BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. OBJEK PENELITIAN BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) sebagai objek penelitian merupakan lembaga atau otoritas tertinggi di pasar modal yang melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Sesuai pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 503/KMK.01/1997, BAPEPAM mempunyai tugas membina, mengatur dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar modal dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien, serta melindungi kepentingan investor dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode kausal yakni penelitian untuk melihat pengaruh satu atau lebih antara variabel bebas (independent variabel) yang terdiri dari suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah atau kurs terhadap variabel terikat (dependent variabel) yaitu kinerja reksa dana saham. 41
42
C. HIPOTESIS Untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang siginifikan antara suku bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah atau kurs terhadap kinerja reksa dana saham, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ha1 : Suku bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah atau kurs secara serempak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Ha2 : Suku bunga SBI, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah atau kurs secara parsial berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.
D. VARIABEL dan SKALA PENGUKURAN Tabel 3.1 Variabel
Indikator
Skala Pengukuran
Variabel Dependen : Kinerja Reksa Dana Saham (Y)
Harga NAB/Unit
Rasio
Suku Bunga SBI (X1)
BI Rate
Rasio
Jumlah Uang Beredar (X2)
M2 (Broad Money)
Rasio
Inflasi (X3)
Indeks Harga Konsumen
Rasio
Nilai Tukar – Kurs (X4)
Kurs Tengah BI
Rasio
Variabel Independen :
43
E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Dalam penelitian, tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah dalam periode bulanan. Oleh karena itu, data tingkat suku bunga SBI yang diperoleh dalam periode bulanan dengan rumus sebagai berikut: Rata-rata tingkat suku bunga SBI = jumlah tingkat suku bunga periode harian selama 1 bulan dibagi dengan jumlah periode waktu selama 1 bulan. 2. Definisi uang beredar terdiri dari dua bagian seperti yang dikemukakan oleh Boediono (1992:2-6) pertama, uang beredar dalam arti sempit (narrow money) yang disimbolkan dengan M1, yaitu penjumlahan uang kartal dan uang giral (currency plus demand deposits). Uang kartal adalah uang tunai yang terdiri dari uang kertas dan logam (yang dikeluarkan oleh pemerintah atau bank sentral) yang langsung dapat digunakan oleh masyarakat umum. Uang giral adalah seluruh nilai saldo rekening koran (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum. Jadi, stok uang beredar (M1) adalah jumlah dari uang kartal (currency) dan uang giral (demand deposit). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
44
M1 = C + DD Keterangan: C = Currency (uang kartal) D = Demand Deposits (uang giral) Kedua, uang beredar dalam arti luas (broad money) yang disimbolkan dengan M2, yaitu penjumlahan antara uang beredar dalam arti sempit (M1) dengan deposito berjangka (time deposits) dan saldo tabungan (savings) milik masyarakat – baik dalam bentuk Rupiah maupun valuta asing - yang disimpan di bank-bank. M2 = M1 + TD + SD Keterangan: TD = Time Deposits (deposito berjangka) SD = Saving Deposits (saldo tabungan) Pada penelitian ini definisi mengenai jumlah uang beredar menggunakan pengertian uang beredar dalam arti luas (M2). 3. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga-harga umum secara terus-menerus yang mempengaruhi indvidu, perusahaan dan pemerintah. Indikator inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli
45
Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi sebagai berikut:
x 100%
=
Dimana : IHKt = IHK pada masa periode dan IHKt-1 = IHK pada masa periode sebelumnya. 4. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau dikemudian hari, antara dua mata uang masingmasing negara atau wilayah. Nominal nyata atau real exchange rate (RER) dinyatakan sebagai: RER = е ( Dimana: P = tingkat harga domestik, Pƒ= tingkat harga luar negeri, P dan Pƒ harus memiliki nilai yang sama dalam beberapa acak pilihan dengan dasar
tahun.
Dasar
tahun
adalah
RER
=
е.
(Sumber
:
www.id.wikipedia.org/wiki/Inflasi). Mata uang yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata uang USD karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan pasar global terutama di Indonesia dengan mengambil kurs tengah BI terhadap USD.
46
F. METODE PENGUMPULAN DATA dan JENIS DATA Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan (Library Research) dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari: a. Buku-buku teks mengenai Investasi, Pasar Modal dan Reksa Dana. b. Artikel-artikel serta jurnal yang menunjang untuk kepentingan landasan teori dan analisis yang dilakukan. c. Data
yang
diambil
dari
website
www.bi.go.id/moneter
dan
www.bapepam.go.id/reksadana.
G. POPULASI DAN SAMPEL Populasi adalah keseluruhan unsur yang menjadi subyek suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh reksa dana saham yang tercatat di BAPEPAM periode tahun 2009 - 2011. Metode pengambilan sampel dilakukan secara tak acak, artinya unsurunsur yang terdapat pada populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, artinya unsur populasi yang ditentukan menjadi sampel berdasarkan tujuan penelitian. Sampel diambil dari keseluruhan populasi Reksa Dana adalah Reksa Dana Saham.
47
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
didapatkan
melalui
website
www.bapepam.go.id/reksadana
dan
www.bi.go.id/moneter adapun data yang dibutuhkan antara lain: 1. Semua produk reksa dana yang masih aktif dan tercatat di BAPEPAM khususnya jenis Reksa Dana Saham. 2. Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit satu bulanan yang diperoleh melalui situs internet www.bapepam.go.id/reksadana periode 2009 - 2011 dengan mengacu pada komposisi perkembangan nilai NAB Reksa Dana Saham per periode. 3. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) – BI Rate, tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) periode satu bulanan, serta jumlah uang beredar (M2)
yang
ada
di
Bank
Indonesia
melalui
situs
internet
www.bi.go.id/moneter. Seleksi Sampel Keterangan
Jumlah
Jumlah Populasi Produk Reksa Dana yang masih aktif
774
Pelanggaran : Produk Reksa Dana selain Reksa Dana Saham Jadi Produk Reksa Dana Saham yang masuk kriteria
692 82
48
H. METODE ANALISIS DATA Data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisis berdasarkan metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, dimana pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan kausal. 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi secara keseluruhan data perusahaan yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata hitung (mean), standar deviasi, sum dll tanpa menarik kesimpulan apa pun. 2.
Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui bentuk distribusi, penulis menggunakan uji statistik non parametrik
one
sample
Kolmogorov-Smirnov
yang
biasanya
digunakan untuk menguji normalitas data berskala interval atau rasio, cara ini dilakukan karena bentuk data yang didistribusi secara normal akan mempunyai signifikansi (Asym.Sig) lebih dari 0,05. Sedangkan jika nilai signifikansi (Asym.Sig) kurang dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
49
b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan problem Multikolinearitas (Multikol). Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari besar kecilnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika semakin kecil nilai Tolerance dan semakin besar nilai
VIF
maka
semakin
mendekati
terjadinya
masalah
multikolinearitas. Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar-variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat, terjadi problem multikolinearitas. c. Uji Heteroskedasitas Heteroskedasitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedasitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
masalah
50
heteroskedasitas pada model regresi. Selain itu untuk membuktikan ada tidaknya heteroskedasitas adalah dengan melakukan uji Park test. Jika Ln distrubin error kwadrat tidak signifikan terhadap variabel independen maka tidak mengandung heteroskedasitas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Tujuan uji ini adalah ingin mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji Durbin-Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin-Watson tabel. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho : Tidak terjadi autokorelasi Ha : Terjadi autokorelasi 2. Menentukan tarif signifikansi. Tarif signifikansi menggunakan 0,05 3. Menentkan nilai d (Durbin-Watson) 4. Menentukan nilai dL dan dU
51
Besaran nilai Durbin-Watson untuk menguji autokorelasi adalah: dU < DW < 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi, DW < DL atau DW > 4-dL maka terjadi autokorelasi, dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka tidak ada keputusan yang pasti. e. Uji Linearitas Tujuan dari uji linearitas ini adalah untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada hubungan linear antara sebuah variabel independen dengan variabel dependen. Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau kubik. Salah satunya dengan melakukan uji Langrange Multipler. Uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai Chi2 hitung dengan perkalian R2 x jumlah observasi atau (NxR2), jika Chi2 hitung < Chi2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa model yang benar adalah model linear. 3. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) – R Square digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel independen yang digunakan dengan variabel dependen. Seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. R2 adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau prosentase variasi variabel dependen
52
yang dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama. Besarnya R2 berada diantara 0 dan 1 (0 < R2 < 1). Nilai R Square dikatakan baik apabila mempunyai nilai diatas 0,5 karena semakin dekat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. 4. Uji Hipotesis a. Uji Keseluruhan (F-Test) Pengujian F-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua variabel independen sebagai suatu kesatuan, atau mengukur pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : b1=b2=b3=b4=0 artinya semua variabel independen secara bersamasama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H1 : b1≠b2≠b3≠b4≠0 artinya semua variabel independen secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini akan menghasilkan 2 kesimpulan yaitu: 1. H0 diterima jika F-hitung ≤ F-tabel, yang berarti semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. 2. H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel, yang artinya semua variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Menentukan nilai F hitung terdapat dalam output SPSS dalam tabel ANNOVA sedangkan F tabel dapat dicari pada tabel statistik pada
53
signifikansi 0,05 df1 = k-1 dan df2 = n-k dimana k adalah jumlah variabel independen dan variabel dependen dan n = jumlah data yang diuji. b. Uji Parsial (t-Test) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dilakukan uji t dengan tingkat signifikansi 0,05. Caranya adalah dengan membandingkan nilai t-statistik dengan nilai t-tabel. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis: 1. H0 : b1 = 0 artinya masing-masing variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. H1 : b1 ≠ 0 artinya masing-masing variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Dengan menguji dua sisi dalam tingkat signifikansi = a, dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k-1, dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel independen, maka pengujian ini akan menghasilkan 2 kesimpulan yaitu: 1. H0 diterima bila t hitung ≤ t tabel atau –t hitung ≥ -t tabel yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2. H0 ditolak bila t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel yang berarti variabel independen secara parsial dependen.
berpengaruh terhadap variabel
54
c. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil output dari regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel Coefficients nya dimana dari nilai-nilai coefficients tersebut dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi linier berganda dengan 4 variabel independen yaitu: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Dimana : Y
= Kinerja Reksa Dana Saham
b0
= Konstanta
b1,b2,b3,b4
= Koefisien Regresi
X1
= Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
X2
= Jumlah Uang Beredar
X3
= Inflasi
X4
= Nilai Tukar - Kurs