BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung selama empat bulan mulai bulan Oktober 2013 sampai Februari 2014, dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : buah segar yaitu nanas, terasi, gula, air (secukupnya), susu sapi segar, rumen sapi, usus ayam, limbah kotoran sapi, fruktosa, serbuk gergaji, abu sekam padi, dedak, dan kapur. Peralatan yang digunakan meliputi : pisau, blender, pemanas, panci, baskom, sendok, ember, gayung, karung, plastik, kotak pengomposan (50 x 40 x 24 cm3), penjepit, gelas ukur, batang pengaduk, timbangan, kertas label, ayakan kompos, termometer, dan pH meter.
C. Pembuatan Bioaktivator Pembuatan bioaktivator (Suyadi dan Purnawanto, 2012) sebagai berikut : 1. Buah nanas segar dikupas dan diblender hingga halus, kemudian diletakkan pada panci. 2. Usus ayam dibersihkan dan diblender hingga halus. 3. Buah nanas segar yang sudah dihaluskan dicampur dengan air, dedak (4 ons), terasi (3 ons), gula (0,25 kg) kemudian dimasak hingga mendidih, dan dibiarkan hingga dingin. 4. Setelah dingin, adonan dicampur dengan susu sapi segar (1 liter), rumen (2 kg / 0,5 l air), dan usus ayam yg sudah diblender (1 kg). 5. Masing-masing adonan disimpan di dalam ember tertutup dan difermentasi selama 7 hari (makin lama makin baik).
15
Upaya Peningkatan Kualitas ... Muhsin Nur Muhammad Furqon, F. Pertanian UMP, 2014.
6. Dihasilkan adonan yang siap digunakan sebagai bioaktivator untuk pembuatan pupuk kompos fermentasi.
D. Pengujian Peningkatan Efektivitas Metode Pembuatan Pupuk Kompos Fermentasi Pengujian peningkatan efektivitas metode pembuatan pupuk kompos fermentasi dilakukan melalui pembuatan pupuk kompos fermentasi. Metode pupuk kompos fermentasi (Suyadi dan Purnawanto, 2012) digunakan sebagai metode dasar, dengan penambahan langkah injeksi sumber energi berupa fruktosa dengan konsentrasi dan waktu injeksi yang berbeda.
Peningkatan efektivitas
metode pembuatan pupuk kompos fermentasi diukur melalui pangamatan kecepatan proses pengomposan dan kualitas kompos fermentasi yang dihasilkan. Kecepatan proses
pengomposan dikukur melalui pengamatan suhu,
pengamatan keasaman, dan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopos fermentasi. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan maka metode yang digunakan semakin efektif. Pengamatan
kualitas kompos fermentasi yang dihasilkan dilakukan
melalui uji laboratorium untuk mengetahui kandungan C Organik, N total, P2O5 total, K2O total, C/N rasio, kadar air dan suhu.
Hasil uji laboratorium
dibandingkan dengan karakteristik Kompos Matang menurut SNI 19-7030-2004, apabila kompos fermentasi yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik Kompos Matang menurut SNI 19-7030-2004 maka metode yang digunakan semakin efektif. 1.
Metode Penelitian. Pengujian peningkatan efektivitas metode pembuatan pupuk kompos fermentasi dilakukan di Laboratorium Terpadu UMP dengan menggunakan metode eksperimen, dilakukan dalam pot pengompos berukuran 50 x 40 x 25 cm3, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan.
16
Upaya Peningkatan Kualitas ... Muhsin Nur Muhammad Furqon, F. Pertanian UMP, 2014.
Pengomposan dilaksanakan selama 21 hari. Perlakuan terdiri atas dua faktor, yaitu : a. Faktor pertama berupa 3 macam konsentrasi fruktosa, yaitu : -
A0= 0 gram/ ml air (kontrol),
-
A1= 1 gram/ ml air,
-
A2 = 2 gram/ml air,
-
A3 = 3 gram/ml air.
b. Faktor kedua berupa frekuensi injeksi fruktosa, yaitu : B1 = satu kali injeksi pada umur pengomposan 5 hari, B2 = dua kali injeksi pada umur pengomposan 5 dan 10 hari, B3 = tiga kali injeksi pada umur pengomposan 5, 10, dan 15 hari. Dari dua faktor yang diuji diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut : Tabel 2.
Kombinasi Perlakuan
B1
B2
B3
A0
A0 B1
A0 B2
A0 B3
A1
A1 B1
A1 B2
A1 B3
A2
A2 B1
A2 B2
A2 B3
A3
A3 B1
A3 B2
A3 B3
(denah terlampir)
17
Upaya Peningkatan Kualitas ... Muhsin Nur Muhammad Furqon, F. Pertanian UMP, 2014.
2.
Variabel yang Diamati Pengamatan proses pengomposan dilakukan setiap hari mulai hari kedua setelah injeksi fruktosa hingga hari ke dua puluh satu, pengamatan dilakukan terhadap variabel suhu pengomposan dan kemasaman (pH) dengan menggunakan termometer dan pH meter. Pengamatan karakteristik kompos matang dilakukan terhadap kandungan C Organik, N total, P2O5 total, K2O total, C/N rasio, kadar air dan suhu hasil pengukuran diperbandingkan dengan standar kompos sesuai SNI 19-7030-2004.
3.
Pelaksanaan Penelitian Metode
pembuatan
pupuk
kompos
fermentasi
(Suyadi
dan
Purnawanto, 2012) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Limbah kotoran ternak sapi ditiriskan ditempat terlindung (beratap) hingga kadar air mencapai 60%. b. Dalam kotak pengomposan dilakukan penghamparan serbuk gergaji (2,4 kg) dipermukaan kotak pengomposan sampai diperoleh ketebalan yang sama (lapisan pertama). c. Di atas lapisan pertama dihamparan kotoran sapi (1,4 kg) hingga mencapai ketebalan yang sama (lapisan kedua). d. Kedua lapisan disiram bioaktivator sekitar 0,5 liter hingga lembab. e. Di atas lapisan kedua dihamparkan abu sekam padi (1,92 kg), dedak (0,096 kg) dan kapur (0,096 kg) sebagai lapisan ketiga. f. Dilakukan pengadukan terhadap ketiga lapisan tersebut hingga tercampur merata, selanjutnya adonan dihamparkan dalam kotak pengomposan. g. Dilakukan penutupan adonan dengan plastik dan yang diikat dengan kuat pada keempat sudut kotak pengomposan hingga rapat.
18
Upaya Peningkatan Kualitas ... Muhsin Nur Muhammad Furqon, F. Pertanian UMP, 2014.
h. Injeksi fruktosa dilakukan sesuai dengan perlakuan, volume injeksi masing-masing unit percobaan disiram dengan menggunakan air sebanyak 0,5 liter. i. Agar pengomposan berjalan optimal, merata, dan aerasinya terjamin maka dilakukan pembalikan tumpukan setiap tujuh hari sekali sebanyak tiga kali hingga diperoleh kompos matang. j. Dilakukan pengayakan untuk memperoleh kompos matang yang seragam dan terpisah dengan benda lain.
4.
Analisa data Data hasil pengamatan suhu pengomposan dan keasaman kompos kemudian di tabulasikan dan analisa dengan uji F pada tingkat kepercayaan 95 %, jika uji F menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan nilai tengah antar perlakuan. Pengamatan kualitas kompos matang dilakukan secara deskriptif dengan membandingkannya sesuai standar kompos matang yang ditentukan SNI.
19
Upaya Peningkatan Kualitas ... Muhsin Nur Muhammad Furqon, F. Pertanian UMP, 2014.