58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut ini.
1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan dua variabel atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian. Metode eksperimen yang digunakan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Ruseffendi (1998:32) yaitu, “penelitian eksperimen adalah penelitan yang benar-benar dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat variabel bebas terhadap variabel terikat”. Begitu juga dikemukakan Rianto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
2. Desain Penelitian Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini yaitu “PretestPosttest Control Group Desain (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol)”. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca awal pada kelompok eksperimen maupun kelompok kelas kontrol. Begitu juga posttest untuk mengetahui kemampuan membaca akhir. Adapun digunakannya
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
kelompok kelas kontrol sebagai pembanding untuk mengetahui efektivitas pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer. Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer pada kelompok kelas kontrol diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori, sedangkan pada kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Kedua kelompok diberikan materi pembelajaran yang sama. Sebelum membahas pokok bahasan, pada masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pretest untuk mengukur kemampuan membaca pada kelompok kelas kontrol dan kelompok kelas eksperimen. Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali perlakuan pada kelompok kelas kontrol dan kelas eksperimen diadakan posttest kemudian dihitung nilai rata-rata pencapaian (gain). Pengaruh perlakuan diperhitungkan melalui perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok dan kedua hasil rata-rata pencapaian posttest atau gain tersebut kemudian dibandingkan. Hasil dari gain tersebut diasumsikan sebagai ada tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap model yang diterapkan pada kelas eksperimen sehingga dapat diketahui keefektifan model pembelajaran tersebut. Pola desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini.
Tabel 1.3 Petest-Posttest Control Group Design
Treatment Group
O1
X
O2
Control Group
O3
C
O4 (Taniredja, 2011:56)
Keterangan: O1 = Pretest pada kelas eksperimen O2 = Posttest pada kelas eksperimen Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
03 = Pretest pada kelas kontrol 04 = Posttest pada kelas kontrol X = Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa kegiatan pembelajaran membaca menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place yang berorientasi berpikir kritis. C
= Pembelajaran membaca menggunakan model pembelajaran ekspositori.
B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan selengkapnya yaitu: 1) studi pendahuluan; 2) perumusan masalah penelitian; 3) studi literatur; 4) judgment bahan pembelajaran; 5) judgment RPP; 6) penyusunan instrumen penelitian; 7) ujicoba, revisi, validasi soal tes; 8) pretest; 9) pemberian perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol; 10) posttest; 11) melakukan observasi, menyebarkan angket tanggapan siswa, dan wawancara dengan guru model; 12) mengolah data dan analisis data tes dan nontes; 13) temuan dari pengolahan data; 14) menarik kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada gambar 1.3.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
Studi Pendahuluan
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place, Pemahaman Konsep Berpikir Kritis dan Materi Artikel Ilmiah Populer
Judgement Bahan Pembelajaran Membaca Kritis Artikel Ilmiah Populer
Judgement RPP Angket Wawancara Penyusunan Instrumen Soal Tes Observasi
Pretest
Ujicoba
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Olah Data
Posttest
Hasil
Posttest
Gambar 1.3 Alur Penelitian Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
C. Teknik Pengumpulan Data Data utama pada penelitian ini berupa data kuantitatif berupa nilai yang diperoleh dari hasil kemampuan membaca artikel ilmiah populer dengan teknik trading place berorientasi berpikir kritis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik tes dan non tes. a. Teknik Tes Teknik tes yang digunakan peneliti bertujuan untuk memperoleh data kemampuan membaca artikel ilmiah populer pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang merupakan data utama dalam penelitian ini. Kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing menggunakan model yang berbeda. Perlakuan model dilaksanakan sebanyak tiga kali baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Model yang diterapkan pada kelas eksperimen berupa model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model ekspositori. Pada kelas eksperimen, teknik tes yang digunakan sebelum perlakuan (pretest) digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca sebelum diberikan perlakuan berupa model pembelajaran aktif tipe trading place pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer sedangkan teknik tes yang dilaksanakan sesudah diberikan perlakuan (postest) digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca setelah diberikan perlakuan. Pada kelas kontrol, teknik tes juga dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran. Akan tetapi, model yang diterapkan bukan model pembelajaran aktif tipe trading place melainkan model pembelajaran ekspositori. Tes awal (pretest) digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum model ekspositori dilaksanakan. Begitu juga setelah diberikan perlakuan sebanyak tiga kali dengan menggunakan model ekspositori dilaksanakan tes akhir (posttest) untuk mengukur kemampuan membaca setelah diberikan model ekspositori tersebut. Penerapan model yang berbeda dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dimaksudkan untuk membandingkan keefektifan model yang digunakan pada kelas eksperimen atau model yang digunakan kelas kontrol pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Adapun tes yang peneliti gunakan berupa tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda dan tes uraian berupa kemampuan membaca kritis berorientasi berpikir kritis. Tes tertulis jenis pilihan ganda dan esai ini dilaksanakan sebelum dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jenis tes ini disusun berdasarkan indikator yang tersusun dalam RPP. Ujicoba soal tes pilihan ganda dan esai sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diujicobakan pada siswa SMA Negeri I Garut kelas XI yang bukan kelas eksperimen ataupun kelas kontrol dengan jumlah subjek sebanyak 34 orang yaitu di kelas XI Ipa 3. Tujuan tes ini diujicobakan yaitu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran soal tes. b. Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi, angket, dan wawancara. Observasi digunakan untuk melihat atau mengamati proses pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dengan menggunakan teknik trading place berorientasi berpikir kritis. Observasi dilakukan terhadap aktivitas pembelajaran pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Observasi ini dilakukan pada pada saat pembelajaran membaca artikel ilmiah populer berlangsung yang secara langsung dilakukan oleh peneliti. Pedoman observasi berisi aspek-aspek proses belajar mengajar kegiatan guru. Hal-hal yang diobservasi meliputi kegiatan guru model dalam proses pembelajaran yaitu berupa: keterampilan guru model dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran. Angket. Angket digunakan untuk menggali informasi mengenai persepsi siswa terhadap pembelajaran membaca artikel ilmiah populer menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Hasil angket ini diharapakan dapat digunakan untuk mengukur keefektifan model pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan angket dilakukan setelah perlakuan ke3 pada kelas eksperimen. Angket yang digunakan peneliti merupakan jenis angket tertutup karena sudah disediakan jawaban dengan mencek list salah satu jawaban menurut Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
responden yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, kurang setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun aspek-aspek yang ingin diperoleh dari angket ini yaitu tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Pedoman wawancara. Instrumen non tes ini digunakan peneliti untuk menggali dan menghimpun pendapat model pelaksana yaitu guru bidang studi bahasa Indonesia tentang keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place yang berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara berkaitan dengan pendapat model pelaksana mengenai model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Kegiatan wawancara dilaksanakan setelah model pelaksana mengimplementasikan model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Kegiatan wawancara ini direkam dengan menggunakan ponsel blacberry.
D. Instrumen Penelitian Jenis instrumen pada penelitian yang dilakukan terdiri dari instrumen perlakuan dan instrumen pengumpulan data. Instrumen perlakuan terdiri dari ancangan model pembelajaran membaca artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Adapun
instrumen pengumpulan data terdiri dari kisi-kisi tes kemampuan membaca, kisikisi pedoman angket, kisi-kisi pedoman observasi, dan kisi-kisi serta pedoman wawancara serta soal tes.
1. Instrumen Perlakuan 1.1 Ancangan Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer a. Rasional Berdasarkan temuan awal di lapangan, dalam proses pembelajaran siswa kurang berinteraksi dengan siswa lain begitu juga dalam Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
pembelajaran membaca kritis siswa kurang aktif merespons artikel, menyampaikan kritik, dan menyampaikan ide/pendapat. Teknik trading place merupakan salah satu teknik pembelajaran aktif yang dikemukakan oleh Silberman. Teknik trading place yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah.
Strategi
tersebut
merupakan
cara
yang
baik
untuk
mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta
didik
lebih
mengenal,
tukar
menukar
pendapat
dan
mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. b. Tujuan Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis. Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:37-40). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu: 1) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun 2) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun 3) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun 4) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12 tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah” (Surya, 2004:39) Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan temantemannya dan saling berdiskusi” (Surya, 2004:40). Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry hasilnya sebagai berikut: NO.
1.
2. 3.
JUDUL ARTIKEL
Racik kotoran Sapi Jadi Pengharum Ruangan Selayang Pandang Supersemar Kecanduan Facebook Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental
JUMLAH
JUMLAH
WILAYAH
SUKU KATA
KALIMAT
251
7,44
11
244
8,19
11
256
4,56
11
c. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer, siswa dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku.
Pertukaran ini terus
dilakukan, semakin banyak berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. d. Sintaks Pembelajaran Aktip Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Sintaks pembelajaran aktif tipe trading place dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Tahap Kegiatan Aktivitas No. (1) 1.
(2) Pendahuluan
2.
Penyajian Data
3.
Penguasaan Kemampuan Membaca
4.
Pemantapan
5.
Penutup
(3) - Guru menyampaikan apersepsi yang berkaitan dengan artikel ilmiah populer secara umum - Guru menyampaikan informasi tentang tujuan pembelajaran a. Tahap Prabaca - Guru model membagikan artikel ilmiah populer dan Lembar Kerja Siswa (LKS) b. Tahap Membaca - Salah seorang siswa membaca artikel ilmiah populer melalui membaca nyaring - Guru memandu siswa dalam memahami makna baris, antar baris, dan di balik baris dari bacaan yang dibaca c. Tahap Pascabaca - Siswa menyampaikan kritik, memberikan alasan, dan menghubungkan sebab-akibat melalui diskusi dengan siswa lain - Siswa berpindah tempat berdiskusi dengan siswa lain untuk bertukar ide atau gagasan - Siswa melakukan berpindah tempat sebanyak mungkin - Siswa menyampaikan kritik - Siswa memberikan alasan - Siswa menghubungkan sebab-akibat - Salah seorang siswa membacakan hasil diskusi dan siswa lainnya menanggapi - Siswa dan guru berusaha menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
e. Evaluasi Evaluasi melalui tes esai dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca kritis berorientasi berpikir kritis artikel ilmiah populer melalui penerapan teknik trading place. Tes bentuk soal esai dikerjakan terlebih dahulu oleh masing-masing siswa kemudian siswa berpindah tempat untuk menjawab soal-soal melalui berdiskusi dengan siswa lainnya untuk bertukar ide atau pendapat.
1.2 RPP RPP dibuat untuk kepentingan penelitian. RPP ini digunakan sebagai acuan pada pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada kelas eksperimen. Bahan pembelajaran artikel ilmiah populer serta RPP yang akan digunakan terlebih dahulu di judge-kan kepada ahli. Adapun judgment ahli dapat dilihat pada lampiran 1.3
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
RPP Ke-1 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran Model pembelajaran yang akan dikemukakan pada RPP ini menyangkut skenario, orientasi model, dan prinsip reaksi. Ketiga hal tersebut akan penulis kemukakan di bawah ini.
1. Skenario Pembelajaran
membaca
artikel
ilmiah
populer
ini
direncanakan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Skenario pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan penelitian. Untuk mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan dengan memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan. Setelah itu diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah diberi perlakuan. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101 model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
B. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis. Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:3740). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu: 1) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun 2) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun 3) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun 4) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12 tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah” (Surya, 2004:39) Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi” (Surya, 2004:40).
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan hasilnya sebagai berikut: NO.
1.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH
JUMLAH
SUKU KATA
KALIMAT
251
7,44
11
Pandang
244
8,19
11
Facebook
256
4,56
11
Racik kotoran Sapi Jadi
WILAYAH
Pengharum Ruangan 2.
Selayang Supersemar
3.
Kecanduan
Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental
C. Sumber Bahan Pembelajaran Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran pada perlakuan pertama yaitu mengenai artikel ilmiah populer, berpikir kritis, dan membaca kritis.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
1. Artikel Ilmiah Populer Artikel ilmiah populer merupakan perpaduan penulisan ilmiah dan populer. Istilah ini mengacu pada tulisan yang bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti (Soeseno, 1982:1). Perbedaan antara artikel ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan lain-lain) terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Artikel ilmiah ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum. Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam. Kalau dirumuskan, pengertian karya imiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana
mengenai
hal-hal
kehidupan
sehari-hari.
Sarana
untuk
mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri sendiri secara utuh. Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan dengan karya tulis nonilmiah. Karya ilmiah populer dapat kita jumpai pada majalah, koran atau tabloid.
2. Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang berguna dalam melakukan kegiatan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterampilan berpikir kritis termasuk salah satu keterampilan tingkat tinggi. Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup keterampilan membandingkan,
mengklasifikasi,
melakukan
pengurutan
(sekuensi),
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
menghubungkan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, perumusan hipotesis, dan penyampaian kritik. Berpikir kritis mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang memadai.
3. Membaca Kritis Beberapa pemahaman membaca kritis akan dijelaskan di bawah ini. a. Membaca kritis memaknai apa yang terdapat pada baris dan apa yang di luarnya, yang tersurat dan tersirat. Kemampuan membaca kritis diperlukan jika kita akan mengambil putusan yang cerdas berdasarkan materi yang dibaca. Hal yang dilakukan adalah mampu menarik simpulan. b. Suatu keterampilan dalam menemukan sesuatu yang kita cari dalam bacaan. c. Kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya. d. Kemampuan pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun tersirat, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Adapun tujuan membaca kritis antara lain: a. memahami makna yang terkandung dalam bacaan; b. merespons secara aktif isi bacaan; c. mengevaluasi isi bacaan. Langkah-langkah pembelajaran membaca kritis terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap prabaca, tahap membaca, dan tahap pascabaca. Pertama, tahap prabaca. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah mengecek berpikir kritis siswa dengan memberikan sebuah pertanyaan mengenai kemungkinan hal apa saja yang akan dikemukakan penulis sekaitan dengan artikel yang akan dibaca siswa. Kedua, tahap membaca. Pada tahap ini yang dilakukan adalah membaca baris, antar baris dan di balik baris. Membaca baris. Artinya, pembaca harus mampu memahami isi bacaan secara menyeluruh; Membaca antarbaris yaitu pembaca harus mampu menggali lebih jauh pemahaman atas makna bacaan sampai pada Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
ditemukannya berbagai maksud pengarang menulis teks tersebut; Membaca di belakang baris. Artinya, pembaca harus mampu menggambarkan generalisasi isi bacaan dan mampu membuat evaluasi atas isi bacaan berdasarkan skemata yang dimilikinya. Ketiga, tahap pascabaca. Setelah tahap prabaca dan membaca, langkah selanjutnya adalah menjawab soal-soal yang berkaitan dengan bacaan melalui membaca kritis.
E. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran pada RPP ini menyangkut model, pendekatan, dan teknik. Penjelasan dari ketiga hal tersebut akan dikemukakan di bawah ini.
1. Model: Pembelajaran Aktif Pembelajaran
aktif
adalah
segala
bentuk
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka untuk
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik. Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis
NO
KEGIATAN
AKTIVITAS
. 1.
- Awal
a. Mengucapkan salam b. Mengondisikan kelas c. Mengecek kehadiran siswa d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan artikel ilmiah populer secara umum
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. - Inti
a. Tahap Prabaca - guru
menganjurkan
pertanyaan
sekaitan
dengan materi yang akan dibahas - guru
membagikan
populer
sebuah
artikel
ilmiah
dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca - guru memandu siswa dalam membaca artikel ilmiah dengan cara memahami baris, antar baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca - guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi dengan siswa lain menjawab soal-soal melalui bertukar ide/pendapat - salah seorang siswa membacakan hasil diskusi dan siswa lainnya menanggapi - siswa menyampaikan kritik - siswa memberikan alasan - siswa menghubungkan sebab-akibat - jawaban yang benar semua diberikan reward 3.
- Akhir
Mengulas secara singkat materi yang baru dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu memahami tentang: 1. informasi tersurat dan tersirat 2. menyimpulkan bacaan 3. membedakan fakta dan opini 4. menafsirkan ide pokok/gagasan utama 5. menafsirkan ide penunjang 6. menentukan tema bacaan.
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis Aspek 1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
Indikator Membaca Kritis (a) Menafsirkan ide pokok paragraf (KBPD-c);
Jenjang Kognitif K2
(b) Menafsirkan ide-ide penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-tis hubungan sebab-akibat (KBPD-i). 2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-konsep dalam Bacaan
(a) Mengikuti petunjukpetunjuk dalam bacaan (KBKD-h);
K3
(b) Menerapkan konsepkonsep atau gagasangagasan (KBM-e); (c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi (KBM-e);
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
3. Kemampuan Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan utama bacaan (KBPD-i);
K4
(b) Memeriksa detail/fakta penunjang (KBST-c);
4. Kemampuan Sintesis
(c) Mengklasifikasikan fakta-fakta (KBM-c). (a) Membuat simpulan bacaan (KBPD-a);
K5
(b) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan (KBST-c);
(c) Menentukan tema bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan (KBST-e);
5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
(e) Membuat ringkasan (KBPL-c). (a) Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan (KBKD-h);
K6
(b) Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini (KBM-f); (c) Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat (KBST-b). Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
I. Tugas Terstruktur Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Apa yang melatarbelakangi Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti tertarik untuk mengolah kotoran sapi menjadi pengharum ruangan ramah lingkungan? 2. Persiapan apa yang telah dilakukan Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti sehingga dapat memenangkan medali emas di ajang ISPO dan Inepo? 3. Dwi dan Rintya: (Keduanya berpandangan), lalu tersenyum dan menjawab serempak). Kita ingin patenkan.
Jelaskan kata yang dicetak miring
tersebut! 4. Melihat fenomena di lapangan dengan masih banyaknya peternak sapi yang membuang kotoran sapi di sekitar rumah dengan cara ditumpuk. Apa menurut pendapat Anda? 5. Tuliskan simpulan yang dapat diperoleh dari wacana tersebut!
J. Media Pembelajaran 1. Teks Artikel 2. Lembar Soal
K. Sumber Acuan Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press. Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa: Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif. Bandung: Andira. Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: AddisonWesley Publishing Company. Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria: ASD
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH. Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
RPP Ke-2
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran
1. Skenario Pembelajaran
membaca
artikel
ilmiah
populer
ini
direncanakan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Skenario pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan penelitian. Untuk mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan dengan memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan. Setelah itu diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah diberi perlakuan. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal. Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101 model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku.
Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak
berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
B. Penyusunan Tujuan Pembelajaran Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis. Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:3740). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu: a. peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun b. peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun c. peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun d. peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12 tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah” (Surya, 2004:39) Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi” (Surya, 2004:40). Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan hasilnya sebagai berikut: NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH SUKU KATA
JUMLAH KALIMAT
WILAYAH
1.
Racik kotoran Sapi Jadi Pengharum Ruangan Selayang Pandang Supersemar Kecanduan Facebook Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental
251
7,44
11
244
8,19
11
256
4,45
11
2. 3.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
85
C. Penyusunan Bahan/Materi Ajar Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran pada perlakuan ke-2 yaitu mengenai tema, gagasan utama, kalimat utama dan kalimat penjelas, dan menentukan ide pokok. Untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan sebagai berikut.
1. Tema Tema menurut arti katanya adalah sesuatu yang telah diuraikan. Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.
Akan tetapi, dari segi
proses penulisan sebelum seorang penulis menulis karangannya terlebih dahulu menentukan topik atau pokok pembicaraan sehingga tema didefinisikan, “suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi” (Keraf, 1997:108).
2. Gagasan Utama Bacaan Gagasan Utama/ide pokok adalah pokok masalah yang mendasari cerita yang bersifat abstrak/implisit atau kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Cara untuk mengetahui ide pokok yakni dengan cara: Bacalah sebuah
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
86
wacana kemudian tutuplah wacana tersebut. Cobalah jawab pertanyaan ini "Paragraf tersebut membahas mengenai apa?" Nah, jawaban itulah yang dinamakan ide pokok.
3. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas Kalimat utama adalah realisasi dari ide pokok yang berupa pernyataan atau kalimat yang terletak di awal dan di akhir paragraf. Kalimat Utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah paragraph sedangkan kalimat penjelas yaitu kalimat yang berisi penjelasanpenjelasan dari kalimat inti.
4. Menentukan Ide Pokok Terdapat dua cara menentukan ide pokok yaitu dilihat dari jenis paragrafnya. Ada paragraf yang memiliki kalimat utama dan ada pula paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. a. Paragraf yang memiliki kalimat utama Cara menentukan ide pokok pada paragraf yang memiliki kalimat utama sangatlah mudah yaitu dengan mengambil isi kalimat utama itu sendiri. Adapun kalimat utama letaknya yaitu pada kalimat pertama di awal paragraf dan kalimat akhir dari sebuah paragraf. Contoh: Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah.
Kekayaan
alam tersebut terdiri dari kekayaan alam yang bersumber dari darat, laut, dan dari dalam perut bumi. Kekayaan alam yang bersumber dari darat misalnya hasil hutan sedangkan kekayaan alam yang bersumber dari laut misalnya ikan, rumput laut, dan mutiara. Sementara, kekayaan alam yang bersumber dari dalam perut bumi misalnya minyak, batu bara, emas, timah, nikel dan sebagainya. Ide pokok paragraf di atas terletak pada kalimat pertama karena kalimat pertama merupakan kalimat utama. Dengan demikian, ide pokok paragraf di atas yaitu Indonesia memeiliki kekayaan alam yang sangat melimpah atau kekayaan alam Indonesia sangat melimpah. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
87
b. Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama Cara menentukan ide pokok pada paragraf yang tidak memiliki kalimat utama yaitu dengan menyimpulkan isi paragraf tersebut. Contoh: Banjir melanda daerah Sumatra Utara dengan ketinggian satu meter. Banjir juga melanda wilayah Tangerang dan Banten dengan ketinggian yang sama, satu meter.
Seolah tak mau kalah, ibukota Jakarta pun dilanda banjir dengan
ketinggian mencapai satu setenagh meter. Ide pokok paragraf di atas adalah banjir melanda wilayah Sumatra Utara, tangerang, dan Jakarta.
E. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang akan dikemukakan yaitu model pembelajaran aktif, pendekatan komunikatif, dan teknik trading place.
1. Model: Pembelajaran Aktif Pembelajaran
aktif
adalah
segala
bentuk
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka untuk
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik. Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88
membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan komuni-katif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
89
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis
NO
KEGIATAN
AKTIVITAS
. 1.
- Awal
a. Mengucapkan salam b. Mengondisikan kelas c. Mengecek kehadiran siswa d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan artikel ilmiah populer secara umum e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
- Inti
a. Tahap Prabaca - guru
menganjurkan
pertanyaan
sekaitan
dengan materi yang akan dibahas - guru
membagikan
populer
sebuah
artikel
ilmiah
dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca - guru memandu siswa dalam membaca artikel ilmiah dengan cara memahami baris, antar baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca - guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi menjawab soal-soal melalui bertukar ide dengan siswa lainya - salah seorang siswa membacakan hasil diskusi dan siswa lainnya menanggapi - siswa menyampaikan kritik
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
90
- siswa memberikan alasan - siswa menghubungkan sebab-akibat - jawaban yang benar semua diberikan reward 3.
- Akhir
Mengulas secara singkat materi yang baru dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu memahami tentang: 1) menentukan tema bacaan 2) menentukan ide pokok bacaan 3) membedakan kalimat utama dan kalimat penjelas 4) menafsirkan ide pokok/gagasan utama 5) menafsirkan ide penunjang
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis Aspek 1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
Indikator Membaca Kritis (a) Menafsirkan ide pokok paragraf (KBPD-c);
Jenjang Kognitif K2
(b) Menafsirkan ide-ide penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kri-tis hubungan sebab-akibat (KBPD-i). 2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-konsep dalam Bacaan
(a) Mengikuti petunjukpetunjuk dalam bacaan (KBKD-h);
K3
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
91
(b) Menerapkan konsepkonsep atau gagasan-gagasan (KBM-e); (c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi (KBM-e); 3. Kemampuan Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan utama bacaan (KBPD-i);
K4
(b) Memeriksa detail/fakta penunjang (KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan faktafakta (KBM-c). 4. Kemampuan Sintesis
(a) Membuat simpulan bacaan (KBPD-a);
K5
(b) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan (KBST-c);
(c) Menentukan tema bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan (KBST-e);
(e) Membuat ringkasan (KBPL-c). 5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
(a) Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan (KBKD-h);
K6
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
92
(b) Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini (KBM-f); (c) Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat (KBST-b). I. Tugas Terstruktur Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1.
Apa tema wacana tersebut?
2.
Sebutkan gagasan utama alinea ke-3!
3.
Tuliskan sebuah fakta dari bacaan tersebut serta sebutkan dari alinea ke berapa?
4.
Tunjukan sebuah kalimat yang mengandung opini serta ada pada alinea ke berapa?
5.
Buatlah simpulan dari bacaan tersebut disertai fakta-fakta pendukung!
J. Media Pembelajaran 1.
Teks Artikel
2.
Lembar Soal
K. Sumber Acuan Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press. Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa: Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif. Bandung: Andira. Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: AddisonWesley Publishing Company. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
93
Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria: ASD Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH. Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Ende: Nusa Indah. Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
94
RPP Ke-3
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Gambaran Umum Model Pembelajaran Gambaran umum model pembelajaran terdiri atas 3 hal. Pertama, Skenario. Kedua, orientasi model, dan ketiga, prinsip reaksi.
1. Skenario Pembelajaran membaca artikel ilmiah populer ini direncanakan menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Skenario pembelajaran yang dilakukan yaitu menginformasikan tujuan penelitian. Untuk mengetahui profil kemampuan membaca kritis siswa dilakukan dengan memberikan pretest. Selanjutnya, diberikan beberapa kali perlakuan. Setelah itu diberikan posttest untuk melihat kemampuan membaca kritis setelah diberi perlakuan. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dalam proses pembelajaran diterapkan teknik trading place yaitu dengan cara, siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru. Pertama-tama soal tersebut dijawab sendiri setelah itu siswa bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku. Kerjasama ini dilakukan dengan berpindah tempat untuk berdiskusi menjawab soal-soal. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
95
Selain teknik tes yang digunakan, instrumen penelitian lainnya yaitu angket yang ditujukan kepada siswa, observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru model, dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru model setelah pelaksanaan perlakuan terakhir.
2. Orientasi Model Model pembelajaran aktif tipe trading place merupakan satu dari 101 model pembelajaran aktif yang dikemukakan Silberman. Melalui teknik trading place, yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, model ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. Dengan model pembelajaran aktif tipe trading place, siswa dapat bekerjasama untuk bertukar informasi, gagasan. Diskusi melalui kelompok kecil direkomendasikan sebagai strategi yang dapat meningkatkan berpikir kritis.
3. Prinsip Reaksi Dalam kegiatan pembelajaran membaca kritis artikel imiah populer, siswa dilatih untuk menyelesaikan soal dengan cara bekerjasama dengan siswa lain yang bukan teman sebangku.
Pertukaran ini terus dilakukan, semakin banyak
berdiskusi dengan siswa lain semakin banyak siswa tersebut bertukar pikiran/berdiskusi. Guru juga memperhatikan dan memandu siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96
B. Penyusunan Tujuan Pembelajaran Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini yaitu untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Jenis pembelajaran membaca pada penelitian ini yaitu membaca kritis. Dalam membaca kritis, pembaca harus menggunakan daya nalar. Jadi, kegiatan membaca yang dilakukan tidak hanya proses mengingat melainkan melibatkan pemahaman, analisis, sintesis, evaluasi serta menyimpulkan bacaan. Berdasarkan teori perkembangan kognitif, Jean Piaget (Surya, 2004:3740). Dikatakan, perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari masa bayi hingga dewasa melalui empat peringkat yaitu: a) peringkat sensori motor usia 0-1,5 tahun b) peringkat pre-operational, usia 1,5 -6 tahun c) peringkat concentrate operational, usia 6-12 tahun d) peringkat formal operational, usia 12 tahun ke atas. Dikatakan, pada usia 12 tahun ke atas, perkembangan kognitif pada peringkat ini, “merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi.
Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah” (Surya, 2004:39) Berdasarkan peringkat formal operational, berpikir kritis dapat diterapkan pada siswa sekolah SMA kelas XI yang termasuk kategori formal operational yaitu usia 12 tahun ke atas. Implikasi dari teori perkembangan kognitif Piaget ini, maka dalam pengajaran di dalam kelas, “anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi” (Surya, 2004:40).
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
97
Adapun formula keterbacaan untuk pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan media artikel ilmiah populer menggunakan uji grafik fry dan hasilnya sebagai berikut: NO.
JUDUL ARTIKEL
JUMLAH SUKU KATA
JUMLAH KALIMAT
WILAYAH
1.
Racik kotoran Sapi Jadi
251
7,44
11
244
8,19
11
256
4,56
11
Pengharum Ruangan 2. 3.
Selayang Pandang Supersemar Kecanduan Facebook Berdampak Buruk bagi Kesehatan Mental
C. Bahan Pembelajaran Bahan atau materi pembelajaran membaca artikel ilmiah populer yaitu berupa artikel ilmiah populer yang dimuat di surat kabar. Artikel ilmiah populer merupakan artikel ilmiah yang dipublikasikan di media cetak yaitu surat kabar dan majalah. Artikel ilmiah populer dalam gaya tulisannya tidak menggunakan bahasa baku dan dari segi penulisannya juga tidak menggunakan sistematika seperti pada tulisan ilmiah. Namun, artikel ilmiah populer merupakan opini penulis yang ditunjang dari sumber literatur juga hasil temuan ahli. Dengan demikian, untuk memperoleh pemahaman tentang isi artikel diperlukan argumen yang didukung oleh fakta yang ada pada bacaan. Sehingga, pembelajaran membaca artikel ilmiah populer harus melibatkan aspek berpikir kritis.
D. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran pada pertemuan ketiga yaitu mengenai ringkasan dan membuat kesimpulan dari bacaan.
1. Ringkasan Ringkasan atau sering juga disebut dengan istilah “precis” adalah bentuk singkat atau ringkas dari sebuah karangan yang masih memperliohatkan sosok Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
98
dasar dari aslinya. Inti bacaan dalam ringkasan yang dibuat, tidak meninggalkan urutan-urutan gagasan yang melandasinya.
Precis atau
memangkas, artinya penyususn ringkasan hanya memangkas hal-hal yang lebih kecil yang menyelimuti gagasan utama bacaan. Dengan kata lain, ringkasan merupakan menyusun bacaan berdasarkan fakta bacaan secara menyeluruh bukan memaparkan yang sedetail-detailnya.
2. Kesimpulan Kesimpulan atau simpulan yaitu suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.
E. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran pada RPP ini menyangku tentang model pembelajaran aktif, pendekatan komunikatif, dan teknik trading place.
1. Model: Pembelajaran Aktif Pembelajaran
aktif
adalah
segala
bentuk
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka untuk
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai
masalah. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok. Bagi kelompok kecil dapat merangsang diskusi. Belajar aktif mendorong siswa untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan. Belajar dengan bekerjasama, tugas-tugas dikerjakan dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik. Pembelajaran aktif dalam pembelajaran di kelas, menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekadar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi dalam memecahkan masalah. Yang paling penting Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
99
adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dikatakan Silberman (2009: xxi), “Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan mendukung. Seringkali peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras”.
2. Pendekatan: Komunikatif Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi, menekankan pembinaan dan pengembangan kemampuan komunikatif siswa. Penerapan pendekatan komuni-katif sepenuhnya dilakukan oleh siswa (student centre) sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian siswa akan mampu bercerita, menanggapi masalah, dan mengungkapkan pendapatnya.
3. Teknik: Trading Place Silberman (2009:44) mengungkapkan mengenai teknik trading place yaitu suatu strategi yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, saling tukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau mencari ide baru tentang berbagai masalah. Strategi tersebut merupakan cara yang baik untuk mengembangkan penyingkapan diri atau sebuah pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dengan demikian, metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100
F. Langkah-langkah Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis
NO
KEGIATAN
AKTIVITAS
. 1.
- Awal
a. Mengucapkan salam b. Mengondisikan kelas c. Mengecek kehadiran siswa d. Menyampaikan apersepsi berkaitan dengan artikel ilmiah populer secara umum e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2.
- Inti
a. Tahap Prabaca - guru
menganjurkan
pertanyaan
sekaitan
dengan materi yang akan dibahas - guru
membagikan
populer
sebuah
artikel
ilmiah
dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
kepada siswa
b. Tahap Membaca - guru memandu siswa dalam membaca artikel ilmiah dengan cara memahami baris, antar baris, dan di belakang baris
c. Tahap Pascabaca - guru menginstruksikan siswa untuk berdiskusi menjawab soal-soal dengan siswa lainnya untuk bertukar ide atau pendapat dalam menemukan gagasan
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
101
- salah seorang siswa membacakan hasil diskusi dan siswa lainnya menanggapi - siswa menyampaikan kritik - siswa memberikan alasan - siswa menghubungkan sebab-akibat - jawaban yang benar semua diberikan reward 3.
- Akhir
Mengulas secara singkat materi yang baru dibahas dan menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran
G. Evaluasi Pembelajaran Membaca Evaluasi pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer yaitu memahami tentang: 1) informasi tersurat dan tersirat; 2) menyimpulkan bacaan; 3) membedakan fakta dan opini; 4) menafsirkan ide pokok/gagasan utama; 5) menafsirkan ide penunjang; 6) menentukan tema bacaan.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
102
H. Indikator Kemampuan Membaca Kritis Berorientasi Berpikir Kritis Aspek 1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
Indikator Membaca Kritis (a) Menafsirkan ide pokok paragraf (KBPD-c);
Jenjang Kognitif K2
(b) Menafsirkan ide-ide penunjang (KBPD-b);
(c) Memahami secara kritis hubungan sebab-akibat (KBPD-i). 2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-konsep dalam Bacaan
(a) Mengikuti petunjukpetunjuk dalam bacaan (KBKD-h);
K3
(b) Menerapkan konsepkonsep atau gagasangagasan (KBM-e); (c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi (KBM-e); 3. Kemampuan Menganalisis
(a) Memeriksa gagasan utama bacaan (KBPD-i);
K4
(b) Memeriksa detail/fakta penunjang (KBST-c);
(c) Mengklasifikasikan fakta-fakta (KBM-c). 4. Kemampuan
(a) Membuat simpulan
K5
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
103
Sintesis
bacaan (KBPD-a);
(b) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan (KBST-c);
(c) Menentukan tema bacaan (KBM-g);
(d) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan (KBST-e);
5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
(e) Membuat ringkasan (KBPL-c). (a) Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan (KBKD-h);
K6
(b) Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini (KBM-f); (c) Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat (KBST-b). I. Tugas Terstruktur Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Buatlah ringkasan dari artikel ilmiah populer yang telah Saudara baca! 2. Apa simpulan yang dapat Saudara ungkapkan dari artikel yang telah Saudara baca tersebut!
J. Media Pembelajaran Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
104
1. Teks Artikel 2. Lembar Soal K. Sumber Acuan Abidin. 2010. Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press. Ahuja, Pramila dan G.C Ahuja. 2010. Membaca Secara efektif dan Efisien. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Alwasilah, A.Chaedar dan Hobir A. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa: Mengungkap Tabir Bahasa Demi Peningkatan SDM yang Kompetitif. Bandung: Andira. Baldrige, Keneth P. 1979. Seven Strategies Reading. Greenwich: AddisonWesley Publishing Company. Costa. 1985. Developing Mind: A Resource Book for Thinking. Alexandria: ASD Fisher, Alex. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Harjasujana, Ahmad S. 1987. Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH. Kuntarto, Niknik M. 2008. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta: Mitra Wacana Media Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
1. Instrumen Pengumpul Data Instrumen pengumpul data yang digunakan penulis pada penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan nontes. Instrumen tes terdiri dari soal tes kemmapuan membaca artikel ilmiah populer sedangkan instrumen nontes terdiri dari lembar observasi, angket, dan wawancara. Sebelum instrumen nontes dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Berikutnya, akan dikemukakan kisi-kisi serta soal instumen pengumpul data. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
105
1.1
Kisi-kisi Angket, Observasi, dan Wawancara
2.1.1 Kisi-kisi Angket Adapun kisi-kisi angket pendapat siswa dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 KISI-KISI ANGKET PENDAPAT SISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER MASALAH
TUJUAN
INDIKATOR
ASPEK YANG DIUKUR
(1) Bagaimankah pembelajaran membaca artikel ilmiah populer menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
(2) Menghimpun pendapat siswa dan guru tentang kualitas pembelajaran membaca dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
(3) Keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
(4) 1. Tujuan a. Penyampaian tujuan pembelajaran membaca b. Mudah tidaknya dipahami 2. Bahan a. Kesesuain tujuan dengan bahan b. Kesesuaian bahan dengan kebutuhan c. Kemenarikan bahan 3. Model Pembelajaran a. Menumbuhkan motivasi b. Memahami artikel c. Menganalisis artikel d. Mengevaluasi artikel e. Menarik kesimpulan f. Berpikir kritis g. Kemenarikan
NOMOR SOAL
(5) 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 11 12
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
model h. Aktivitas belajar siswa i. Motivasi belajar siswa j. Memperkaya pengalaman belajar
13 14 15
k. Kualitas interaksi l. Kualitas pembelajaran m. Kualitas kemampuan membaca n. Kemampuan memotivasi minat siswa o. Dapat tidaknya diterapkan pada keterampilan berbahasa lainnya.
16 17 18
19
20
2.1.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi Instrumen tes berupa pengumpul data observasi, kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN PADA PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER MASALAH
TUJUAN
(1) Bagaimankah pembelajaran membaca artikel ilmiah
(2) Menghimpun pendapat siswa dan guru tentang kualitas
INDIKATOR
(3) Keefektifan model pembelajaran aktif tipe
ASPEK YANG DIUKUR
(4) Pendahuluan
NOMOR SOAL
(5) 1
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107
populer menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis
pembelajaran membaca dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
Penyajian Tujuan Pembelajaran
2
Kegiatan Pembelajaran
3
2.1. 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini. Tabel 5.3 PEDOMAN WAWANCARA TENTANG PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS MASALAH
TUJUAN
Bagaimana pendapat guru tentang model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer
Untuk memperoleh atau menghimpun pendapat guru tentang model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah
INDIKATOR
ASPEK YANG DIUKUR
model 1. Keefektifan pembelajaran model tersebut aktif tipe ketika trading place diterapkan di berorientasi kelas. berpikir kritis 2. Dapat tidaknya dalam menambah pembelajaran interaksi membaca pembelajaran artikel ilmiah 3. Dapat tidknya populer diimplementas ikan ke dalam RPP 4. Hambatan yang dirasakan dan cara
NOMOR PERTANYAAN
1
2, 3, 4
5
6, 7, 8, 9
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
108
populer
mengatasinya 5. Keunggulan dan kelemahan model tersebut, 6. Saran/masukan untuk perbaikan model. 7. Kemungkinan model untuk digunakan pada pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. JUMLAH
10
11
12
12
2.1.4 Kisi-kisi Soal Tes Soal tes merupakan instrumen utama pada penelitian ini. Kisi-kisi sebelum soal tes dibuat dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut ini. Tabel 6.3 Komposisi Sebaran Soal Pilihan Ganda Jumlah Soal untuk Artikel Ke-1 Ke-2 Ke-3
No.
Indikator Membaca Kritis
Jumlah Soal
1.
Kemampuan Menginterpretasi Mak-
6
2
2
2
na Tersirat 2.
Kemampuan Menganalisis
9
3
3
3
3.
Kemampuan Mensintesis
9
3
3
3
4.
Kemampuan Menilai
6
2
2
2
10
10
10
Jumlah
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
109
Komposisi Sebaran Soal Esai Jenis Artikel
Soal Nomor
Artikel A
Jenjang Kognisi dan Berpikir Kritis (K4-a), (K5-a)
Artikel B
(K4-c), (K6-c)
3, 4
Artikel C
(K5-c), (K6-b)
5, 6
1, 2
Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Membaca Kritis
Aspek 1. Kemampuan Menginterpretasi Makna Tersirat
2. Kemampuan Mengaplikasikan Konsep-konsep dalam Bacaan
Indikator Membaca Kritis (a) Menafsirkan ide pokok paragraf (KBPD-c);
Jenjang Kognitif K2
Tipe Soal A B x
(b) Menafsirkan ide-ide penunjang (KBPD-b);
x
(c) Memahami secara kritis hubungan sebab-akibat (KBPD-i).
x
(a) Mengikuti petunjukpetunjuk dalam bacaan (KBKD-h); (b) Menerapkan konsepkonsep atau gagasangagasan (KBM-e); (c) Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi
K3
Nomor Soal 1
21, 2
x
12, 22, 2 (esai)
x
13, 24
x
3, 23,11
x
x
4, 14, 3 (esai)
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
110
(KBM-e); 3. Kemampuan Menganalisis
4. Kemampuan Sintesis
(a) Memeriksa gagasan utama bacaan (KBPD-i);
x
6, 27
(b) Memeriksa detail/fakta penunjang (KBST-c);
x
5, 15, 25
(c) Mengklasifikasikan fakta-fakta (KBM-c).
x
x
16, 4 (esai)
x
x
7, 5 (esai)
(a) Membuat simpulan bacaan (KBPD-a);
K4
K5
(b) Mengorganisasikan gagasan utama bacaan (KBST-c);
x
17, 26
(c) Menentukan tema bacaan (KBM-g);
x
9, 28
(d) Menghubungkan data sehingga diperoleh simpulan (KBST-e);
x
8, 18
(e) Membuat ringkasan (KBPL-c). 5. Kemampuan Menilai Isi Bacaan
(a) Menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan (KBKD-h);
(b) Menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau
x
K6
1
x
29
x
19, 30, 6 (esai)
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
111
opini (KBM-f); (c) Menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat (KBST-b).
x
10, 20
Keterangan: A = Soal Pilihan Ganda B = Soal Esai
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
112
2.2
Soal Instrumen Tes Pengumpul Data
2.2.1 Soal Pedoman Observasi Kisi-kisi untuk instrumen pengumpul data berupa pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 7.3 di bawah ini.
Tabel 7.3 PEDOMAN OBSERVASI TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN PADA PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
Petunjuk: Pilihlah kolom “Hasil Pengamatan” dengan memberikan ceklist (√) pada: -Kolom (3) apabila hasil pengamatan terjadi -Kolom (4) apabila hasil pengamatan tidak terjadi -Kolom (5) apabila bersunguh-sungguh -Kolom (6) apabila tidak bersungguh-sungguh NO. (1) 1.
UNSUR YANG DIAMATI (2)
HASIL PENGAMATAN (3)
(4)
(5)
(6)
KETERANGAN (7)
Pendahuluan Guru: a. Mengucapkan salam b. Mengondisikan kelas c. Mengecek kehadiran siswa
Siswa: a. Menjawab salam b. Menyiapkan diri untuk belajar
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
113
c. Menginformasikan siswa yang tidak hadir
2.
Tahap Penyajian Tujuan Pembelajaran Guru: a. Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Menyampaikan informasi tentang “Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer” c. Guru menganjurkan pertanyaan sekaitan dengan materi yang akan dibahas
Siswa: a. Menyimak tujuan pembelajaran b. Menyimak informasi tentang pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer c. Mengajukan pertanyaan
3.
Tahap Kegiatan Pembelajaran Guru: a. Guru menjelaskan tentang membaca kri-
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
114
b.
c.
d. e.
f.
g.
h.
tis berorientasi berpikir kritis, dan artikel ilmiah populer Guru menjelaskan langkah-langkah membaca kritis Guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui berpikir kritis siswa Guru membagikan artikel ilmiah populer Guru meminta siswa untuk membacakan artikel ilmiah populer Guru berdiskusi dengan siswa dalam memahami baris, antar baris, dan dibalik baris Guru menginstruksikan siswa untuk berpindah tempat berdiskusi dengan siswa yang bukan sebangku dalam menjawab soal-soal yang diberikan guru Guru memberikan reward kepada siswa yang mengemukakan hasil diskusi dan berpindah tempat paling banyak serta paling cepat menyelesaikan soal-soal dengan benar
Siswa: a. Menjawab pertanyaan guru b. Mengerjakan soalsoal c. Berpindah tempat untuk berdiskusi d. Mengemukakan hasil diskusi
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
115
Penutup Guru: Mengulas secara singkat materi yang baru dibahas Siswa: Menyimpulkan materi
2.2.2 Soal Angket Soal angket sebagai instrumen pengumpul data dapat dilihat pada tabel 8.3 berikut ini.
Tabel 8.3 ANGKET PENDAPAT SISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRADING PLACE BERORIENTASI BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER
Petunjuk: Angket ini terdiri dari 20 pertanyaan. Pilihlah pernyataan yang Anda anggap paling sesuai dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada kolom pilihan. SS : Sangat Setuju S : Setuju KS : Kurang Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju NO.
PERNYATAAN
1.
Sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru menyampaikan terlebih dahulu tentang tujuan membaca Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru mudah dipahami Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan bahan atau materi pembelajaran Pemilihan bahan membaca oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa Artikel ilmiah populer yang disajikan sebagai bahan bacaan dalam pembelajaran membaca menarik perhatian untuk dibaca Model pembelajaran aktif tipe trading place
SS
2. 3. 4. 5.
6.
PILIHAN S KS TS
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STS
116
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam memahami artikel ilmiah populer Model pembelajaran aktif tipe trading place) dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam menganalisis isi artikel ilmiah populer Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memudahkan siswa dalam mengevaluasi isi artikel ilmiah populer Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memudahkan siswa untuk menyimpulkan isi artikel dengan bahasa sendiri Model pembelajaran aktif tipe trading place yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memudahkan Anda untuk berpikir kritis Model pembelajaran aktif tipe trading place yang digunakan peneliti dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer sangat menarik Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat meningkatkan motivasi belajar siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat memperkaya pengalaman belajar di kelas Model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat menciptakan interaksi (komunikasi) yang beragam antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan guru dengan siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
117
18.
19.
20.
berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer dapat meningkatkan mutu pembelajaran membaca Model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca kritis artikel ilmiah populer berorientasi berpikir kritis dapat memotivasi minat siswa Model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dapat diujicobakan pada pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya yaitu menulis, berbicara atau menyimak
2.2.3 Soal Pedoman Wawancara 1. Menurut Ibu, apakah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis efektif dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer? 2. Apakah model tersebut dapat diikuti oleh siswa? 3. Apakah model pembelajaran tersebut menjadikan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru? 4. Apakah model tersebut dapat menambah interaksi pembelajaran? 5. Apakah model tersebut dapat diimplementasikan ke dalam RPP pada pembelajaran membaca artikel? 6. Menurut ibu, hambatan apa yang dirasakan ketika mengajarkan membaca artikel ilmiah populer dengan menggunakan model tersebut? 7. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut? Apa solusinya? 8. Pada bagian manakah yang dirasakan sulit ketika mengajarkan membaca artikel ilmiah populer dengan model tersebut? 9. Bagaimana cara mengatasi kesulitan itu? 10. Menurut Ibu, apa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer? 11. Apa saran atau masukan Ibu untuk perbaikan model tersebut sehingga menjadi lebih efektif?
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
118
12. Apakah model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis dalam pembelajaran membaca artikel ilmiah populer dapat digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya? 2.2.4 Soal Tes Kemampuan Membaca TES KEMAMPUAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH POPULER Mata Pelajaran Hari, tanggal Waktu
: Bahasa Indonesia : : 90 Menit
Petunjuk Umum: 1. tulislah terlebih dahulu nama Anda pada lembar jawaban. 2. bacalah soal dengan seksama. 3. setelah mengerjakan soal, lembar soal harus dikumpulkan kembali. 4. jawaban soal jenis pilihan ganda dikerjakan dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar 5. jawaban soal jenis pilihan ganda maupun soal jenis esai dikerjakan pada lembar jawaban. 6. dilarang keras mengerjakan soal sambil membuka buku/catatan dan bekerjasama dengan siswa lain.
ARTIKEL A Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional oleh Moch. Sofyan
Panas bumi dan tenaga hidro secara bertahap akan menggantikan pembangkit listrik minyak bumi. Sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan. Belum lagi isu pemanasan global serta ketahanan energi nasional yang rentan fluktuasi harga dan kian terbatasnya sumber energi fosil (migas dan batubara). Energi baru dan terbarukan (EBT) harus mulai dikembangkan dengan mengubah pola pikir bahwa EBT Bukan sekadar energi alternatif bahan bakar fosil tapi penyangga pasokan energi nasional. Saat ini komposisi EBT PLN hanya 11 persen sedangkan porsi terbesar batu bara 45 persen, gas 27 persen, dan minyak bumi 17 persen. Keppres No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional menyebutkan EBT sebagai sumber pembangkit ditargetkan 20 persen pada 2025. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
119
Dari total kapasitas pembangkit pada FTP (Fast Track Program) 10.000 MW tahap kedua, 66 persen pembangkit menggunakan EBT. Rinciannya, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 4.925 MW dan PLTA 1.753 MW. Untuk mengurangi ketergantungan pembangkit listrik terhadap energi fosil, penggunaan EBT harus di dorong. Dua EBT yang akan mendominasi program PLN adalah tenaga hidro dan tenaga panas bumi (geothermal). Dari potensi tenaga hidro di Indonesia sebesar 75 ribu MW, akan dibangun PLTA dengan total kapasitas 12.900 MW sampai 2025. Saat ini total kapasitas PLTA yang beroperasi 3.500 MW, sedangkan dari potensi panas bumi sebesar 30.000 MW yang telah beroperasi 1.313 MW di 26 lokasi. Potensi EBT lainnya adalah biodesel yang sumbernya berasal dari minyak kelapa sawit, tanaman jarak, dan singkong. CPO memiliki sumber yang berlimpah karena Indonesia memproduksi 26 juta ton per tahun. Selain itu PLN berencana memanfaatkan biomassa dengan target 375 MW, tenaga surya 620 MW, dan mini hidro 1.500 MW. Pulau-pulau di Indonesia Timur yang menggunakan PLTD diganti sistem hibrida, gabungan tenaga surya, biomassa, dan mini hidro. Dengan pemanfaatan EBT dari berbagai sumber ini, PLN yakin penggunaan minyak bumi bisa ditekan hingga 3 persen di 2015. Dari sisi kelayakan finansial dan teknis, PLN menjadikan skala pengembangan tenaga hidro dan tenaga panas bumi lebih dikedepankan dibanding biodesel dan biomassa. Biomassa dan biodesel berbenturan dengan kebutuhan pangan dan fluktuasi harga dunia, sedangkan tenaga hidro dan panas bumi mendukung pasokan energi nasional karena tidak bisa diekspor dan diperjualbelikan. Pengembangan potensi panas bumi di Tanah Air memiliki tantangan karena sebagian besar lokasinya di kawasan hutan lindung dan wilayah konservasi. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi menyebutkan, pengembangan panas bumi sebagai aktivitas pertambangan, sedangkan UU No.41 Tahun 1999 tentang Penggunaan Kawasan Hutan menyatakan kawasan konservasi hanya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan belum memungkinkan untuk pengusahaan panas bumi. Agar tidak terjadi hambatan dalam implementasi EBT, maka diperlukan perubahan dan harmonisasi regulasi. Tantangan lain pengembangan EBT adalah investasi awal yang besar. Jika investasi PLTD US 500 per KW dan PLTG US 750 per KW, investasi PLTA berkisar US 2000-2500 sedangkan PLTP dan PLTS US 3000-4000. Karena keterbatasan dana investasi maka pada FTP II, PLN mengelola 26 proyek berkapasitas 3.757 MW, sedangkan 72 proyek dengan kapasitas 6.290 MW dikelola IPP (Independent Power Producer).
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
120
Petunjuk Khusus: Soal no.1-10 mengacu pada Artikel A di atas. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Berdasarkan pemahaman Saudara, paragraf VII bacaan di atas membahasa mengenai.... A. kegiatan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pendidikan B. Potensi panas bumi di tanah air mengalami tantangan dalam pengembangannya C. UU nomor 27 tahun 2003 dan UU no.41 tahun 1999 D. Lokasi potensi panas bumi berada pada kawasan hutan lindung dan wilayah konservasi, sehingga potensi panas bumi dalam pengembangannya memiliki hambatan 2. Teliti paragraf I bacaan di atas. Dikatakan, sektor energi di Indonesia mengalami masalah serius karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan. Yang dimaksud energi pada kalimat tersebut adalah .... A. tenaga hidro B. tenaga listrik C. tenaga gas D. tenaga uap 3. Dua EBT yang mendominasi PLN yaitu tenaga hidro dan panas bumi. Akan tetapi, panas bumi mengalami tantangan yaitu... A. tenaga panas bumi perlu investasi yang besar B. sebagian besar lokasinya bukan di kawasan hutan lindung C. penggunaan tenaga panas bumi ditekan hingga 3 persen D. EBT sumbernya dari biodesel dan biomassa 4. Dengan tergantikannya pembangkit listrik minyak bumi dengan panas bumi dan tenaga hidro maka... A. ketergantungan terhadap energi fosil dapat dikurangi B. tidak akan mempengaruhi pasokan energi di Indonesia C. pasokan energi bukan hanya panas bumi dan tenaga hidro D. panas bumi dan tenaga hidro merupakan energi utama 5. Pemerintah meningkatkan pasokan energi nasional melalui EBT. Namun, kekayaan energi malah dikelola pihak asing. Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah? A. Mengelola sendiri potensi energi nasional tanpa melibatkan pihak asing Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
121
B. Menyewakan kepada pihak asing dengan alasan mendapat pemasukan C. Menyewakan kepada pihak asing karena Indonesia kekurangan SDM D. Tidak melibatkan pihak asing tetapi berupaya juga meningkatkan SDM 6. Gagasan utama paragraf VII di atas adalah.... A. tantangan wilayah konservasi di tanah air B. tantangan mengembangkan potensi panas bumi C. terubahan dan harmonisasi regulasi kawasan hutan D. tantangan pengembangan kawasan hutan lindung 7. Simpulan yang diperoleh dari bacaan di atas adalah.... A. sumber EBT adalah biodesel, biomassa, tenaga hidro, dan tenaga panas bumi B. panas bumi dan tenaga hidro secara bertahap akan menggantikan pembangkit listrik minyak bumi C. biodesel dan biomassa berbenturan dengan kebutuhan pangan dan fluktuasi harga dunia D. tenaga panas bumi dan hidro mendukung pasokan energi nasional 8. Teliti kembali paragraf IV di atas. Berdasarkan kalimat (1) sampai kalimat (4), dapat disimpulkan bahwa.... A. tenaga hidro dan tenaga panas bumi akan menyokong pasokan energi nasional B. tenaga hidro dan tenaga panas bumi kurang berperan dalam menyokong pasokan energi nasional C. terdapat beberapa energi fosil mendukung pembangkit tenaga listrik D. tenaga hidro dan tenaga panas bumi merupakan dua energi baru dan terbarukan 9. Tema bacaan wacana di atas adalah.... A. energi terbarukan penyangga pasokan energi nasional B. potensi EBT yang akan mendominasi progran PLN C. mengurangi ketergantungan energi panas bumi D. masalah serius sektor energi listrik di Indonesia 10. Menurut penilaian Saudara, setujukah bahwa artikel yang berjudul “Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional” merupakan jenis artikel ilmiah populer? A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
122
D. Kurang setuju
ARTIKEL B Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak Remaja Masa remaja adalah masa perkembangan psikologis anak untuk menjadi seorang anak yang mulai tumbuh dewasa atau biasa dikenal dengan masa peralihan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa. Pada masa ini anak remaja biasanya suka meniru gaya atau style orang yang dikaguminya sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan bimbingan dari orang tua agar anak remajanya tidak salah gaya yang dapat membuat rusak untuk masa depannya. Tapi kebanyakan orang tua tidak mengetahui dalam mendidik anak remaja, mereka tidak tahu bakat apa yang dimiliki anaknya sehingga bakat anaknya itu terkandas karena kesalahan dari orang tua. Oleh karena itu, berikut beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak remaja mereka: 1. Salah Persepsi Seringkali orang tua menanamkan persepsi yang salah tentang diri sendiri juga persepsi tentang keberhargaan diri dalam diri anak-anaknya baik secara sadar atau tidak sadar hal ini mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Ketika orang tua mengajarkan persepsi yang salah kepada diri anak, sebenarnya saat itulah orang tua sedang menanam ranjau-ranjau psikologis yang sewaktu-waktu dapat meledak. Persepsi salah yang seperti apakah yang sering dan tanpa disadari dilakukan orang tua kepada anak-anaknya? Contoh kecil saja, banyak orang tua yang memaksakan anaknya harus baik dalam segala hal. Adalah menjadi kebanggaan dan keberhargaan diri bagi orang tua jika anak-anaknya memiliki prestasi di atas ratarata teman-teman lainnya. Orang tua sering menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang mengekspresikan emosi negatif, orang tua juga sering meminta anaknya untuk tidak melakukan kesalahan bahkan menurut orang tua meminta pertolongan adalah salah dan memalukan. Ibarat bom waktu seorang anak bukan saja membutuhkan perhatian, pujian, dan teguran. Keseimbangan akan hal itu akan membuat sang anak merasa dicintai dan dikasihi. Namun sayang karena kesibukan pekerjaan dan rutinitas sehingga orang Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
123
tua membiarkan anak-anaknya tumbuh dengan sendirinya sehingga ketika masalah timbul barulah orang tua sibuk mencoba menjadi orang tua yang baik atau bijaksana. Kesibukan orang tua kadang membuat mereka tak ada waktu lagi untuk anakanaknya, tak ada waktu lagi menemani anaknya bahkan tak ada waktu lagi bersenda gurau. Bahkan kadang lupa memberi apresiasi kepada anaknya ketika berprestasi, baru ketika anak berbuat salah maka orang tua sibuk memberikan perhatian dan sok bijak. 2. Tidak Konsisten dalam Mengasuh Anak Adalah menjadi masalah umum ketika orang tua tidak lagi konsisten dalam mengasuh anak. Para orang tua memiliki bermacam-macam alasan untuk membenarkan ketidakkonsistenan terhadap anak-anaknya. Apapun alasan ketidakkonsistenan orang tua dapat memperbesar variasi problem terhadap perilaku anak-anaknya. Lalu muncul pertanyaan pada diri saya “manakah yang lebih baik anak-anak tumbuh di dalam keluarga otoriter atau permisif? Sebenarnya yang terpenting adalah adanya aturan yang bisa diprediksi dan konsisten. 3. Komunikasi Tertutup Komunikasi adalah hal atau faktor terpenting dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Jika anak-anak berpikir bahwa mereka dapat berbicara dengan orang tua mereka tentang perasaan dan hidup mereka, jika ketika mereka berhasil atau gagal bisa dan mampu menyampaikan secara terbuka kepada orang tuanya, dengan begitu mereka akan merasa dimiliki dan diperhatikan sehingga anak-anak merasa bermakna bagi diri juga orang tuanya. 4. Problem Solver Banyak anak dan remaja sekarang menjadi anggota generasi bingung, kalau mau ditelusuri ke latar belakang pengasuhan mereka, biasanya ditemui bahwa orang tua mereka kebanyakan berfungsi sebagai problem solver bagi anak-anaknya. Akibatnya, anak-anak mereka mengalami over-provided dan hidupnya menjadi pasif. Lalu apa alasan orang tua menjadi problem solver? Alasan klasiknya adalah orang tua ingin membahagiakan anak-anaknya, orang tua tak ingin anaknya mengalami masalah dalam hidupnya. 5. Tidak Ada Keteladanan Seringkali orang tua menggunakan teknik dalam membangun dan mendidik anakanak dengan cara memerintah, meminta anak-anaknya melakukan apa yang Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
124
dikatakan, padahal yang tak kalah pentingnya keteladanan memberikan pengaruh yang sangat kuat dan positif. Anak-anak perlu diberi contoh, dan bukan dengan diperintah. Contoh kecil, banyak orang tua berharap anak-anaknya cerdas, lalu para orang tua memerintahkan anaknya untuk belajar apapun dan bagaimanapun caranya. Mungkin dengan memberi contoh dan mengajaknya belajar akan berbeda karena penerimaan anakpun akan merasa dirinya diperhatikan orang tuanya. 6. Pilih Waktu Bermain dengan Anak-anak Sebagai orang dewasa kadang para orang tua lupa bagaimana menjadi seorang anak kecil. Banyak orang tua terjebak dalam kesibukan sehari-hari untuk mencari nafkah dan membayar cicilan rumah, tapi banyak orang tua lupa bahwa anak-anak juga butuh bermain. Anak-anak butuh berfantasi dan mengembangkan kreativitasnya. Jangan sibukkan anak-anak dengan berbagai macam les sepanjang minggu. Niatnya baik tapi belum tentu caranya benar, kadang les yang tidak disukai anak tidak menyelesaikan persoalan justru menambah persoalan bagi si anak. Sumber: file://G://kesalahan-orang-tua-dalam-mendidik-anak-remaja-mereka
Petunjuk Khusus Soal no. 11-20 mengacu pada artikel B Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 11. Dari bacaan di atas dikemukakan, meminta pertolongan adalah salah dan memalukan. Hal yang dikemukakan orang tua tersebut merupakan cerminan.... A. komunikasi tertutup orang tua B. ketidakteladanan orang tua C. ketidakkonsistenan orang tua D. salah persepsi orang tua 12. Berdasarkan pada bacaan, salah satu kesalahan orang tua yaitu tidak ada keteladanan orang tua. Sebagai contoh ketidakteladanan orang tua yaitu.... A. mengajak anak untuk belajar B. memerintah anak untuk belajar C. tidak membiarkan anak malas belajar D. memberi contoh kepada anak 13. Alasan orang tua menjadi problem solver adalah.... A. anak harus menurut pada orang tua Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
125
B. tidak ingin anaknya mengalami masalah C. orang tua lebih tahu daripada anak D. permasalahan anak dapat diatasi orang tua 14. Setujukah Saudara, anak-anak lebih baik tumbuh pada keluarga otoriter? A. Sangat setuju B. Setuju C. Tidak setuju D. Kurang setuju 15. Dinyatakan dalam bacaan, menurut orang tua meminta bantuan adalah salah dan memalukan. Menurut pendapat Saudara, apa yang dikemukakan orang tua tersebut adalah... A. pendapat tersebut keliru B. apa yang dikatakan benar C. diarang meminta bantuan D. meminta bantuan boleh saja 16. Manakah yang bukan merupakan kesalahan persepsi orang tua kepada anaknya? A. Menganggap salah ekspresi emosi negatif anak laki-laki B. Lupa memberi apresiasi kepada anak ketika berprestasi C. Meminta anak untuk tidak melakukan kesalahan D. Tidak hanya memerintah tetapi memberi contoh 17. Gagasan utama paragraf II pada bacaan di atas yaitu... A. kesalahan orang tua terhadap anaknya B. kesalahan anak terhadap orang tuanya C. kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya D. kesalahan orang tua terhadap dirinya sendiri 18. Teliti kembali point 1 pada bacaan di atas. Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu... A. orang tua menganggap buruk terhadap anak laki-laki yang mengekspresikan emosi negatif B. orang tua merasa bangga jika anak-anaknya memiliki prestasi di atas rata-rata teman-temannya C. orang tua menanamkan persepsi yang salah mengenai keberhargaan diri orang tua dalam diri anak-anaknya D. orang tua meminta anaknya untuk tidak melakukan kesalahan Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
126
19. Pernyataan yang bukan menunjukkan fakta dari bacaan di atas adalah.... A. kebanyakan orang tua tidak mengetahui cara mendidik anak remaja B. mengajak anak belajar merupakan salah satu contoh keteladanan orang tua C. hal yang dilakukan remaja biasanya meniru gaya orang yang dikaguminya D. berbagai les sepanjang minggu dapat mengembangkan kreativitas anak 20. Kalimat utama paragraf I terletak pada kalimat... A. kalimat pertama B. kalimat terakhir C. kalimat ketiga A. keseluruhan paragraf
ARTIKEL C PEMUDA DOMINASI PENGANGGURAN Tingginya jumlah pekerja informal dan pengangguran usia muda harus segera ditangani agar tidak memunculkan masalah sosial ke depan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai semu dan pelit menciptakan lapangan kerja, kini meninggalkan dua persoalan utama ketenaga-kerjaan nasional, yakni tingginya jumlah pekerja di sektor informal, sekitar 70 persen dari total pekerja, dan banyak pengangguran dari kalangan pemuda. Tahun lalu, 22,2 persen pemuda Indonesia menganggur. Jumlah itu lebih tinggi dari statistik rata-rata pengangguran berusia muda kawasan Asia tenggara dan Pasifik sebesar 13,9 persen. Bahkan, persoalan pengangguran di Indonesia sudah menjadi isu internasional karena 5 persen (hampir 10 juta) dari 200 juta pengangguran di seluruh dunia berada di Tanah Air. Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Karyadi Mintaroem, menjelaskan fenomena tingginya pekerja sektor informal mencerminkan ketidaksesuaian lapangan kerja dengan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Di bawah ini digambarkan data pekerja sektor informal di Indonesia. Pekerja Sektor Informal
2010 Feb Agt
2011 Feb Agt
2012 Feb Agt
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
127
Berusaha sendiri 20,46 21,03 21,15 Berusaha dibantu buruh tidak 21,92 21,68 21,31 tetap Berusaha dibantu buruh tetap 3,02 3,26 3,59 Pekerja bebas di pertanian 6,32 5,82 5,58 Pekerja bebas di nonpertanian 5,28 5,13 5,16 Pekerja keluarga/tak dibayar 19,68 18,77 19,98 Jumlah 76,68 75,69 76,77 Keterangan: Angka-angka pada tabel dinyatakan dalam persen
19,41 19,54 18,44 19,66 20,37 18,76 3,72 5,48 5,64 17,99 71,9
3,93 5,36 5,97 19,50 74,67
3,87 5,34 6,20 17,90 70,51
Semua sektor memang menyerap tenaga kerja, tetapi tidak secepat yang diharapkan masyarakat. Sektor formal seperti pabrik jumlahnya lebih sedikit dan membutuhkan keahlian khusus dibandingkan sektor informal seperti warung atau jenis usaha kecil lainnya. Meski pemerintah mengklaim jumlah pekerja sektor informal cenderung menurun, dibandingkan dengan negara lain, Indonesia tergolong sangat tinggi. Jumlah pekerja informal di Meksiko dan Rusia, misalnya masing-masing hanya 36 persen dan 10 persen. Berdasarkan data Kemenakertrans, jumlah penduduk bekerja yang memiliki bekal pendidikan rendah dan berpotensi bekerja di sektor informal telah turun, yakni dari 68,28 persen (Agustus 2011) dari jumlah 110,8 juta jumlah penduduk bekerja. Karakter kedua dari ketenagakerjaan di Indonesia yang dinilai mencemaskan adalah pengangguran didominasi oleh kalangan anak muda. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 53 persen pengangguran berusia di bawah 25 tahun dan mayoritas penganggur ini adalah pengangguran terdidik karena 74,5 persen berpendidikan SMA atau lebih tinggi. Mengenai profil pengangguran itu, belum lama ini, Wakil Presiden Boediono menilai penting upaya menekan tingkat pengangguran di kalangan generasi produktif, terlebih jumlah penduduk berusia muda mencapai 30 persen dari total warga Indonesia. Indonesia diberkahi banyak penduduk muda, namun data demografis itu penting hanya jika mereka bekerja karena kalau tidak, (anak muda) itu bisa menjadi masalah sosial. Boediono lantas menguraikan pengalaman negara-negara Benua Afrika yang secara kependudukan mirip Indonesia. Melimpahnya anak muda di Benua hitam itu ternyata tidak berbanding lurus dengan kemakmuran. Sudah ada banyak pengalaman di Afrika. Itu sebabnya kami bekerja serius mengatasi persoalan pengangguran itu.
REKOMENDASI UNESCO Terkait banyaknya pengangguran di Indonesia, Organisasi pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya PBB atau UNESCO memberikan empat rekomendasi guna mengatasi hal itu. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
128
“Terkait keterampilan hidup (life skill), UNESCO merekomendasikan sejumlah langkah untuk mengatasi tingkat pengangguran di Indonesia”, ujar ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rahman, pekan lalu. Rekomendasi pertama adalah menyediakan kesempatan pendidikan untuk mereka dengan keterampilan dasar yang rendah. Arief menambahkan rekomendasi kedua adalah menghilangkan hambatan yang membatasi kaum muda untuk menuju tingkat SMP. Rekomendasi ketiga, membuat pendidikan tinggi lebih mudah diakses dan meningkatkan relevansi dengan dunia kerja. “Sedangkan rekomendasi keempat adalah memberikan akses bagi kaum muda dari kalangan miskin untuk mendapatkan pelatihan keterampilan,” papar dia. SB/lex/WP
Petunjuk Khusus: Soal no. 21-30 mengacu pada ARTIKEL C Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 21. Hal-hal di bawah ini merupakan penyebab tingginya jumlah pekerja sektor informal, kecuali ... A. sektor formal butuh keahlian khusus B. sektor informal jumlahnya sedikit C. perekonomian Indonesia yang baik D. sempitnya lapangan pekerjaan 22. Manakah pernyataan di bawah ini yang merupakan faktor utama penyebab pengangguran? A. Lapangan pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi jumlah tenaga kerja B. Pertumbuhan ekonomi yang semu dan sulit menciptakan lapangan kerja C. Tingginya jumlah pekerja informal dan pengangguran usia muda D. Sektor formal jumlahnya lebih sedikit membutuhkan keahlian 23. Bagaimana pendapat Saudara mengenai banyaknya pengangguran dari kalangan pemuda menurut pusat statistik saat ini? A. Pengangguran usia muda akan menyebabkan masalah sosial B. Usia muda harus dibina untuk menciptakan lapangan kerja C. Usia muda masih memiliki kesempatan yang panjang D. Jumlah pengangguran usia muda di negara lain juga banyak 24. Pada paragraf VIII disebutkan, berdasarkan data BPS mayoritas penganggur adalah dari kalangan terdidik karena 74,5 persen berpendidikan SMA atau lebih tinggi. Dengan demikian, pengangguran terjadi karena... A. ketidaksesuaian lapangan kerja dengan spesifikasi keilmuan B. tidak semua sektor menyerap tenaga kerja Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
129
C. jumlah tenaga kerja lebih banyak dibandingkan lapangan kerja D. jawaban A, B, dan C benar 25. Berdasarkan pada bacaan, jenis pekerja sektor informal yaitu... A. pekerja bukan keluarga B. pekerja pemerintah C. berusaha sendiri D. pekerja dibayar 26. Jumlah pekerja sektor informal manakah yang mengalami penurunan paling banyak pada bulan Februari? A. Berusaha sendiri B. Pekerja keluarga C. Berusaha dibantu buruh tetap D. Pekerja bebas di pertanian 27. Gagasan utama paragraf I adalah... A. persoalan utama ketenagakerjaan di Indonesia B. pengangguran kalangan pemuda di Indonesia C. dua persoalan ketenagakerjaan di Indonesia D. tingginya jumlah pekerja di sektor Informal 28. Apa yang menjadi tema bacaan di atas? A. Pemuda Indonesia dan pengangguran B. Pekerja sektor informal di Indonesia C. Pengangguran yang didominasi pemuda D. Problematika masalah sosial di Indonesia 29. Teliti kembali seluruh bacaan di atas. Berdasarkan penilaian Saudara, antara judul dan pengembangan isi bacaan di atas adalah .... A. judul telah sesuai dengan pengembangan isi bacaan B. judul kurang sesuai dengan pengembangan isi bacaan C. judul tidak ada kaitan sama sekali dengan bacaan D. pengembangan isi bacaan sudah tepat. 30. (1) Pemuda di Indonesia mendominasi pengangguran disebabkan oleh lapangan kerja yang tersedia kebanyakan diperuntukkan untuk wanita; (2) Persoalan pengangguran di Indonesia sudah menjadi isu internasional karena 5 persen dari 200 juta pengangguran berada di Indonesia; (3) data BPS menunjukkan, 53 persen pengangguran berusia di bawah 25 tahun; (4) Salah satu penyebab pengangguran usia muda karena penduduk usia muda. Manakah dari kalimat di atas yang bukan merupakan fakta? A. Kalimat (1) dan (3) B. Kalimat (1) dan (4) C. Kalimat (2) dan (3) D. Kalimat (2) dan (4) Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
130
Soal Esai 1. Berdasarkan pada artikel yang berjudul, “Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional”, jelaskan mengapa tenaga hidro dan panas bumi secara bertahap akan menggantikan pembangkit listrik minyak bumi? 2. Pada artikel yang berjudul, “Energi Terbarukan Penyangga Pasokan Energi Nasional” dikemukakan, biodesel merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Akan tetapi, pemerintah lebih menggalakkan potensi tenaga hidro dan tenaga panas bumi yang merupakan energi terbarukan penyangga pasokan energi nasional. Jelaskan! 3. Berdasarkan artikel B mengenai, “Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak Remaja”, apa fakta-fakta ketidakteladanan orang tua dalam mendidik anak yang merupakan kesalahan orang tua? 4. Dari artikel B mengenai’ “Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak Remaja” terdapat beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak mengakibatkan anak tidak berkembang dengan baik. Bagaimana pendapat Saudara? 5. Buatlah kesimpulan dari bacaan yang berjudul “Pemuda Dominasi Pengangguran! 6. Tentukan fakta dari paragraf VI artikel yang berjudul “Pemuda Dominasi Pengangguran”!
2.3 Pedoman Penilaian Instrumen 2.3.1 Pedoman Penilaian Tes Pedoman penilaian instrumen tes yaitu sebagai berikut ini. Tabel 13.3 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Persentase Skala Empat Interval Persentase Tingkat Penguasaan
Nilai Skala Lima
Keterangan
85 – 100 75 – 84 60 – 74 40 – 59
4 3 2 1
Baik Sekali Baik Cukup Kurang (Nurgiyantoro, 2012:253)
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
131
2.3.2 Pedoman Penilaian Angket Tabel 10.3 ini digunakan sebagai pedoman penilaian angket siswa.
Tabel 10.3 Kriteria Kualifikasi Persepsi Siswa terhadap Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Kriteria 0% - 20% 21% – 40% 41% - 60% 61% -80% 81% - 100%
Kualifikasi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju (Riduwan, 2009:29)
2.3.3 Pedoman Penilaian Observasi Penilaian instrumen penelitian berupa observasi tidak menggunakan statistik. Akan tetapi, data yang diperoleh dari observasi dideskripsikan. Apa yang telah dilihat dan di dengar penulis kemukakan berdasarkan apa yang terjadi. Jadi, penilaian kualitatiflah yang digunakan.
2.3.4 Pedoman Penilaian Wawancara Begitu juga pengumpulan data melalui wawancara. Hasil yang diperoleh dari wawancara dideskripsikan, dirangkum kemudian ditafsirkan, tidak diolah secara statistik. Data yang diperoleh dari wawancara ini merupakan data nontes yang digunakan untuk menunjang penelitian yang dilakukan. 3. Validitas dan Reliabilitas
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
132
Diungkapkan Tuckman (1975:229) dan Ebel (1979:298) dalam Nurgiyantoro (2010:152), “Validitas, menunjuk pada alat tes, bukan hasil tes”. Dengan demikian, apakah alat tes yang digunakan peneliti dapat mengukur apa yang akan diukur? Dengan demikian diperlukan uji validitas. Apa yang akan diukur pada penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam membaca artikel ilmiah populer. Uji validitas dilakukan pada instrumen soal tes bentuk pilihan ganda dan soal tes esai. Validitas instrumen berupa keterandalan/keterpercayaan dari keseluruhan butir soal yang diujicobakan. Pengujian validitas tes dilakukan sebelum dan setelah instrumen diujicobakan. Sebelum diujicobakan, pengujian ini dilakukan dengan cara mencocokkan setiap butir soal dengan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya.
Setelah dilakukan oleh peneliti, validitas isi juga
dilakukan oleh pembimbing sebagai penimbang ahli. Berdasarkan pertimbangan pembimbing terdapat beberapa soal yang harus direvisi sebelum perangkat soal tersebut diujicobakan yaitu mengenai keparalelan, homogen serta opsi harus terurai dalam tuturan yang sama. Pengujian validitas instrument dilakukan dengan cara analisis butir soal tes untuk menilai konsistensi internalnya. Validitas empiris dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang dicapai masing-masing siswa. Perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service Solutin) versi 16.0 digunakan untuk menguji validitas butir soal. Uji validitas data melalui bentuk soal pilihan ganda dan soal bentuk esaidilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut ini. a) Membuat tabulasi skor nilai dari tiap butir soal dan skor total; b) Uji validitas dan reliabilitas instrument menggunakan SPSS versi 16.0 Melalui kriteria pengujian, jika nilai probabilitas atau signifikansi (α) 0,05 pada taraf signifikansi 95% maka korelasi kedua skor tes tersebut signifikan. Adapun nilai validitas ditafsirkan berdasarkan kriteria: a. 0,90 - 1,00 : sangat tinggi b. 0,70 - 0,90 : tinggi c. 0,40 - 0,70 : sedang Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
133
a. 0,20 - 0,40 : rendah b. 0,00 - 0,20 : kecil ( Ruseffendi, 1998:144) Hasil penghitungan validitas setiap butir soal bentuk pilihan ganda maupun soal bentuk esai yang diujicobakan dapat dilihat pada lampiran 7.3. Adapun alat tes dikatakan reliabel (andal atau terpercaya) apabila, “Sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali kepada subjek yang sama atau berbeda, dapat menghasilkan data yang kurang lebih sama” (Nurgiyantoro, 2010:165).
Dengan kata lain, hasil yang ditunjukan alat tes itu konsisten
meskipun digunakan pada waktu yang berlainan atau digunakan oleh pemakai yang berbeda. Metode yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes yang diujicobakan peneliti yaitu dengan menggunakan metode belah dua, yaitu semua butir soal dibagi menjadi kelompok soal butir ganjil dan kelompok soal butir genap. Mengukur reliabilitas hasil ujicoba soal tersebut digunakan SPSS versi 16.0 dengan koefesien Spearman Brown. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas berdasarkan klasifikasi dapat dilihat pada tabel 11.3. Tabel 11.3 Derajat Reliabilitas serta Klasifikasinya Reliabilitas
Klasifikasi
r ≤ 0,20
Sangat rendah
0,20≤r≤0,40
Rendah
0,40≤r≤0,60
Sedang
0,60≤r≤0,80
Tinggi
0,80≤r≤1,00
Sangat Tinggi
Hasil perhitungan SPSS versi 16.0 untuk reliabilitas untuk soal bentuk pilihan ganda dan soal bentuk esai dapat dilihat pada tabel 12.3.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
134
Tabel 12.3 Hasil Penghitungan Reliabilitas Soal Bentuk Pilihan Ganda dan Esai Berdasarkan SPSS versi 16.0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
Value
1.000
N of Items Part 2
1
Value
a
1.000
N of Items
1
Total N of Items
b
2
Correlation Between Forms
.730
Spearman-Brown Coefficient Equal Length
.844
Unequal Length
.844
Guttman Split-Half Coefficient
.840
a. The items are: ganjil b. The items are: genap
Reliability Statistics Cronbach' s Alpha
N of Items .647
7
Berdasarkan hasil perhitungan realibilitas dengan program SPSS versi 16.0 di atas, diketahui bahwa koefesien Spearman Brown menunjukkan angka 0,844. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reliabilitas tes bentuk pilihan ganda tersebut termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada rentang 0,80 1,00 dan dari Cronbach’ s Alpha diperoleh angka sebesar 0,647 sehingga dapat disimpulkan, reliabilitas tes bentuk soal esai termasuk kategori tinggi karena berada pada rentang 0,60 – 0,80. Dengan demikian, tes bentuk pilihan ganda dan Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
135
esai tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas. Selain sebuah tes dapat memiliki tingkat kehandalan tinggi dan sedang, sebuah tes layak tidaknya digunakan didasarkan juga pada analisis tingkat kesulitan dan daya pembeda. 4. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Sebelum tes dilaksanakan maka soal tes tersebut terlebih dahulu harus diujicobakan untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda. Indeks tingkat kesukaran yaitu, “indeks yang menunjukkan seberapa mudah atau sulit suatu butir soal bagi peserta tes yang diuji” (Nurgiyantoro, 2010: 194). Rentangan interval Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) yang ditoleransi adalah berkisar 0,20 – 0,80 (Nurgiyantoro 2009: 190) dengan kategori butir soal dikemukakan Nurgiyantoro (2010:195) sebagai berikut ini. 0,20-0,40
: Sulit
0,41-0,60
: Sedang
0,61 – 0,80
: Mudah
Untuk kepentingan penelitian ini, bila ada butir soal yang memiliki indeks di luar 0,20 s.d. 0,80 maka soal tersebut akan dibuang atau tidak akan digunakan karena indeks di luar butir soal tersebut berkategori terlalu mudah atau terlalu sulit. Selain indeks tingkat kesulitan, soal tes yang baik harus diketahui dahulu indeks daya pembeda.
Dikemukakan Nurgiyantoro (2010:197) indeks daya
pembeda yaitu, “seberapa besar daya sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah”. Soal yang dapat dijawab benar atau dijawab salah baik oleh semua kelompok tinggi maupun kelompok rendah, termasuk soal yang tidak baik. Begitu juga dengan soal yang dapat dijawab benar oleh semua kelompok rendah dan dijawab salah oleh kelompok tinggi merupakan soal yang tidak baik. Rentangan Indeks Daya Pembeda (IDP) atau butir soal yang baik sebesar “0,20” (Nurgiyantoro, 2010:196). Untuk kepentingan penelitian ini, apabila terdapat butir soal yang memiliki daya pembeda kurang dari 0,20 maka butir soal tersebut tidak akan digunakan karena memiliki daya pembeda atau butir soal tersebut tidak mampu membedakan kelompok tinggi dan kelompok rendah karena indek daya pembedanya kurang dari 0,20. Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
136
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan sebagai berikut: 1) mengurutkan skor yang diperoleh siswa mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah; 2) menetapkan kelompok tinggi dan kelompok rendah berdasarkan skor yang diperoleh siswa. Pembagian kelompok tinggi dan kelompok rendah dilakukan berdasarkan urutan skor tertinggi sampai terendah. Setengah dari jumlah siswa sebanyak 34 dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok tinggi 17 (50%) siswa dan kelompok rendah sebanyak 17 siswa (50%) dengan skor yang telah diurutkan; 3) memindahkan jawaban untuk setiap butir soal baik untuk kelompok tinggi maupun kelompok rendah; 4) menghitung jumlah jawaban benar baik untuk kelompok tinggi maupun kelompok rendah; 5) mendata jumlah jawaban benar untuk kelompok tinggi dan kelompok rendah; 6) menghitung indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut ini.
ITK = FH + FL N ITK FH FL N
= = = =
(Item Facility), indeks tingkat kesukaran (Frequency High), jumlah jawaban betul kelompok tinggi (Frequency Low), jumlah jawaban betul kelompok rendah Jumlah siswa kedua kelompok
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut ini. IDP = FH – FL ½N IDP = (Index Item Discrimination), indeks daya pembeda Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
137
FH = (Frequency High), jumlah jawaban betul kelompok tinggi FL = (Frequency Low), jumlah jawaban betul kelompok rendah 1/2N = ½ dari jumlah siswa kedua kelompok Adapun hasil analisis indeks tingkat kesukaran dan daya pembeda, diketahui bahwa dari 30 soal yang diujicobakan dapat dilihat pada lampiran 10.3.
E. Teknik Pengolahan Data Proses pengolahan data yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap. Pertama, mengolah data hasil belajar melalui hasil pretest dan posttest kemampuan membaca artikel ilmiah populer kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kedua, mengolah data hasil observasi dan angket mengenai pendapat siswa terhadap model pembelajaran. Ketiga, mengolah data data hasil wawancara. Secara terinci, pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) mengolah data hasil belajar siswa Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah: a. memeriksa hasil pretest dan posttest dengan cara memberikan skor untuk setiap jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen;. Skor soal bentuk pilihan ganda dengan rumus: Sk = B x Bt Keterangan Sk = Skor B = Jumlah jawaban siswa yang benar Adapun skor soal bentuk esai yaitu dengan cara memberi skor dengan skor rentang 1-3 pada masing-masing soal. a. menjumlahkan skor nilai soal pilihan ganda dan soal esai; b. mentabulasi skor pretest dan posttest; c. menentukan persentase keberhasilan siswa dengan pedoman penghitungan skala empat pada tabel 13.3. e. data hasil pretest dan posttest tersebut diolah menggunakan SPSS versi 16.0
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
138
f. menguji skor tersebut dengan menggunakan uji normalitas data pada kelompok kelas kontrol dan kelompok eksperimen melalui uji Kolmogorof-Smirnov dengan taraf signifikansi (α) 0,05; g. uji homogenitas variansi data hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kelas kontrol melalui uji Levena dengan taraf signifikansi (α) 0,05; h. uji signifikansi perbedaan rata-rata pada kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui uji t dengan taraf signifikansi (α) 0,05; i. uji hipotesis; j. menafsirkan data hasil uji hipotesis. 2) mengolah data hasil observasi Data yang diperoleh dari hasil observasi diolah secara kualitatif. Pengolahannya dilakukan berdasarkan pengamatan lembar observasi yang sudah disiapkan
peneliti.
Data
tersebut
kemudian
ditranskripsikan
kemudian
dideskripsikan peneliti selaku observer kemudian ditafsirkan untuk memperoleh kesimpulan. 3) mengolah data hasil angket Data yang diperoleh dari hasil angket yang dikerjakan siswa kelas eksperimen diolah secara kuantitatif. Setiap jawaban siswa diberi skor sesuai dengan skala Likert. Setiap butir pertanyaan diberi skor mulai dari rentang 1 s.d 5. Jumlah skor minimal untuk ke-20 soal angket adalah 20 dan jumlah skor maksimal setiap siswa untuk ke-20 soal adalah 100. Skor tersebut kemudian dikonversi ke dalam bentuk persentase. Kriteria serta kualifikasinya dapat dilihat pada tabel 10.3. 4) mengolah data hasil wawancara Data hasil wawancara dengan guru model diolah secara kualitatif. Data tersebut terlebih dahulu dideskripsikan kemudian dirangkum dan ditafsirkan.
F. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu kelas XI Ipa 1 - XI Ipa 8. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto (2003:108), populasi adalah, Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
139
“keseluruhan subjek penelitian”. Populasi yang ditentukan penulis merupakan populasi yang jumlahnya terbatas. Diungkapkan Taniredja (2011,33), populasi yang jumlahnya terbatas yaitu, “populasi yang memiliki sumber-sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif”. Adapun penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu penentuan kelas untuk dijadikan sampel penelitian di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian/lotre (Taniredja, 2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu kelas XI Ipa 2 dan XI Ipa 8 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas XI Ipa 2 menggunakan menggunakan model ekspositori dan kelas XI Ipa 8 menggunakan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis. Peneliti menggunakan penelitian sampel karena bermaksud menggeneralisasikan atau mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
G. Paradigma Penelitian Penelitian ini terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu: (1) Studi awal; (2) Perancangan Model; (3) Implementasi Model; dan (4) Evaluasi Model. Tahap pertama, studi awal.
Terdiri dari studi pustaka dan survey.
Studi pustaka
dilakukan untuk mengkaji model pembelajaran. Dua hal yang dilakukan dalam kajian teori membaca artikel ilmiah populer; kajian penguasaan kemampuan membaca; dan kajian teori model pembelajaran aktif. Survey terdiri dari kajian kesulitan siswa dalam membaca artikel ilmiah populer sehingga menghasilkan perumusan masalah dan tujuan penelitian. Tahap kedua. Perancangan model. Hal yang dilakukan yaitu merancang model Pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer. Selanjutnya menyusun RPP lalu menyusun dan mengujicobakan instrumen. Tahap ketiga, implementasi model. Dilakukan melalui pretest dan posttest, observasi KBM, angket mahasiswa, dan wawancara dengan guru pengamat proses pembelajaran
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
140
Tahap keempat, evaluasi model. Evaluasi model ini berkaitan dengan keefektifan model pembelajaran aktif tipe trading place berorientasi berpikir kritis pada pembelajaran membaca artikel ilmiah populer juga untuk mengetahui proses pelaksanaan model. Untuk lebih jelasnya, alur paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 2.3.
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
141
Studi Awal
Survey
Studi Pustaka
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Kajian teori model pembelajaran aktif tipe trading Place
Kajian kesulitan siswa dalam membaca artikel ilmiah Populer
Perancangan Model
Merancang Model Pembelajaran Aktip Tipe Trading Place
Menyusun Rpp
Menyusun dan mengujicobakan Instrumen
Implementasi Model
Pretest - Posttest
Observasi KBM
Angket Siswa
Wawancara Guru Model
Pengolahan Data
Evaluasi Model
Model Pembelajaran Aktif
Gambar 2.3 Alur Paradigma Penelitian Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
142
Ninah Hasanah, 2013 Efektivitas Model Pembelajaran Aktif Tipe Trading Place Berorientasi Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Membaca Artikel Ilmiah Populer Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu