50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan beberapa studi literatur pada bab sebelumnya, bahwa setiap organisasi dalam mempertahankan posisi bersaingnya memerlukan faktor pembeda dari organisasi lain sehingga faktor tersebut dapat menjadi keunggulan bersaing bagi organisasi tersebut. Sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya yang dimiliki organisasi yang sangat unik, langka, tidak mudah diimitasi, ataupun ditiru. Oleh karena itu, sumber daya manusia, dalam hal ini adalah karyawan, tidak lagi sebagai sumber daya pendukung melainkan sebagai modal bagi organisasi yang disebut sebagai modal insani. Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara Jawa Barat (KPSBU Jabar) merupakan salah satu koperasi sapi perah terbaik di Indonesia yang bersaing dengan koperasi dan juga perusahaan sapi perah lainnya berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya untuk mencapai visi, misi, dan tujuan koperasi. Demi tercapainya visi, misi dan tujuan, KPSBU mengerahkan manajemennya untuk mendukung pelayanan yang efektif dan efisien. Terdapat 260 karyawan tetap yang melayani anggota agar dapat menghasilkan susu segar yang bermutu tinggi dan dapat diterima oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Dengan menyadari bahwa SDM merupakan faktor yang dapat meningkatkan daya saing bagi KPSBU, maka perlu diperhatikan mengenai konsep modal insani yang dimiliki oleh KPSBU. Modal
insani
merupakan
keterpaduan
pengetahuan,
pembelajaran,
pengalaman, kompetensi inti, keterampilan, kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan. Kebanyakan ahli teori modal insani memfokuskan pada investasi dalam beberapa tipe pendidikan dan pengembalian pada dampak investasi (return on investment) tersebut dari intangible asset pada modal insani. Becker (1993) yang disitasi oleh Zula (2006) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat membentuk modal insani antara lain: sekolah atau pendidikan
51
formal, pelatihan umum, pelatihan khusus, dan pengetahuan lainnya. Beberapa faktor ini kemudian dapat dijadikan investasi pada modal insani. Menurut Becker (1993) investasi pada modal insani ini akan memberikan dampak yang positif baik bagi organisasi maupun bagi individu karyawan organisasi. Dampak positif bagi organisasi, yaitu berupa peningkatan produktivitas dan laba organisasi. Sedangkan dampak positif bagi karyawan adalah peningkatan pendapatan atau gaji yang akan diterimanya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis structural equation modeling (SEM). Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui data responden dan koperasi secara manual sedangkan analisis SEM digunakan untuk menganalisis keterhubungan antara variabel pembentuk modal insani, modal insani terhadap peningkatan produktivitas, serta modal insani terhadap peningkatan gaji dan pendpatan karyawan dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan pada Gambar 1 di bawah ini. Selanjutnya kerangka operasional penelitian digambarkan pada Gambar 2. Sekolah atau Pendidikan formal
H1
Pelatihan umum
Peningkatan produktivitas dan laba
H5
H2
Modal Insani
H3
H6
Pelatihan khusus
H4
Peningkatan gaji dan pendapatan karyawan
Pengetahuan lainnya
Gambar 1. Kerangka Konseptual Pengembangan Modal Insani
52
Pra Penelitian
Identifikasi Minat Penelitian Gagasan-gagasan Penentuan Topik Penelitian
Studi Pustaka dan Diskusi
Pemilihan Objek Penelitian 1. Bagaimana penerapan pengelolaan modal insani di KPSBU Jabar? 2. Bagaimana model pengembangan modal insani di KPSBU Jabar? 1. Mengidentifikasi penerapan pengelolaan modal insani yang dilakukan oleh KPSBU Jabar. 2. Menganalisis model pengembangan modal insani di KPSBU Jabar. Rencana Pengumpulan Data: Identifikasi Kebutuhan Data, Metode Pengumpulan Data dan Pemilihan Teknik Analisis Studi Pendahuluan Pengumpulan dan Pengolahan Data
Penyusunan desain penelitian, hipotesis dan kuesioner Pengumpulan data lapangan: 1. Observasi dan wawancara 2. Pengisian kuesioner Pengolahan data: 1. Tabulasi data dan informasi 2. Identifikasi faktor pembentuk modal insani, produktivitas dan laba organisasi, pendapatan dan gaji karyawan. 3. Pengolahan data dan informasi
Analisis Data
Analisis data deskriptif responden dan variabel Analisis data menggunakan metode SEM Kesimpulan dan saran
Gambar 2. Kerangka Operasional Penelitian
53
3.2 Perumusan Hipotesis Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk modal insani (human capital). Pendidikan atau sekolah formal dapat membentuk kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang dimiliki oleh modal insani dapat berpengaruh positif meningkatkan pertumbuhan ekonomi, selain itu dengan pendidikan pula seoarang karyawan akan memiliki peluang yang lebih besar dalam mendapatkan gaji dan pendapatan yang tinggi (Odit el al. (2010), Olaniyan & Okemakinde (2008), Iqbal & Waqas (2011), Vural & Gulcan (2008)). Faktor selanjutnya adalah pelatihan. Pelatihan yang diberikan kepada karyawan dapat menambah keterampilan sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan. Becker (1993) yang disitasi oleh Zula (2006) membagi dua ketogori pelatihan, yaitu pelatihan umum dan khusus. Awang et al. (2010) dalam penelitiannya
menyatakan
bahwa
program
pelatihan
dapat
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kerja dari karyawan. Selanjutnya, Ming Au & Altman (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Pelatihan berhubungan positif terhadap investasi pada modal insani. Karyawan yang memiliki keterampilan yang mencukupi akan berdampak positif terhadap modal insaninya. Pengetahuan (knowledge) yang dimiliki oleh seorang karyawan akan berpengaruh terhadap cara dia bekerja. Bohlander et al. (2001) menegaskan kembali bahwa fakta keberhasilan suatu organisasi tergantung pada organisasi mengetahui tentang pembentuk kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya, yang meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan, dan kemampuan yang tertanam pada diri karyawan. Becker (1993) yang disitasi oleh Zula (2006) menyatakan bahwa dari beberapa faktor pembentuk modal insani, seperti sekolah dan pendidikan formal, pelatihan, dan pengetahuan lainnya akan berdampak positif baik bagi organisasi maupun karyawannya. Bagi organisasi diharapkan modal insani akan berpengaruh postif terhadap produktivitas dan laba organisasi, sedangkan bagi karyawan modal insani akan berpengaruh positif terhadap gaji dan pendapatan karyawan. Afrooz et al. (2010) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa pekerja terdidik dan terampil
54
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerjanya. Kemudian Shape (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh modal insani terhadap laba perusahaan. Berdasarkan penelahaan pustaka mengenai beberapa faktor pembentuk modal insani dan output-nya bagi organisasi dan karyawan yang dijelaskan di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: H1: Sekolah atau pendidikan formal berpengaruh positif terhadap modal insani. H2: Pelatihan umum berpengaruh positif terhadap modal insani. H3: Pelatihan khusus berpengaruh positif terhadap modal insani. H4: Pengetahuan lainnya berpengaruh positif terhadap modal insani. H5: Modal insani berpengaruh positif terhadap produktivitas dan laba organisasi. H6: Modal insani berpengaruh positif terhadap peningkatan gaji dan pendapatan karyawan.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Sesuai dengan literatur-literatur mengenai modal insani (human capital) yang telah ada, dinyatakan bahwa setiap organisasi atau perusahaan sangat memungkinkan untuk memiliki modal insani yang berbeda dengan yang lainnya tergantung dari beberapa faktor pembentuk modal insani. Demikian juga dengan modal insani yang dimiliki oleh KPSBU Jabar yang bisa saja berbeda dengan koperasi lain atau perusahaan pada umumnya. Dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 260 orang, KPSBU Jabar selalu dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang prima kepada anggotanya. Karena itulah koperasi sangat memperhatikan segala sesuatu yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, salah satunya adalah karyawan memberikan pelayanan kepada anggota koperasi agar dapat menghasilkan susu segar yang bermutu tinggi dan dapat diterima oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Sehingga modal insani yang dimiliki oleh setiap karyawan merupakan hal yang penting yang patut diperhatikan oleh KPSBU
55
agar dapat menjaga posisi bersaingnya sebagai leader di sektor koperasi sapi perah di Indonesia. Berdasarkan alasan tersebut, maka KPSBU Jabar dipilih sebagai objek dan lokasi penelitian ini. Penelitian dilakukan pada Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar yang bertempat di Komplek Pasar Baru Lembang, Bandung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai bulan September 2011.
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya, yaitu responden. Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh langsung dari hasil jawaban kuisioner para karyawan Koperasi Peternak Sapi Bandung utara (KPSBU). Data sekunder merupakan jenis data yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh melalui literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian, situs resmi KPSBU, maupun data dokumen yang sekiranya diperlukan untuk menyusun penelitian ini.
3.5 Metode Penarikan Sampel Objek penelitian dan sekaligus populasi yang menjadi responden penelitian ini adalah staf KPSBU Jabar. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Selanjutnya untuk menetapkan jumlah sampel tersebut ditetapkan dengan menggunakan pendapat Slovin yaitu:
Dimana, n
= besarnya contoh dari populasi
N = besarnya populasi e
= nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan populasi), dalam hal ini 10%
56
Jumlah staf yang bekerja pada KPSBU Jabar sejumlah 260 orang. Dengan menggunakan metode Slovin maka jumlah sampel menjadi 72 responden dengan kalkulasi sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan metode SEM yang digunakan hubungan dan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya, serta faktor-faktor didalamnya. Suatu penelitian yang menggunakan teknik analisis SEM, mengharuskan bahwa sampel yang dianggap representatif untuk digunakan dalam penelitian adalah lima (5) sampai dengan sepuluh (10), dikalikan jumlah parameter yang diestimasikan. Jumlah sampel minimal untuk penelitian ini dengan menggunakan parameter, yaitu 5 x 21 = 105 sedangkan jumlah sampel maksimum dengan menggunakan parameter berjumlah 210 responden. Dengan demikian agar penelitian ini dapat mewakili populasi yang diteliti dan memenuhi syarat jika menggunakan analisis SEM, maka jumlah sampel yang digunakan sejumlah 105 responden.
3.6 Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan menggunakan metode survei melalui daftar pertanyaan (kuesioner) kepada karyawan KPSBU Jabar. Metode survei bertujuan untuk meliput banyak orang sehingga hasil survei dapat dipandang mewakili populasi (Istijanto 2005). Adapun bentuk survei yang dijalankan adalah survei secara individu, dimana survei dijalankan oleh peneliti dengan menemui responden secara bertatap muka. Daftar pertanyaan yang diajukan pada responden berupa daftar pertanyaan tertutup dan daftar pertanyaan terbuka. Daftar pertanyaan tertutup, yaitu digunakan untuk mendapatkan data tentang variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini. Sedang daftar pertanyaan terbuka digunakan untuk menggali informasi lebih dalam alasan pemilihan jawaban dari responden. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan teknik skala bukan pembanding (non-comparative
57
scale). Dalam teknik skala bukan pembanding, pengukuran hanya dilakukan pada satu objek saja tanpa memperhatikan objek lain (Istijanto 2005). Adapun desain skala bukan pembanding yang digunakan adalah skala Likert. Skala ini meminta responden menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap serangkaian pernyataan tentang suatu obyek. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur mengenai teori-teori yang mendukung penelitian dan dokumen-dokumen organisasi.
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Deskriptif Analisis yang digunakan dalam penellitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif ini dibagi dalam dua jenis analisis deskriptif, yaitu analisis deskriptif responden dan analisis deskriptif variabel. Analisis deskriptif responden dilakukan dengan cara menabulasi hasil kuesioner secara manual berdasarkan karakteristik responden, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, lama waktu bekerja, unit kerja responden, jumlah pendapatan, dan jumlah pengeluaran rutin per bulan responden. Sedangkan analisis deskriptif variabel berdasarkan nilai rata-rata (mean) dari masing-masing variabel yang diukur.
3.7.2 Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Pada penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif, dimana merupakan suatu pengukuran yang digunakan dalam suatu penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan dengan angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data dan penemuan hasil. Permodelan dengan SEM memungkinkan dijawabnya pertanyaan penelitian secara dimensional. Keunggulan aplikasi SEM dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor yang sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya
58
untuk mengukur pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis ada. Analisis SEM pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis model pengembangan modal insani.
3.7.2.1 Model SEM Model SEM berisi dua jenis model, yaitu measurement model dan structural model. Measurement model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya. Sedangkan structural model adalah bagian dari model SEM yang menggambarkan hubungan antar variabelvariabel laten atau antar variabel eksogen dengan variabel laten. Model SEM dalam pengambarannya menggunakan beberapa simbol, diantaranya: Konstruk laten dibagi menjadi: (dibaca „ksi‟), dalam penelitian ini
a) Konstruk eksogen, dengan simbol konstruk eksogen ada empat, yaitu (pelatihan umum),
3 (pelatihan
1
(sekolah atau pendidikan formal),
khusus),
b) Konstruk endogen, dengan simbol
4 (pengetahuan
lainnya)
(dibaca „eta‟), dalam penelitian ini (modal insani),
(peningkatan
konstruk endogen ada tiga, yaitu
1
produktivitas dan laba),
pendapatan dan gaji karyawan)
3 (peningkatan
2
2
Model struktural dibagi menjadi: a) Parameter untuk meggambarkan hubungan konstruk endogen dengan konstruk eksogen dengan simbol (dibaca „gama‟) b) Parameter untuk menggambarkan hubungan konstruk endogen dengan konstruk endogen lainnnya dengan simbol β (dibaca „beta‟) Kesalahan pengukuran (measurement error) dibagi menjadi: a)
Measurement error yang berhubungan dengen konstruk eksogen yang diberi simbol (dibaca „delta‟)
b)
Measurement error yang berhubungan dengan konstruk endogen yang diberi simbol (dibaca „epsilon‟)
59
Parameter yang menggambarkan hubungan konstruk eksogen dengan variabel manifesnya, disebut dengan loading, yang diberi simbol λ (dibaca „lamda‟) Variabel manifes (manifest variable) dibagi menjadi: a)
Variabel manifes yang berhubungan dengan konstruk eksogen diberi simbol X. Beberapa varibel manifes pada konstruk eksogen dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1. Konstruk eksogen sekolah atau pendidikan formal ( 1) diukur oleh: X1: Latar belakang pendidikan formal direfleksikan oleh jabatan/posisi karyawan saat ini. X2: Latar belakang pendidian formal direfleksikan oleh kesuaian beban kerja karyawan saat ini. X3: Latar belakang pendidikan formal direfleksikan oleh pertimbangan gaji kepada karyawan saat ini 2.
Konstruk eksogen pelatihan umum ( 2) diukur oleh: X4: Pengetahuan dan keterampilan umum direfleksikan oleh hasil pelatihan dan pembelajaran dari atasan karyawan. X5: Pengetahuan dan keterampilan umum direfleksikan oleh hasil diskusi dan pembelajaran dari rekan kerja. X6: Pengetahuan dan keterampilan umum direfleksikan oleh hasil pembelajaran dari luar koperasi (penyuluh, dinas terkait, mitra, perpustakaan, media komunikasi, dan informasi).
3. Konstruk eksogen pelatihan khusus ( 3) diukur oleh: X7: Pelatihan khusus karyawan direfleksikan oleh bimbingan/mentoring khusus dari atasan. X8: Pelatihan khusus karyawan direfleksikan oleh hasil umpan balik dari penilaian kinerja karyawan. X9: Pelatihan khusus karyawan direfleksikan oleh perolehan sertifikasi keahlian khusus.
60
4. Konstruk eksogen pengetahuan lainnya ( 4) diukur oleh: X10: Pengetahuan karyawan direfleksikan oleh hasil pembelajaran secara mandiri dari sumber lain (buku, internet, literatur). X11: Pengetahuan karyawan mengenai pemecahan masalah direfleksikan oleh diskusi dengan rekan kerja selama waktu luang. X12: Pengetahuan karyawan di luar pekerjaannya direfleksikan oleh saran peningkatan wawasan dan pengembangan diri (kepemimpinan, kewirausahaan, memahami psikologi pelanggan, dan lain-lain). b) Variabel manifes yang berhubungan dengan konstruk endogen diberi simbol Y. Beberapa variabel manifes pada konstruk endogen dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 1.
Konstruk endogen modal insani ( 1) diukur oleh: Y1: Modal insani direfleksikan oleh karyawan dalam melakukan pengembangan diri. Y2: Modal insani direfleksikan oleh kesadaran karyawan untuk melakukan
peningkatan
kapasitas
secara
terus
menerus
pembuatan
rencana
(continuous improvement). Y3: Modal
insani
direfleksikan
oleh
pengembangan bagi setiap individu organisasi dan menerapkan organisasi pembelajar. 2.
Konstruk endogen peningkatan produktivitas dan laba ( 2) diukur oleh: Y4: Peningkatan
produktivitas
direfleksikan
oleh
program
pengembangan diri karyawan dalam bentuk pelatihan untuk peningkatan kompetensi. Y5: Peningkatan produktivitas direfleksikan oleh peningkatan kinerja secara terus menerus. Y6: Keuntungan koperasi direfleksikan oleh team work seluruh karyawan.
61
3.
Konstruk endogen peningkatan pendapatan dan gaji karyawan ( 3) diukur oleh: Y7: Peningkatan gaji dan pendapatan karyawan direfleksikan oleh telah terpenuhinya standar kehidupan minimum karyawan. Y8: Peningkatan gaji dan pendapatan karyawan direfleksikan oleh layaknya insentif yang diterima karyawan. Y9: Peningkatan gaji dan pendapatan karyawan direfleksikan oleh ketersediaan fasilitas kompensasi non finansial, seperti program kebersamaan, jaminan kesehatan, ketersediaan tempat tinggal atau transportasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penerapan kerangka konseptual terhadap model SEM dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
62
δ1 X1
δ2
δ3
X2
X3
λx2
λx1
ε4
δ5
Y6
λx3
ε1
ε2
ε3
Y1
Y2
Y3
Peningkatan produktivitas dan laba ( 2)
1
λx4
X4
λx5 5
X5
Pelatihan Umum ( 2)
λx6
δ6
ε6
Y5
Y4
Sekolah atau pendidikan formal ( 1)
δ4
ε5
2
β1 Modal Insani
X6
( 1)
δ7 δ8
X8
δ9
X9
3
λx7
X7
β2 λx8
Pelatihan Khusus ( 3)
4
λx9 Peningkatan gaji dan pendapatan karyawan ( 3)
Pengetahuan lainnya ( 4) λx10
λx12
λx11 X10
X11
Y7
δ 11
Y9
X12
ε7 δ 10
Y8
δ 12 Gambar 3. Penerapan Kerangka Konseptual pada Model SEM
ε8
ε9
49
3.7.2.2 Tahapan dalam Analisis SEM SEM terdiri dari tujuh tahapan sebagai berikut (Firdaus 2008): 1. Pengembangan model berdasarkan teori. Pada prinsipnya tahap ini merupakan pengujian kausalitas secara empiris yang sudah ada dan digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah model yang mempunyai justifikasi (pembenaran) secara teoritis yang kuat guna mendukung upaya analisis terhadap suatu maslah yang sedang dikaji/diteliti. 2. Pengembangan diagram alur (path diagram) Model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram alur (path diagram) yang akan mempermudah untuk melihat hubungan kausalitas yang akan diuji. 3. Mengkonversi diagram alur kedalam persamaan struktural Langkah ini membentuk persamaan-persamaan pada model struktural dan model pengukuran untuk menyatakan hubungan kausalitas. 4. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi. Tujuan tahap ini adalah menetapkan data input yang digunakan dalam pemodelan dan teknik estimasi model.Data input SEM merupakan matriks kovarian untuk melakukan pengujian model dari teori yang ada setara dengan regresi untuk digunakan dalam penjelasan atau prediksi fenomena yang dikaji. 5. Evaluasi masalah identifikasi model. Tahap ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah identifikasi berdasarkan evaluasi terhadap hasil estimasi yang dilakukan program komputer. Masalah identifikasi pada prinsipnya merupakan masalah mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan menghasilkan estimasi yang unik. Apabila setiap kali estimasi dilakukan muncul masalah identifikasi,
maka
sebaiknya
model
mengembangkan lebih banyak konstruk.
dipertimbangkan
ulang
dengan
50
6. Evaluasi Asumsi dan Kesesuaian model. Suatu model SEM dapat diterima keabsahannya apabila memenuhi persyaratan ukuran kesesuaian (goodness of fit). Hal ini karena dalam SEM terdapat lebih dari satu alat uji statistik untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model sehingga digunakan beberapa fit indeks untuk mengukur kebenaran-kebenaran model. Beberapa indeks kesesuaian dan cut off value antara lain : a. Degree of freedom (DF); merupakan selisih antara banyaknya koragam atau korelasi data dengan banyaknya koefisien yang akan diduga. Nilai DF harus positif yang menandakan model tidak underidentified. Pada umumnya berkisar antara 2,0 sampai 3,0. b. X2 - Chi-Square; merupakan pengujian seberapa dekat matriks hasil dugaan dengan matriks data asal dengan menggunakan uji khi-kuadrat (X2). Semakin kecil nilai X2, semakin baik model tersebut dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p 0,05 atau p 0,1 c. Root means square errors of approximation (RMSEA). RSMEA merupakan akar dari rata-rata sisaan kuadrat pada tingkat populasi. RSMEA menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Syarat nilai RSMEA agar model dapat diterima atau menunjukkan close fit adalah kurang dari atau sama dengan 0,08. d. Goodness of Fit Index (GFI) dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI); merupakan ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit) yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varian dalam sebuah matriks kovarian contoh. Nilai GFI dan AGFI AGFI
0,9 menunjukkan good fit (baik), jika berkisar 0,8 GFI dan
0,9 menunjukkan moderate fit (sedang).
e. Comparative Fit Index (CFI); merupakan indeks yang besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran contoh, sehingga sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Nilai CFI yang diharapkan adalah 0,90.
51
f. Root Mean Residual (RMR) Alat uji ini pada dasarnya menghitung selisih kovarian sampel dengan kovarian estimasi. Tingkat kecocokan model pada uji RMR menunjukkan bahwa semakin kecil nilai RMR maka model tersebut akan semakin baik (good fit). g. Normed Fit Index (NFI) Indeks ini pada dasarnya membandingkan χ 2 hitung pada berbagai model. Kisaran nilai NFI adalah antara 0 sampai dengan 1, dengan nilai yang lebih tinggi adalah lebih baik. h. Aikake Information Criterion (AIC) AIC merupakan informasi berdasarkan statistical information theory dan digunakan untuk membandingkan beberapa model (saturated dan independence model) dengan jumlah konstruk yang berbeda. AIC tidak berkaitan dengan ukuran sampel. Nilai AIC model yang lebih kecil daripada AIC yang diperoleh pada saturated dan independence model mengindikasikan bahwa model adalah fit. i. Expected Cross-Validation Index (ECVI) Proses
pembandingan
ECVI
sama
halnya
dengan
AIC,
yaitu
membandingkan antara saturated model dan independence model. Nilai ECVI model yang lebih kecil daripada ECVI yang diperoleh pada saturated dan independence model mengindikasikan bahwa model adalah fit. Dengan demikian, indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model adalah seperti tercantum dalam tabel berikut:
52
Tabel 8. Indeks Pengujian Kelayakan Model Goodness of fit index X2 (Chi Square) GFI AGFI RMR NFI CFI
Cut-off value Diharapkan kecil Kisaran 0-1; GFI ≥ 0,90 (good fit) Kisaran 0-1; AGFI ≥ 0,90 (good fit) Kisaran 0 -1; lebih kecil lebaih baik Kisaran 0-1; NFI ≥ 0,95 (good fit) Kisaran 0-1; CFI ≥ 0,95 (good fit)
PRATIO
≥ 0,95 RMSEA ≤ 0,05: good fit; 0,08 RMSEA 0,1: moderate fit; RMSEA 0,1: poor fit Nilai yang kecil dan mendekati AIC saturated Nilai yang kecil dan mendekati ECVI saturated
RMSEA
AIC ECVI
Sumber: Byrne (2010) 7. Interpretasi dan modifikasi model Tahap terakhir adalah melakukan interpretasi hasil dan modifikasi bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian. Pedoman untuk mempertimbangkan perlu tidaknya dilakukan modifikasi model adalah nilai residual yang dihasilkan model tersebut. Batas keamanan jumlah residual adalah 2%. Apabila nilai residual lebih besar dari 2%, maka sebuah modifikasi perlu dilakukan.