BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Perusahaan 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan berdiri sejak tahun 1993 dengan nama PT.Galih Estetika Merupakan pioneer pengolahan dan pengexport ubi jalar di Indonesia, terutama untuk jepang dan korea. Saat ini perusahaan juga sedang mengembangkan jenis komoditas dan produk untuk di export dan dijual dipasar dalam negeri. PT.Galih Estetika berkantor di Jalan Agung Barat 10 Blok B-3 No 16 Sunter Agung Jakarta-Utara
Indonesia dan pabrik yang beralamat di Jalan Raya Bandorasa No.103 Desa Bandorasa Wetan Cilimus Kuningan Jawa-Barat. Keseriusan PT Galih Estetika dalam mengembangkan ubi jalar terlihat dari terus meningkatnya volume dan jenis produk yang dihasilkan. Saat ini, dengan bahan baku 720 ton ubi jalar dan 600-800 staf dan pekerja, dihasilkan sebanyak 12 kontainer per bulan. Untuk menjaga dan menghasilkan kualitas bahan baku yang baik
PT Galih Estetika
giat melakukan KERMITRAAN dan
PEMBINAAN DENGAN PARA PETANI UBI JALAR, sampai saat ini tercatat sekitar 800 Petani aktif yang tersebar di wilayah Indonesia.
3.2. Pengenalan Produk PT.Galih Estetika menghasilkan produk berbagai macam bentuk jenis produk pasar lokal dan jenis produk pasar export ke Jepang. Adapun jenis produk pasar lokal adalah adonan ubi jalar beku, ubi goreng beku, ubi rebus beku,dan tepung ubi jalar. Sedangkan jenis produk pasar export ke jepang adalah tepung ubi jalar untuk industri makanan dan tepung ubi jalar untuk pakan ternak. Adapun produk yang dihasilkan PT.Galih Estetika berbagi macam ragam seperti adonan, tepung dan sawut, taiko daigaku, stick & slice, dice cut dan pakan ternak.
Selain pasta ubi jalar, pada tahun 1998
PT Galih Estetika juga
memproduksi tepung ubi jalar. Produksi tepung ubi jalar ini merupakan pemanfaatan limbah dari produksi pasta (adonan) berupa checking, kulit, dan ubi setengah matang dengan limbah akhir berupa tepung kasar sisa dari hasil pengayakan. Setelah dilakukan analisa terhadap limbah-limbah dari kedua unit produksi tersebut, diperoleh kenyataan bahwa limbah tersebut masih memungkinkan untuk diolah. Berdasarkan data tersebut maka PT Galih Estetika memandang perlu didirikannya dua unit produksi lagi, yaitu produksi pakan ternak dan kompos yang didirikan pada tahun 2000, dengan tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah-limbah. Inovasi-inovasi baru terus dilakukan untuk lebih mengembangkan perusahaan. Pada tahun 2001 didirikan satu unit produksi lagi yaitu ubi jalar goreng beku (frozen fried sweet potatoes) yang mulai merambah pasar luar negeri. Seiring dengan waktu, PT Galih Estetika pun semakin banyak menerima permintaan pasta ubi jalar. Hal tersebut berimplikasi kepada kebutuhan bahan baku ubi jalar yang juga semakin meningkat. Usaha pengadaan ubi jalar dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan petani dan membeli ubi jalar dari Bandar-bandar di wilayah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Pembelian ubi jalar dari Bandar dilakukan jika pasokan dari petani mitra kurang mencukupi untuk diproduksi. Sistem kemitraan dengan petani dilakukan di daerah Jawa Barat yaitu Kuningan, Majalengka,
Sumedang, Majalaya, Cicalengka, Garut, Bogor, Di Jawa Tengah Tegal, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, di Jawa Timur Malang, Melalui Divisi Penanaman, PT Galih Estetika juga aktif mengadakan pengembangan usaha tambahan tanpa melakukan kemitraan dengan petani. Usaha yang telah dirintis antara lain pengembangan ubi jalar varietas jinenjo dan violet, sayuran Jepang seperti kyuri, lobak, terong jepang, dan lidah buaya. Saat ini, produk ubi jalar yang dihasilkan PT Galih Estetika semakin dikenal baik di negara Jepang maupun di dalam negeri. Permintaan dari buyer negara Jepang dan industri-industri makanan
dalam negeri belum
terpenuhi seluruhnya.
3.3. Proses Produksi Proses pengolahan ubi jalar menjadi produk yang siap dijual melalui beberapa tahap. Setiap produk melalui tahapan yang sama pada awal proses, kemudian pada tahap tertentu diproses sesuai dengan produk yang diinginkan. Tahapan proses produksi secara umum adalah sebagai berikut: 1. Penimbangan I Pada
penimbangan
pertama
dilakukan
dengan
menggunakan
timbangan duduk yang berkapasitas 500 kg. Bahan baku ubi jalar langsung ditimbang pada saat akan dimulainya proses produksi untuk mengetahui berat kotor bahan baku yang digunakan.
2. Sortasi I Sortasi
pertama
dilakukan
setelah
proses
penimbangan
yaitu
memisahkan ubi jalar yang sesuai spesifikasi dengan ubi lanas, ubi busuk dan ubi yang beratnya kurang dari 200 gram untuk produksi tepung, sedangkan lebih dari 200 gram untuk produksi pasta (adonan) dan goreng. Sortasi dilakukan secara manual dengan menggunakan alat Bantu berupa baskom berkapasitas 8 kg. Ubi yang telah disortir ditampung pada penyimpanan ubi yang telah diskat yang disebut PPC 3. Pencucian I Tujuan pencucian pertama adalah membersihkan ubi jalar dari kotoran-kotoran berupa tanah yang menempel di bagian kulit ubi. Pencucian dilakukan dengan mesin cuci, dimana ubi jalar tersebut dibersihkan berdasarkan perputaran baling-baling dan gaya gesek antara ubi dengan bantuan air bersih yang mengalir melalui pipa lalu ditampung di bak mesin cuci tersebut dan bekerja secara kontinyu. Mesin cuci ubi yang digunakan terbuat dari besi berkapasitas 2 ton, pembersihan ubi dilakukan sesuai dengan bergeraknya mesin. 4. Pencucian II Pencucian kedua tujuannya untuk membersihkan dan menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel pada ubi jalar. Ubi jalar dicuci kembali menggunakan belt washer
yang bekerja secara kontinyu. Proses
pencucian cukup dengan mengalirkan air bersih melalui pipa lalu ditampung dibak bagian bawah mesin.
5. Penirisan Setelah dilakukan pencucian, ubi jalar disimpan di dalam keranjang dengan kapasitas 50-60 kg untuk ditiriskan. Proses penirisan dilakukan selama 30 menit, proses penirisan ini sangat penting untuk membantu mempercepat pengukusan. Pada proses ini telah dipisahkan ubi yang akan masuk ke pengolahan adonan/pasta dengan ubi yang akan masuk ke proses goreng. Ubi yang berukuran sedang dan besar jenis Ace akan masuk ke proses goreng. Sedangkan Ubi kecil dan sedang masuk ke proses adonan dan tepung. 6. Sortasi II Sortasi kedua dilakukan untuk memisahkan ubi afkir (busuk) yang masih tertinggal.
7. Penimbangan II Penimbangan kedua dilakukan untuk mengetahui berat bahan baku bersih yang digunakan untuk produksi. Alat timbang yang digunakan adalah timbangan duduk berkapasitas 500 kg. 8. Pengukusan Setelah ditimbang, ubi jalar lalu dikukus menggunakan steamer berkapasitas 200 kg. Ubi jalar diletakkan di atas tray (nampan) kemudian o
dimasukkan ke dalam steamer sekama 25 menit dengan temperatur 80 C. 9. Pengupasan
Setelah ubi dikukus kemudian disimpan pada tempat stok ubi matang, selanjutnya masuk ke dalam proses pengupasan. Hasil dari kupasan ini akan timbul sisa kupasan yang berupa kulit luar dan kulit dalam serta hasil kupasan. Kulit luar akan disalurkan ke bagian proses pengolahan limbah, karena dapat dijadikan bahan pakan ternak dan pellet. Kulit dalam yang bersih disalurkan ke bagian proses pengolahan tepung. Sedangkan hasil kupasan akan diproses selanjutnya menjadi adonan. 10. Insert atau Cheking Hasil kupasan tadi kemudian masih diperiksa dalam ruang cheking sehingga betul-betul terbebas dari unsure-unsur yang mengganggu warna. Sisa cheking akan disalurkan ke proses pengolahan tepung. 11. Penggilingan Setelah dipastikan bersih ubi hasil cheking akan masuk ke dalam proses penggilingan 12. Vakum Pada proses ini ubi yang telah digiling menjadi adonan kemudian dimasukkan ke dalam packing plastik untuk ditimbang. Berat ubi yang ditimbang ada dua macam yaitu 2; 2,5 ; 3 dan 5 kg. Setelah itu beri divakum 13. Perebusan (Boiling/Sterilization) Setelah ubi adonan divakum kemudian masuk ke dalam perebusan. o o Perebusan dilakukan selama 30 menit dalam air yang mendidih 96 - 100 C
14. Perendaman (Dipping/Coolingdown)
Setelah cukup direbus, ubi adonan yang telah divakum tadi diangkat o o kemudian direndam di dalam air dingin, suhu air 29 - 35 C
15. Penirisan Setelah direndam ubi ditiriskan 16. Pembekuan (Freezing) Ubi yang telah ditiriskan kemudian masuk ke dalam ruang pembekuan. Derajat pembekuan mencapai -40 Derajat 17. Sortir Setelah melalui pembekuan ubi jalar adonan tadi akan disortir dari kemungkinan masuknya benda asing berupa logam melalui Metal Detector. 18. Pengepakan Setelah lolos dari metal detector, ubi adonan akan dikemas dalam proses packing box. Pengepakan ada dua macam, 5 kg/box dan 20 kg/box
19. Shipping Adonan ubi yang telah dipacking kemudian disimpan dalam Cold Storage sambil menunggu pengiriman (ekspor). Seting suhu cold storage o 18 C
Proses tepung dimulai setelah proses pengupasan 1. Penghancuran/ Penggilingan Proses penghancuran ubi jalar sekaligus membentuk ubi menjadi bentuk silinder dengan diameter 3 mm. Di dalam grinder terdapat komponen
cooper (pisau) yang berbentuk baling-baling untuk menghancurkan ubi. Setelah itu ubi akan melalui screw sehingga ubi yang dihasilkan berbentuk silinder yang keluar dari lubang yang memiliki ukuran mesh 3mm. Proses ini bertujuan untuk memperluas permukaan bahan sehingga dapat mempercepat pengeringan. 2. Pengeringan I Setelah melalui proses penghancuran, ubi akan dikeringkan selama 1 jam padan suhu 90o C menggunakan oven. Ubi disimpan di atas tray dengan ukuran mesh nya 12. Oven ini berkapasitas 1 ton. Sebelum proses pengeringan selesai, ubi jalar dibalikkan agar proses pengeringannya merata. Apabila ada ubi yang gosong akibat pengeringan yang tidak merata maka akan langsung dibuang. 4. Pengeringan II Pengeringan kedua dilakukan dengan menggunakan rotary drum dryer selama 45 menit pada suhu 100
o
–
o 125 C. Ubi dimasukkan ke dalam drum
yang berputar dengan kecepatan tertentu berkapasitas 1 ton. Pada pengeringan dengan rotary drum dryer terjadi perpindahan panas secara konduksi dari plat baja ke dalam ubi jalar. 5. Pendinginan Proses pendinginan dilakukan agar suhu ubi menjadi turun. Apabila ubi tidak didinginkan dulu maka akan merusak mesin penggiling. Pendinginan dilakukan di udara terbuka dengan ditampung di bak penampung
selama 15 menit untuk memudahkan dalam penggilingan. Kapasitas bak penampung ubi yang telah dikeringkan adalah 100kg. 6. Penggilingan Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan pin and disc mill, dimana ubi dihancurkan berdasarkan gaya pukul dan gaya gesek. Kedua disc berputar berlawanan arah dan pin menyentuh bahan dengan gaya impact. Ubi yang telah digiling dialirkan dengan pompa melalui pipa ke mesin pengayak. 7. Pengayakan Pengayakan tepung ubi jalar menggunakan mesin rotary bowel screen yang berputar dan bergoyang dengan kecepatan tertentu. Tepung halus ditampung menggunakan baskom stainless steel (untuk produk ekspor) sedangkan untuk produk local tepung halus langsung dimasukkan atau ditampung menggunakan karung yang dilapisi plastik pada bagian dalamnya, dimana sebelumnya proses ini melalui magnetic metal supaya tidak ada besi ataupun logam berat pada tepung ubi jalar tersebut. Pada bagian bawah bowl terdapat ayakan berukuran 80 mesh yang dilengkapi pegas ( untuk produk ekspor) dan ayakan berukuran 60 mesh yang dilengkapi pegas (untuk produk local). Tepung ubi yang masih kasar akan kembali digiling sehingga jumlah tepung kasar yang tersisa seminimal mungkin. Proses penggilingan dan pengayakan ini berlangsung secara kontinyu. 8. Pengisian
Pengisian tepung ubi jalar ke dalam kemasan dilakukan dengan segera. Kemasan yang digunakan adalah plastik polyethylene (PE) yang berkapasitas 5 kg (untuk produk ekspor) dan yang berkapasitas 25 kg (untuk produk local). Proses pengisian dilakukan secara manual dengan bantuan sendok penyiduk. 9. Penimbangan III Setelah
proses
pengisian,
dilakukan
penimbangan
untuk
menyeragamkan berat netto. Alat yang digunakan adalah timbangan pegas dengan kapasitas 20 kg (untuk produk ekspor) dan timbangan duduk dengan kapasitas 50 kg (untuk produk local). 10. Perekatan Perekatan kemasan menggunakan mesin plastic sealer yang bekerja karena adanya energi panas plastik. Plastik polyethylene dapat tertutup dengan mudah oleh panas (untuk produk ekspor) sedangkan untuk produk local penutupan kemasan dilakukan dengan mesin jahit karena kemasan sekunder pada produk local berupa karung plastik.
11. Pendeteksian Logam Pendeteksian logam dilakukan untuk mendeteksi adanya logam berat yang terdapat dalam produk jadi. Alat yang digunakan adalah metal detector yang bekerja berdasarkan sensor sinar. Apabila produk tepung ubi jalar mengandung logam berat maka pada tepung ubi jalar tersebut dilakukan test uji ulang.
12. Pengepakan Untuk produk ekspor, pengepakan dilakukan menggunakan carton box (kardus). Carton Box tersebut berkapasitas 20 kg (untuk 4 kemasan) sedangkan untuk produk local, pengepakan dilakukan dengan menggunakan karung plasdtik yang berkapasitas 25 kg. 13. Penyimpanan Penyimpanan produk tepung ubi jalar di PT Galih Estetika menggunakan kontainer tertutup yang terbebas dari sinar matahari. Hal ini bertujuan agar produk yang dikemas plastik tidak cepat mengalami o o kerusakan. Suhu di dalam kontainer adalah suhu kamar (35 - 37 C)
Untuk pengolahan ubi jalar goreng dimulai dari proses penirisan, kemudian pengupasan 1. Pengupasan Ubi sortiran yang mempunyai kriteria berat minimal 200 gram dikupas kulitnya dengan pisau.
2. Perajangan/pengirisan Setelah bersih barulah diiris dengan bentuk tertentu. Pengirisan dilakukan manual. Penggunaan mesin dihindari karena bentuk ubi yang tidak beraturan. Sekurang-kurangnya ada tiga pola pemotongan yaitu Segitiga, Segiempat, dan Segilima. Volume masing-masing tergantung permintaan dari
buyer. Potongan yang terbentuk harus sesuai dengan ukuran standar jadi. Bentuk produk yang telah jadi adalah diamond. Pada tahap ini ubi telah siap digoreng. Terkadang ubi tidak bisa langsung digoreng. Pasalnya jumlah yang ada relatif masih sangat sedikit dan akhirnya terpaksa menunggu sampai banyak. Bila terjadi seperti itu maka dilakukan perendaman dalam air. Cara tersebut mencegah penampilan buruk. Contohnya, keluar getah yang menyebabkan ubi berwarna kehitaman. Namun perlakuan perendaman tidak boleh lebih dari 6 jam. Sisa potong dari perajangan ini dapat diolah menjadi tepung. 3. Penggorengan Selanjutnya dilakukan penggorengan dengan menggunakan alat penggorengan berbentuk wajan. Di dalam telah dimasukkan minyak kedelai sebagai bahan penggoreng. Berbeda dengan cara menggoreng umumnya, ubi tersebut hanya dicelup saja dalam minyak. Dengan temperatur penggorengan o mencapai 150 C, lama penggorengan hanya 5 menit.
Ubi yang digoreng beratnya maksimal 30 kg. Setelah ubi digoreng o dengan rata-rata suhu 97 C dengan pre cooling suhu ubi setelah digoreng
akan turun sehingga mengurangi beban kerja pembekuan oleh mesin pembeku IQF (Individual Quick Freezing). Tujuan lain dari tahap ini adalah mengefektifkan fungsi pembekuan dan menghindari terjadinya kenaikan suhu pada ruang pembeku, serta meniriskan sisa minyak saat penggorengan. 4. Pembekuan
Pembekuan produk dilakukan dengan system pembekuan cepat artinya pembekuan yang menggunakan suhu yang sangat rendah sehingga produk dapat membeku pada waktu yang cukup singkat. Waktu yang diperlukan 40 o
sampai 47 menit dari mulai masuk IQF pada suhu – 20 C. Lama waktu dipengaruhi oleh suhu terendah yang biasa dicapai oleh IQF dan kecepatan yang dipasang. 5. Pengemasan Tahap pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik LDPE. Produk dikemas dalam plastik dengan berat 2,5 kg dan 5 kg (tergantung permintaan
buyer).
Penimbangan
dilakukan
secara
manual
dengan
timbangan listrik kemudian dikelim atau diseal dengan Impulse sealer sambil ditekan untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam box, produk dalam kemasan plastik dilewatkan pada alat detector logam untuk mendeteksi terbawanya logamlogam lain dalam kemasan produk dan kemudian dimasukkan ke dalam box karton. Pengemasan box menggunakan Lack Band yang dimaksudkan untuk merekatkan bagian atas karton. Penyiapan sementara dilakukan untuk menunggu produk diekspor ke negara tujuan dan untuk menunggu kapasitas yang telah ditetapkan terpenuhi, o
produk disimpan dalam Cold Storage dengan suhu –20 C.
3.4 Kegiatan Perusahaan
3.4.1. Struktur Organisasi Struktur Organisasi PT Galih Estetika berbentuk garis dan staf, yaitu garis otoritas berlangsung dari bagian puncak ke bagian bawah. Hubungan otoritas atas dengan bawahan berjalan sesuai dengan struktur yang berlaku, dimana direktur memegang kekuasaan tertinggi dalam mengambil keputusan dan menyampaikan kepada bagian yang dibawahnya untuk dilaksanakan. Untuk manajemen pusat berdomisili di Jakarta, sedangkan untuk unit produksi pengolahan tepung ubi jalar ini dipimpin oleh manajer pabrik yang bertanggung jawab ke pusat di Jakarta. 3.4.2. Manajemen dan Uraian Kerja Pengelolaan perusahaan merupakan salah satu cara ang dilakukan untuk memperlancar proses produksi sehingga perusahaan mampu mengontrol semua kegiatan yang berlangsung. Pengaturan bertujuan agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan tugas dan wewenang pada setiap fungsi jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi.
1. Direktur Direktur perusahaan bertugas untuk memimpin, mengatur, mengarahkan dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang berlangsung di perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga mengevaluasi hasil kerja perusahaan
dan menetapkan kebijaksanaan untuk meningkatkan efisiensi masing-masing
jabatan,
mengambil
tindakan-tindakan
yang
rasional dan mengawasi setiap kegiatan agar proses produksi berjalan lancar. 2. Manajer Personalia Manajer Personalia membawahi 2 (dua) kepala bagian yakni Kepala Bagian Urusan Dalam dan Kepala Bagian Urusan Luar. Selain itu membawahi secara langsung satpam perusahaan. Manajer personalia bertugas untuk mencatat semua laporan mengenai keuangan dan administrasi perusahaan sebagai bahan laporan kepada direktur perusahaan. Selain itu bertugas juga memeriksa surat-surat yang masuk dan keluar, pembayaran pajak, listrik, air, dan lainlain. Manajer Personalia berwenang dalam menentukan jumlah tenaga kerja yang diperlukan, proses pengajuan penambahan atau pengurangan karyawan dan penerimaan karyawan baru. Selain itu manager personalia berwenang mengatur waktu kerja lembur, istirahat dan waktu libur bagi tenaga kerja. Setiap hari manager personalia bertugas memeriksa laporan kejadian yang menyangkut keamanan dari satpam perusahaan.
Kepala Bagian Urusan Dalam Kepala Bagian Urusan Dalam bertugas melayani tamu-
tamu perusahaan, seperti tamu dari Departemen Perdagangan
dan Industri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Perpajakan dan lain-lain.
Kepala Bagian Urusan Luar Kepala Bagian Urusan Luar bertugas mengurusi hal-hal
yang menyangkut perizinan perusahaan, izin kendaraan dan lain-lain. 3. Manajer Accounting & Finance Yang membidangi pembendaharaan anggaran, akuntansi & pajak. Fungsi dan tugasnya : a. Penganggaran - Menentukan strategi pengalokasian anggaran untuk divisi dan kantor perusahaan. - Mengendalikan secara terpadu seluruh rencana anggaran perusahaan (termasuk penyertaan saham), guna mencapai target performasi keuangan perusahaan. b. Akuntansi Membuat system pencatatan dan pembukuan untuk menyusun neraca konsolidasi dan statisti keuangan. c. Pajak Menghitung, melaporkan dan menyusun laporan pajak tahunan, serta membuat rekonsiliasi fiskal tahunan. 4.
Manajer Penanaman
Manajer Penanaman bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengatur sistem penanaman. Manajer Penanaman menentukan apakah akan dilakukan sistem kontrak lahan atau kontrak harga. Pengawas Penanaman bertugas untuk mengawasi buruh (petani) yang
bekerja
dilapangan.
Pengawas
menentukan
metode
penanaman apa yang akan dipakai, kapan mulai tanam dan mulai panen. Pengawas melaporkan segala hal yang menyimpang dari ketentuan, baik itu menyangkut kinerja buruh maupun metode penanaman yang digunakan. 5. Manajer Pabrik Manajer Pabrik bertanggung jawab langsung kepada direktur.
Tugasnya
adalah
menyusun
rencana
produksi,
memperbaiki sistem produksi dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh hasil prosuksi, fasilitas serta peralatan yang digunakan. Manajer pabrik PT Galih Estetika ini membawahi 10 (sepuluh) Kepala Bagian yaitu Kepala Bagian Product Planning Control (PPC), Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Pasta Ubi Jalar, Kepala Bagian Produksi Tepung Ubi Jalar, Kepala Bagian Produksi Goreng Ubi Jalar, Kepala Bagian Produksi Kompos dan Pakan Ternak, Kepala Bagian Sanitasi, Kepala Bagian Logistik, dan Kepala Bagian Laboratorium. 1. Kepala Bagian Product Planning Control (PPC)
Tugas
dan
wewenang
Kepala
Bagian
PPC
adalah
merencanakan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi berdasarkan jumlah produk yang telah dihasilkan. Selain itu Kepala Bagian PPC menentukan jumlah buruh yang dibutuhkan berdasarkan target produksi yang ingin dicapai. 2. Kepala Bagian Pemasaran Kepala
Bagian
Pemasaran
bertugas
untuk
mengontrol
kelancaran supply produk yang masuk pasar, mengadakan penelitian pasar, menentukan jumlah dan daerah pemasaran. Kepala
Bagian
Pemasaran
bertanggungjawab
trhadap
pemasaran produk dan melakukan promosi produk untuk meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap produk. 3. Kepala Bagian Produksi Pasta, Tepung Ubi Jalar, Goreng Ubi Jalar, Kompos dan Pakan ternak Masing-masing
Kepala
Bagian
Produksi
tersebut
bertanggungjawab kepada manajer pabrik. Tugasnya adalah mengawasi
dan
mengontrol
proses
produksi
secara
keseluruhan, termasuk pengawasan terhadap buruh selama menjalankan aktivitasnya. 4. Kepala Bagian Maintenance Tugas dan wewenang kepala bagian Maintenance adalah menentukan kebijakan perawatan dan pemeliharaan mesin-
mesin
produksi,
pemeliharaan
kendaraan
pabrik
dan
menentukan pemeliharaan lingkungan pabrik sehingga selalu dapat tertata baik dan serasi. 5. Kepala Bagian Sanitasi Kepala Bagian Sanitasi bertugas mengawasi sanitasi dan higiene buruh, ruang produksi dan peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses produksi. Selain itu Kepala Bagian sanitasi mengawasi sanitasi bahan baku serta prosuk jadi dan bekerjasama dengan kepala pengendalian kualitas untuk pemeriksaan lebih lanjut apabila terdapat hal-hal yang menyimpang. 6. Kepala Bagian Logistik Kepala Bagian Logistik bertugas mengkoordinasikan dan mengawasi persediaan perlengkapan untuk produksi dan perlengkapan rumah tangga pabrik lainnya.
7. Kepala Bagian Laboratorium Kepala Bagian Laboratorium bertugas untuk menganalisa setiap komponen kimia berhubungan dengan kualitas bahan baku maupun produk jadi.
Masing-masing Kepala Bagian Produksi membawahi Kepala Pengendalian Kualitas. Kepala Pengendalian Kualitas ini bertugas mengawasi mutu bahan baku dan produk jadi, mengawasi proses pembuatan produk agar memenuhi syarat keamanan pangan dan mengawasi proses distribusi produk serta kondisi produk saat sampai ditangan konsumen.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskritif yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematik, perbandingan dan akurat mengenai alokasi biaya overhead pabrik antara Traditional Costing dan Activity Based Costing (ABC). Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah berupa studi kasus yang terjadi pada perusahaan manufacturing atau pabrikasi.
C. Definisi Operasional Variabel Adapun Definisi Operasional Variabel terdiri dari: 1.
Biaya overhead adalah merupakan bahan baku tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya lainnya yang tidak dapat secara nyaman diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang secara spersifik , atau istilah lainnya tanggungan pabrik , beban produksi, beban pabrik dan biaya produksi tidak langsung..
2.
Sistem Tradisional adalah system penentuan harga pokok
tradisional
dengan
menggunakan
tarif
overhead
untuk
beberapa
departemen yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk atau jasa berdasarkan volume output. 3.
Activity Based Costing adalah penentuan biaya produk
yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas kemudian dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dengan cara yaitu : 1. Penelitian lapangan. Penulis dalam melakukan penelitian lapangan dengan melakukan ke objek yang diteliti, yaitu perusahaan, melakukan pengumpulan data dokumen yang berupa faktur, jurnal dan laporan-laporan. 2, Penelitian Kepustakaan. Selain
penelitian
lapangan
melakukan
penelitian
dengan
mengumpulkan data dari kepustakaan yang berupa buku-buku yang
berkaitan dengan objek penelitian, dari website dan beberapa literature tentang akuntansi dan manajemen biaya. E. Jenis Data 1.
Data Primer
Data primer yang digunakan berupa wawancara & observasi lapangan. 2. Data Sekunder Data
sekunder
yang
digunakan
berupa
data
Laporan
Keuangan
Perusahaan tahun 2008. F. Metode Analisis Data Metode Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah analisi deskriptif kuantitatif dan analisi deskriptif kualitatif : 1. Analisis deskritif kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan cara melakukan perhitungan dan perbandingan antara alokasi biaya overhead pabrik menggunakan tradisonal system dan ABC System dengan mengetahui efesiensi dan efektif yang diperoleh apabila perusahaan menggunakan alokasi biaya pabrik dengan menggunakan system ABC. 2. Analisis deskritif kualitatif yaitu analisa yang memungkinkan diperoleh gambaran tentang bagaimana komparatif alokasi overhead pabrik menurut tradisional dan ABC yang dikaitkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan masalah tersebut BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Tradisional pada PT Galih Estetika
4.1. Pengklasifikasian Biaya Dalam memperoleh informasi biaya yang tepat dan akurat PT.Galih Estetika melakukan penggolongan biaya-biaya produksinya berdasarkan kelompok-kelompok
biaya
yang
sesuai
dengan
transaksinya
yang
menyebabkan biaya tersebut terjadi. Elemen-elemen biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi. Penggolongan biaya yang dilakukan oleh PT.Galih Estetika adalah biaya bahan baku yang merupakan biaya bahan baku utama yang diperlukan untuk membuat produksi pasta/ubi jalar beku. Pengelompokkan biaya bahan baku itu sendiri adalah bahan baku ubi itu sendiri dan Kemasan kantung plastik transparan dari bahan LDPE (Low Density Polyethilene). Plastik yang digunakan merupakan pengemas primer karena berhubungan langsung dengan produk, sedangkan pengemas sekundernya berupa fiberboard box yang dibuat dari jenis karton bergelombang. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah yang dibayarkan oleh perusahaan setiap bulannya kepada tenaga kerja bagian produksi. Besarnya upah ini berdasarkan dengan UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku 55 didaerah pabrik ditambah dengan upah lembur yang dibayarkan setiap ada
perintah lembur, dapat dilihat dari daftar gaji yang dikeluarkan oleh bagian personalia yang bertanggungjawab atas pembayaran gaji karyawan pada bagian produksi masing-masing. Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya tidak langsung, antara lain biaya tenaga tidak langsung serta biaya-biaya yang secara tidak langsung lainnya seperti biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, pemakaian listrik, air dan biaya overhead lainnya. Keseluruhan biaya overhead yang dikeluarkan PT.Galih Estetika yang dapat dibagi menjadi Direct dan Indirect Overhead. Direct overhead adalah biaya overhead yang dapat langsung diidentifikasikan ke setiap departemennya sesuai dengan pemakaian sumber daya yang dilakukan oleh departemen tersebut, misalnya operational exp, factory goods, packing. Elec, pam, oil, repair, licent fee, export exp & depresiasi. Indirect Overhead adalah biaya overhead yang tidak dapat secara langsung diidentifikasikan ke setiap departemen, oleh karena itu dalam hal mendistribusikan ke setiap departemen digunakan dasar distribusi yang merata untuk setiap departemennya, misalnya stationery, repair, transport, travel, communicate, Elec, Pam, salary staff, bank charge, interest, jamsostek, tax exp other, general exp, interest on time deposit & claim. Tabel 4.1 PT.Galih Estetika Klarifikasi Biaya Produksi Periode Tahun 2008 Klarifikasi Biaya Produksi :