuasi secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab 4.2.3 sedangkan waktu evakuasi akan dibahas pada sub bab 4.2.4
43
3.3 Daerah dan Kebutuhan Pengungsian Secara keseluruhan, diagram alir
pada analisis kerantanan wilayah
dijabarkan pada diagram alir pada gambar 3.8 berikut:
Daerah aman
Rute Evakuasi
Jumlah Penduduk (N)
Peta Kelurahan
Overlay
Overlay
Daerah Pengungsian
Daerah cakupan rute evakuasi
Luas masing2 kelurahan (L) Perhitungan numerik (D=N/L)
Kepadatan masing2 kelurahan (D)
Perhitungan luas (Le)
Luas total cakupan rute evakuasi (∑Le) Perhitungan numerik (∑Le x D)
Jumlah total penduduk untuk masing-masing rute evakuasi
Jumlah total penduduk untuk masing-masing daerah pengungsian
Perhitungan numerik
Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian
Gambar 3.8 Diagram alir identifikasi daerah dan kebutuhan pengungsian
Secara umum pemilihan daerah pengungsian yang dapat memberikan keamanan dan keselamatan bagi masyarakat yang terkena bencana didasarkan pada beberapa kriteria yakni: 1. Tempat yang aman dari bencana 2. Cukup luas untuk menampung pengungsi dan kegiatan pertolongan 3. Memiliki akses dengan jalur transportasi
44
Sedangkan tahapan analisis untuk menentukan daerah dan kebutuhan pengungsian dibuat dengan melakukan analisis spasial dan non spasial. Analisis spasial dibuat dengan bantuan software Arcgis versi 9.3 sedangkan analisis non spasial dilakukan dengan perhitungan numerik biasa berdasarkan batasan jumlah penduduk kelurahan pada malam hari. Tahapan dari analisis tersebut meliputi: a. Daerah pengungsian diidentifikasi melalui proses tumpang susun (overlay) antara daerah yang aman dari bencana tsunami dengan rute evakuasi yang telah ditetapkan berdsarkan persyaratan sebagaimana tersebut di atas. b. Dengan melakukan proses tumpang susun antara rute evakuasi dengan batas administrasi kelurahan maka kita akan mendapatkan luas cakupan dari suatu rute evakuasi.
Rute1
Luas 2
Rute 2
Luas 1
c. Perhitungan kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan dapat dilakukan dengan membagi jumlah penduduk dengan luas kelurahan. Setelah itu kepadatan penduduk diplot ke dalam peta kecamatan sehingga dapat terlihat gradasi kepadatan penduduk untuk masing-masing kelurahan.
45
d. Hasil perkalian antara luas cakupan area sebuah rute evakuasi dengan kepadatan penduduk suatu kelurahan maka akan mendapatkan jumlah total penduduk yang akan melewati rute evakuasi tersebut. e. Menghitung jumlah total penduduk yang akan berada di suatu daerah pengungsian dengan melakukan penjumlahan dari jumlah penduduk yang melewati rute evakuasi yang menuju daerah pengungsian. f. Melakukan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana di daerah pengungsian berdasarkan standar Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam Respon Bencana yang dibuat oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI).
Tabel 3.1 Standar Minimum Kebutuhan dalam Respon bencana [MPBI, 2006] No. 1 2 3 4 5
Kebutuhan Air Bersih Gizi Jamban Tempat sampah Tempat naungan tertutup
Satuan liter/orang/hari kalori orang/jamban liter/10 keluarga 2
m /orang
Standar minimum 15 2100 20 100 3.5
Hasil akhir dari diagram alir sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat dilihat pada sub bab 4.3 Tahapan terakhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah melihat status ketahanan wilayah terhadap bencana gempabumi dan tsunami. Status ketahanan diperoleh dari berbagai informasi dari berbagai sumber terutama lembagalembaga yang berhubungan dengan penanggulangan bencana di kota Padang. Yang secara lebih lengkap akan dijelaskan pada sub bab 4.5 Secara keseluruhan, diagram alir dari pengolahan data di atas dapat dilakukan berdasarkan gambar 3.9 di bawah ini:
46
Bahaya Studi Literatur
Inundasi & run up DATA INPUT Data Penduduk
Peta Kontur
Data Sekolah
Peta Citra
Digitasi
Tata guna lahan
Struktur siswa
Struktur penduduk
Penduduk Rentan
Sungai
Jaringan Jalan
Garis Pantai
Distribusi sekolah Klasifikasi
Penduduk Tidak Rentan
Kepadatan penduduk
Siswa Rentan
Siswa Tidak Rentan
Titik2 preduduk pd siang hari
Konsentrasi penduduk maam hari
Daerah terendam
Daerah aman
Rute Evakuasi
Kerentanan Daerah Pengungsian
Perhitungan numerik
Waktu Evakuasi Peluang Evakuasi
Kebutuhan sarana & prasarana pengungsian
Gambar 3.9 Alur Kerja Pengolahan Data
47
3.4
Analisis Resiko
Analisis resiko bencana tsunami di daerah studi dilakukan dengan melakukan kajian terhadap potensi bencana, kerentanan dan ketahanan pada daerah studi. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda rangking (ranking methods) terutama dengan melakukan rangking berdasarkan jumlah (rank sum) untuk masing-masing kriteria dimana bobot diperoleh berdasarkan rumusan:
wi =
n − rj + 1
∑ (n − r
k
+ 1)
Dimana : wi
= bobot masing-masing criteria
n
= Jumlah kriteria
rj
= urutun kriteria
Berdasarkan rumusan di atas maka diperoleh bobot untuk masing-masing kelas sebagaimana tabel 3.2 sampai 3.8 di bawah ini 1. Kelas Jarak dari Pantai (L) Tabel 3.2 Bobot Jarak dari pantai [Yusyahnonta, 2006] No. 1 2 3 4
Kriteria Jarak dari pantai Sangat dekat Dekat Cukup dekat Jauh
Jarak dari pantai (L) L < 0,5 km 0,5 ≤ L < 1,5 km 1,5 ≤ L < 2,5 km L ≥ 2,5 km
Peringkat 1 2 3 4
Bobot 0.4 0.3 0.2 0.1
2. Kelas Ketinggian Tempat (E) Tabel 3.3. Bobot Ketinggian tempat No. 1 2 3 4
Kriteria Ketinggian Tempat Berbahaya Cukup Berbahaya Kurang Berbahaya Tidak Berbahaya
Ketinggian Tempat (E) E<5m 5≤E<9m 9 ≤ E < 25 m E ≥ 25 m
Peringkat 1 2 3 4
Bobot 0.4 0.3 0.2 0.1
3. Keutuhan Waktu untuk Evakuasi (T) Tabel 3.4 Bobot Kebutuhan Waktu untuk Evakuasi No. 1 2 3
Kriteria Waktu Evakuasi Sangat Berbahaya Cukup Berbahaya Berbahaya
Waktu Evakuasi (T) T ≥ 32 menit 29 ≤ T < 32 menit T < 29 menit
Peringkat 1 2 3
Bobot 0.500 0.333 0.167
48
4. Kelas Kerentanan Penduduk (PR) Tabel 3.5 Bobot Kerentanan Penduduk No. 1 2 3 4 5
Persentasi Penduduk Rentan (PR) PR > 40 % 30 % < PR ≤ 40% 20% < PR ≤ 30% 10 % < PR ≤ 20% PR ≤ 10 %
Peringkat 1 2 3 4 5
Bobot 0.333 0.267 0.200 0.133 0.067
5. Kelas Kerentanan Siswa (SR) Tabel 3.6 Bobot Kerentanan Siswa No. 1 2 3 4 5
Persentasi Siswa Rentan (SR) SR > 80 % 60 % < SR ≤ 80% 40% < SR ≤ 60% 20 % < SR ≤ 40% SR ≤ 20 %
Peringkat 1 2 3 4 5
Bobot 0.333 0.267 0.200 0.133 0.067
6. Kelas Simulasi Evakuasi (SE) Tabel 3.7 Bobot Simulasi Evakuasi No. 1 2 3
Kegiatan Simulasi Pernah Hanya Sekolah yang pernah Belum Pernah
Peringkat 1 2 3
Bobot 0.500 0.333 0.167
7. Kelas Sekolah Telah Diedukasi (ES) Tabel 3.8 Bobot Sekolah Telah Diedukasi No. 1 2 3 4
Persentasi sekolah teredukasi (ES) ES ≥ 75 % 50 % ≤ ES < 75% 25 % ≤ ES <50% ES < 25 %
Peringkat 1 2 3 4
Bobot 0.400 0.300 0.200 0.100
49
8. Kelas Sekolah Siaga Bencana (SSB) Tabel 3.9 Bobot Sekolah Siaga Bencana No. 1 2 3 4
Persentasi Sekolah Siaga Bencana (SSB) SSB ≥ 75 % 50 % ≤ SSB < 75% 25 % ≤ SSB <50% SSB < 25 %
Peringkat 1 2 3 4
Bobot 0.400 0.300 0.200 0.100
Dengan melakukan analisis dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan bobot masing-masing kelas, maka kita dapat melihat tingkat kerentanan dan ketahanan masing - masing sehingga berdasarkan hasil analisa tersebut kita dapat menentukan seberapa besar resiko masing-masing kelurahan terhadap bencana tsunami. Hasil analisis resiko bencana tsunami secara lebih jauh akan dibahas pada sub bab 4.6
50