BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Secara sistematis gambaran umum dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
40
41
3.2. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan asosiatif. Menurut Nazir (2003, p. 54) penelitian asosiatif yaitu metode untuk mencari korelasi atau hubungan kausal( menanyakan apakah ada hubungan atau pengaruh terhadap variabel independent mempengaruhi variabel dependent). Tabel 3. 1. Rancangan penelitian Tujuan
Jenis
Metode
Penelitian
Penelitian
Penelitian
T-1
Asosiatif
Survey
T-2
T-3
T-4
T-5
Asosiatif
Asosiatif
Asosiatif
Asosiatif
Survey
Survey
Survey
Survey
Unit Analysis
Time horizon
Pegawai Pusat
Cross
Kemenag RI
Sectional
Pegawai Pusat
Cross
Kemenag RI
Sectional
Pegawai Pusat
Cross
Kemenag RI
Sectional
Pegawai Pusat
Cross
Kemenag RI
Sectional
Pegawai Pusat
Cross
Kemenag RI
Sectional
Keterangan: (T-1) Untuk mengetahui dan pengaruh budaya organisasi (X) mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y). (T-2) Untuk mengetahui pengaruh orang sebagai dimensi Budaya Organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y).
42
(T-3) Untuk mengetahui pengaruh struktur sebagai dimensi Budaya Organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y). (T-4) Untuk mengetahui pengaruh teknologi sebagai dimensi Budaya Organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y). (T-5) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sebagai dimensi Budaya Organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government (Y). Variabel Penelitian Terdapat dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel X
: Budaya Organisasi
2. Variabel X1
: Orang
3. Variabel X2
: Struktur
4. Variabel X3
: Teknologi
5. Variabel X4
: Lingkungan
6. Variabel Y
: Keberhasilan Pengembangan e-Government
7. Variabel Y1
: Perbaikan Kualitas Pelayanan
8. Variabel Y2
: Meningkatkan Transparansi Kontrol dan Akuntabilitas
9. Variabel Y3
: Mengurangi Biaya Administrasi, Relasi, dan Interaksi
10. Variabel Y4
: Memberikan Peluang Mendapatkan Sumber Pendapatan
Baru 11. Variabel Y5 : Menciptakan Suatu Lingkungan yang Dapat Secara Tepat dan Cepat Menjawab Berbagai Permasalahan 12. Variabel Y6 : Memberdayakan Masyarakat Sebagai Mitra Pemerintah
43
3.3. Perilaku Organisasi Definisi Konseptual: Menurut Cushway dan Lodge (2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara pegawai berprilaku. Menurut Haris dan Moran (1991) faktor utama dari budaya organisasi adalah Perilaku yang berkembang dalam organisasi. Menurut Keith Davis & John W. Newstroom (1985:152), perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang bertindak di dalam organisasi. Unsur pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungantempat organisasi beroperasi.
Definisi Operasional: Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan atau pengaruh antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep. Pengukuran perilaku organisasi dilihat dari alat ukur yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi perilaku organisasi dari Keith Davis & John W. Newstroom (1985:152), yaitu Orang (yaitu makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup
44
untuk melayani organisasi), Struktur (struktur menentukan hubungan resmi orangorang dalam organisasi. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan
mereka
efektif), Teknologi (teknologi
menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan), Lingkungan (Lingkungan luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan menimbulkan persingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan).
3.4.1. Keberhasilan Pengembangan e-Government Definisi Konseptual: Pemerintah federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government secara ringkas, padat dan jelas, e-Government mengacu kepada penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui internet atau biasanya disebut World Wide Web.
Definisi Operasional: Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan atau pengaruh antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep. Dua negara besar yang terdepan dalam mengimplementasikan konsep eGovernment, yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair (dalam
45
indrajit. 2002), secara terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-Government bagi suatu negara adalah: 1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal kinerja efektifitas dan efisiensi diberbagai bidang kehidupan bernegara. 2. Meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan
dalam
rangka
penerapan
konsep
Good
Corporate
Governance. 3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktifitas sehari-hari. 4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan
baru
melalui
interaksinya
dengan
pihak-pihak
yang
berkepentingan. 5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat dan cepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada. 6. Memberdayakan
masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai
mitra
pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis. ( Indrajit, 2004:5) Pengukuran manfaat e-Government didasarkan pada keberhasilan pengembangan e-Government, keberhasilan dapat dicapai bila pemanfaatan dari e-Government dapat dirasakan oleh organisasi yang dalam hal ini dari e-Government.
46
3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Struktural Equation Modeling (SEM) Menurut Bagozzi dan Fornel (dalam Gozali, 2005) Struktural Equation Modeling (SEM) adalah generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan atau pengaruh antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai
keseluruhan
model.
Hair,
Black,
Anderson,
Tatham
(1998)
mendefinisikan SEM sebagai suatu teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor, untuk mengetimasikan serangkaian hubungan yang bersifat simultan. Sedang menurut Solimun (2002), SEM adalah teknik analisis terintegrasi antara analisis faktor konfirmatori, analisis path, dan model struktural. Tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda, analisis faktor), menurut Bollen (dalam Gozali, 2005) SEM dapat menguji secara bersama-sama: 1. Model struktural Hubungan antara konstruk (variabel laten/unobserved/variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indicator atau proksi untuk mengukurnya) independen dan dependen. 2. Model measurement Hubungan (nilai loading) antara indicator dengan konstruk (variabel laten).
47
Digabungkannya
pengujian
model
struktural
dan
pengukuran
tersebut
mengunkinkan peneliti untuk : 1. Menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari SEM. 2. Melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Langkah–langkah yang harus dilakukan dalam proses SEM adalah sebagai berikut (Gozali, 2005): 1. Konseptualisasi model Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis (berdasarkan teori) sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten lainnya, dan juga dengan indicator-indikatornya. 2. Penyusunan diagram alur (path diagram) Penyusunan
diagram
alur
ini
akan
memudahkan
kita
dalam
memvisualisasi hipotesis yang telah kita ajukan dalam konseptualisasi model di atas. 3. Spesifikasi model Tahap ini merupakan tahap penggambaran sifat dan jumlah parameter yang diestimasi; analisis data tidak dapat dilakukan sampai tahap ini selesai.
48
4. Identifikasi model Pada tahap identifikasi model, informasi yang diperoleh dari data diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model. 5. Estimasi parameter Pada tahap ini, estimasi parameter untuk suatu model diperoleh dari data karena program LISREL maupun AMOS berusahan untuk menghasilkan matriks kovarians berdasarkan model yang sesui dengan kovarians matriks sesungguhnya. Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari dari nol. 6. Penilaian model fit Suatu model dikatakan fit apabila kovarians motriks model adalah sama dengan kovarians matriks data. Model fit dapat dinilai berdasarkan dengan menguji berbagai index fit yang diperoleh dari LISREL (RMSEA, RMR, GFI, CFI, TLI, NFI, dll). 7. Modifikasi model Setelah dilakukan penilaian model fit, model penelitian diuji untuk menentukan apakah modifikasi model diperlukan karena tidak fitnya hasil yang diperoleh pada penilaian model fit. 8. Validasi silang model Validasi silang model adalah menguji fit tidaknya model terhadap suatu data baru (validasi sub-sampel yang diperoleh melalui prosedur pemecahan sampel).
49
Banyak sekali software yang menawarkan SEM. Salah satu yang beredar di pasaran LISREL, AMOS, EQS, ROMANO, SEPATH, dan LISCOMP. LISREL (Linear Struktural Relationship) merupakan satu-satunya program SEM yang paling banyak digunakan dan dipublikasikan pada berbagai jurnal ilmiah pada berbagai disiplim ilmu ( Austin dan Calderon dalam Gozali, 2005).
3.6
Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan adalah “Budaya organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government pada Kementerian Agama RI Pusat, Jakarta. ” Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini akan dituangkan ke dalam bentuk hipotesis statistik berikut: 1. Untuk X terhadap Y Ho : Budaya organisasi tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernmen.t H1 : Budaya organisasi mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment. 2. Untuk X1 terhadap Y Ho : Dimensi Orang tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment. H1 : Dimensi Orang mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment.
50
3. Untuk X2 terhadap Y Ho : Dimensi Struktur tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment. H1 : Dimensi Struktur mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment. 4. Untuk X3 terhadap Y Ho : Dimensi Teknologi tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government. H1 : Dimensi Teknologi mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment. 5. Untuk X4 terhadap Y Ho : Dimensi Lingkungan tidak mempengaruhi keberhasilan pengembangan e-Government. H1 : Dimensi Lingkungan mempengaruhi keberhasilan pengembangan eGovernment.
3. 7 Populasi dan Sampel Adapun karakteristik subjek penelitian sebagai berikut : 1. Pegawai Kementerian Agama RI Pusat. 2. Pegawai tetap (berstatus Pegawai Negeri Sipil), hal ini bertujuan agar para pegawai telah mengenal lingkungan kerjanya, dapat merasakan dan
51
menghayati pekerjannya maupun segala sesuatu yang terdapat di lingkungannya. Jumlah pegawai pada Kementerian Agama RI Pusat adalah 3485 dengan jumlah sebaran sebagai berikut : Tabel 3. 2. Jumlah Sebaran Pegawai Kementerian Agama RI Pusat RI
No
Unit Eselon 1
Jumlah
1
Sekretariat Jenderal
557
2
Dirjen Pendis
614
3
Dirjen Bimas Islam
474
4
Dirjen Bimas Kristen
353
5
Dirjen Bimas Katolik
322
6
Dirjen Bimas Hindu
224
7
Dirjen Bimas Budha
210
8
Inspektorat Jenderal
300
9
Badan Litbang dan Diklat
183
10
Dirjen Haji dan Umrah
248
Jumlah
3485
3. 7. 1 Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah teknik dimana memilih secara acak sebagian dari sub populasi yang dijadikan sebagai responden, mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. (Sugiarto, 2003)
52
Dalam menentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian tidak ada aturan yang berlaku umum, namun ada empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Derajat keseragaman populasi. 2. Presisi yang dikehendaki. 3. Rencana analisis. 4. Tenaga, biaya, dan waktu.
3. 7. 2 Jumlah Sampel Ukuran sampel dalam penelitian ini didaptkan dengan menggunakan rumus yang diungkapkan Slovin (dalam Fathurrahman, 2008 : 75) untuk mendapatkan jumlah sampel minimal. Adapun rumusnya sebagai berikut : n=
N 1 + Ne²
Bagan 3. 2. Rumus Sampling
Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai presisi yang diharapkan atau ditentukan peneliti Populasi dari penelitian ini, yaitu pegawai Biro PINMAS yang sesuai dengan karakteristik sampel berjumlah 30. Dari populasi pegawai Biro PINMAS yang berjumlah 3485, dengan nilai presisi 0,1 didapatkan sampel minimal 98 orang. Menurut Ghozali (2005) merekomendasikan bahwa ukuran sample 100 sampai dengan 200 harus digunakan untuk metode SEM bila lebih dari 400 responden LISREL akan sangat sensitif. Dengan demikian peneliti mengambil sampel
53
sejumlah 160 orang dan dianggap dapat mewakili populasi. Sebaran sampel responden sebagai berikut: Tabel 3. 3. sebaran sample responden Kementerian Agama RI Pusat
No
Unit Eselon 1
Jumlah
1
Sekretariat Jenderal
33
2
Dirjen Pendis
40
3
Dirjen Bimas Islam
18
4
Dirjen Bimas Kristen
8
5
Dirjen Bimas Katolik
10
6
Dirjen Bimas Hindu
5
7
Dirjen Bimas Budha
6
8
Inspektorat Jenderal
15
9
Badan Diklat
11
10
Dirjen Haji dan Umrah
14
Jumlah
160
Litbang
dan
54
3. 7. 3. Uji signifikansi Hasil rs yang didapat kemudian diuji signifikansinya dengan menggunakan rumus:
t = rs
n−2 1 − rs2
Kriteria uji yang digunakan yaitu : Tolak H0 jika thit > ttabel. Dengan taraf kepercayaan 95% untuk penelitian ini nilai ttabel = 1. 96 didapatkan dari tabel ttabel . Selain itu, untuk mendapatkan gambaran tentang dimensi pada masing-masing variabel digunakan analisis deskriptif untuk setiap variabelnya
3. 8 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian survey adalah wawancara, kuesioner, dan observasi (Soeratno, 1995). 1. Wawancara Wawancara
merupakan
suatu
komunikasi
dari
seseorang
untuk
mendapatkan informasi yang diinginakannya. Wawancara akan memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar apabila digunakan untuk sampel yang cukup besar. Selain itu tidak mudah u8ntuk menemui para responden. Tetapi dengan wawancara, dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap.
55
2. Kuesioner Kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan satu set pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden dan responden merecord jawaban yang diberikan pada kuesioner tersebut. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data yang efisien ketika peneliti mengetahui secara pasti kebutuhan apa yang diharapkan dan bagaimana mengukur variabel yang diteliti. Menurut arikunto (1998), keuntungan penggunaan kuesiner adalah sebagai berikut: •
Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
•
Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
•
Dapat dijawab oleh reponden menurut kecepatannya masingmasing, dan menurut waktu senggang responden.
•
Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu dalam menjawab.
•
Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden dapat diber pertanyaan yang benar-benar sama.
Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan penulisan dan penyusunan penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik: 1. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang disebarkan di Kementerian Agama RI RI. Terdapat dua buah kuesioner yang akan
56
disebarkan,
yaitu
Budaya
organisasi
dan
kuesioner
Keberhasilanpengembangane-Government. 2. Selain kuesioner, data yang kami dapatkan diperoleh dengan mempelajari literature dan ketentuan peraturan pemerintah yang berlaku serta terkait dengan pembuatan penelitian ini. Literatur yang berupa peraturan terkait yang bisa didapatkan di situs resmi Kementerian Informasi dan Komunikasi, dll.
3. 9 Alat Ukur Penelitian Penelitian ini menggunakan dua buah alat ukur, yaitu alat ukur mengenai perilaku organisasi dan alat ukur mengenai keberhasilan pengembangan e-Government. Sebelum dilakukan penelitian dan pengambilan data melalui pengukuran, maka peneliti melakukan pembuatan alat ukur.
3. 9. 1 Alat Ukur Perilaku Organisasi Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti. Sebagaimana pendapat Sugiyono (1999) bahwa, peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengukur perilaku organisasi digunakan kuesioner mengenai perilaku organisasi. Rancangan ini dikonstruksikan berdasarkan dimensi-dimensi perilaku organisasi (Keith & Davis, 1985 : 152) di antaranya adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan.
57
Kuesioner ini terdiri dari 15 item. Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Organisasi Dimensi Orang
Struktur
Teknologi
Lingkungan
Indikator Penempatan pegawai belum sesuai latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimiliki SDM bidang teknologi informasi mendapatkan kesejahteraan dan kepastian karir Seluruh pegawai sudah mendapatkan pendidikan atau pelatihan teknologi tentang komputer Sosialisasi E-Government didukung kultur berbagi (sharring) informasi dan komunikasi antar pegawai, pimpinan dan unit lain. Kementerian Agama RI harus memiliki unit khusus yang professional dan berkomitment mengelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Agama RI telah memiliki Renstra (Rencana dan Strategi) E-Government Kementerian Agama RI perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam penggunaan infrastruktur E-Government Kementerian Agama RI membutuhkan anggaran khusus untuk pengembangan eGovernment Lingkungan luar mempengaruhi kondisi kerja Kementrian Agama
No. Item 1, 2 3, 4 5, 6 7 8, 9
10 11 12 13, 14, 15
Alat ukur perilaku organisasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala penilaian Likert yang mencantumkan kategori pilihan. Skor yang diberikan merupakan nilai-nilai dengan skala ordinal, karena di setiap pilihan menunjukkan intensitas yang berbeda sehingga dapat dibedakan peringkatnya. Kuesioner ini terdiri dari 15 item. Masing-masing item menyediakan enam pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cenderung Setuju (CS), Cenderung Tidak Setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Responden
58
diminta untuk memilih salah satu diantara enam kemungkinan jawaban yang didasarkan pada kesesuaian pernyataan dengan keadaan diri responden. Kriteria penilaian yang digunakan untuk masing-masing item dalam kuesioner ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3. 2 Kriteria penilaian kuesioner perilaku kerja Item Positif
Skor
Sangat Setuju Setuju Cenderung Setuju Cenderung Tidak Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
6 5 4 3 2 1
Penilaian responden terhadap perilaku organisasi merupakan jumlah total yang diperoleh dari jawaban responden terhadap tiap item. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden semakin baik perilaku organisasi yang diperlihatkan.
3. 9. 2 Alat Ukur Keberhasilan Pengembangan E-Government Untuk mengukur keberhasilan pengembangan e-Government digunakan kuesioner mengenai
pengembangan
e-Government.
Rancangan
ini
dikonstruksikan
berdasarkan unsur-unsur keberhasilan pengembangan e-Government di antaranya adalah perbaikan kualitas pelayanan, meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas, mengurangi biaya administrasi, relasi dan interaksi, memberikan peluangmendapatkan
sumber-sumber
pendapatan
baru,
memberdayakan
masyarakat sebagai mitra pemerintah. Kuesioner ini terdiri dari 17 item.
59
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kuesioner Keberhasilan Pengembangan E-Government Dimensi Perbaikan kualitas pelayanan
Meningkatkan transparansi kontrol dan akuntabilitas
Indikator Kecepatan pemberian informasi
1
Kejelasan prosedur dan proses
2
Pengurangan beban kerja
3
Koneksi antar unit kerja yang menangani pelayanan publik
4
Telah memberikan sosialiasi tentang penggunaan Sistem Informasi kepada masyarakat
5
Terdapat infrastruktur untuk memberikan informasi kepada publik
6
Keamanan sistem informasi
7
Perancangan dan penetapan anggaran ditetapkan bersama DPR Website sebagai media komunikasi dan informasi yang efektif Mengurangi biaya administrasi, relasi dan interaksi
No. Item
8 9
Penerapan e-Government belum mengurangi biaya administrasi Penerapan e-Government belum mengurangi biaya
10
relasi
11
Penerapan e-Government belum mengurangi biaya
Memberikan peluangmendapatkan sumber-sumber pendapatan baru Menciptakan suatu lingkungan yang dapat secara tepat dan cepat menjawab berbagai permasalahan Memberdayakan masyarakat sebagai mitra pemerintah
interaksi
12
Pendaftaran online
13
Fasilitas pemberian kritik dan saran dalam website
14
Fasilitas pemberian informasi 24 jam
15
Dapat melihat respon dari masyarakat tentang kebijkaan yang diambil
16
Mengadakan poling tentang opsi kebijakan yang akan diambil
17
60
Alat ukur keberhasilan pengembangan e-Government yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala penilaian Likert yang mencantumkan kategori pilihan. Skor yang diberikan merupakan nilai-nilai dengan skala ordinal, karena di setiap pilihan menunjukkan intensitas yang berbeda sehingga dapat dibedakan peringkatnya. Kuesioner ini terdiri dari 17 item. Masing-masing item menyediakan enam pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cenderung Setuju (CS), Cenderung Tidak Setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Responden diminta untuk memilih salah satu diantara enam kemungkinan jawaban yang didasarkan pada kesesuaian pernyataan dengan keadaan diri responden. Kriteria penilaian yang digunakan untuk masing-masing item dalam kuesioner ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3. 4 Kriteria penilaian kuesioner keberhasilan pengembangan eGovernment Item Positif
Skor
Sangat Setuju Setuju Cenderung Setuju Cenderung Tidak Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
6 5 4 3 2 1
Penilaian responden terhadap keberhasilan e-Government merupakan jumlah total yang diperoleh dari jawaban responden terhadap tiap item. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden semakin tinggi manfaat yang dirasakan dengan adanya e-Government.
61
3. 9. 3. Metode Analisis Data Model dan teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linear berganda. Untuk keabsahan hasil analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen pengamatan, uji normalitas data, dan uji asumsi klasik. Model analisa regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1+e Di mana: Y = Keberhasilan Implementasi E-Government b1 = Budaya Organisasi e = Error
3. 9 Validitas dan Reabilitas Instrument yang dipakai dalam penelitian ilmiah adalah angket atau kuesioner. Sebuah angket atau kuesioner bisa disusun dengan pertanyaan yang bersifat terbuka maupun tertutup. Salah satu yang sering dipakai dalam penyusunan angket atau kuesioner adalah skala jenis interval. Tujuan dari analisa validitas dan realibilitas adalah untuk menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner telah valid ( sahih ) dan reliable (andal). Jika butir-butir telah valid dan reliable, berarti butir-butir tersebut telah bisa untuk mengukur faktor-faktor. Langkah selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor telah valid untuk mengukur hubungan yang ada. Analisis dimulai dengan menguji validitas lebih dahulu, baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir
62
ditemukan tidak valid, maka harus dibuang dan butir-butir yang sudah valid baru secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
3. 9. 1 Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut benar-benar mengukur hal yang hendak diukur, guna mengetahui ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan tugas pengukurannya (Friedenberg, 1995). Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian menggunakan
Rumus korelasi
dikorelasikan
dengan
product moment yang dikemukakan oleh
Pearson dalam Arikunto, (2002: 146) sebagai berikut:
dengan pengertian r
:korelasi
rxy
: koefisien korelasi antara x dan y rxy
N
: Jumlah Subyek
X
: Skor item
Y
: Skor total
∑X
: Jumlah skor items
∑Y
: Jumlah skor total
63
∑X2
:
Jumlah kuadrat skor item
∑Y2
:
Jumlah kuadrat skor total
( Suharsimi Arikunto, 2002 : 146 ) Dalam uji validitas ini, jika korelasi Pearson positif dan besarnya lebih dari o, 3, maka item yang bersangkutan dinyatakan valid, jika nilainya kurang dari 0, 3 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid dan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan pernyataan perbaikan. Tabel 3. 6 Hasil Uji Coba Validitas Perilaku Organisasi item pertanyaan X11 X12 X13 X14 X15 X16 X21 X22 X23 X31 X32 X33 X41 X42 X43
koef. Validitas 0. 4449 0. 4650 0. 5703 0. 4806 0. 5297 0. 4315 0. 4787 0. 4622 0. 4776 0. 4601 0. 4637 0. 4530 0. 6320 0. 6264 0. 5417
r kritis 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3
keterangan valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Tabel 3. 6 Hasil Uji Coba Validitas E-Government item pertanyaan Y11 Y12 Y13
koef. Validitas 0. 5208 0. 5374 0. 4282
r kritis 0. 3 0. 3 0. 3
keterangan valid valid valid
64
Y14 Y15 Y21 Y22 Y23 Y24 Y31 Y32 Y33 Y41 Y51 Y52 Y61 Y62
0. 4451 0. 4562 0. 4181 0. 4191 0. 4731 0. 4603 0. 4478 0. 4599 0. 4420 0. 4588 0. 4563 0. 4597 0. 4980 0. 4755
0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3 0. 3
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
3. 9. 2 Uji Reliabilitas Uji coba reliabilitas dilakukan untuk melihat keterandalan, stabilitas atau kemantapan, keterpercayaan (dependability), dan prediktabilitas serta akurasi alat ukur (Kerlinger, 1990). Uji ini dilakukan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 17. 0 for windows. Perhitungan reabilitas alat ukur dengan cara memilih menu analyzescale reablitiy analysis, kemudian memasukan data jawaban subjek uji coba untuk semua item sehingga dapt diperoleh koefisien reliabilas alpha croncach. Koefisien alpha cronbach ini dihasilkan dari korelasi jumlah total per item dengan jumlah total nilai yang diperoleh sampel. Reliabilitas alat ukur ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi α, dengan rumus:
65
Bagan 3. 4 Rumus Alpha Cronbach
Keterangan : k = jumlah item
Kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu alat ukur reliabel atau tidak adalah pedoman Brown & Thomson (dalam Manggala, 2006), sebagai berikut: α> 0 , 7
: dapat diandalkan
α< 0, 7 : kurang dapat diandalkan r
Kategori
Variabel Budaya Organisasi
0, 7786
Dapat diandalkan
Variabel Keberhasilan pengembangan e-Gov
0, 7965
Dapat diandalkan