BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tepatnya di Bagian Humas, Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan Iptek (BKPI). Kantor Bagian Humas berlokasi di Sasana Widya Sarwono LIPI lantai V, Jl. Gatot Subroto No. 10, Jakarta Selatan, 12710. Penelitian dimulai pada Mei 2010 dan berakhir pada September 2010. Tesis ini berisi tentang penelitian tentang perencanaan Humas dalam mewujudkan visi lembaga, sebuah studi kasus di Bagian Humas Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan Iptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
3.2 Paradigma Penelitian Paradigma berdasarkan definisi harmon (1970) dalam Moleong mendefiniskan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.1 Penelitian ini menggunakan paradigma Post-Positivisme. Menurut Nasution (1988) dalam Ruslan (2006), post-positivisme mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan holistic, memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba memperoleh pemahaman yang holistik. Selain itu, post positivisme juga memahami makna suatu permasalahan, dan memandang hasil penelitian sebagai kegiatan bersifat spekulatif.2
1 2
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2008. hal 49 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Rajawali Pers. Jakarta. 2006, halaman 226
3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan varian penelitian studi kasus. Lexy Moleong (2000) mengutip Bogdan dan Taylor (1975) menyatakan, metodologi kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic. Jadi dalam ini tidak boleh mengisolasi individu/ orang ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian atau suatu keutuhan. 3 Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan subjektif (interpretif). Peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya. Penelitian deskriptif menjelaskan atau menerangkan peristiwa. 4 Pendekatan subjektif mengasumsikan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang obyektif dan sifat yang tetap, melainkan bersifat intepretif. 5 Tradisi penelitian ini adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan salah satu varian perspektif interpretif (subjektif).6 Selanjutnya, varian penelitian studi kasus merupakan suatu upaya strategi dalam penelitian ini. Studi kasus dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual, organisasi, sosial dan politik.7 Lebih rinci, Deddy Mulyana berpendapat bahwa studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek individu, kelompok, organisasi (komunitas), program, atau situasi sosial.8
3
Moleong, op.Cit., hal 3 Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Edisi Revisi IV) Rineka Cipta. Jakarta. 2006, halaman 35 5 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006, halaman 33 6 Mulyana. Op.Cit.,, halaman 146 7 Robert K. Yin. Studi Kasus (Desain dan Metode) edisi revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2002, Halaman 4 8 Mulyana, Op.Cit., hal 201 4
Menurut Yin, ada empat tipe desain studi kasus, yaitu desain kasus tunggal holistik, tunggal terjalin (embeded), multi kasus holistik, dan multi kasus terjalin. 9 Rasional untuk kasus tunggal ialah manakala kasus tersebut menyatakan kasus penting dalam menguji suatu teori yang telah disusun dengan baik. Rasional ke dua adalah kasus tersebut menyajikan suatu kasus ekstrem atau unik. Rasional ke tiga adalah kasus penyingkapan itu sendiri. Desain kasus tunggal menuntut penelitian yang sangat hati-hati guna meminimalkan peluang-peluang salah tafsir dan memaksimalkan akses yang diperlukan untuk pengumpulan bukti kasus yang bersangkutan.10 Studi kasus holistik sebagai kebalikan dari studi kasus terjalin. Sebuah studi kasus terjalin adalah studi kasus yang mungkin mencakup lebih dari satu unit analisis. Hal ini terjadi bilamana di dalam kasus tunggal, perhatian diberikan kepada satu atau beberapa sub unit analisis. Desain holistik digunakan pada studi kasus yang hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan.11 Penelitian ini menggunakan desain studi kasus tunggal holistik karena meneliti satu unit analisis (LIPI) dan mengkaji sifat umum sebuah objek penelitian tersebut (perencanaan komunikasi strategis Humas).
3.4 Key Informan Alasan umum peneliti memilih para narasumber berikut ini adalah karena mereka adalah orang-orang yang terkait dengan judul penelitian. Dari mereka, peneliti akan melakukan wawancara untuk mendapatkan data dan informasi yang terkait dengan penelitian ini.
1.
Kepala LIPI (Prof. Dr. Lukman Hakim). Kepala LIPI memimpin LIPI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala LIPI menyiapkan kebijakan
9
Yin, Op.cit., halaman 46 Ibid., halaman 47-50 11 Ibid., halaman 51 10
nasional dan umum sesuai dengan tugas LIPI. Kepala LIPI menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan
tugas
LIPI
yang
menjadi
tanggungjawabnya,
serta
membina
dan
melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain. 12 LIPI menyusun strategi berdasarkan visi dan misinya. Peneliti perlu mewawancarai Kepala LIPI untuk mengetahui perencanaan LIPI dalam lima tahun ke depan, bagaimana strategi komunikasi LIPI, dan peran
unit
kerja
yang
mendukung
perencanaan
tersebut,
khususnya
dalam
memasyarakatkan iptek, dalam hal ini Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan Iptek (BKPI). 2.
Kepala Biro Pemasyarakatan Iptek (BKPI) LIPI (Dr. Dedy Setiapermana). BKPI LIPI bertanggungjawab atas urusan kerjasama, peningkatan kemampuan ilmiah masyarakat, dan pemasyarakatan iptek serta penelaahan dan pemberian bantuan hukum, serta perumusan dan penyusunan peraturan perundang-undangan. Peneliti perlu mewawancarai Kepala BKPI untuk mengetahui program BKPI dalam lima tahun ke depan beserta titik beratnya. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui peran satuan kerja yang mendukung program, khususnya yang berkaitan dengan kehumasan, dalam hal ini adalah Bagian Humas.
3.
Kepala Bagian Humas LIPI (Murti Martoyo, MM). Bagian Humas LIPI bertanggungjawab atas urusan pemasyarakatan dan hubungan masyarakat di bidang iptek. Peneliti mewawancarai Kepala bagian Humas untuk mengetahui strategi perencanaan program dan kegiatan, prioritas dalam perencanaan, tahapan perencanaan, serta mengenai perencanaan evaluasi.
4.
Kepala Sub Bagian Media Massa LIPI (Dwie Irmawaty Gultom, M.Si). Sub Bagian Media Massa LIPI bertanggungjawab dalam melakukan kegiatan penyiapan bahan penerangan dan penyebaran informasi iptek melalui media massa. Peneliti ingin mengetahui teknis kegiatan yang dilakukan oleh sub bagian ini.
12
Keputusan Kepala LIPI No 1151/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI, halaman 4
5.
Kepala Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga LIPI (Suhendra Mulia, M.Si). Sub Bagian Hubungan Antar Lembaga LIPI melakukan penyiapan bahan hubungan dengan Lembaga Tinggi/ Tertinggi Negara, Pemerintah Pusat dan Daerah. Peneliti ingin mengetahui teknis kegiatan yang dilakukan oleh sub bagian ini.
6.
Kepala Sub Bagian Pameran dan Informasi Ilmiah LIPI (Drs. Martahan Tambunan). Sub Bagian Pameran dan Informasi Ilmiah LIPI berwenang dan bertanggungjawab dalam urusan pameran dan informasi ilmiah. 13 Peneliti ingin mengetahui teknis kegiatan yang dilakukan oleh sub bagian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu data primer dan sekunder.
3.3.1 Data Primer Wawancara Peneliti memperoleh data primer melalui teknik wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide14 Peneliti membuat daftar pertanyaan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan disesuaikan juga dengan narasumber yang diwawancarai.
3.3.2 Data Sekunder 13 14
Ibid, halaman 12-14 Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Cetakan ke tiga. 1998, hal 234
a. Observasi/ Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan sederhana untuk beberapa hal, seperti terhadap struktur organisasi, suasana kegiatan, rapat bagian, budaya kerja, dan hubungan antara pimpinan dengan para pegawai. Dalam buku Moleong disebutkan bahwa ada beberapa alasan pemanfaatan pengamatan. Pertama, teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Ke dua, teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Ke tiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Ke empat, jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data adalah dengan jalan memanfaatkan pengamatan. Ke lima, teknik ini memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Ke enam, dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.15
b. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yang dimaksud adalah dokumen dalam bentuk tulisan dan gambar (foto). Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, peneliti memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dokumentasi berarti barang-barang tertulis. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. 16 Selain studi dokumentasi naskah dan foto, peneliti juga memanfaatkan dokumentasi audio. 15 16
Moleong, op.Cit., halaman 174-175 Arkunto, Opcit, hal 158
c. Studi Pustaka atau Kajian Pustaka Yaitu bagian yang berisi teori-teori yang mendukung penelitian. Kajian pustaka biasa disebut juga dengan telaah pustaka atau landasan teori. Bagian ini merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah karya ilmiah.17
3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagi teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. 18 Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987:331). Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
17 18
Ibid, hal 34 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2008. hal 330-332
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Hal penting disini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut (Patton 1987:331). Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton (9187: 329), terdapat dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Pada triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya
untuk
keperluan
pengecekan
kembali
derajat
kepercayaan
data.
Pemanfaatan pengamatan lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing. Hal itu dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengerahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya. Secara logika dilakukan dengan jalan memikirkan kemungkinan logis lainnya dan kemudian melihat apakah kemungkinan-kemungkinan itu dapat ditunjang oleh data. Jika peneliti
membandingkan hipotesa kerja pembanding dengan penjelasan pembanding, bukan berarti ia menguji atau meniadakan alternatif itu. Jika peneliti gagal menemukan 'bukti' yang cukup kuat terhadap penjelasan alternatif
dan justru membantu peneliti dalam menjelaskan derajat
kepercayaan atau hipotesis kerja asli, hal ini merupakan penjelasan 'utama' peneliti. Melaporkan hasil penelitian disertai penjelasan sebagaimana yang dikemukakan tadi jelas akan menimbulkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan: 1.
Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan,
2.
Mengeceknya dengan berbagai sumber data,
3.
Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Definisi Triangulasi menurut Arkunto (2006) adalah penyilangan informasi yang
diperoleh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian.19 Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber.
3.7 Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen, 1982 (dalam Lexy J. Moleong 2002), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan 19
Arkunto, Opcit, hal 18
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, masih dari sumber yang sama, Seiddel, 1998 menyatakan bahwa proses berjalannya analisis data kualitatif ada tiga tahap. Pertama, yaitu mencatat yang menghasilkan catatan lapangan dengan memberikan kode pada sumber data agar tetap dapat ditelusuri. Ke dua, mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. Tahapan ke tiga adalah proses berfikir, yaitu dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola dan hubunganhubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Selanjutnya menurut Janice McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999), tahapan analisis data kualitatif adalah membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data, mempelajari kata-kata kunci itu dan berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, menuliskan ‘model’ yang ditemukan, serta koding.20 Sehubungan dengan uraian tentang proses analisa dan penafsiran data di atas, maka dapat dijelaskan tahapan proses dan komponen-komponen konsep dasar analisis data terdiri atas pemerosesan satuan, kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data, kemudian diakhiri dengan penafsiran data.21 Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
20 21
memberikan
kode,
dan mengategorikannya.
Pengorganisasian
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2008. hal 248 Ibid, halaman 249-268
dan
pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.22 Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga, serta pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya teori baru yang barangkali ditemukan23. Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan sejak peneliti menentukan topik penelitian. Tahapan analisis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, memilih data-data utama
yang
diperlukan,
mereduksi
dan
memilahnya
dalam
kategori-kategori
(pengkategorisasian data), mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya (mensintesis kategori), menganalisis data yang disusun dalam sub-sub hasil penelitian, dan menyelaraskan hasil akhir penelitian. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik penelitian wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka serta memeriksa keabsahan data dengan teknik triangulasi seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelum ini.
22 23
Ibid, halaman 280-281 Ibid., halaman 281