BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan 2.089 ha yang dibagi menjadi lima blok, yaitu blok E, blok M, blok N1, blok N2, dan blok S. Sedangkan kantor perwakilan terletak di Jalan Kapuas no. 3A, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia.
Perusahaan didirikan serta mendapat ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi pada tahun 2002. Setelah melakukan eksplorasi dan membuat studi kelayakan, Perusahaan dinyatakan memiliki cadangan persediaan batubara sekitar tiga belas juta metrik ton. Sehingga pada tahun 2005, Perusahaan mengajukan ijin Kuasa Pertambangan
30
31
Eksploitasi untuk mulai produksi tambang. Tahun 2006 Perusahaan memulai kegiatan produksi dengan PT Multi Resources Indonesia sebagai pengelola, dimana Perusahaan hanya menerima fee atas lahan yang dipakai. Pada akhir tahun 2007, manajemen memutuskan untuk menjual Perusahaan karena kondisi keuangan yang kurang baik dimana Perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 1.648.790.140,- dan memilik hutang dengan jumlah Rp. 9.552.498.070. Setelah melakukan peninjauan secara umum, PT. Adhikara Indonesia memutuskan untuk membeli Perusahaan per tanggal 24 April 2008. Hal ini diputuskan atas pertimbangan jumlah persediaan batubara Perusahaan masih besar, yakni sekitar dua belas juta metrik ton. Saat ini, perusahaan memiliki manajemen dan sistem baru, jika dahulu Perusahaan hanya menerima fee atas lahan yang dipakai, sekarang Perusahaan menjalankan kegiatan penambangan sendiri dengan mempercayakannya pada dua kontraktor tambang, yakni PT Pangkalan Jaya dan PT Tiga Bersaudara Madani. Dengan manajemen baru, Perusahaan mulai berproduksi pada bulan Oktober 2008 dengan memulai operasinya di blok E dan akan melakukan penjualan di akhir bulan Oktober 2008. Perusahaan juga sudah memiliki kontrak penjualan jangka panjang untuk hasil batubara di blok E dan blok M. Pengapalan batubara menggunakan jalur sungai Kutai Lama yang akan bermuara di Muara Berau, Kalimantan Timur, Indonesia. Sungai tersebut dapat dilewati kapal tongkang tiga ratus kaki dengan muatan kurang lebih delapan ribu metrik ton batubara.
32
3.2 Alur Diagram Rantai Pasok
Gambar 3.1 Alur Diagram Rantai Pasok Dalam tesis ini, hanya sebagian dari keseluruhan rantai suplai yang diambil. Dari Gambar 3.1, rantai suplai bermula dari kegiatan produksi yang dilakukan di pit/lokasi tambang. Setelah dilakukan land clearing, maka produksi dapat mulai dilakukan. Batubara yang dihasilkan lalu dibawa menuju stockpile batubara bongkahan dengan menggunakan dump truck atau yang lazim disebut hauling. Batubara tersebut kemudian dihancurkan menggunakan crusher agar lebih mudah dikapalkan, yang kemudian disimpan di stockpile batubara. Pada waktu kapal sudah datang, batubara diangkut menuju tongkang dengan menggunakan dumptruck.
33
3.3 Metodologi: Pandangan McKinsey
3.3.1 Ikhtisar McKinsey adalah salah satu konsultan firma terkemuka di dunia dengan berbagai jenis klien yang menjadi pelanggannya, McKinsey memberikan solusi dengan menggunakan pendekatan analitikal yang kuat dimana metodenya sudah teruji oleh para klien-klien tersebut. Dengan metode terstruktur yang jelas, McKinsey menjamin bahwa hasil analisisnya yang walaupun tidak akurat 100%, memberikan hasil yang baik, sehingga waktu dari klien tidak terbuang percuma.
Gambar 3.2 Gambaran Umum Metodologi McKinsey
34
Metodologi McKinsey terdiri dari: 1. Business Needs. Pertama, McKinsey membutuhkan pengertian mendalam akan apa yang diinginkan oleh pelanggannya, apakah itu untuk mendapatkan keuntungan bersaing, kebutuhan berbasis organisasi, keuangan, operasional ataupun gabungan dari beberapa hal ini. Pada tahap pertama, tim proyek dapat memperhitungkan batasan-batasan dari proyek agar dapat memperkirakan banyaknya waktu dan dana yang diperlukan. Pada tahap kedua, mengenali permasalahan atau target dalam analisis singkat. Tahap ini akan membentuk tujuan-tujuan yang terlihat dan dapat dicapai dalam proyek ini. 2. Analyzing. Analyzing adalah tahap dimana tim proyek mulai bekerja dan menganalisis. Dalam tahap ini, tim diharuskan untuk mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan dalam proyek ini. 3. Presenting. Bahan presentasi harus terstruktur sehingga pemikiran yang ingin disampaikan, dapat dipahami secara sempurna oleh klien dan menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh klien. Presentasi dalam Metodologi McKinsey dibagi menjadi 2:
35
a. Diskusi awal presentasi. Dalam tahap ini, tim proyek harus menyusun presentasi awal yang di dalamya tercakup tujuan dan batasan proyek, lengkap dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Setelah tahap ini, tim dapat mulai melakukan tugasnya b. Presentasi rekomendasi Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data, tim dapat menyusun presentasi rekomendasi untuk memberikan rekomendasi secara detil dan rencana kerja. Isi dari presentasi harus mencakup sebagian besar dari data sehingga rekomendasi yang diberikan bersifat kuat. 4. Managing Project. Metodologi McKinsey menyatakan dengan jelas bahwa proyek harus dikelola dengan konsep yang ideal, yaitu: a. Tim proyek harus dibentuk, dimotivasi dan dikumpulkan dengan cara yang optimal. b. Pelanggan harus selalu dinformasikan, diikutsertakan dan diinspirasikan oleh proyek dan solusinya. c. Tim harus dapat menyeimbangkan antara karir dan kehidupan pribadi. 5. Implementation Setelah memberikan rekomendasi, McKinsey menekankan implementasi yang baik, karena rekomendasi yang baik tidak akan ada artinya tanpa sebuah implementasi. Implementasi yang baik memerlukan hal-hal seperti:
36
a. Sumber daya yang cukup dan waktu respon yang cepat terhadap hambatanhambatan yang muncul dalam implementasi. b. Proses iterasi dari klien agar hasil yang telah dicapai dapat dikembangkan secara terus-menerus. 6. Leadership McKinsey menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah hal yang penting dalam penyelesaian proyek dan implementasi lebih lanjut. Kepemimpinan sangat diperlukan dalam tim proyek dan dalam implementasi di pihak klien. Kepemimpinan harus mencakup visi strategis untuk organisasi, memberikan inspirasi dan akhirnya membuat keputusan yang bijak akan pendelegasian selama implementasi dilakukan. Sumberdaya dari metodologi McKinsey adalah data dan intuisi. Sebelum keputusan dapat diambil, data yang diperlukan sangat banyak dan diolah dalam waktu yang sepantasnya.
37
3.3.2 Penyusunan Masalah Proses penyusunan masalah dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Gambar 3.3 Penyusunan Masalah McKinsey menekankan penyelesaian masalah secara terstruktur dan berdasar pada hipotesis. Penyelesaian masalah berawal dari penggunaan diagram kerja terstruktur untuk menghasilkan hipotesis yang berbasis data yang diikuti dengan pengumpulan dan analisis data untuk membuktikan hipotesis tersebut. Dalam penyusunan masalah seperti yang tergambar dalam Gambar 3.3, McKinsey mendefinisikan konsep baik secara terstruktur, MECE, berbasis pada hipotesis, menciptakan ulang kondisi yang saat ini dialami oleh klien dan setiap klien itu unik.
38
1. Pendekatan terstruktur Penyelesaian masalah cara McKinsey berawal dari struktur, bukan dari fakta. Struktur membuat tim dapat menangkap isu yang sedang terjadi saat ini , setelah itu baru fakta-fakta dikumpulkan. Penyusunan masalah adalah tentang struktur. Tanpa struktur, pemikiran tidak akan terbentuk. Struktur juga memungkinkan untuk memikirkan kembali hal-hal yang mungkin terlewatkan. Pendekatan terstruktur memastikan bahwa pemikiran yang dihasilkan didukung oleh rumusan yang kuat. 2. Berbasis pada hipotesis Hipotesis membantu tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Walaupun hipotesis tidak selalu 100% tepat, tetapi hipotesis tidak akan mendekatkan tim kepada penyelesaian secara total. 3. Konsep MECE Adalah kependekan dari Mutually Exclusive, Collectively Exhaustive (keistimewaan bersama, beban kerja semua pihak). 4. Tidak menciptakan kondisi yang berbeda Dalam menyelesaikan masalah, McKinsey menekankan penggunaan diagram kerja yang sudah ada dalam klien itu sendiri, seperti kebijakan yang sudah ada, SOP, prosedur, dan sebagainya.
39
5. Setiap klien itu unik Dengan pemikiran ini, McKinsey tidak berusaha untuk menerapkan solusi dari satu klien terhadap klien lainnya terlalu jauh, karena karakteristik setiap klien itu berbeda-beda. 3.3.2.1 Pohon Logika Pohon logika adalah daftar bertingkat dari semua bagian yang menyusun sebuah masalah, dimulai dari pandangan setinggi dua puluh ribu kaki dan bergerak turun. Pohon logika adalah salah satu alat yang sangat umum digunakan oleh McKinsey dalam menyelesaikan masalah. Pohon logika seharusnya memiliki sifat seperti MECE,
Gambar 3.4 Pohon Logika
40
3.3.2.2 Hipotesis Setelah
mempersempit
masalah
menjadi
bagian
terpentingnya saja melalui penggunaan diagram kerja yang tepat, maka tim dapat melanjutkan kerjanya ke tahap selanjutnya, yaitu menyusun hipotesis terhadap masalah yang sedang dihadapi. Beberapa panduan dalam menyusun hipotesis: 1. Berikan solusi pada perjumpaan pertama Hipotesis menyediakan peta penyelesaian masalah yang bertujuan untuk memeriksa kebenaran dari hipotesis itu sendiri. 2. Persiapan awal yang cukup Penyusunan hipotesis terbukti lebih efisien apabila setiap anggota tim telah memiliki analisisnya sendiri, setelah itu, pemimpin dari tim dapat menyusunnya menjadi hipotesis yang lebih baik. 3. Dalam sebuah ruang putih Brainstorming adalah dasar dari penyusunan hipotesis dalam McKinsey. Setiap orang dipersilahkan untuk mengeluarkan idenya dan belajar dari anggota tim lain. 4. Masalah yang dihadapi tidak selalu menjadi masalah. Banyak tim yang mendapat masukan dari klien itu sendiri mengenai masalah yang sedang berlangsung. Tolaklah
41
pendapat itu, galilah lebih dalam, bertanyalah dan dapatkan faktanya. Beberapa keuntungan dari hipotesis: a. Hipotesis awal dapat mengefisiensikan penggunaan waktu. b. Hipotesis awal dapat membuat pengambilan keputusan menjadi lebih efektif.
3.3.3 Penyampaian Ide Cara penyampaian solusi atau saran mendapat bagian yang sangat penting dalam metodologi McKinsey. Apabila gagal dalam tahap ini, maka semua hal yang sudah dilakukan dari awal akan gagal juga. Penyampaian solusi dalam metodologi McKinsey bersifat terstruktur dan memancing. 1. Terstruktur Sebuah penyampaian yang berhasil harus dapat membuat klien mengikuti logika anda secara jelas, selangkah demi selangkah. Presentasi sebenarnya adalah perwakilan dari pemikiran tim secara keseluruhan. Presentasi terstruktur melambangkan rekomendasi yang tertata dengan baik. Beberapa panduan dalam penyusunan presentasi:
42
a. Elevator test. Pahamilah presentasi anda, sehingga anda dapat menjelaskannya kepada klien sejumlah tiga puluh lantai. b. Buatlah secara sederhana – satu kalimat per diagram. Apabila diagram menjadi sangat rumit, maka keefektifannya menjadi semakin berkurang.. c. Dukunglah ide anda dengan struktur yang solid Tujuan utama dari presentasi adalah memberikan pendapat. Ketika menyusun presentasi, McKinsey sering menggunakan metode induktif. Presentasi didahului oleh kesimpulan, baru kemudian dijelaskan. Karena lebih mudah menarik perhatian dari klien apabila hasil akhir diberitahukan terlebih dahulu. 2. Memancing Apabila klien terpancing oleh presentasi yang telah diberikan, maka implementasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Berikut ini adalah beberapa panduannya: a. Tulisan awal Pahamilah bagaimana klien berpikir, melihat, menganalisis, dan memutuskan. Dapatkan banyak umpan balik dari berbagai pihak sebanyak mungkin. b. Buatlah dalam ”bahasa klien”.
43
3.4 Metode Analisis
Metode analisis secara garis besar dimulai dari melakukan survei dan pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah, kemudian dilakukan analisis mendalam mengenai sistem logistik. Dari data yang sudah diolah tersebut dapat dicarikan suatu solusi yang berupa rekomendasi untuk peningkatan kinerja sistem logistik.
3.5 Pengukuran Variabel
Variabel utama yang akan dianalisis sebagai patokan untuk mengukur kinerja sistem logistik adalah: 1. Laytime cost. Laytime cost yaitu biaya yang harus dibayar akibat adanya waktu tunggu kapal sebelum diisi batubara. 2. Dead freight cos Dead freight cost yaitu biaya yang harus dibayar akibat adanya kekurangan muatan kargo sesuai perjanjian antara perusahaan dengan pemilik kapal.
44
3.6 Populasi dan Sampel
Yang menjadi obyek atau populasi area dalam penelitian ini adalah area penambangan Blok M yang terdapat dalam sistem logistik perusahaan. Sedangkan sampel yang akan digunakan mengacu pada data-data pengapalan di site Anggana, Kutai, Samarinda, Kalimantan Timur.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif antara laian adalah data-data logistik yang berkaitan dengan area yang akan dianalisis. Data kuantitatif ini akan digunakan sebagai input untuk melakukan analisis dan simulasi sistem logistik. Data kualitatif adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, survei, pengamatan dan studi literatur. Informasi ini akan digunakan untuk menggambarkan kondisi, struktur dan sistem logistik yang saat ini sedang digunakan.