BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Paradigma Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong bahwa penentuan masalah
bergantung bergantung kepada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti. Jadi penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan persepsi sorang peneliti terhadap adanya masalah karena ia tahu paradigm yang sedang berkembang dan memiliki informasi awal mengenai praktik yang dilakukan di lapangan. Agar selaras dengan prinsip bahwa kualitatif tidak di desain secara pasti di awal kegiatan, maka bahasa yang tepat dalam langkah awal penelitian bukanlah mendesain penelitian yang memiliki interpretasi bahwa suatu desain adalah suatu ketetapan rancangan seperti pastinya penelitian kualitatif dengan indicator yang akan diteliti. Maka langkah awal penelitian kualitatif adalah memilih topik. Menurut Satori Djam’an dan Komariah Aan
1
“Suatu paradigma dalam
penelian adalah penggunaan paradigm penelitian kuantitatif dan kualitatif yang memiliki cara pandang yang berbeda yang menggambarkan suatu pola, model, peta, jalan, atau langkah yang ditempuh”. 1 Satori, Djam’an dan Komariah Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009.
42
43
Paradigma menurut Mustopadidjaja (2000) adalah teori dasar atau cara pandangan yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsepsi, asumsi, metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan para teoritis dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan kemanusiaan. Definisi hampir serupa telah diangkat Kuhn (1970) bahwa paradigma merupakan suatu cara pandang, nilainilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu (Kuhn, 1970). Guba dan Lincoln (1994) dalam Sunarto2 et.al mendefinisikan bahwa “paradigma sebagai serangkaian keyakinan – keyakinan dasar (basic beliefs) atau metafisika yang berhubungan dengan prinsip – prinsip utama atau prinsip – prinsip pokok.” Paradigma ini menggambarkan pandangan dunia yang menentukan, bagi penganutnya, sifat dari “dunia” sebagai tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tesebut beserta bagian – bagiannya. Keyakinan – keyakinan itu bersifat dasar dalam pengertian harus diterima secara sederhana semata – mata berdasarkan kepercayaan saja disebabkan tidak ada sesuatu cara final untuk menentukan kebenaran akhir. Secara filosofis, paradigm penelitian tesebut mempunyai 3 persoalan dasar untuk dijadikan acuan terkait dengan aspek : ontologism (mempersoalkan bentuk dana sifat realita yang diteliti), epistemologis ( mempersoalkan hubungan antara
2 Sunarto., et.al. Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi. Asosiasi Pendidikan Tingggi Ilmu Komunikasi : Mapa Padi Pressindo. 2011. Hal 4
44
peneliti dengan apa yang ditelitinya), metodologis ( mempersoalkan bagaimana cara penaeliti dapat menemukan apapun yang ingin diketahuinya). Menurut Baxter dan Babbie (2004) dalam Sunarto3 et al menyatakan bagaimana dengan paradigma dalam penelitian komunikasi, ketika bicara mengenai dasar- dasar dalam penelitian komunikasi menybutkan 4 macam paradigm yaitu positivis, system, interpretif dan kritis.
Paradigma konstruktivisme memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.4
Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah paradigma konstruktivisme karena memiliki ciri diantaranya keyakinan adanya realitas subyektif sebagai bagian dari kapasitas reflektif dengan agen manusia yang dalam tindakannya bersifat purposif; tujuan untuk pemahaman makna; metode kualitatif. Paradigma ini sesuai dengan judul serta rumusan masalah serta tujuan yang ingin peneliti lakukan.
Pengalaman peneliti yang bekerja bersama dengan para subjek penelitian tidak diabaikan begitu saja salam penelitian.
3 Ibid. 8 4 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h.3
45
Hal ini disebabkan pengalaman pribadi berpeluangan dalam membangun teori teori sosial. Oleh karena itu data penelitian juga berdasar atas refleksi peneliti mengingat keterlibatan peneliti secara langsung dalam fenomena kehidupan sosial masyarakat yang diangkat dalam penelitian.
3.2
Metode Penelitian Menurut Soerjono Soekanto5 (1986) dalam ruslan menyatakan bahwa
penelitian merupakan kegiatan ilmiah dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Menurut Rahmat Kriyantono6
metode kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sedalam – dalamnya yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman atau kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Burhan Bungin7 menyatakan bahwa dalam pendekatan kualitatif maka peneliti harus dapat melakukan pemilihan key informan yang tepat sebagai sumber data yang dapat mendukung objek yang diteliti.
5 Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.2006. Hal 24 6 Rachmat Kriyantono. Riset komunikasi. Cetakan ke-2. Jakarta : Kencana Prenada media Group. 2007 . Hal 58 7 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja grafindo. 2007 Hal 66
46
Pendekatan logika induktif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal – hal khusus atau data lapangan dan bermuara pada hal – hal umum. Sehingga kualitatif merupakan pendekatan dengan pola pikir penelitian dari hal khusus kepada suatu hal yang dapat ditarik kesimpulan secara umum.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Kualitatif yang berarti peneliti sudah mempunyai konsep dan kerangka konseptual. Metode ini menitik beratkan kepada wawancara mendalam terhadap subyek yang diteliti serta mendeskripsikan segala sesuatu yang ada dilapangan. Dan peneliti terjun ke lapangan tanpa di bebani atau diarahkan oleh teori, peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah dan menemukan wawasan – wawasan baru sepanjang penelitian. Sehingga penelitiannya terus menerus mengalami reformulasi ketika informan – informan baru di temukan.
Selain itu, peneliti juga berharap dapat menghasilkan dan menambah khasanah teori baru dari hasil penelitian ini. Tujuan tersebut tidak akan dapat dilakukan dengan penelitian secara kuantitatif. Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tipe instrumental. Studi kasus tipe instrumental dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi antarbudaya di suatu perusahaan asing. Oleh karena itu, dipilihlah PT. Dipo Star Finance agar dapat membantu peneliti memahami permasalahan komunikasi antarbudaya pada suatu perusahaan asing.
47
3.3
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 1 Orang berkebangsaan Jepang Mr. Jin Nishimura, 3 Orang berkebangsaan Turunan Tionghoa Stevy Indradi, Yoanes Vincent dan Milka Amelia & 1 Orang berkebangsaan Pribumi Melissa Simanjuntak.
1. Mr. Jin Nishimura adalah orang berkebangsaan Jepang namun sudah 10 Tahun tinggal di Indonesia tepatnya di kota Jakarta. Beliau merupakan Direktur Marketing di PT. Dipo star Finance. 2. Stevy
Indradi
adalah
orang
berkebangsaan
turunan
Tionghoa,
berkedudukan sebagai Assistant Manager dalam perusahaan dan sudah bergabung di PT. Dipo Star Finance selama 3 Tahun. 3. Yoanes Vincent adalah orang berkebangsaan turunan Tionghoa dan Thailand, berkedudukan sebagai Supervisor Marketing dalam perusahaan dan sudah bergabung di PT. Dipo Star Finance selama 2 Tahun. 4. Milka Amelia adalah orang berkebangsaan keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di kota Semarang dan sangat fasih berbahasa jawa. Berkedudukan sebagai Service Assistant di perusahaan selama 3 tahun. 5. Melissa Simanjuntak adalah orang asli Medan yaitu suku Batak berkedudukan sebagai Customer Complaint Departement di perusahaan selama 1 tahun. Penyebutan nama dari kelima narasumber ini sudah mendapatkan ijin dari narasumber tersebut.
48
3.4
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan periset untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2008: 93). Di dalam pengumpulan data tersebut, penulis menggunakan teknik pengumpulan data primer yaitu observasi dan wawancara mendalam dan pengambilan data sekunder atau analisis data sekunder.
3.4.1
Data Primer
1.
Observasi “Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsungnya, dan biasannya peneliti dapat sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya” (Ruslan, 2006, p. 219)8 Peneliti melakukan observasi partisipan selama 3 bulan di PT. Dipo Star Finance di kawasan Sentral Senayan, Jakarta. Peneliti mengamati dan mencatat suatu peristiwa, dan membuat catatan harian penelitian. Melalui proses ini, peneliti akan mampu menerangkan apa yang terjadi, apa dan siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut, bilamana dan dimana kejadian itu berlangsung, bagaimana terjadinya dan mengapa bisa terjadi seperti itu. 8
Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
49
2. Wawancara Mendalam “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985 : 226), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian; merekonstruksi kebulatan – kebetulan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun triangulasi; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota “ (dalam Moleong, 2007, p.)9 Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Mr. Jin Nishimura, Stevy Indradi, Yoanes Vincent, Milka Amelia dan Melissa Simanjuntak dengan Tape Recorder untuk memperoleh tambahan informasi untuk mendukung Triangulasi data.
3.4.2
Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih
lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari studi kepustakaan.
9
Moleong, L.J.. Metodologi penelitian kualitatif (edisi refisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 20
50
Data sekunder tersebut antara lain berupa buku-buku mengenai komunikasi antarbudaya, buku-buku mengenai komunikasi lintas budaya, buku-buku mengenai kebudayaan bangsa Jepang, dan Web perusahaan mengenai visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan.
3.5
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan oleh peneliti di dalam penelitian adalah
analisis kualitatif, yaitu metode penelitian yang memiliki fokus komplek dan luas bersifat subjektif dan menyeluruh. Penekanan dalam penelitian kualitatif ialah kredibilitas data dimana kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi pada latar yang diteliti. Penelitian ini juga bersifat deskriptif dimana peneliti selalu berusaha untuk menyajikan
gambaran
mengenai
komunikasi
antarbudaya
antara
orang
berkebangsaan Jepang dengan orang penduduk Indonesia yang berbeda budaya. Pengolahan dan analisis data ini dilakukan dengan tetap mengacu pada teoriteoriyang berhubungan dengan masalah dan kemudian akan ditarik kesimpulan disertai dengan saran-saran yang dianggap perlu. “Menganalisis data kualitatif, boleh dikatakan sebagai suatu kegiatan berlangsung secara terus menerus, bukan hanya suatu saat setelah penelitian selesai. Ini merupakan proses yang berkelanjutan, bukan kegiatan sesaat. Dapat dikatakan bahwa peneliti bisa mulai menganalisis datanya sejak hari pertama ia menapaki tempat penelitiannya. Pengumpulan data dan analisis data dikerjakan
51
secara bersama-sama sepanjang penelitian. Menganalisis data bisa digunakan metode constant comparison” (Kuntjara, 2006, p. 100)10 Metode perbandingan sering digunakan untuk proses menganalisis data. Prinsip penggunaan metode ini yakni pada memperbandingkan hasil yang didapat hari ini dengan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencari apakah ada peristiwa, perbuatan atau kata-kata yang terjadi secara konsisten, apakah ada perbedaan lain yang muncul dari peristiwa sebelumnya, dan apakah ada sesuatu yang ganjil yang tidak terpikirkan oleh peneliti. Menganalisis data dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan menganalisis data ditempat dilangsungkannya penelitian dan menganalisis data tidak pada tempat penelitian. Ini berarti analisis bisa dilakukan sebelum dan sesudah berada di tempat penelitian berlangsung. Dalam memilih strategi analisis data, bisa dimulai dengan membaca transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan atau dokumen-dokumen yang pernah dianalisis, mendengarkan wawancara sambil membuat transkrip, kemudian membuat kategori-kategori dan mencari hubungan-hubungan yang ada. Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Hasil seluruh catatan selama observasi atau pengamatan secara langsung ditranskipkan secara detail. 2. Hasil rekaman wawancara ditranskipkan secara detail 10 Kuntjara, E. Penelitian Kebudayaan: Sebuah panduan Praktis (1st ed). Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006
52
3. Setelah seluruh data yang di dapat dianalisis dan juga diinterpretasikan, maka langkah selanjutnya akan ditarik kesimpulan. 3.6
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pengumpulan dan perekaman data kualitatif sering dicurigai mengandung banyak bias. Untuk itu perlu dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu “pengumpulan informasi dari berbagai tempat dan individu dengan menggunakan berbagai cara. Hal ini dapat mengurangi resiko, ketika kesimpulan yang diberikanmencerminkan bias dan keterbatasan penelitian” (Kuntjara, 2006, p. 96).10 Dengan metode observasi, peneliti dapat menarik makna tersembunyi yang sulit diceritakan oleh informan dalam wawancara. Sebaliknya, dengan wawancara peneliti dapat memperoleh informasi tentang masa lalu yang diceritakan informannya dan yang tidak bisa diamati saat itu. Dari sumber-sumber dan metode yang berbeda tersebut, hasil dalam penelitian dapat disimpulkan secara terpercaya daripada jika peneliti hanya menggunakan satu sumber dan satu macam metode (Kuntjara, 2006).
10 Kuntjara, E. Penelitian Kebudayaan: Sebuah panduan Praktis (1 st ed). Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006
53
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah teknik pemeriksaan keabsahan data teori, dan sumber dimana apa yang ditemukan peneliti disesuaikan dengan teori yang digunakan dan teknik pemeriksaan keabsahan data sumber berarti pengumpulan data diambil dari informan langsung yaitu Mr. Jin Nishimura orang Jepang asli sebagai Direktur Marketing di perusahaan, Yoanes Vincent orang Tionghoa sebagai supervisor marketing serta orang-orang lain dalam perusahaan.