BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian
1.
Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri 5 Karanganyar yang beralamat di Jln. Lawu No. 368, Karanganyar pada kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Waktu Penelitian
2.
Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Tahap penelitian disajikan pada Gambar 3.1. Bulan keJenis Kegiatan Penelitian
(tahun pelajaran 2015/2016) 01 02 03 04 05 06 07
1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pengajuan judul skripsi b. Penyusunan proposal c. Penyusunan instrumen d. Seminar proposal penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian a. Uji coba instrumen penelitian b. Menganalisis hasil uji coba c. Merevisi instrumen penelitian d. Penentuan sampel e. Penerapan metode f. Pengambilan data pembelajaran 3. Tahap Penyelesaian Penelitian a. Analisa data b. Penyusunan draf c. Pengetikan skripsi d. Pelaksanaan ujian dan revisi Gambar 3.1. Waktu Penelitian skripsi
26
(tahun pelajaran 2013 / 2014)
27 B. Rancangan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang dipelajari, penelitian termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu (Quasi experimental research). Metode tersebut digunakan karena banyak subjek penelitian yang tidak dapat dikontrol atau dikendalikan (Darmadi, 2011). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam penelitian dengan memberi perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok-kelompok eksperimen. Rancangan penelitian adalah Post-test Only Nonequivalent Control Group Design. Kelas pertama sebagai kelas kontrol, kelas kedua sebagai kelas eksperimen satu, kelas ketiga sebagai kelas eksperimen dua, dan kelas keempat sebagai kelas eksperimen tiga. Kelas kontrol tidak diberikan treatment (perlakuan) atau tetap menggunakan pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru. Kelas eksperimen satu diberi treatment berupa penerapan model pembelajaran LC 5E disertai mind map. Kelas eksperimen dua diberi treatment berupa penerapan model pembelajaran LC 5E. Kelas eksperimen tiga diberi treatment berupa penerapan teknik mind map. Kelompok-kelompok selanjutnya diberi posstest (Sugiyono, 2012). Data primer diolah dan dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran LC 5E, metode mind map, maupun LC 5E disertai Mind Map terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar. Rancangan penelitian disajikan pada Tabel. 3.1. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Posttest Only Nonequivalent Control Group Design Kelompok
Treatment
Posttest
Kontrol
X1 X2 X3
O1
Eksperimen
O2
Keterangan: X1: Perlakuan kepada kelompok eksperimen satu X2: Perlakuan kepada kelompok eksperimen dua X3: Perlakuan kepada kelompok eksperimen tiga O1: Tes akhir yang diberikan kepada kelompok kontrol O2: Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen satu, dua, dan tiga
28 Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa model pembelajaran LC 5E, metode Mind Map, serta LC 5E disertai Mind Map dengan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi-demonstrasi terhadap variabel terikat yang berupa hasil belajar siswa tertuang dalam paradigma penelitian. Skema paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.
X0
Y
X1
Y
X2
Y
X3
Y
X
Y1 Y2 Y3 Y1 Y2 Y3 Y1 Y2 Y3 Y1 Y2 Y3
X0Y1 X0Y2 X0Y3 X1Y1 X1Y2 X1Y3 X2Y1 X2Y2 X2Y3 X3Y1 X3Y2 X3Y3
Gambar 3.2. Hubungan Fungsional Antar Variabel Keterangan: X : Pembelajaran X0 : Pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi X1 : Model pembelajaran LC 5E X2 : Metode pembelajaran mind map X3 : Model pembelajaran LC 5E disertai mind map Y : Hasil Belajar Biologi Y1 : Hasil belajar biologi siswa ranah kognitif Y2 : Hasil belajar biologi siswa ranah afektif Y3 : Hasil belajar biologi siswa ranah psikomotor X0Y1 : Hasil belajar ranah kognitif siswa menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah disertai diskusi dan presentasi. X0Y2 : Hasil belajar ranah afektif siswa menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah disertai diskusi dan presentasi.
29 X0Y3 X1Y1 X1Y2 X1Y3 X2Y1 X2Y2 X2Y3 X3Y1 X3Y2 X3Y3
: Hasil belajar ranah psikomotor siswa menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah disertai diskusi dan presentasi. : Hasil belajar ranah kognitif siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E : Hasil belajar ranah afektif siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E : Hasil belajar ranah psikomotor siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E : Hasil belajar ranah kognitif siswa menggunakan mind map. : Hasil belajar ranah afektif siswa menggunakan mind map : Hasil belajar ranah psikomotor siswa menggunakan mind map : Hasil belajar ranah kognitif siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E disertai mind map : Hasil belajar ranah afektif siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E disertai mind map : Hasil belajar ranah psikomotor siswa menggunakan model pembelajaran LC 5E disertai mind map
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Penelitian Sugiyono (2012) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 8 kelas. 2.
Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang dijadikan objek penelitian (Darmadi, 2011). Sugiyono (2012) menambahkan bahwa sampel yang diambil dari populasi tersebut harus bersifat representatif agar penarikan kesimpulan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel dalam penelitian terdiri dari empat kelas, yaitu kelas VIII H sebagai kelompok kontrol, kelas VIII A sebagai kelompok perlakuan satu, kelas VIII B sebagai kelompok perlakuan 2, dan kelas VIII G sebagai kelompok perlakuan tiga.
30
D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian adalah cluster sampling. Cluster sampling merupakan cara pengambilan sampel di mana unit sampelnya berupa kumpulan atau kelompok (cluster) unit observasi. Anggota populasi dibagi dalam beberapa kelompok, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel pada kelompok terpilih (Somantri & Muhidin, 2006). Kelompok sampel dalam populasi penelitian adalah kelas VIII yang berjumlah 4 kelas. Tiap kelas berpeluang sama sebagai sampel kemudian empat kelas terpilih sebagai kelas kontrol, kelas eksperimen satu, dua, dan tiga. Sebelum pengambilan sampel dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui bahwa sampel memiliki karakteristik yang sama dalam rata-rata nilai hasil belajar. Pengujian dilakukan dengan uji anava pada data sekunder yang berupa dokumen hasil ulangan tengah semester genap mata pelajaran IPA. Tabel 3.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif Awal Kolmogorov-Smirnova Ltabel Data Awal Kelas Hasil (0.050,32) df Sig. Statistic L Nilai Ujian VIIIA 0,108 32 0,00 0,154 >0,050 Tengah Semester VIIIB 0,088 32 0,200 0.154 >0,05, Genap VIIIG
0,143
33
0,84
0,152
>0,050
VIIIH
0,144
31
1,03
0,156
>0,050
Keputusan H0 diterima, Data Normal H0 diterima, Data Normal H0 diterima, Data Normal H0 diterima, Data Normal
Perbandingan nilai ujian tengah semester dapat diketahui melalui uji anava. Salah satu syarat uji anava adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas data kemampuan awal siswa untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan α = 0,050 dan dibantu program SPSS 16. Jika nilai Sig. dari uji normalitas lebih besar dari α (Sig.>0,050) dan nilai Lhitung
31 terdistribusi normal (Budiyono, 2009). Hasil uji normalitas nilai kemampuan awal untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan pada Tabel 3.2 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai sig.>0.050 dan nilai Lhitung
0,050 dan nilai Fhitung
Hasil uji
homogenitas nilai kemampuan awal disajikan pada Tabel 3.3 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 3.3. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif Awal Levene Data Awal ’s Levene F(0.050,3,12 Keterangan Keputusa df1 df2 Statisti ’s Sig. n 4) c (F) 3 124 0.202 2.68 Sig.>0.05 H0 diterima Nilai Ujian 1.562 Homogen Tengah Semester Genap Pengolahan data pada Tabel 3.3 tersebut menunjukkan bahwa nilai Sig.>0,050 dan nilai Fhitungs
Hal ini
menunjukkan bahwa nilai akhir kemampuan awal memiliki variansi yang sama atau tidak berbeda nyata atau bersifat homogen. Jika data dinyatakan homogen maka dilanjutkan uji anava untuk mengetahui kesetimbangan keempat kelas dengan H0 diterima dinyatakan bahwa tiap kelas memiliki mean yang tidak berbeda nyata. Sebaliknya jika H1 diterima dinyatakan bahwa tiap kelas memiliki mean yang berbeda nyata.
Hasil uji kesetimbangan dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
32 Tabel 3.4. Hasil Uji Kesetimbangan Antarkelas Sampel Uji Anava F(α,df) Fhitung df Sig. Keterangan (0.05,127) Satu Jalan Nilai Ujian Fhitung < Tengah 1,097 127 0,353 2,68 F(α,df) Semester Sig. >0,050 Genap
Keputusan Uji H0 Ditolak
Hasil uji anava satu jalan menunjukkan sig.>0,050 dan Fhitung
Variabel penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a.
Variabel Bebas Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang menjadi
sebab munculnya variabel terikat (Darmadi, 2011). Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan adalah pembelajaran dengan model LC 5E, teknik mind map, dan model LC 5E disertai mind map. b.
Variabel Terikat Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel
yang
kehadirannya dipengaruhi oleh variabel bebas (Darmadi, 2011). Variabel terikat dalam penelitian adalah hasil belajar biologi siswa ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut : a.
Metode tes
33 Metode tes merupakan prosedur sistematik di mana individual yang di tes dihadapkan pada suatu set stimuli jawaban yang dapat ditunjukkan dalam angka. Pertanyaan dalam tes dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pencapaian (tes prestasi) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif yaitu menyangkut penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu (Darmadi, 2011). Tes berupa tes objektif yaitu bentuk pilihan ganda. b.
Metode Non Tes 1) Metode pengamatan (observasi) Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian yang digunakan untuk
mengukur tingkah laku siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan alat peraga pada waktu mengajar serta keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung (Sudjana & Ibrahim, 2010). Teknik observasi ini digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotorik dan afektif serta keterlaksanaan rancangan pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh observer, guru, dan peneliti dengan melakukan checklist (√) pada lembar observasi. Skala yang digunakan pada lembar observasi adalah numerical rating scale dengan skala 1 sampai dengan 5 (Sugiyono, 2012). 3.
Teknik Penyusunan Instrumen
a.
Pengukuran Ranah Kognitif Menurut Widoyoko (2008) pengukuran ranah kognitif dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik tes.
Beberapa langkah telah dilakukan untuk
menyusun instrumen ranah kognitif. Langkah pertama adalah pemilihan materi berdasarkan kurikulum sesuai dengan kompetensi dasar. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah kognitif agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan
34 indikator yang diharapkan. Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup enam tingkatan kemampuan kognitif menurut Anderson dan Krathwohl (2010) yaitu C1 (mengingat), C2 (mengerti), C3 (mengaplikasikan),
C4
(menganalisis), C5 (menilai), dan C6 (mencipta). Tingkatan C5 (menilai) dan C6 (mencipta) tidak dapat terakomodasi melalui instrumen pilihan ganda sehingga instrumen penelitiannya menggunakan bentuk soal uraian. Langkah selanjutnya adalah menyusun item soal ranah kognitif. Instrumen ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan reliabilitas. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba tes. Hasil dari uji coba tersebut kemudian dianalisis butir soalnya mencakup validitas dan reliabilitasnya. Jika item soal tes tidak valid maka butir soal yang tidak valid diperbaiki melalui keputusan ahli, kemudian dilakukan tes ulang (retest) untuk butir soal yang tidak valid. Item diuji lagi dengan uji tingkat kesukaran item dan uji daya pembeda item soal. Instrumen yang telah melalui semua pengujian tersebut kemudian siap digunakan sebagai postest. b.
Pengukuran Ranah Afektif Pengukuran ranah afektif menggunakan Lembar observasi dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap sikap siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh siswa dengan memberikan checklist (√) pada angket. Lembar observasi afektif menggunakan skala penilaian (rating scale). Beberapa langkah telah dilakukan untuk menyusun instrumen ranah afektif. Langkah pertama adalah pemilihan kompetensi dasar berdasarkan kurikulum yang diterapakan di sekolah. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah afektif agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi sesuai dengan indikator yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah menyusun item pernyataan lembar observasi afektif. Instrumen ini kemudian diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan reliabilitas oleh pakar. Instrumen yang telah melalui semua pengujian tersebut kemudian siap digunakan sebagai penilaian penampilan atau penilaian hasil belajar ranah afektif. c.
Pengukuran Ranah Psikomotorik.
35 Pengukuran ranah psikomotor menggunakan lembar observasi dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi terhadap keterampilan dan penampilan siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh observer, guru, dan peneliti dengan melakukan checklist (√) pada lembar observasi. Lembar observasi psikomotorik menggunakan skala penilaian (rating scale). Langkah pertama penyusunan instrumen ranah psikomotorik adalah pemilihan kompetensi dasar berdasarkan kurikulum yang diterapakan di sekolah. Langkah kedua adalah penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran ranah psikomotorik agar instrumen menjadi lebih spesifik dan terarah. Langkah ketiga adalah pembuatan alat ukur sesuai indikator yang dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi sesuai dengan indikator yang diharapkan. Selanjutnya instrumen diuji kesahihan itemnya dengan uji validitas dan reliabilitas oleh pakar. Instrumen yang telah melalui semua pengujian tersebut kemudian siap digunakan sebagai penilaian penampilan atau penilaian hasil belajar ranah psikomotorik. F. Validasi Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Validitas merupakan mutu penting dari setiap tes. Validitas merupakan ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya (Darmadi, 2011). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan meliputi uji validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas instrumen tes dan lembar observasi dilakukan dengan cara mencocokkan antara isi instrumen dengan indikator pembelajaran dan materi pelajaran yang diajarkan (Sudjana & Ibrahim, 2010). Hal tersebut dilakukan agar soal tes dan lembar observasi yang digunakan dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran, yaitu mampu mengukur hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Uji validitas konstruk instrumen dilakukan dengan menguji kesesuaian instrumen dengan aspek dari variabel yang diukur. Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2012).
36 Setelah dilakukan pengujian validitas isi dan konstruk oleh ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba (try out) dilakukan pada sampel dari populasi penelitian. Sugiyono (2012) menyatakan bahwa jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Uji coba instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur validitas instrumen yang berbentuk tes hasil belajar pada ranah kognitif dan afektif, sedangkan pengujian validitas untuk ranah psikomotorik cukup sampai validitas isi dan konstrak. Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson menurut (Arikunto, 2010). rxy =
N xy x y {N x
2
x }{N y 2 y } 2
2
Keterangan : Rxy :koefisien korelasi antara x dan y n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i Y : skor total (dari subyek try out) Jika harga rhitungrtabel maka item pertanyaan dinyatakan valid. Nilai rXY kemudian digunakan dalam perhitungan uji t. Uji t digunakan karena responden yang digunakan dalam pengujian instrumen merupakan sampel, sehingga diperlukan generalisasi ke dalam populasi agar dapat dianggap mewakili seluruh karakteristik yang ada dalam populasi (Muhidin & Abdurrahman, 2009). Uji t dilakukan dengan rumus Riduwan (2004) yaitu: thitung = r
XY
N 2
1 rXY
2
Keterangan : t : nilai t menurut perhitungan uji t rXY :koefisien korelasi antara x dan y N : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) Langkah selanjutnya adalah melihat distribusi (Tabel t) untuk taraf signifikansi (α) = 0.05 dan derajad kebebasannya (dk= N-2). Perbandingan tersebut menghasilkan keputusan uji yaitu jika thitung
37 sedangkan jika thitung>ttabel, maka item soal dapat dinyatakan sebagai soal yang valid. Hasil pertama uji validitas soal test kognitif disajikan dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Try Out Soal Tes Kognitif Instrumen Keputusan Uji Validitas Jumlah Item Penelitian Valid Invalid Soal Tes Kognitif 15 8 7 Berdasarkan hasil try out pertama dapat diketahui bahwa hasil uji validitas soal test kognitif menunjukkan dari jumlah soal 15 item hanya valid 8 item soal, sedangkan yang 7 item soal invalid. Soal-soal yang invalid kemudian di tes ulang setelah dilakukan peninjauan dari ahli. Hasil dari tes ulang menunjukkan semua soal valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap walaupun diteskan berulang-ulang (Arikunto, 2010). Riduwan (2004) menyatakan bahwa reliabilitas instrumen tes yang memberikan jawaban yang benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 dapat diukur menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) sebagai berikut: 2 k S pq r11 S2 k 1
Reliabilitas item angket dihitung dengan menggunakan rumus Alpha (Riduwan, 2004), yaitu: r11=
n n 1
2 Si 1 2 St
Keterangan: r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan k = Banyaknya item S = Standar deviasi dari tes p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
38 ∑pq ∑ Si2 St2
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total Jika harga r11
dikatakan tidak reliabel, dan sebaliknya jika r11>rtabel maka item pertanyaan dinyatakan reliabel. Indeks korelasi yang digunakan sebagai acuan tingkat reliabilitas instrumen dapat dilihat pada acuan penilaian reliabilitas dari butir soal atau item dilihat dari nilai r11 menurut Riduwan (2004) dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6. Skala Penilaian Reliabilitas Butir Soal atau Item. No Skala r11 Keterangan 1 Antara 0,80sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi (ST) 2 Antara 0,60sampai dengan 0,799 Tinggi (T) 3 Antara 0,40sampai dengan 0,599 Cukup (C) 4 Antara 0,20sampai dengan 0,399 Rendah (R) 5 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (SR) Hasil uji reliabilitas soal test reliabilitas terangkum dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Try Out Soal Tes Kognitif Instrumen Keputusan Uji Jumlah Item Penelitian Reliabilitas Soal Tes Kognitif 15 0,699
Kriteria Reliabilitas Tinggi
3. Analisis Butir Soal a. Uji Taraf Kesukaran Soal Arikunto (2010) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal dinyatakan dalam Indeks Kesukaran (P). Indeks Kesukaran (P) diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
P
B Js
Keterangan : P : Indeks Kesukaran B : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item JS : Jumlah selurus siswa peserta tes
39 Indeks kesukaran diklasifikasikan oleh Arikunto (2010:210) menjadi tiga tingkatan yang dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Skala Penilaian Indeks Kesukaran Butir Soal atau Item No Skala P Kategori Soal 1 Antara 0,10 sampai dengan 0,30 Sukar 2 Antara 0,30 sampai dengan 0,70 Sedang 3 Antara 0,70 sampai dengan 1,00 Mudah Hasil uji taraf kesukaran try out soal test kognitif terangkum dala Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Rangkuman Uji Tingkat Kesukaran soal try out Try out Kriteria Kesukaran Jumlah Soal Valid Mudah Sedang Pertama 8 5 6 Kedua (retest) 15 4 8
Sukar 4 3
Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui bahwa dari hasil tryout menunjukkan jika dari 15 butir soal terdapat 4 soal mudah, 8 soal sedang dan 3 soal sukar. b. Daya Pembeda Soal Soal yang baik memiliki kemampuan untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa berkemampuan tinggi disebut Indeks Diskriminasi (D). D diperoleh dengan rumus (Arikunto, 2010) sebagai berikut: BA BB = P A - PB JA JB Keterangan : J : Jumlah peserta tes JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar
D=
40 Penilaian daya pembeda butir soal menurut Arikunto (2010) dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10. Skala Penilaian Daya Pembeda Butir Soal No Nilai D Keterangan 1 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 jelek (poor) 2 Antara 0,20 sampai dengan 0,40 cukup (satisfactory) 3 Antara 0,40 sampai dengan 0,70 baik (good) 4 Antara 0,70 sampai dengan 1,00 baik sekali (excellent) 5 Negatif sangat jelek dan butir soal dibuang Hasil uji daya beda soal tryout terangkum dalam Tabel 3.11. Tabel 3.11. Rangkuman Uji daya beda soal try out Try out Kriteria Kesukaran Jumlah Soal Negatif Jelek Cukup Baik Valid Pertama 8 0 0 4 4 Kedua 15 0 1 9 5 (retets)
Baik Sekali 0 0
Berdasarkan Tabel 3.11 diketahui jika saat retest dari 15 butir soal terdapat 1 soal jelak, 9 soal cukup, dan 5 soal baik. G. Teknis Analisis Data 1.
Uji Prasyarat
a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Budiyono, 2009). Uji normalitas data untuk kelas kontrol dan eksperimen dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan α = 0,050 dan dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. H1 dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal. Jika nilai sig. dari uji normalitas lebih besar dari α (sig.>0,050), maka H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
41 b.
Uji Homogenitas Uji
homogenitas
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
variansi
antarkelompok dari data yang diperoleh antar kelompok yang diuji berbeda atau tidak (Budiyono, 2009). Homogenitas data menggunakan uji Levene’s dengan α = 0,05 dan dibantu program SPSS 16. H0 dinyatakan bahwa tiap kelas memiliki variansi yang sama (homogen). H1 dinyatakan bahwa tiap kelas tidak memiliki variansi yang sama. Keputusan untuk uji ini adalah jika nilai sig. dari uji homogenitas lebih besar dari α (sig.>α), maka H0 diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa data homogen (Muhidin & Abdurrahman, 2009). Data yang diharapkan adalah data dengan variansi yang homogen. 2.
Uji Hipotesis Hipotesis nihil (H0) pertama dalam penelitian menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara penerapan model pembelajaran LC 5E dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. H1 pertama menyatakan bahwa ada perbedaan antara penerapan model pembelajaran LC 5E dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. Hipotesis nihil (H0) kedua dalam penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan metode mencatat mind map dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. H1 pertama menyatakan bahwa ada perbedaan antara penerapan metode mencatat mind map dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. Hipotesis nihil (H0) ketiga dalam penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara penerapan model pembelajaran LC 5E disertai metode mind map dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun
42 pelajaran 2015/2016. H1 kedua menyatakan bahwa ada perbedaan antara penerapan model pembelajaran LC 5E disertai metode mind map dengan penerapan pembelajaran konvensional metode ceramah-diskusi-presentasi terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis anava satu jalan yang dibantu program SPSS 16. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah tingkat signifikansi (α) = 0,050. H0 ditolak jika signifikansi probabilitas sig.<0,050. Kriteria tersebut juga berlaku untuk sebaliknya, jika signifikansi probabilitas sig.>0,050, maka H0 diterima (Budiyono, 2009). H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Tahap
Langkah-langkah
Prosedur operasional
43 Penyusunan proposal
Perencanaan
Perlakuan
Analisis
Tahap perencanaan meliputi penyusunan proposal penelitian, mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan Pembuatan RPP pembelajaran dan silabus yang mengimplementasikan model pembelajaran LC Penyusunan 5E, mind map, dan model LC 5E disertai mind instrumen dan map, serta mempersiapkan instrumen berupa validasi instrumen perangkat pengumpulan data. Tahap perlakuan adalah tahap pemberian perlakuan terhadap subjek penelitian sekaligus tahap dimana peneliti mengambil data yang diperlukan dari subjek penelitian. Tahap perlakuan meliputi pengadaan kegiatan belajar mengajar di kelas kontrol berupa pembelajaran model direct instruction metode ceramahdiskusi-presentasi-demonstrasi, kelas eksperimen tiga dengan penerapan model pembelajaran LC 5E, kelas eksperimen dua dengan mind map, kelas eksperimen satu dengan penerapan model pembelajaran LC 5E disertai mind map. Fase engagement dilakukan dengan kegiatan tanya jawab yang memungkinkan munculnya pertanyaan dari guru maupun siswa sehingga muncul aktivitas bertanya, menjawab, dan beropini. Fase exploration dilakukan dengan Penerapan model kegiatan praktikum yang terdiri dari kegiatan pembelajaran LC merancang percobaan secara tertulis dan 5E pada kelas melakukan percobaan. Fase explanation ekserimen satu, dilakukan dengan menulis laporan percobaan mind map pada sebagai bentuk komunikasi tertulis dan kelas eksperimen presentasi kelas sebagai bentuk komunikasi lisan. dua, dan model LC Fase elaboration dilakukan dengan diskusi 5E disertai mind lingkup kelas yang memunculkan pertanyaanmap pada kelas pertanyaan baru. Fase evaluation dilakukan eksperimen tiga dengan mengerjakan soal. Terdapat empat observer dalam kelas yang terbagi untuk mengamati keterlaksanaan sintaks model pembelajaran, penilaian psikomotor dan afektif, lalu diadakan posttest untuk mendapat Posttest nilai yang digunakan dalam analisis data. Organisasi data Tahap analisis dilakukan setelah mendapatkan data komunikasi yang dinilai berdasarkan hasil Analisis data observasi yang tertuang dalam lembar-lembar observasi. Analisis dilakukan dengan Kesimpulan dan menggunakan program SPSS 16. Tahap ini pelaporan dilakukan sampai dengan penyusunan laporan.
Gambar 3.4. Prosedur Penelitian