BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Penelitian ini menganut tipe deskriptif yang merupakan suatu cara penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.64 Penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian
peneliti,
tetapi
belum
ada
kerangka
teoritis
untuk
menjelaskannya. Penelitian deskriptif sering disebut sebagai penelitian yang insight stimulating karena peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti baru mengamati objeknya, menjelajah dan menentukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan.65 Peneliti ini memerlukan kualifikasi yang memadai, dimana peneliti harus memiliki sifat yang reseptif, harus selalu mencari, bukan menguji, serta harus memiliki kekuatan integrative dan kekuatan untuk memadukan berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran. 66 64
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009 hal 24
65
Ibid, hal 26
66
Ibid, hal 26
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jadi penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis) tapi juga memadukan (sintesis) dan tidak hanya melakukan klasifikasi, tetapi juga mengorganisasi.67
3.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena topik yang akan dibahas dan diungkapkan oleh peneliti menuntut peneliti untuk menjadi instrument kunci, apalagi ketika peneliti menggunakan teknik pengumpulan datanya adalah observasi partisipasi, peneliti harus terlibat penuh dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian. David Williams (1995) dalam Meleong68, mengatakan penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah. Pada metode kualitatif arah dan fokus penelitian ialah membangun data dari data dan fakta, mengembangkan sintesa interaksi dan teori-teori yang dibangun dari fakta-fakta mendasar (graounded) mengembangkan
67
Ibid, hal 26
68
Ibid, Hal 5
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengertian, dan sebagainya. Berarti tiap langkah mengutanakan proses, apa adanya dan tanpa dibatasi norma-norma, rumus dan sebagainya. Creswell (1994) dalam Raymond Tambunan 69, menyarankan agar peneliti merumuskan terlebih dahulu asumsi-asumsi dasar metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tetap konsisten dengan sejumlah aturan umum dari pendekatan kualitatif sehingga jalannya penelitian sesuai dengan tujuan dan kerangka metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus secara mendalam, intensif, mendetail dan komprehensif. Dalam pendekatan ini berbagai variabelnya ditelaah dan ditelusuri, termasuk kemungkinan hubungan antarvariabel yang ada, oleh karena itu penelitian ini bisa jadi melahirkan pernyataan yang bersifat eksplanasi. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok untuk fenomena yang terjadi di kehidupan nyata dan hasilnya tidak dapat dimanipulasi. Peneliti terjun langsung dalam melakukan penelitian ini sebagai partisipan dalam komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien dalam waktu 3 bulan dan fokus pada RSUP Dr Cipto Mangun Kusumo sebagai tempat studi penelitian.
69
Raymond Tambunan, Kualitatif, http;//rumahbelajarpsikologi.com, diakses pada tanggal 14.07.2013 pukul 20:05
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3
Nara Sumber Dalam sebuah penelitian dibutuhkan narasumber sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian adalah 5 Dokter dengan kategori 5 orang dokter spesialis kulit dan kelamin yang praktek di Departemen Kulit dan Kelamin masing-masing divisi dengan hari praktek paling banyak dan rata-rata pasien per hari diatas 10 orang di RSUP Dr Cipto Mangunkusumo. Pada pendekatan kualitatif, jumlah sample tidak perlu besar, namun purposiveness, dapat berwujud sistem bola salju, analisis isi, histografi, dan biographicalevidence. 70 Pengambilan narasumber penelitian ini menggunakan teknik purpossivise sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat tertentu dan saat ini terus menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu sesuai dengan tujuan penelitian dengan kriteria : 1. 5 Orang dokter dengan kategori 5 dokter spesialis ( spesialis kulit dan kelamin yang praktek di masing-masing divisi Departemen Kulit dan Kelamin ) yaitu 3 dokter PPDS yang bertugas di Poli Kulit dan Kelamin RSCM Pemerintah dan 2 dokter spesialis kulit dan kelamin yang bertugas di RSCM Kencana dengan hari praktek paling banyak
70
Lukas S. Musiarto, 2002, Perbedaan pendekatan kuantitaf dengan pendekatan kualitatif dalam metode penelitian, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No 2, Akses data pada puslit.petra.ac.idjournalspdf, Download pada 15.07.2013
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
di masing-masing poli dan rata-rata pasien per hari diatas 10 orang di RSUP Dr Cipto Mangun Kusumo. Informan diambil dari departemen kulit dan kelamin karena menurut survey yang dilakukan oleh Humas RSUP Dr Cipto Mangunkusumo departemen kulit memiliki fasilitas lengkap dengan pelayanan komunikasi dan reputasi terbaik pada survey Juli 2013. Dan Departemen Kulit dan Kelamin memberikan berbagai macam pelayanan, mulai dari pengobatan penyakit, bedah, sampai perawatan kecantikan. Diasumsikan informasi yang dapat digali oleh peneliti dapat beragam serta memahami pola masing-masing komunikasi dengan kasus dan permasalahan pasien yang dihadapi berbeda-beda. 2. Pasien dengan kriteria pasien baru, lama dan repeat yang melakukan pemeriksaan pada kurun waktu studi kasus berjalan yaitu 3 bulan dan melakukan pemeriksaan pada dokter yang dijadikan sebagai informan untuk mengimbangi informasi yang diperoleh. Informan pasien dibatasi 5 orang. 5 orang pasien yang diwawancara adalah pasien dengan keluhan penyakit yang berbeda-beda dan yang ditangani oleh informan dokter. Diharapkan penulis dapat menggali feedback dari pasien mengenai komunikasi yang telah dilakukan pada saat pemeriksaan, apakah cukup atau justru pasien pasif dan hanya meng“iyakan” saja apa kata dokter dan sebaliknya begitu juga dengan dokter yang hanya memeriksa lalu menulis resep dan selesai.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.4
Definisi konsep Definisi konsep yang digunakan peneliti adalah konsep-konsep yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien di RSUP Cipto Mangun Kusumo dalam membangun reputasi tenaga medis. Dimana konsep-konsep tersebut diambil dari tataran tinjauan pustaka, adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Komunikasi Antar Pribadi Dalam pengertian yang lebih popular, komunikasi antarpribadi biasanya juga di analog-kan menjadi bentuk komunikasi yang tidak menggunakan alat media teknologi seperti media massa, televisi, radio dan lain-lain. Pola komunikasi dokter dan pasien merupakan hal yang tergolong
unik.
Hal
tersebut
karena
didalamnya,
permasalahan
interpersonal tidak dibahas secara mendalam. Semua orang mengetahui bahwa pasien hanya akan berkonsultasi ke dokter
saat mereka sakit
sehingga komunikasi yang mungkin terjadi hanya akan muncul pada satu kesempatan itu saja. Apabila dilihat secara lebih akademis, merujuk pada definisi DeVito komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dan langsung mendapat feedback (dyadic). Dalam hubungan komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien tergolong pada hubungan dyadic tatap muka langsung antara dua dan feedback yang diberikan bisa diterima secara langsung. 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Reputasi Reputasi secara harfiah berasal dari kata Latin “reputatio” yang artinya “menilai”/ “mengevaluasi”. Dalam kamus Oxford, “reputation” didefinisikan sebagai “the general opinion about a person or a thing” (opini umum tentang seseorang atau sesuatu). Mengacu pada kerangka teori, penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam tentang reputasi personal dokter melalui komunikasi antarpribadi dengan pasiennya. Reputasi Personal Reputasi personal merupakan penghargaan dimata masyarakat terhadap penampilan, nilai-nilai utama dan perilaku atau tindakan dari diri seseorang. Reputasi personal mencerminkan persepsi publik terkait dengan tindakan-tindakan seseorang yang telah berlalu dan prospek diri di masa mendatang. Proses komunikasi antar pribadi akan selalu terjadi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh diri individu yang terlibat dalam komunikasi yaitu perasaan, emosi, kepercayaan, kepribadian juga termasuk pemahaman seseorang. Nyamankah dia berbagi rahasia tentang dirinya? Mampukah dia bercerita kepada dokter tentang apa yang dirasakannya? Atau apakah dengan si pasien bercerita justru akan membuatnya terlihat bodoh? Percayakah dokter kepadanya? Mampukah dokter memahami dirinya sebagai seorang individu? Setelah berkonsultasi, apakah dokter akan memberikan berita buruk tentang penyakitnya? Percayakah dia pada 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dokter itu? Mempercayai adalah tindakan penerimaan informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah dan benar. Dengan komunikasi antar pribadi yang efektif ikatan psikologis antara dokter dengan pasien akan terbentuk melalui keterbukaan, kepercayaan, kepedulian dan rasa saling mengerti antara kedua pihak dimana
hal tersebut
merupakan
faktor
pembentuk image
yang
akumulasinya pada reputasi positif.
3.5
Fokus Penelitian Penelitian ini fokus pada komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh profesional kesehatan (tenaga medis) dalam hal ini dokter kepada pasiennya, dimana komunikasi tersebut haruslah mampu mempersuasi, mengedukasi
dan
mengintepretasi
komunikan
mengenai
masalah
kesehatan/ penyakit yang sedang diderita. Ditinjau dari hakikat komunikasi itu sendiri, tujuan komunikasi, fungsi, media hingga proses komunikasi yang didalamnya terdapat hambatan komunikasi yang dapat mengganggu proses penyampaian pesan atau tercapainya kesepahaman makna antara dokter dengan pasien. Dimana perkembangan dalam komunikasi antarpribadi ada 5 tahapan yaitu : 71
71
Joseph A Devito, Komunikasi Antar Manusia Edisi Lima, Professional Books, 1997, hal. 233
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Kontak, merupakan tahap awal hubungan komunikasi antarpribadi yang diindikasikan dengan keinginan untuk berkomunikasi antara kedua belah pihak. Dimana dalam hubungan komunikasi salah satu pihak membuka topik pembicaraan dengan kalimat sapaan dan cenderung berbasa-basi.
Membuka komunikasi, dengan kalimat sapaan, gesture tubuh seperti senyum, jabat tangan, lambaian tangan.
Keramahan,
dengan
menanyakan
“Apakabar”,
kabar
keluarga.
Keterbukaan, keinginan untuk terbuka ditandai dengan respon/feedback.
b. Keterlibatan, tahap ini ada pengenalan lebih jauh, ketika seseorang mengikatkan diri untuk lebih mengenal dan mau mengungkapkan diri.
Intensitas
komunikasi,
dilihat
dari
lamanya
interaksi/pertemuan.
Pemahaman Informasi kedua pihak, kedua pihak saling mengerti satu dengan yang lainnya.
Keterlibatan kedua belah pihak, dilihat melalui keaktifan komunikasi berjalan dua arah.
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Keakraban, primary relationship yang terjalin dimana kedua belah pihak pada taraf memahami dan muncul rasa nyaman serta percaya.
Topik yang biasa dibicarakan.
Pemahaman
karakteristik
masing-masing
individu,
kemampuan kedua individu untuk menyesuaikan diri, kedua pihak mengekspresikan emosi secara psikologis, empati, kepedulian, keinginan untuk terus berinteraksi dan bersama.
Persepsi, tingkat kepercayaan, kenyamanan kedua pihak.
d. Perusakan, merupakan tahap melemahnya hubungan komunikasi antarpribadi.
Ketidakpuasaan, ketidaksepahaman dan satu pengertian apa yang dikomunikasikan.
e. Pemutusan, tahap ini terjadi pasca pemeriksaan apabila terdapat komplain dan menjadi kasus hukum.
Tidak ada rasa percaya, nyaman dan respect dari salah satu pihak dan merasa dirugikan dengan komunikasi yang dilakukan..
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fokus penelitian ini juga ingin mengetahui impact dari komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dokter dengan pasien dalam pengaruhnya terhadap penilaian pasien tersebut, yang berkaitan dengan pengalaman pasien dalam berinteraksi dengan dokter yang pada akhirnya membentuk citra positif maupun negatif dan secara keseluruhan akan berdampak pada reputasi tenaga medis dalam hal ini personal dokter. Dimana reputasi yang terbentuk merupakan gabungan dari berbagai komponen dan nilai yang berpengaruh pada reputasi personal dokter tersebut. Secara lebih detail digambarkan melalui diagram di bawah ini : 72
Penilaian eksternal Latar belakang pendidikan Pengalaman
Persepsi
Opini
Harapan Kepuasan REPUTASI PERSONAL
Indikator yang membentuk reputasi personal
Penilaian Internal Kompetensi Pengalaman
Kompetensi
Citra personal
Personal
Kemampuan komunikasi yang baik Pemenuhan kebutuhan dan harapan
72
John Doordley, Reputation Management, New York : Rotledge Taylor Francis Group, 2007, hal.4
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Melalui penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui lebih dalam feedback yang diberikan komunikan dalam hal ini pasien yang dijadikan sampel penelitian, respon dan reaksi pasien terhadap informasi yang diberikan kepada mereka oleh dokter. Dan seberapa besar tingkat pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan dokter kepadanya, serta pemahaman makna yang berakhir pada kepuasan komunikasi tersebut apakah berpengaruh terhadap persepsi, opini dan citra pada dokter (tenaga medis) yang menanganinya, dimana pada akhirnya akan membentuk reputasi yang dibangun dari unsur-unsur komunikasi tersebut terutama pada komunikasi antar pribadi.
3.6
Teknik Pengumpulan Data Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan cara mencari referensi dari
berbagai sumber baik itu buku, media online, mewawancarai pasien terdahulu/staf pelayanan kesehatan yang terlibat langsung dalam proses komunikasi kesehatan. 3.6.1 Data Primer 1. Wawancara 73 Menurut Moleong, wawancara adalah percapakan dengan maksud tertentu, yang dilakukan kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan pada penelitian 73
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010 hal 15
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini bersifat mendalam (indepht interview), dimana wawancara dilakukan secara tidak terstruktur yang bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteriktik social-budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dsb) responden yang dihadapi. Wawancara ditujukan kepada dokter dan pasien di RSUP Dr Cipto Mangunkusumo sehingga peneliti dapat menggali informasi, mengetahui, memahami secara mendalam komunikasi antar pribadi yang terjadi. 3.6.2 Data Sekunder 1. Studi Kepustakaan 74 Menurut Moleong, kajian pustaka adalah pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang relevan dengan masalah penelitian. Sedangkan fungsi dari studi kepustakaan adalah : 75 a. Menyediakan kerangka konsep atau kerangka teori untuk penelitian yang direncanakan b. Menyediakan informasi penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan 74
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010 hal 15
75
Ibid,. hal 17
63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Memberikan rasa percaya diri pada diri peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi dan konsep yang berhubungan dengan penelitian yang telah tersedia. d. Memberikan informasi tentan metodologi penelitian e. Menyediakan temuan-temuan dan kesimpulan penelitian yang dapat dihubungkan dengan kesimpulan kita. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan acra membaca, melihat, atau mendengar. Data tersebut meliputi mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini, company profile, struktur organisasi, informasi lain yang berasal dari website puskesmas, dinas kesehatan. Buku-buku yang digunakan sebagai referensi adalah buku ilmu komunikasi, komunikasi kesehatan,
manajemen reputasi,
penelitian kualitatif serta berkaitan dengan manajemen krisis public relations. 3.7
Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif di dalam Bogdan & Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orange lain. 76 Di pihak lain, analisis data kualitatif Seiddel prosesnya berjalan sebagai berikut : 77 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan,memilah-milah, mengklasifikasikan, mengsintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan makna pola hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. Secara umum teknik analisis data mencakup : 78 1. Reduksi data
Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
76
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998, hal 34
77
Ibid,. hal 38
78
Ibid,. hal 42
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sesudah satuan diperoleh langkah selanjutnya adalah koding. Membuat koding berarti memberi kode pada setiap ‘satuan’ agar dapat ditelusuri data/satuannya bersumber darimana.
2. Kategorisasi
Menyusun kategori. Kategorisasi adalah memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan
Setiap kategori diberi nama yang disebut label.
3. Kesimpulan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang disampaikan diawal didukung oleh datadata yang didapat pada saat pengumpulan adata yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat kredibel.
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.8
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Menurut Moleong, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah setiap keadaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : 79 1. Mendemonstrasikan nilai yang benar 2. Menyediakan agar hal itu dapat diterapkan. 3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusankeputusannya. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (tringulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai jenuh. Tringulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu. Selain itu, tringulasi menurut Sugiyono yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Tringulasi yang digunakan berupa tringulasi sumber, yang berarti membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
79
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, CV Alfabetha, 2005, hal 102
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Teknik triangulasi tersebut dapat dicapai dengan cara : 80 1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Setelah seluruh data diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang telah
ditentukan,
data-data
tersebut
dihimpun
untuk
mempelajari
dan
dikategorikan berdasarkan komunikasi dokter dengan pasien dalam membangun reputasi tenaga medis dalam penelitian ini komunikasi yang terjadi di RS Cipto
80
Ibid, Sugiyono, hal 104
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mangun Kusumo. Kemudian data dideskripsikan secara kualitatif sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk untuk mengetahui, memahami dan menggambarkan secara mendalam proses komunikasi dokter dengan pasien dalam membangun reputasi tenaga medis.
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/