BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di PT. Bank Muamalat Indonesia yang berkantor di Gedung Dana Pensiun Telkom, Lantai 2, Jalan Letjen S. Parman Kav. 56 Slipi, Jakarta Barat. 2. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Muamalat Indonesia didirikan 1991, berawal dari lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor, Jawa Barat dan kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Bank muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja dari tim Perbankan MUI yang akte pendiriannya di Hotel Sahid Jaya Jakarta di hadapan Notaris Yudo Paripurno, SH. Dengan akte notaris no. 1 tanggal 1 November 1991 (Ijin Menteri Kehakiman No. C2. 2413.NT. 01.01
40
pada tanggal 21 Maret 1992 dan Berita Negara Republik Indonesia tanggal 28 April 1992 No. 34). Pada saat penandatanganan Akta pendirian Perseroan PT. Bank Muamalat Indonesia telah terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp 84 milyar (Delapan Puluh Empat Milyar) tanggal 3 November 1991 ditambah komitmen masyarakat Jawa Barat pada saat silaturahmi dengan Bapak Soeharto (Presiden RI kedua) di Istana Bogor dalam rangka penjualan saham Bank Muamalat Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat Indonesia berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan ini sebagai Bank Syariah pertama terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Dalam upaya memperkokoh permodalannya, bank Muamalat Indonesia mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 merupakan masamasa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat,
ditunjang
oleh
kepemimpinan
41
yang
kuat,
strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) Tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insane yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak kru sedikitpun, (iii) Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja muamalat menjadi agenda utama di tahun ke dua, dan (v) Pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhakan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa bank kita, dengan Allah Rabbu Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp. 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp. 269,7 milyar serta perolehan laba bersih sebesar Rp. 48,4 milyar pada tahun 2004.
42
Visi : “Menjadi Bank Syariah utama di Indonesia dominan di pasar spiritual dan di kagumi spiritual dan dikagumi di pasar rasional”. Misi : “Menjadi model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada stockholder”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka Bank Muamalat Indonesia mempunyai strategi usaha sebagai berikut : a. Meningkatkan pendidikan melalui ekspansi pembiayaan secara selektif dengan penekanan pada usaha kecil dan pemanfaatan jaringan lembaga syariah tanpa mengabaikan pembiayaan pada usaha menengah dan besar dengan penekanan pada perusahaan-perusahaaan yang mempunyai kepedulian terhadap upaya pengembangan usaha kecil. b. Meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan produk-produk andalan. c. Meningkatkan kualitas profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM). d. Mengembangkan teknik informasi dan teknologi pelayanan. e. Meningkatkan intensitas pengawasan dan penumbuhan budaya patuh kepada peraturan.
43
3.
Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia Di
dalam
sebuah
perusahaan,
struktur
organisasi
mutlak
diperlukan. Struktur organisasi menjelaskan mengenai pemisahan fungsi, wewenang dan tanggung jawab dari tiap bagian dalam suatu perusahaan. Adapun struktur organisasi pada PT. Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut : a)
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) RUPS
merupakan
pemegang
kekuasaan
tertinggi
dalam
perusahaan. Terdiri pemegang saham dan modal di perusahaan dan diadakan pada akhir tahun. b)
Dewan Pengawasan Syariah Dewan pengawasan syariah terdiri dari para cendekiawan dan ulama yang berkompeten. Dewan pengawas syariah bertugas untuk menyeleksi produk-produk dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh Bank Muamalat Indonesia, apakah produk/jasa tersebut sesuai dengan syariah islam atau tidak. Dewan pengawasan syariah beranggotakan : Ketua
: K.H. M.A. Sahal Mahfudz
Anggota : K.H. Ma’ruf amin Prof. DR.H. Muardi Chatib Prof.DR.H. Umar Shihab
44
c)
Dewan Komisaris Di dalam struktur organisasi, kedudukan Dewan Komisaris sejajar dengan Dewan Pengawasan Syariah. Fungsi dari para Dewan Komisaris
ini
adalah
sebagai
penentu
garis-garis
besar
Kebijaksanaan perusahaan. Dewan komisaris terdiri dari pemegang saham, serta membawahi Dewan direksi, Dewan Komisaris beranggotakan : Komisaris utama
: Drs.H. Abbas adhar
Komisaris
: Prof. Korkut Azal Dr. Ahmed Abisourour Drs. Aulia pohan, M.A. H. Iskandar Zulkarnain, SE.MSi
d)
Dewan Direksi Dewan Direksi berfungsi dan bertanggung jawab atas segala aktivitas Bank, baik produk jasa yang akan dipasarkan maupun atas semua
pembiayaan
yang
akan
diberikan.
Dewan
Direksi
beranggotakan : President Direktur
: H.A. Riawan Amin, M.Sc
Finance and Adm. Direktur
: H.M. Hidayat, SE, Ak
Business Direktur
: Ir.H. Arviyan Arifin
Compliance and Corp. Support Direktur: Ir.H.Andi Buchari, MM Direktur
:Dr.U.Seafuddin Noer, MSi
Direktur
: Ir.H.Herbudhi S. Tomo
45
4. Prinsip Operasional PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Prinsip operasional Bank Muamalat Indonesia dalam pembiayaan dan penyaluran di bagi menjadi tiga bagian: a) Sistem bagi hasil Sistem bagi hasil diterapakan pada suatu pembiayaan dari pemilik dan kepada pengelola dana. Sistem ini berlaku pada nasabah penabung dan bank. Pihak nasabah penabung akan memperoleh bagi hasil dari keuntungan usaha peminjaman dana bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip adalah : 1. Musyarakah Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan bersama nasabahnya) untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (Amal/Expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Keuntungan dari hasil usaha ini dibagi menurut perhitungan secara proporsional antara penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama. Bila perusahaan merugi, maka kerugian itu juga dibebaskan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal.
46
2. Mudharabah Adalah suatu akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (Sahibul Maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan, pihak lainnya menjadi pengelola. Tujuan dari akad ini untuk mempertemukan kerjasama antara : -
Pemilik modal yang tidak mempunyai pengalaman atau keahlian, waktu ataupun peluang untuk berusaha sendiri menjalankan proyek.
-
Pihak yang mempunyai keahlian atau pengalaman, peluang dan waktu untuk menjalankan suatu proyek akan tetapi tidak memiliki modal. Keuntungan yang dihasilkan sesuai dengan ratio laba yang
disepakati bersama sedangkan jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian maka sahibul maal akan kehilangan atau imbalan kerja dan manajerial skill selama proyek berlangsung. b) Prinsip jual beli 1. Al Murabahah Adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok di tambah dengan keuntungan yang disepakati bersama, jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
47
2. Bai’as salam Salam berarti pemberian yang dilakukan oleh bank dari nasabah dengan pembayaran di muka dan dalam jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Harga yang dibayarkan dengan salam tidak boleh dalam bentuk tunai yang dibayarkan segera. Tentu saja bank tidak bermaksud hanya melakukan salam untuk memperoleh barang. Barang itu harus dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan. 3. Bai’al istishna Bai’al
Istishna
adalah
akad
jual
beli
antara
pemesanan/pembeli dengan produsen/penjual di mana barang yang akan diperjual belikan harus dibuat lebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Istishna’ hampir sama dengan bai’as salam, bedanya hanya terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayaran harus dimuka dan segera, sedangkan pada istishna’ pembayaran boleh di awal, ditengah atau diakhir, baik sekaligus maupun secara bertahap. c) Prinsip sewa dan sewa Beli Al-Ijarah atau sewa adalah kontrak yang melibatkan suatu barang (sebagai harga) dengan jasa atau manfaat atas barang lainnya. Penyewa dapat juga diberikan opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut pada saat sewa selesai, kontrak ini disebut sewabeli (Al-ijarah wa iqtina), di mana akad sewa yang terjadi antara bank
48
(sebagai pemilik barang) dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah termasuk cicilan pokok harga barang. d) Prinsip Qard Qord adalah meminjamkan harta kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan, yaitu akad saling menbantu dan bukan termasuk transaksi komersil. Bank dapat menggunakan akad ini sebagai produk pelengkap untuk memfasilitasi nasabah yang membutuhkan dana talangan untuk jangka waktu yang sangat pendek. e) Prinsip Titipan Al-Wadi’ah adalah akad antara pemilik barang dengan penerima titipan untuk menjaga harta/modal dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta. Dua tipe al-wadi’ah adalah : 1. Wadi’ah Yad Amanah Merupakan titipan murni, barang yang dititipakan tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penerima titipan. Sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharan dapat di kenakan biaya. 2. Wadi’ah Yad Dhamanah Merupakan pengembangan wadi’ah yad amanah yang disesuaikan dengan aktivitas perekonomian. Penerima titipan diberi ijin untuk
49
menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang diisyaratkan sebelumnya. 5. Produk/ Jasa Bank Muamalat Indonesia Produk jasa yang ditawarkan Bank Muamalat Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Produk Penghimpunan Dana PT. Bank Muamalat Indonesia 1. Tabungan Ummat Tabungan Ummat merupakan investasi tabungan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat diseluruh cabang Bank Muamalat sesuai ketentuan yang berlaku. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut. Fasilitas asuransi jiwa dan hadiah umroh dapat dinikmati oleh nasabah tabungan ini. 2. Tabungan Haji Arafah Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki.
50
3. Shar-E Shar-E adalah investasi syariah yang dikemas khusus dalam bentuk paket perdana seharga Rp 125.000,00 dan dapat diperoleh di kantor layanan Bank Muamalat dan kantor Pos Online (SOPP) di seluruh Indonesia. 4. TabunganKu TabunganKu adalah tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Giro Wadiah Giro Wadiah merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan pemindahbukuan. Dalam hal ini bank dapat memanfaatkan dana tersebut. Atas dasar kebijaksanaan, bank akan memberikan bonus kepada nasabah. 6. Deposito Mudharabah Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Dana nasabah akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai macam usaha produktif yang berguna bagi kepentingan Ummat.
51
7. Deposito Fulinves Merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi Anda yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa.
8. Full Protek Perlindungan sepenuhnya melalui investasi murni syariah Merupakan kartu multiguna bertabungan dan memiliki manfaat asuransi syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai (bebas biaya) di semua ATM di Indonesia (ATM Muamalat, ATM Bersama, ATM BCA/PRIMA) dan ATM yang tergabung dalam jaringan Malaysian Electronic Payment System (MEPS), antara lain Maybank, Hong Leong Bank, Southern Bank dan Affin Bank. Selain itu dapat digunakan sebagai kartu debit di semua merchant Debit BCA/PRIMA dan sekaligus sangat memungkinkan sebagai kartu anggota dalam sebuah organisasi.
9. Sharia Mega Covers Merupakan kartu multiguna bertabungan dan memiliki manfaat asuransi syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai (bebas biaya) di semua ATM di Indonesia (ATM Muamalat, ATM Bersama, ATM BCA/PRIMA) dan ATM yang tergabung dalam jaringan Malaysian Electronic Payment System (MEPS), antara lain Maybank, Hong Leong Bank, Southern Bank dan Affin Bank. Selain itu dapat digunakan sebagai kartu debit di semua merchant Debit BCA/PRIMA dan sekaligus sangat memungkinkan sebagai kartu anggota dalam sebuah organisasi.
52
10. Ta’awun Card Kartu multi fungsi, berfungsi sebagai kartu ATM, kartu Debit, kartu tabungan serta dapat digunakan untuk semua transaksi perbankan, kartu asuransi serta beberapa fungsi lain (dikemudian hari). 11. Fitrah Card Adalah sebuah inovasi baru dari Bank Muamalat Indonesia, bekerjasama dengan Asuransi Jiwa Sinarmas. Sebuah Kartu dengan berbagai macam fungsi, yaitu Kartu ATM, Kartu Debit dan transaksi perbankan lainnya, selain itu memiliki fungsi sebagai kartu diskon, juga berfungsi sebagai kartu Asuransi yang memberikan manfaat Asuransi Jiwa Berjangka, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Penyakit Kritis, Santunan Harian Rawat Inap serta produk investasi & proteksi (Unit Link). 12. Dana Pensiunan Muamalat Dana Pensiunan Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun. Iuran sangat terjangkau minimal Rp. 20.000 perbulan dan pembayaan dapat didebet secara otomatis dari rekening Muamalat atau dapat ditransfer dari bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program wasiat ummat, dimana masa kepesertaan peserta akan dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan jaminan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun.
53
b. Produk Bagi Pengelola Dana (Mudharib) 1. Piutang Murabahah Fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. Bank akan membelikan barang-barang halal apa saja yang dibutuhkan nasabah kemudian akan menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai kemampuan nasabah tersebut. Bank menetapkan margin yang disepakati dan diketahui oleh kedua belah pihak. Produk ini dapat digunkan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi, pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan dan lain-lain) maupun pribadi (misalnya pembelian kendaraan bermotor, rumah dan lain-lain). 2. Piutang Mudharabah Pembiayaan dalam bentuk modal atau dana yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk dikelola dalam usaha yang telah disepakati bersama. Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian
dan
penyimpangan
pihak
nasabah
seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan. Jenis usaha yang dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi.
54
3. Piutang Istishna’ Merupakan akad jual beli barang berdasarkan pesanan antara nasabah dan bank, dengan spesifikasi tertentu seperti jenis, tipe atau model, kualitas dan jumlah yang disyaratkan nasabah. Bank memesan barang pesanan nasabah kepada produsen sesuai dengan perjanjian yang mengikat. Setelah barang sudah jadi, maka bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Pembiayaan Musyarakah Merupakan kerjasama pegkongsian yang dilakukan antara nasabah dan bank dalam suatu usaha di mana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan porsi dana yang ditanamkan. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain. 5. Rahn (Gadai Syariah) Merupakan penyerahan barang atau harta nasabah sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan atau kendaraan. Dalam hal ini bank bekerjasama dengan perum pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS).
55
c. Jasa Layanan 1. ATM Merupakan layanan online 24 jam yang memudahkan nasabah melakukan penarikan dana tunai, pemindahbukuan antar rekening, pemeriksaan saldo, pembayaran ZIS (Zakat, Infak Dan Shadaqoh), pembayaran tagihan telepon serta kemudahan dalam melakukan perubahan PIN kartu ATM. 2. Kas Kilat Layanan pengiriman uang yang cepat, mudah, murah dan aman dari Malaysia ke keluarga di tanah air melalui rekening tabungan Shar-E, bekerja sama dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad (muamalat kas kilat-i (mk2)/ pengiriman uang secepat kilat dari Malaysia ke Indonesia). 3. Wakalah (Letter Of Credit/ L/C)) Letter of Credit secara sederhana merupakan Pengambil alihan tanggung jawab pembayaran oleh pihak lain (dalam hal ini diambil alih oleh Bank) atas dasar permintaan pihak yang dijamin (Applicant/Pembeli/Nasabah Bank) untuk melakukan pembayaran kepada pihak penerima jaminan (Beneficiary/Penjual) berdasarkan syarat dan kondisi yang ditentukan dan disepakati. 4. Kafalah (Bank Garansi) Bank Garansi (atau disingkat BG) adalah Jaminan Pembayaran
yang
diberikan
56
oleh
Bank
atas
permintaan
nasabahnya, kepada pihak penerima jaminan dalam hal nasabah yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak penerima jaminan. BG merupakan fasilitas non dana (Non Funded Facility) yang diberikan Bank berdasarkan akad Kafalah bil Ujrah. Bank akan menerbitkan BG sejumlah nilai tertentu yang dipersyaratkan oleh pihak penerima jaminan yang merupakan klien/mitra
bisnis/counter part dari
nasabah
Bank
untuk
kepentingan transaksi/ proyek tertentu yang akan dijalankan oleh nasabah Bank. 5. Layanan 24 Jam a. SMS Banking b. Sala Muamalat c. Mobile Banking d.
Internet Banking
6. Pembayaran Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Pembayaran ZIS merupakan
jasa yang memberikan
kemudahan kepada nasabah dalam membayar ZIS baik kepada pengelola ZIS Bank Muamalat maupun kepada lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerja sama dengan Bank Muamalat. Pembayaran ZIS ini dapat dilakukan melalui ATM dan seluruh Kantor cabang Bank muamalat.
57
7. Layanan Pajak OnLine Layanan pajak online merupakan layanan pembayaran pajak secara cepat dan ketepatan pembayaran melalui Bank Muamalat yang online dengan Ditjen Pajak. 8. Jasa-Jasa Lain Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya kepada masyarakat luas, seperti transfer, collection, standing, instruction, bank draft, referensi bank, dan sebagainya. B. Populasi Unit analisis yang di gunakan dalam rancangan penelitian ini yaitu mengenai Dana pihak Ketiga Mudharabah yang dipengaruhi oleh Bagi Hasil dan Inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan bulanan inflasi yang terjadi di Indonesia, bagi hasil dan jumlah Dana Pihak Ketiga Mudharabah (DPKM) di Bank Muamalat Indonesia dari Maret 2004 sampai dengan Desember 2009. C. Metode Penelitian Variabel yang perlu diteliti adalah mengenai Dana Pihak Ketiga Mudharabah (DPKM) yang dipengaruhi Bagi Hasil dan Inflasi. Maka untuk itu pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kausal. Metode penelitian kausal digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variable (Independen Variable) terhadap variable tertentu (Dependent Variable).
58
D. Hipotesis Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
(tentative)
terhadap
permasalahan yang diteliti, yang sebenarnya perlu di uji secara empiris. Untuk mengetahiu ada tidaknya pengaruh inflasi dan bagi hasi terhadap dana pihak ketiga mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, maka hipotesisnya adalah: 1. Ho:b1 :b2 =0 Secara parsial tidak ada pengaruh tingkat inflasi dan tingkat return bagi hasil terhadap perkembangan dana pihak ketiga mudharabah pada PT BMI pada periode Maret 2004Desember 2009 Ha:b1 :b2 ≠0 Secara parsial terdapat pengaruh tingkat inflasi dan tingkat return bagi hasil terhadap perkembangan dana pihak ketiga mudharabah pada PT BMI pada periode Maret 2004Desember 2009 2.
Ho : b1: b2 =0 Secara simultan tidak ada pengaruh Inflasi dan return bagi hasil terhadap perkembangan dana pihak ketiga mudharabah pada PT BMI pada periode Maret 2004-Desember 2009 Ha : b1: b2 ≠0 Secara simultan terdapat pengaruh Inflasi dan return bagi hasil terhadap perkembangan dana pihak ketiga mudharabah pada PT BMI pada periode Maret 2004-Desember 2009
59
E. Variabel dan Skala Pengukuran Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dipakai terdiri dari 3 variabel, yaitu variabel independen/bebas (X) dan variabel dependen/terikat (Y). Sehingga berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan di analisis dikelompokkan menjadi :
Tingkat Inflasi Indonesia (X1) Dana Pihak Ketiga Mudharabah PT. BMI (Y) Tingkat Return Bagi Hasil PT BMI (X2)
Variable dependen (Y) : Perkembangan Dana Pihak Ketiga Mudharabah PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) Variebel independen (X), terdiri dari : X 1 : Tingkatkan Inflasi di Indonesia X 2 : Persentase return bagi hasil simpanan mudharabah PT BMI Adapun definisi konsep operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 1.
Data DPKM (Dana Pihak Ketiga Mudharabah) Data variabel dependen dalam penelitian ini adalah DPKM. Bersumber dari laporan keuangan profit distribution PT. Bank Muamalat Indonesia periode Maret 2004 sampai dengan Desember 2009. Data DPKM merupakan jumlah dana pihak ketiga yang
60
menggunakan produk mudharabah berupa tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2.
Data inflasi Data variabel independen yang pertama dalam penelitian ini adalah inflasi, data tersebut bersumber dari BPS (Biro Pusat Statistik) periode Maret 2004 sampai dengan Desember 2009. Data inflasi yang digunakan merupakan data inflasi bulanan.
3.
Data RBH (Return Bagi Hasil) Data variabel independen yang kedua dalam penelitian ini adalah RBH, data tersebut bersumber dari laporan profit distribution PT. Bank Muamalat Indonesia periode Maret 2004 sampai dengan Desember 2009. RBH (Return Bagi Hasil) merupakan persentase return atau kembalian yang diperoleh nasabah yang menyimpan dananya dalam bentuk mudharabah, baik berupa tabungan maupun deposito, di Bank Muamalat Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan empiris dengan memakai statistik inferensial parametrik, artinya setelah data dikumpulkan, maka dilakukan berbagai metode statistik untuk menganalisa data dan kemudian menginterpresentasikan hasil analisa tersebut dengan memakai skala rasio, yaitu skala dimana angka mempunyai makna yang sesungguhnya, sehingga angka nol (0) dalam skala ini diperlakukan sebagai dasar perhitungan dan pengukuran objek penelitian.
61
F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunkan dua cara yaitu ; 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara melihat atau membaca buku-buku atau literature mengenai perbankan syariah, jurnal, makalah, majalah dan lain-lain. 2. Penelitian lapangan (Field Research) a. Data Primer Data Primer yaitu melalui wawancara dan observasi langsung untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan Bank Muamalat di Muamalat Institute yang bertempat di Gedung Dana Pensiun Telkom Lt. 2, Jl. Letjend. S. Parman kav. 56, Slipi, Jakarta Barat. b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu melaui sejarah perusahaan, struktur organisasi, data-data perusahaan yaitu berupa data laporan keuangan publikasi bulanan. G. Metode Analisis Data Untuk memperoleh informasi berpengaruh atau tidaknya variabel independent (Inflasi dan Return Bagi Hasil) secara langsung terhadap variabel dependen (DPKM), penulis menggunakan data laporan profit distribution periode
Maret 2004-Desember 2009 untuk menganalisis menggunakan
model:
62
1. Uji Asumsi Klasik Dalam regresi berganda ada empat asumsi utama yang harus dipenuhi untuk menguji apakah model persamaan yang digunakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator ) atau tidak. Tahap-tahap pengujian antara lain: a. Multikoliniers Multikoliniers bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi,
maka
dinamakan
terdapat
problem
multikolinieritas
(multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Menurut
Sigih
Santoso
untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
muktikolinieritas didalam model regresi adalah dengan melihat nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai TOLERANCE mendekati 1, serta koefisian korelasi antara variabel independent haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat, maka terjadi problem multikol. Jika terjadi multikolinieritas, bisa dilakukan langkah seperti: 1) Mengeluarkan salah satu variabel independent A dan B saling berkorelasi dengan kuat, maka bisa dipilih variabel A dan B yang dikeluarkan model regresi. 2) Menggunakan metode lanjutan seperti regresi Bayesian atau regresi Ridge.
63
b. Heteroskedasitas Heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedasitas, dan jika varian berbeda, disebut Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Homoskedasitas. Menurut Singgih Santoso mendeteksi ada tidaknya heterokedasitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X dan Y yang telah di prediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
Y sesungguhnya)
yang telah
di studentized, dasar
pengambilan keputusan: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian
menyempit),
maka
telah
terjadi
heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis dengan menggunakan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting/ semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji
64
statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil yaitu Uji Park. Uji Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: LnU2i = α+βLnXi+vi c. Autokorelasi Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan, dan seterusnya. Menurut
Singgih
Santoso
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
autokorelasi dengan melihat pada table D-W (Durbin-Watson, dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Terdapat autokorelasi positif jika,0
65
Gambar 3.1 Daerah Penerimaan Autokorelasi
I
II
III
IV
V
0
dl
Du
4-du
4-dl
4
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk dipakai. Autukorelasi bisa dibatasi dengan berbagai cara, antara lain: 1) Melakukan transformasi data 2) Menambah data obvervasi d. Metode Linearitas Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik.
66
e. Metode Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti di ketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 2. Regresi Linier Berganda Analisa regresi adalah salah satu metode statistik yang paling banyak digunakan dalam praktek. Dalam aplikasinya, terjadi berbagai variasi dari model utama regresi, yakni persyaratan data kuantitatif pada variabel dependent
ataupun variabel independent. Ada model regresi yang
memasukkan data kualitatif (pengukuran secara nominal atau ordinal) sebagai variabel bebas (Independent). Adapula model regresi yang dibuat dengan
memasukkan
data
kualitatif
sebagai
variabel
tergantung
(Dependen). Regresi berganda sangat bermanfaat untuk mendeteksi beberapa variabel yang berelasi dengan variabel yang diuji. Teknis analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmuan semata. Secara matematis hubungan tersebut dijelaskan sebagai berikut Y = α + b1 INFLASI + b2 RBH
67
Dimana: Y
: Variabel Dependen DPKM
Inflasi : Tingkat inflasi di Indonesia per bulan (%) RBH : Return bagi hasil dari dana pihak ketiga (%) Besarnya konstanta tercermin dalam “α”, dan besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan b 1 , dan b 2 .
3. Uji Signifikan Suatu model dikatakan baik dan sesuai kaidah statistik, apabila dilakukan pengujian terhadap hasil-hasil regresi berganda tersebut. Pengujian-pengujian yang akan dilakukan terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian- pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel terikatnya melalui koefisien determinasi (R2). 1) Koefisien Determinasi Dalam analisa korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisiensi determinasi, yang sebenarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Uji koefisien determinasi ditujukkan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted r squre karena variabel independennya lebih dari dua.
68
2) Uji t Uji t yang digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh masingmasing variabel independent secara parsial terhadap variabel dependen. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas dengan hipotesis: H o = koefisiensi model regresi tidak signifikan Ha = koefisiensi model regresi signifikan Kriteria uji signifikan, membandingkan signifikan statistik t hutang dengan t tabel a = 0,05 (t table) Jika t hitung > t table, maka H o ditolak (ada hubungan yang signifikan) Jika t hitung < t table, maka H o diterima (tidak ada hubungan yang signifikan) Jika Ho ditolak, maka variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Sebaliknya jika H o diterima berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. 3) Uji F Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hipotesis: H o : b 1 = b 2 …b i = 0
69
Ha : minimal ada salah satu b i ≠ 0 Kriteria uji : Probability F- statistik > taraf nyata (α), maka tolak H o Probability F-statistik < taraf nyata (α), maka terima Ho Jika Ho
ditolak, berarti minimal ada satu variabel bebas yang
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan model banyak digunakan. Sebaliknya jika H o diterima, maka tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata.
70