23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat dengan menggunakan data-data yang ada. Dimana penelitian jenis ini tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan (korelasi) atau pengaruh, dan tidak perlu menguji hipotesis.
3.2
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah terdiri data-data sebagai berikut: 1. Data primer Data primer ini diperoleh dari PT. MAA Life Assurance. Data yang digunakan berupa laporan keuangan PT. MAA Life Assurance dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta sumber lain yang berkaitan dengan RBC. 3. Data pendukung lainnya Data pendukung lainnya berupa peraturan-peraturan persuransian yang telah ditetapkan oleh Departemen Keuangan Republik Indonesia serta
24
segala peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPPEPAM LK). Data pendukung ini digunakan sebagai pedoman dasar mengenai aturan perhitungan tingkat solvabilitas perusahaan asuransi jiwa serta ketentuan-ketentuan bagi perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Data-data tersebut diantaranya: 1. Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 2. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
nomor
135/PMK.05/2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 3. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
nomor
158/PMK.010/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 4. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
25
3.3
Metode Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan oleh penulis untuk melakukan analisis kinerja investasi terhadap tingkat RBC adalah dengan tahapan sebagai berikut: 1) Melakukan perhitungan RBC PT. MAA Life Assurance berdasarkan data-data yang dimiliki, yaitu berupa laporan perhitungan tingkat solvabilitas yang terdiri dari laporan keuangan, serta Schedule A hingga Schedule F yang merupakan komponen dari Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM). Hal ini dilakukan karena untuk menghitung RBC terlebih dahulu diperlukan rasio dari variabel tingkat solvabilitas dan rasio dari BTSM. Dengan kata lain perumusan perhitungan rasio RBC adalah :
2) Untuk mendapatkan jumlah tingkat solvabilitas, adalah dengan menghitung
dengan
cara
mengurangi
antara
kekayaan
yang
diperkenankan dengan kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi) yang harus dipenuhi. Pinjaman subordinasi tidak dimasukkan karena sesuai dengan
pasal
31
Keputusan
Menteri
Keuangan
nomor
26
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. a) Untuk mendapatkan jumlah nilai kekayaan yang diperkenankan terlebih dahulu harus dihitung besarnya semua kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Kekayaan perusahaan terdiri dari kekayaan investasi dan kekayaan bukan investasi. 1. Kekayaan yang berupa investasi terdiri dari: a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada Bank, termasuk deposito on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan; b. Saham yang tercatat di bursa efek; c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan; d. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah atau Bank Indonesia; e. Unit penyertaan reksadana; f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek); g. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi; h. Pinjaman hipotik; i. Pinjaman polis.
27
2. Sedangkan untuk kekayaan yang bukan merupakan kekayaan berupa investasi terdiri dari: a. Kas dan Bank; b. Tagihan premi penutupan langsung; c. Tagihan hasil investasi; d. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri; e. Perangkat keras komputer. Semua jenis kekayaan yang berupa investasi dan kekayaan non investasi dijumlahkan, dan akan didapat jumlah kekayaan yang diperkenankan. b) Setelah menghitung jumlah semua kekayaan yang diperkenankan, maka selanjutnya adalah menghitung jumlah kewajiban. Kewajiban dalam asuransi jiwa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Cadangan premi 2. Cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan 3. Cadangan klaim Dikarenakan keterbatasan data yang dimiliki, maka penulis hanya akan mencantumkan nilai yang sudah ada dalam neraca. c) Selanjutnya untuk menghitung tingkat solvabilitas dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah kekayaan yang diperkenankan dengan jumlah kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi).
28
Dengan kata lain perumusan perhitungan tingkat solvabilitas adalah :
3) Setelah
menghitung
menghitung
Batas
tingkat Tingkat
solvabilitas, Solvabilitas
selanjutnya Minimum
adalah (BTSM).
Berdasarkan Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan nomor PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, perhitungan BTSM harus dilakukan terpisah untuk masing-masing usaha asuransi atau usaha reasuransi. Perhitungan BTSM untuk unit usaha asuransi konvensional dilakukan terpisah dengan unit usaha asuransi syariah. Untuk melakukan perhitungan BTSM, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a) Melakukan penilaian pada schedule A yaitu mengenai kegagalan pengelolaan kekayaan/ investasi (Asset Default Risk). Schedule A merupakan langkah antisipasi dari perusahaan terhadap adanya risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan yang mungkin timbul dari kemungkinan adanya kehilangan atau penurunan nilai kekayaan dan kehilangan atau penurunan pengembangan kekayaan. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan
pengelolaan
tiap-tiap
jenis
kekayaan
yang
29
diperkenankan ditentukan dengan mengalikan faktor risiko untuk jenis kekayaan tersebut dengan nilai kekayaannya. Dengan kata lain perumusan perhitungan BTSM Schedule A adalah :
b) Setelah itu lalu melakukan perhitungan terhadap schedule B (Cash Flow Mismatch Risk). Schedule B menggambarkan proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. Risiko ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan arus kewajiban yang timbul karena adanya kemungkinan besar dan saat jatuh temponya kewajiban berbeda dengan besar dan saat jatuh temponya kekayaan. Risiko ketidakseimbangan ini dihitung untuk produk-produk yang membentuk cadangan premi. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko ini ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:
•
Cadangan premi yang digunakan dalam perhitungan BTSM tersebut adalah cadangan premi yang pembentukannya memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 30 Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003
30
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. c) Selanjutnya dilakukan perhitungan pada schedule C yaitu mengenai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang. Risiko ketidakseimbangan antara kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing (Foreign Currency Missmatch Risk) timbul karena adanya perbedaan nilai kekayaan dan nilai kewajiban dalam mata uang asing, serta fluktuasi nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah. Dengan perumusan sebagai berikut :
d) Setelah itu selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap schedule D (Claim Experience Worse Than Expected Risk) yaitu mengenai beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. Risiko perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan timbul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk daripada yang diperkirakan. Dengan perumusan sebagai berikut :
31
e) Setelah menghitung schedule D, dilanjutkan dengan menghitung schedule
E
(Insufficient
Premium
Risk)
yaitu
mengenai
ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dengan hasil investasi yang diperoleh. Risiko ketidakcukupan ini dapat disebabkan oleh tingkat hasil investasi yang diperoleh lebih rendah daripada tingkat hasil investasi yang diperkirakan dalam penetapan premi. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko ketidakcukupan premi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis dengan faktor risiko.
f)
Langkah terakhir dalam elemen BTSM adalah dengan menghitung schedule F (Reinsurance Risk) yaitu mengenai risiko reasuradur. Risiko ini berkaitan dengan komponen risiko reasuransi yang dikaitkan dengan ketidakmampuan penanggung ulang untuk memenuhi kewajibannya. Jumlah dana yang diperhitungkan dalam BTSM untuk menanggulangi risiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban penganggung ulang dengan faktor risiko.
32
g) Setelah keseluruhan nilai pada Schedule A sampai dengan Schedule F dihitung, maka barulah dilakukan perhitungan BTSM. Perhitungan BTSM dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari Schedule A sampai dengan Schedule F.
4. Setelah melakukan perhitungan tingkat solvabilitas dan BTSM, maka barulah dapat dihitung berapa besarnya RBC. Perhitungan rasio pencapaian solvabilitas dapat dihitung dengan cara membagi nilai dari jumlah tingkat solvabilitas dengan jumlah BTSM.
5. Dan Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan analisis perbandingan RBC perusahaan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 pada setiap triwulannya. Bagaimana tingkat perubahan RBC yang terjadi. Apakah faktor yang mempengaruhinya. Serta apakah sesuai dengan batasan yang diwajibkan oleh pemerintah.