BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif.
Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat studi. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya Pendekatan kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah (Husein Umar, 1999:81). Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada analisis wacana yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh.
62
63
3.2
Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini.
Menurut Mulyana ( 2004:15 ), metode penelitian adalah cara-cara berpikir atau berbuat yang
di persiapkan secara baik untuk mengadakan penelitian dalam
mencapai suatu tujuan penelitian. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. Penelitian kulaititatif memahami fenomena social melalui gambaran holistic dan memperbanyak pemahaman mendalam makna (meaning) (Lexy J Moleong : 2004) 19 Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah (Husein Umar, 1999:81). Penulis menggunakan metode penelitian kualitataif analisis wacana kritis. Analisis Wacana Kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk member penjelasan dari sebuah teks (realitas social) yang mau atau
sedang
dikaji
oleh
seseorang
atau
kelompok
dominan
yang
kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Analisis wacana dilakukan dalam tiga level. Pertama level teks, bagaimana teks dihasilkan. Van Dijk menjelaskan proses terbentuknya teks itu dari mental atau kognisi dari si pembuat teks. Ketiga analisis social, yaitu bagaimana konteks social terbentuknya teks.
19
Masyuhuri, dkk : 2008, Metodelogi Penelitian, Jakarta, hal 13 – 15
64
3.3
Unit Analisis Dalam penelitian ini penulis menganalisis pemberitaan mengenai kasus
suap Hakim Muhtadi Asnun pada surat kabar Media Indonesia periode Januari – Desember 2010 adalah Pukulan Telak Bagi MA (Media Indonesia, 19 April 2010) , MA Periksa Asnun Soal Teknis (Media Indonesia, 19 April 2010) MA Serobot KY (Media Indonesia, 20 April 2010),
Hakim Kasus Gayus Dinonaktifkan
(Media Indonesia, 20 April 2010) , Hakim Tak Bisa Dipaksa Memvonis Gayus Bersalah (Media Indonesia, 21 April 2010), KY Kecewa Putusan MA soal Hakim Gayus (Media Indonesia , 31 Mei 2010), dan Haposan 2 kali ke Rumah Hakim (Media Indonesia, 19 Oktober 2010) Dalam teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi social mempelajari proses induksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga yaitu kritik social mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis wacana kritis (AWK) dibentuk oleh struktur sosial (kelas, status, identitas etnik, zaman, dan jenis kelamin), budaya, dan wacana (bahasa yang digunakan). AWK mencoba mempersatukan dan menentukan hubungan antara (1) teks aktual, (2) latihan diskurtif ( proses ini melibatkan mencipta, menulis, ujaran, dan menyimak), dan (3) konteks sosial yang berhubungan dengan teks dan latihan diskurtif. Van Dijk mengemukakan bahwa cara untuk melakukan AWK tidak mempunyai kesatuan kerangka teoritis atau metodelogi tertentu, tetapi tergantung
65
pada pemusatan pikiran dan ketrampilan – ketrampilan yang berguna untuk menganalisis teks yang didasari latar belakang ilmu pengetahuan dan daya nalar. Penulis memilih metode penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis wacana kritis karena dengan metode penelitian tersebut penulis dapat menganalisis dan menjelaskan bagaimana Konstruksi Harian Media Indonesia Tentang Pencitraan Hakim Mahkamah Agung di Surat Kabar (Kasus Hakim Muhtadi Asnun Hakim Pengadilan Negeri Tangerang Periode Januari – Desember 2010 )
3.4
Penentuan Key Informan Dalam penelitian ini penulis menentukan Key informan dan informannya.
Key informan atau informasn kunci menurut Lexy J Moleong (1989:40-41) adalah orang – orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Sedangkan definisi informan adalah orang – orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Di antara syarat informasn adalah jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk dalam salah satu kelompok yang bertentangan dalam latar penelitian dan mempunyai pandangan tentang peristiwa yang terjadi. Peneliti memutuskan untuk meminta satu orang sebagai informan dan satu orang sebagai key informan yang berasal dari kalangan media dan kehumasan. Informan yang berasal dari harian Media Indonesia yaitu Bapak Abdul Kohar,
66
Deputi Kepala Divisi Pemberitaan pada Media Indonesia, Tak jarang, beberapa hasil konstruksi yang tertuang dalam tulisan di Media Indonesia berisi mengenai kinerja dan pelayanan MA dan mendapat ‘perhatian’ dari pimpinan MA melalui klarifikasi dan tanggapan seputar beritanya yang dimuat di kolom pembaca. Narasumber yang kedua adalah Narasumber utama (key informan) yang dipilih oleh penulis adalah Andri Tristianto, kasubbag humas dan profesi MA. Berkecimpung dalam dunia hukum selama 17 tahun membuatnya memahami bagaimana pasang surut hukum pada MA. Saat bergulirnya kasus Muhtadi Asnun, beliau terlibat langsung dalam kebijakan yang dibuat pimpinan dan langkah – langkah yang ditempuh oleh MA untuk mengembalikan citra hakim di mata publik. Beliau juga sebagai mediator antara wartawan dengan pimpinan MA saat wartawan ingin melakukan wawancara dengan pimpinan MA untuk meminta keterangan pers ketika kasus ini berlangsung. 3.5
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat di
gunakan peneliti untuk mengumpulkan data. ( Krisyantono, 2006:91 ). Data-data yang mendukung penelitian ini, yaitu : 1.
Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Ini diperoleh melalui wawancara dengan wartawan yang menulis artikel pada media Kompas dan Media Indonesia
yang dianggap tahu
mengenai masalah dalam penelitian. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara. Data Primer ini didapat melalui wawancara mendalam ( depth
67
Dalam penelitian ini data primer yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara dengan wartawan pada Harian Media Indonesia yang menulis artikel tentang Hakim Muhtadi Asnun. Hal ini untuk mendapatkan dimensi kognisi pada analisis wacana Van Dijk. Kognisi social mempelajari proses induksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga yaitu kritik social mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah 2.
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999:99-100). Adapun data sekunder yang dipilih oleh peneliti yaitu artikel pada Harian Media Indonesia dengan judul Pukulan Telak Bagi MA (Media Indonesia, 19 April 2010) dan MA Serobot KY (Media Indonesia, 20 April 2010). Penulis akan melakukan analisis teks pada kedua artikel tersebut. Data sekunder berupa studi pustaka melalui pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang telah di peroleh dan kemudian di analisis dilakukan penulis untuk mempelajari dimensi teks. Dalam teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana
68
dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu Studi pustaka : suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang telah di peroleh kemudian di analisis ( di urai ), di bandingkan dan di padukan ( sintesis ) membentuk satu hasil kajian yang sistematis , padu dan utuh. Jadi studi pustaka tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang di laporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. . Untuk menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut 20 : 1) Pengumpulan informasi, melalui wawancara, kuisioner maupun observasi langsung. 2) Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. 3) Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan. 4) Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.
3.6
Definisi Konsep dan Fokus Penelitian 3.6.1
Konstruksi Media Dalam penelitian ini, konstruksi yang dibangun dalam pemberitaan
mengenai Hakim Muhtadi Asnun pada Harian Media Indonesia yaitu lebih
20
Miles dan Huberman, 1994 hal 18
69
menekankan pada ketidakmampuan MA dalam mengawasi kinerja hakimnya. MA dianggap gagal dalam menciptakan putusan yang adil dan berkeadilan. Meskipun pada akhirnya pemberitaan media menunjukkan sifat netral atau berpihak, merepresentasikan fakta atau rekayasa fakta, menggambarkan realitas atau hanya mensimulasi realitas. Namun yang jelas media tidak dapat dilepaskan dari berbagai kepentingan, baik itu kepentingan ekomomi maupun kepentingan ideologi. Dalam menghasilkan pemberitaan politik misalnya, sebuah media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau permirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya. 3.6.2
Pencitraan Media Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR. Pengertian citra
adalah sesuatu yang abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang khususnya datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat pada umumnya. Melalui konstruksi social media massa maka akan terbangun opini publik dimana opini publik yang terbentu dapat membentuk citra.
70
Pencitraan adalah usaha seseorang/ sesuatu untuk membangun citra tersebut tentunya citra yang positif. Dalam penelitian ini, dalam pemberitaan pada Harian Media Indonesia konstruksi media massa yang dibentuk mengarah pada menjatuhkan citra MA di mata publik. MA dianggap gagal dalam mengawasi hakimnya. Lewat narasinya, surat kabar menawarkan definisi-definisi tertentu mengenai kehidupan manusia: siapa pahlawan, siapa penjahat; apa yang baik dan apa yang buruk bagi rakyat; apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk dilakukan oleh seorang pemimpin; tindakan apa yang disebut perjuangan (demi membela kebenaran dan keadilan); isu apa yang relevan dan tidak Akibat dari pemberitaan mengenai suap yang diterima oleh Hakim Muhtadi Asnun pada Harian Media Indonesia, tak Cuma citra perseorangan yang rusak di mata publik. Lebih jauh lagi, publik menganggap profesi hakim sebagai profesi yang dekat dengan suap. Penurunan citra tak berhenti sampai di situ, MA sebagai wadah yang menaungi hakim juga terkena imbasnya. Kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan ini juga turut menurun. Ibarat bola salju yang terus bergulir dan kian lama kian membesar, berawal dari kesalahan sesorang namun karena sudah menyangkut secara kelembagaan maka lembaga turut tercoreng kedudukannya. Masyarakat tak lagi mengingat prestasi atau pengabdian Hakim Muhtadi Asnun dalam dunia peradilan. Begitu pemberitaan mengenai kesalahannya yang terus menerus diungkap maka citra dan reputasi yang
71
selama ini melekat dalam diri Hakim Muhtadi Asnun selama bertahun – tahun hancur dalam hitungan hari akibat pemberitaan pada Harian Media Indonesia.
3.7
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data berupa
analisis wacana Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu : teks, kognisi social, dan konteks social. Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi social mempelajari proses induksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga yaitu kritik social mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. 21
21
Yoce Aliah, Darma, Analisis Wacana Kritis, Bandung, 2009, hal 86