BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Indovision
adalah
sebuah
stasiun
televisi
satelite
berlangganan
yangdiselenggarakan oleh PT. MNC Sky Vision (dahulu bernama PT. Matahari Lintas Cakrawala). Perusahaan yangdidirikan pada tanggal 8 Agustus 1988 ini memulai memasarkan produk jasanya pada awal tahun 1994 dan bertanggung jawab atas pemasaran program pengelolaan serta pelayanan kepada pelanggan. Pada mulanya Indovision menggunakan jasa satelit Palapa C-2 untuk menggunakan transponder dan sistem broadcasting serta menggunakan analog dengan frekwensi C-Band. Namun, kemudian dirancanglah proyek pembuatan dan peluncuran satelite Indostar-1 atau yangkini lebih dikenal dengan nama satelit Cakrawarta-1 yangkhusus menggunakan frekwensi S-Band yanglebih tahan terhadap perubahan cuaca, sesuai dengan keadaan daerah tropis pada umumnya serta memiliki jejak jangkauan (footprint) ke seluruh wilayah Indonesia. Adapun yangbertanggung mengelola dan mengoperasikan satelite tersebut adalah PT. Media Citra Indostar yangdidirikan pada 22 Juli 1991. Dengan satelite ini, dapat memberikan layanan pendistribusian tayangan saluran-saluran televisi berlangganan lokal dan mancanegara melalui Indovision yangdisajikan kepada para pelanggan di Indonesia secara optimal dengan menggunakan Decoder dan antena parabola mini berukuran diameter 80 cm. Pada tahun 1997, Indovision melakukan inovasi dengan mengubah sinyal penayangannya dari analog menjadi digital. Inovasi ini dapat meningkatkan kwalitas penerimaan gambar maupun suara bagi pelanggannya.
47
PT. MNC Sky Vision bernaung di bawah sebuah induk perusahaan bernama Global Mediacom. Pada awal tahun 2008, MNC Sky Vision meluncurkan produk televisi berlangganan lainnya, TOP TV dan OKE VISION. Direktur Utama Indovision saat ini adalah Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo, yangmerupakan kakak kandung dari Hary Tanoesoedibjo, CEO dari MNC. Pada tanggal 16 Mei 2009, diluncurkan satelite Indostar II/Protostar II untuk menggantikan Indostar I. Satelite ini memiliki 32 transponder, termasuk 10 transponder aktif dan 3 transponder cadangan yangberfungsi sebagai penguat gelombang frekwensi S-Band. 3.1.2 Visi dan Misi Adapun visi dari PT. MNC Sky Vision adalah Untuk menjadi media terintegrasi yangterkemuka dan kelompok multimedia dengan fokus pada siaran dan kwalitas isi dengan sarana teknologi yangcocok untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sedangkan misinya adalah untuk memberikan one stop konsep hiburan keluarga dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan sosial yangberbeda secara keseluruhan.
3.1.3 Struktur Organisasi dan Fungsi Struktur organisasi merupakan satu hal yangtidak bisa dipisahkan dari suatu perusahaan. Struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dan menjadi penggerak suatu perusahaan karena berhubungan dengan suatu tanggung jawab yangsaling berhubungan, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif. Adapun struktur organisasi Divisi Repair & Recondition pada PT. MNC Sky Vision sebagai berikut :
48
Sumber : HRD PT . MNC SKY VISION Tbk Gambar II.1 Struktur Organisasi Divisi Repair & Recondition
Adapun fungsi kerja dari struktur organisasi Divisi Repair & Recondition pada PT. MNC Sky Vision yaitu sebagi berikut : 1. Directur Operasional Memonitoring seluruh divisi atau departement operasional dibawahnya
secara
nasional. Memberikan laporan langsung ke Wadirut atau Direktur Utama hasil kinerja operasional. 2. Kepala Divisi 49
1. Memonitoring Departement Penarikan yangfungsi kerjanya yaitu melakukan penarikan barang dari pelanggan yangberhenti berlangganan. 2. Memastikan Departement Rekondition melakukan fungsi kerjanya yaitu melakukan perbaikan barang hasil dari penarikan dengan proses repair, QC dan rekondisi yangdimana barang tersebut menjadi baru kembali. 3. Verifikasi hasil laporan dari Kadept Penarikan dan Kadept Recondition sebelum ke Direktur Operasional. 3. Kepala Department Memonitoring Departement Recondition yangfungsi kerjanya yaitu melakukan perbaikan barang hasil dari penarikan dengan proses repair, QC dan rekondisi yangdimana barang tersebut menjadi baru kembali. Memberikan laporan ke Kadiv hasil penerimaan dari Department Penarikan serta hasil repair, QC, dan rekondisi barang. 4. Kepala Bagian PRS Melakukan reporting dan verifikasi hasil penerimaan barang penarikan secara nasional. Melakukan reporting dan verifikasi hasil rekondisi di kantor utama atau pembantu. 5. Kepala Bagian Administrasi 1. Melakukan penggabungan reporting hasil seluruh penerimaan dari berbagai sumber yaitu hasil repair, QC dan rekondisi secara nasional. 2. Eksekusi kebutuhan ATK, Overtime, Travel dan pengajuan barang atau material di Divisi Repair & Recondition. 3.
Kepala Bagian Quality Control 50
4. Memastikan bahwa barang hasil rekondisi layak didistribusikan kembali ke pelanggan baru. 5. Melakukan reporting hasil Quality Control di Divisi Repair & Recondition. 6. Kepala Bagian Repair 1. Memberikan supervisi terhadap kinerja seluruh staff teknisi repair. 2. Membuat analisa hasil kerja yangtelah dilakukan oleh staff teknisi repair. 7. Kepala Bagian Recondition Memberikan supervisi kepada kinerja seluruh teknisi rekondisi. Membuat analisa hasil kerja yangtelah dilakukan oleh teknisi rekondisi. 8. Kepala Bagian Riset & QA 4. Memberikan supervisi kepada staff Riset & QA dalam menangani suatu permasalahan. 5. Memberikan training dan membuat analisa pekerjaan yangdilakukan oleh staff Riset & QA. 9. TL Data Entry PRS a. Melakukan pengecekan hasil data entry dengan laporan penerimaan hardware dan pengeluaran hardware. b. Verifikasi entry note yangdikerjakan oleh admin PRS. 10. TL Teknisi PRS a. Memastikan bahwa hardware yangditerima hasil dari penarikan sesuai dengan serah terima hardware.
51
b. Memastikan bahwa hardware yangdikeluarkan ke bagian Front Desk Recondition sesuai dengan data dan hardware. 11. TL Support Data Hardware 4. Melakukan pengecekan akan kebenaran hardware yangditerima oleh Front Desk. 5. Verifikasi atau reconcile data antara bagian Front Desk dan bagian sumber barang penerimaan. 6. Mengatasi permasalahan atau kesulitan yangdihadapi oleh admin Front Desk. 7. Inbound dan outbound call. 12. TL Teknisi QC a. Menerima hardware yangakan dilakukan QC dari admin Front Desk. b. Menyerahkan hardware hasil QC ke bagian Repair dengan status fault dan ke bagian Recondition dengan status pass. c. Pendataan hasil QC yangtelah dikerjakan oleh teknisi QC. 13. TL Teknisi Repair Melakukan perbaikan Decoder dengan kategori kerusakan sulit untuk ditangani. Membuat
prosedur
kerja
teknisi perbaikan agar
dapat
menyelesaikan
pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Mengatur pembagian tugas kerja teknisi perbaikan sesuai dengan tingkat keahliannya masing-masing. Mengawasi penggunaan komponen dan peralatan kerja teknisi untuk proses perbaikan Decoder agar difungsikan sebagaimana mestinya. 52
Memaksimalkan fungsi kerja teknisi perbaikan untuk menghindari pending pekerjaaan.
14. TL Teknisi Packing a. Menerima hardware yangakan dilakukan packing. b. Memastikan jumlah hasil packing yangakan diserahkan ke Inventori Gudang. c. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja packing. 15. TL Recondition LNBF 1. Memastikan hasil dari Recondition LNBF tersebut sesuai dengan prosedur. 2. Memastikan jumlah hasil rekondisi sesuai dengan target yangditetapkan. 3. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja rekondisi LNBF. 16. TL Recondition DSD 1. Memastikan hasil dari rekondisi DSD tersebut sesuai dengan prosedur. 2. Memastikan jumlah hasil rekondisi sesuai dengan target yangditetapkan. 3. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja rekondisi DSD. 17. TL Recondition ODU 1.Memastikan hasil dari rekondisi ODU tersebut sesuai dengan prosedur. 2. Memstikan jumlah hasil rekondisi sesuai dengan target yangditetapkan. 3. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja rekondisi ODU.
53
3.2 Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dan metode verifikatif. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dan menjelaskan keadaan mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat
populasi
berdasarkan
data-data
yang
telah
dikumpulkan.Kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan, untuk menjawab perumusan masalah tentang pelaksanaan Pelatihan karyawan, Promosi jabatan karyawan serta Kinerja karyawan.Sedangkan metode verifikatif merupakan metode penelitian yangdigunakan dalam upaya untuk menguji kebenaran hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menjawab tentang seberapa besar pengaruh Pelatihan dan Promosi Jabatan terhadap kinerja karyawan PT MNC SKY VISION Tbk. 3.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel Pada sub bab ini akan dijelaskan lebih jelas definisi variabel dan ukuran yangakan digunakan untuk setiap variabel yangdigunakan baik variabel independen maupun dependen disertai dengan pengukuran dari variabel tersebut untuk kemudian dioperasionalkan. 3.3.1. Definisi Variabel Variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yangmempunyai variasi tertentu yangdapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, Sugiono (2004:32). Berdasarkan judul yangdiambil, yaitu “Pengaruh Pelatihan dan Promosi Jabatan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT . MNC SKY VISION Tbk” maka terdapat dua variable dalam penelitian ini, yaitu :
54
1. Variabel Bebas (Variabel Independen) A. Pelatihan (X1) Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yangmempergunakan prosedur sistematik dan terorganisasir dimana pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006:50) B. Promosi Jabatan ( X2 ) Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yangmempunyai status dan tanggung jawab yanglebih tinggi. Biasanya perpindahan yanglebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu demikian . Malayu S.P Hasibun (2003:108) 2. Variabel Tidak Bebas (Variabel dependen) Kinerja Karyawan ( Y ) “kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan”. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yangsangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannyaVeithzal Rivai (2008:309). 3.3.2. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrument penelitian.Setelah itu mungkin peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan suatu variabel dengan variabel yanglainnya.Dalam penelitian ini ada tiga variabel yangditeliti, yaitu Pelatihan (X1), Promosi Jabatan (X2), Kinerja (Y). Dimana terdapat indikator-indikator yangakan diukur dengan skala ordinal
55
Berikut ini Oprasionalisasi Variabelnya Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel
Konsep Variabel
Pelatihan
Pelatihan adalah suatu - Instruktur
(variabel x1)
Dimensi
proses
pendidikan
jangka
pendek
yangmempergunakan
Skala
- Pendidikan
Ordinal
-
materi -
- Materi dan
keterampilan
teknis
- Seleksi
Anwar
Ordinal Ordinal
- Sesuai tujuan
dalam tujuan terbatas. A.A
Semangat
pelatihan
pegawai non managerial
pengetahuan
Ordinal
mengikuti
dimana
mempelajari
Menguasai Ordinal
Peserta
prosedur sistematik dan terorganisasir
Indikator
update
Prabu
Ordinal
- Sesuai dengan
Mangkunegara
komponen
(2006:50)
Ordinal
peserta Metode
Ordinal - Penetapan sasaran
Tujuan
Ordinal
Pensosi alisasian
- Sasaran A.A 56
tujuan
Anwar - Pelatihan
Prabu
memiliki
Mangkunega
sasaran
ra (2006:50)
yangjelas
Promosi
Promosi Jabatan adalah - Peningkatan
Jabatan
Perpindahan dari suatu
(variabel x2)
jabatan ke jabatan lain
Jabatan
- Sesuai dengan Ordinal latar belakang - Dilakukan
yangmempunyai status
Ordinal
dengan adil
dan tanggung jawab yanglebih
tinggi.
Biasanya
perpindahan
yanglebih tinggi disertai dengan gaji/upah
- Peningkatan Taggung
- Resiko
lainnya,
demikian
yanglebih
Ordinal
besar
Jawab
peningkatan
walaupun tidak selalu
- Beban tugas
Ordinal
yanglebih - Peningkatan
besar
Tugas - Pengetahuan
Malayu S.P Hasibun
Ordinal
yangmemadai
(2003:108) - Peningkatan hak
- Status
Ordinal
pendidikan Ordinal
- Peningkatan
- Penghasilan Ordinal
otoritas - Memiliki Malayu
S.P
Hasibun (2003:108)
otoritas yanglebih - Memiliki kekuasaan
57
Ordinal
yanglebih Kinerja
Kinerja
(variabel Y)
suatu
merupakan Kemampuan - Kualitas kerja fungsi
motivasi
dari
yangdibawa
dan
dalam
kemampuan.
pekerjaan
- Kuantitas kerja
untuk
Veithzal Rivai ( 2008 :
mengisi
309 )
tanggung
Tanggung Jawab
jawab. Ukuran kinerja
- Sikap
yangdi capai seseorang Menyangkut kontribusi kinerja individu terhadap team
3.4
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yangdilakukan dengan cara sebagai berikut
58
A. Observasi Yaitu melakukan pengamatan langsung dan mempelajari hal-hal yangberhubungan dengan penelitian secara langsung diperusahaan. B. Wawancara Yaitu dengan cara mengadakan wawancara dengan bagian personalia yangmempunyai wewenang dari para karyawan yangada kaitannya dengan masalah yangditeliti. C. Kuesioner Yaitu cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yangsudah dipersiapkan secara tertulis dengan menyebarkan angket dan disertai denga arternatif jawaban yangakan diberikan kepada responden yag dipilh secara purporsive ( Purporsive Sampling ) 3.5 Populasi Dan Sample 3.5.1
Populasi
Populasi menurut Sugiono (2005:72) adalah wilayah generialisasi yangterdiri atas objek atau subjek yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini populasinya yaitu staf depaertement QC dan Recondition pada bagian Administrasi di PT . MNC SKY VISION Tbk yaitu 50orang. 3.5.2 Sample Penelitian ini
menggunakan dasar pemikiran dari Suharsimi Arikunto
yangdikutip oleh Indra Agustina (2004:92) yangmengatakan bahwa : apabila populasi < 100 orang lebih baik diambil populasi untuk dijadikan sample sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi besar atau diatas 100 orang maka diambil 10%-15% atau 15%-20% atau lebih dari itu sebagai
59
tingkat kesalahan.Karena jumlah populasi relatif kecil dan dengan tujuan agar lebih representative maka seluruh elemen yangada dijadikan subjek penelitian. Sampel yangdigunakan sebanyak populasi/menggunakan sensus sebanyak 50 orang pegawai 3.5
Metode Analisis yang Digunakan Pengolahan data menggunakan perhitungan stastistik regresi berganda berdasarkan
hasil perolehan data dari jawaban responden terhadap kuisioner yang diberikan. 3.6
Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Regresi Linear Ganda Analisis regresi linear ganda merupakan analisis yangdigunakan penulis untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel (pelatihan),(promosi jabatan) dan Y(kinerja). Rumus yangdigunakan adalah Dimana: Y = a + b1x1 + b2 x2 Y
= Variabel Terikat (Kinerja )
X1
= Variabel Bebas (pelatihan)
X2
= Variebel Bebas (promosi jabatan)
a
= Bilangan Konstan atau Nilai tetap
b1
= Koefisien Regresi/Koefisien Pengaruh dari X1
b2
= Koefisien pengaruh dari X2 , yaitu kenaikan atau penurunan Y dalam
satuan jika X2 naik atau turun 1 satuan dan X1 dianggap konsta 3.6.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah pengujian asumsi-asumsi statistik yang harus 60
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Bagi pembuat model, asumsi merupakan anggapan pengarang dalam membentuk model statistik yang dapat digunakan dalam kondisi-kondisi data tertentu. Sedangkan bagi pengguna model, asumsi merupakan batasan yang berguna untuk mengetahui apakah model statistik yang
digunakan layak untuk kondisi data
pengamatan.
Regresi linear sederhana memiliki empat uji asumsi klasik, yaitu : asumsi linieritas, asumsi normalitas, asumsi heteroskdatisitas, dan asumsi autokorelasi. Sedangkan untuk regresi linear berganda, ada empat uji asumsi klasik yangsering digunakan, yaitu:
1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian asumsi residual yang berdistribusi normal. Asumsi ini harus terpenuhi untuk model regresi linier yang baik. Uji normalitas dilakukan pada nilai residual model. Asumsi normalitas dapat diperiksa dengan pemeriksaan output normal P-P plot atau normal Q-Q plot. Asumsi normalitas terpenuhi ketika penyebaran titik-titik output plot mengikuti garis diagonal plot. Namun, ketika peneliti mendapati keraguan dengan pemeriksaan normalitas tersebut, maka dapat digunakan pengujian normalitas, seperti uji Kolmogorov-Smirnov, uji AndersonDarling, uji Shapiro-Wilk, atau uji Jarque-Bera (Uji Skewness-Kurtosis). Asumsi Normalitas terpenuhi ketika pengujian normalitas menghasilkan P-value (Sign.) > α dengan nilai α ditentukan sebesar 1%, 5%, atau 10%. 2. Uji Heteroskedatisitas Uji heteroskedatisitas adalah pengujian asumsi residual dengan varians tidak konstan. Harapannya, asumsi ini tidak terpenuhi karena model regresi linier berganda memiliki asumsi residual dengan varians konstan (homoskedasitas). Deteksi heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan menampilkan scatter plot dari nilai ZPRED (nilai prediksi, sumbu X) dengan SRESID (nilai residualnya, sumbu 61
Y). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik. Pola tertentu yang dimaksud seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Namun, ketika peneliti mendapati keraguan dengan pemeriksaan heteroskdatisitas tersebut, maka dapat digunakan pengujian heteroskdatisitas, seperti : uji heteroskdatisitas untuk regresi linier sederhana (Uji Park, Uji Glejser, Uji Spearman’s Rank Correlation, atau Uji Goldfeld-Quandt) dan uji heteroskdatisitas untuk regresi linier berganda(Uji Breusch-Pagan-Godfrey (BPG), Uji White, atau Uji Koenker–Bassett (KB)). 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah pengujian asumsi residual yang memiliki korelasi pada periode ke-t dengan periode sebelumnya (t-1). Harapannya, model regresi linier berganda memiliki residual yang sifat white noise (tidak ada autokorelasi). Statistik uji yangsering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson. Apabila nilai DurbinWatson berada di sekitar angka 2, berarti model regresi aman dari kondisi Autokorelasi. Dengan cara lain, Pengujian ada tidaknya problem autokorelasi pada residual dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson, jika nilai statistik DurbinWatson lebih besar dari nilai tabel Durbin-Watson[1] batas atas (dU), maka problem autokorelasi pada residual dinyatakan tidak ada. 4. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah pengujian untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang signifikan antara variabel-variabel prediktor/independen dalam suatu model regresi linear berganda. Model regresi yangbaik memiliki variabel-variabel bebas yang independen/bebas/tidak terkait/tidak berkorelasi. Harapannya, asumsi multikolinieritas tidak terpenuhi. Statistik uji yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), atau korelasi pearson antara variabel-variabel bebas. Pada uji multikolinieritas, diharapkan nilai VIF < 10, atau korelasi pearson antara variabel-variabel bebas signifikan (P-value (Sign.) < α = 5% atau 1%), sehingga asumsi multikolinieritas 62
tidak terpenuhi. Terdapat beberapa identifikasi kasus multikolineritas, yaitu: 1. Koefisien determinasi atau R-Square tinggi (R2 >0,7), tetapi tidak ada parameter / koefisien model regresi yangsignifikan. 2. Nilai korelasi antara Y dan Xj memiliki tanda yang berbeda dengan koefisien model regresi. Misalnya: rY,Xj > 0 (positif), tetapi βj < 0 (negatif). 3. Terdapat standard error dari parameter/koefisien regresi yangbernilai sangat besar .
3.7
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yangakan menghasilkan suatu
keputusan, yaitu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini (Hasan, 2006: Dengan analisa sebagai berikut : 1 . Pengujian hipotesis secara simultan a. Ho : β1, β2 = o Artinya Pelatihan dan promosi jabatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. b. H1 : Minimal satu β1, β2
0
Artinya pelatihan dan promosi jabatan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Alat uji yang digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis adalah dengan uji statistik F,
dengan ketentuan bila f hitung > f tabel , maka Ho di tolak dan Hi
diterima, begitupun sebaliknya apabila f hitung < f tabel maka Ho di terima dan H1 ditolak.
63
Maka pelatihan berpengaruh secar positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. 2. Uji Parsial a. Ho : β1,β2 = 0 Artinya hasil produksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada PT. MNC SKY VISION Tbk. b. Ha : β1,β2 > 0 Artinya hasil produksi berpengrauh secara signifikan terhadap volume penjualan PT. MNC SKY VISION Tbk. Dengan alat uji yang di gunakan untuk melakukan hipotesis adalah dengan uji t hitung regresi berganda dengan tingkat signifikan ( α ) sebesar 5 % , dengan ketentuan bila t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan H1 diterima , begitupun sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H1 di tolak. T-hitung = b sb
Sb = Se
sb = Standar error of regresion coefisien Se = Standar error of estimate
64