12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang
berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu: Desa Naluk dengan pola hutan rakyat monokultur yang terletak di Kecamatan Cimalaka dan Desa Karanglayung dengan pola hutan rakyat campuran yang terletak di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2011.
3.2
Sasaran Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah petani hutan rakyat yang pola hutan
rakyatnya monokultur dan hutan rakyat campuran.
3.3
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: alat tulis, alat hitung,
kamera, daftar pertanyaan (kuisioner), alat perekam dan komputer.
3.4
Kerangka Pemikiran Seiring dengan perkembangan teknologi, pola hutan rakyat yang
berkembang berbeda-beda, ada hutan rakyat dengan pola hutan rakyat monokultur, campuran, dan ada juga hutan rakyat dengan pola agroforestri. Pada penelitian ini terdapat dua pola pengelolaan hutan rakyat yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang, yaitu: hutan rakyat monokulur dan hutan rakyat campuran. Perbedaan pola pengelolaan hutan rakyat tersebut tentunya memberikan pengaruh yang berbeda antara petani hutan rakyat monokultur dan petani hutan rakyat campuran dilihat dari manfaat ekologi, ekonomi dan sosial. Pola pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran dikatakan berhasil apabila manfaat yang dirasakan petani hutan rakyat membawa dampak positif bagi kehidupan mereka. Alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
13 HUTAN RAKYAT
HUTAN RAKYAT MONOKULTUR
HUTAN RAKYAT CAMPURAN
PERSEPSI PETANI HUTAN RAKYAT
Faktor Internal
MANFAAT EKOLOGI
Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan petani
Faktor Eksternal
MANFAAT SOSIAL
Pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat
♦Wawancara ♦Pengamatan 1. Air 2.Suhu udara 3.Bencana alam 4.Keberadaan satwa liar 5. Kenyamanan
MANFAAT EKONOMI
Kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani
♦Wawancara Interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik dengan sesama warga ataupun pihak luar
♦Wawancara 1.Perbandingan pendapatan total dengan pengeluaran total 2.Perbandingan pendapatan hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran 3.Tingkat Kesejahteraan petani
Dampak Positif
Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual.
14
3.5
Sumber Data Sumber data yang dikumpukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Petani hutan rakyat (responden) 2. Instansi yang terkait dalam perolehan data penelitian 3. Studi pustaka.
3.6
Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik responden, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, pekerjaan pasangan, jumlah tanggungan keluarga 2. Data potensi ekonomi rumah tangga, meliputi: luas kepemilikan lahan, luas pemilikan lahan hutan rakyat, usaha di bidang pertanian, kehutanan, peternakan dan sebagainya 3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan rakyat 4. Pendapatan rumah tangga, meliputi: besarnya pendapatan dan sumber-sumber pendapatan (dari hutan rakyat dan dari luar hutan rakyat seperti pertanian, peternakan dan pekerjaan sampingan atau sumber pendapatan lain) 5. Data biaya pengusahaan hutan rakyat, meliputi: biaya tetap (sewa tanah, peralatan penanaman dan sebagainya), biaya variabel (upah, pembelian bibit dan pupuk), pajak tanah dan biaya lainnya 6. Pengeluaran rumah tangga, meliputi: konsumsi untuk makanan beras dan non beras, pendidikan, sumbangan atau iuran dan kebutuhan lain seperti pakaian, transportasi, kesehatan 7. Data usaha tani, meliputi: pola tanam dan produktivitas usaha tani 8. Persepsi petani hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran terhadap pola pengelolaan hutan rakyat yang dirasakan dari manfaat ekologi dan sosial.
15
Data Sekundernya adalah sebagai berikut: 1. Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi: letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat 2. Keadaan lahan, meliputi: jenis tanah, topografi, kelerengan lahan dan luasan lahan berdasarkan pemilikannya dan fungsi lahan 3. Keadaan penduduk, meliputi: umur, jenis kelamin, mata pencaharian masyarakat dan tingkat pendidikan 4. Data sekunder lain yang menunjang penelitian.
3.7
Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
1. Teknik Observasi dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek peneliti 2. Teknik Wawancara dengan cara melakukan wawancara terstruktur dan bebas dengan petani hutan rakyat (responden) serta pihak-pihak yang terkait dengan menggunakan responden 3. Studi Pustaka dengan cara mempelajari literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian.
3.8
Metode Pemilihan Responden Responden dipilih secara purposive sampling. Menurut Danim (2004),
metode purposive sampling adalah metode dalam pengambilan sampel dengan atas dasar pertimbangan pribadi peneliti. Responden yang terpilih adalah petani hutan rakyat pola monokultur dan campuran yang aktif dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Untuk petani hutan rakyat monokultur 30 responden dan petani hutan rakyat campuran 30 responden, dengan total responden yang dipilih adalah sebanyak 60 responden. Selain itu ada informan dari pihak instansi terkait yang memberikan informasi tambahan yaitu data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.
16
3.9
Metode Pengambilan Data
3.9.1 Persepsi Responden terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat Untuk mengetahui persepsi responden terhadap pengelolaan hutan rakyat dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara menggunakan kuisioner dan pengamatan di lapangan mengenai manfaat ekologi dan sosial yang dirasakan petani hutan rakyat dari pola pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran. Untuk manfaat ekologi, pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner tersebut mengenai persepsi responden tentang pengaruh pengelolaan terhadap perubahan lingkungan, dimana responden tersebut adalah petani hutan rakyat murni dan petani hutan rakyat campuran. Sehingga didapatkan manfaat yang berbeda antara hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran. Untuk data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan meliputi data-data fisik dari keadaan lokasi penelitian hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran (dari data sekunder dan wawancara bebas). Sedangkan untuk variabel yang diamati, meliputi: air, suhu udara, bencana alam dan jumlah satwa. Untuk manfaat sosial, pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuisioner tersebut mengenai persepsi responden terhadap manfaat sosial yang diperoleh dari data interaksi yang terjadi antara petani hutan rakyat dengan petani hutan rakyat, petani hutan rakyat dengan warga desa maupun dengan pihak luar. Baik hutan rakyat monokultur maupun hutan rakyat campuran. Data yang diperoleh dapat berupa pengambilan keputusan dalam rumah tangga petani, sedangkan data interaksi antara petani maupun dengan masyarakat desa diperoleh dari wawancara secara bebas kepada pihak-pihak yang diperkirakan mempunyai kedudukan yang kuat/petinggi-petinggi dalam masyarakat desa maupun anggota suatu organisasi atau lembaga desa. Interaksi dalam masyarakat desa dapat berupa sistem kelembagaan yang terdapat dalam desa tersebut, khususnya yang berhubungan dengan hutan rakyat.
3.9.2 Manfaat Ekonomi Manfaat ekonomi dari pola pengelolaan hutan rakyat monokultur dan campuran tersebut dapat dirasakan petani hutan rakyat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani hutan rakyat. Untuk data manfaat ekonomi tidak
17
dicari dengan menggunakan persepsi, karena data yang diperoleh bukan merupakan sebuah pernyataan berupa pendapat. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap responden dan juga instansi yang terkait. Daftar pertanyaan dalam kuisioner mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Besarnya pendapatan rumah tangga menggunakan variabel besarnya pendapatan dan sumber-sumber pendapatan (dari hutan rakyat dan dari luar hutan rakyat, antara lain: pertanian, peternakan dan pekerjaan sampingan atau sumber pendapatan lain) serta pengeluaran rumah tangga.
3.10
Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.10.1 Persepsi Responden terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat Persepsi petani hutan rakyat terhadap pola pengelolaan hutan rakyat dapat diketahui dari manfaat ekologi dan sosial yang dirasakan petani. Persepsi manfaat ekologi dan sosial dari pengelolaan lahan hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran dijawab dengan mengajukan pertanyaan yang disajikan dalam bentuk kuisioner, kemudian dari jawaban-jawaban tersebut diberikan skor. Penentuan skors dapat dilakukan dengan menggunakan “Skala Likert”, dimana cara pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pertanyaan berupa sebuah kuesioner pernyataan terlampir dan diminta untuk memberikan jawaban “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, “tidak setuju” dan “sangat tidak setuju”. Jawaban-jawaban ini diberi skors 5, 4, 3, 2, 1 secara berurutan. Setelah dibuat skors dari jawaban tersebut, kemudian dibuat skala. Dalam menentukan skala, terlebih dahulu dicari nilai intervalnya dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Interval =
Bobot nilai tertinggi – Bobot nilai terendah Banyaknya Kelas
=
5-1 5
=
0,8
Setelah besarnya nilai interval diketahui, kemudian dibuat skala untuk mengetahui tingkatan persepsi, sehingga dapat diketahui dimana letak penilaian respon terhadap setiap unsur. Skala tingkatan persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
18
Tabel 1 Tingkatan persepsi dari manfaat ekologi dan sosial berdasarkan rataan nilai terboboti No Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi 1 4,21-5,00 Sangat Tinggi 2 3,41-4,20 Tinggi 3 2,61-3,40 Sedang 4 1,81-2,60 Rendah 5 1,00-1,80 Sangat Rendah Data yang diperoleh dari hasil kuisioner kemudian dicari nilai total skor dari setiap pertanyaan dengan cara menjumlahkan nilai dari setiap jawaban responden. Penentuan tingkat persepsi dikelompokan secara ordinal menjadi lima kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah seperti tabel di atas, sehingga dapat diketahui tingkat persepsi dari tiap responden. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan data persepsi petani hutan rakyat monokultur dengan petani hutan rakyat campuran. Untuk manfaat sosial, data diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan interaksi yang terjadi dalam masyarakat antara sistem pengelolaan hutan rakyat monokultur dengan sistem pengelolaan hutan rakyat campuran, baik sesama petani hutan rakyat, petani dengan masyarakat maupun dengan pihak luar. Sedangkan data hasil wawancara dengan mengajukan pertanyaan secara bebas kepada petani hutan rakyat dan instansi terkait diolah juga secara deskriptif sehingga tergambar interaksi yang terjadi antara petani hutan rakyat, petani dengan warga masyarakat ataupun pihak luar.
3.10.2 Manfaat Ekonomi Manfaat ekonomi dari pola pengelolaan hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat campuran tersebut dapat dirasakan dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga petani, dengan cara menghitung pendapatan yang diterima dari usaha hutan rakyat, usaha tani non hutan rakyat dan non usaha tani. Untuk manfaat ekonomi dicari dengan metode perhitungan sederhana, tidak menggunakan persepsi karena data yang diperoleh bukan berupa pendapat, melainkan berupa data angka yang harus dihitung dengan menggunakan rumus tertentu. Perhitungan pendapatan petani dilakukan dengan menggunakan
19
perhitungan sederhana. Data yang diperoleh disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil tabulasi tersebut. Untuk menghitung pendapatan rumah tangga petani menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : 1. Pendapatan petani dari hutan rakyat = Σ Pendapatan petani dari produk hutan rakyat
I
Keterangan : I = Pendapatan total petani dari produk hutan rakyat per tahun (Rp) Pendapatan petani dari produk hutan rakyat = Pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan kayu dan tanaman tumpangsari. 2. Pendapatan petani dari non hutan rakyat = Σ Pendapatan petani dari produk non hutan rakyat
I
Keterangan : I = Pendapatan total petani dari produk non hutan rakyat per tahun (Rp) Pendapatan dari produk non hutan rakyat = Pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian dan perkebunan. 3. Pendapatan petani dari non usaha tani = Σ Pendapatan petani dari produk non usaha tani
I
Keterangan : I = Pendapatan total petani dari produk non usaha tani (Rp) Pendapatan dari produk non usaha tani = Pendapatan yang diperoleh dari hasil peternakan, perdagangan, serta upah atau gaji dan sumber pendapatan lainnya. 4. Pendapatan total petani
I
=I
+I
+I
Keterangan : I = Jumlah pendapatan total rumah tangga petani I = Pendapatan total dari produk hutan rakyat I = Pendapatan total dari produk non hutan rakyat I = Pendapatan total dari produk non usaha tani
20
5. Persentase pendapatan dari tiap kegiatan terhadap total pendapatan
I % =
I I
100 %
Keterangan:
I % = Persentase pendapatan dari tiap kegiatan (n = hr, nhr, nut) I = Pendapatan total dari tiap kegiatan (n = hr, nhr, nut) I = Pendapatan total dari rumah tangga petani 6. Menghitung total pengeluaran
C
=ΣC
Keterangan : C = Total pengeluaran rumah tangga selama periode satu tahun Σ C = Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan Data yang telah disusun dan diolah dalam bentuk tabulasi dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang diinginkan yaitu data pendapatan rumah tangga tersebut dibandingkan antara pendapatan hutan rakyat monokultur dengan pendapatan hutan rakyat campuran, sehingga diketahui sistem pengelolaan mana yang memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan rumah tangga petani.
3.10.3 Pengolahan Data Karakteristik Responden Data karakteristik dari tiap responden diolah untuk menentukan skor dari tiap kategori. Skor tersebut akan digunakan dalam pengolahan data selanjutnya yaitu untuk mengetahui peubah yang mempengaruhi persepsi. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 2.
21
Tabel 2 Pengolahan data karakteristik responden No. 1.
Variabel Faktor Internal Umur
2.
Tingkat pendidikan
3.
Pengalaman bertani
4.
Pekerjaan pokok
5.
Pekerjaan sampingan
6.
Jumlah tanggungan keluarga Pendapatan
7.
8.
9. 10. 11. 12.
Faktor Eksternal Luas Kepemilikan Lahan
Kategori 1. 30 - 39 tahun 2. 40 - 49 tahun 3. 50 - 59 tahun 4. 60 - 69 tahun 5. ≥ 70 tahun 1. Tidak sekolah 2. Sekolah Dasar 3. Sekolah Menengah Pertama 4. Sekolah Menengah Atas 5.Perguruan Tinggi 1. 15 tahun - 21 tahun 2. 22 tahun - 28 tahun 3. 29 tahun - 35 tahun 4. 36 tahun - 42 tahun 5. ≥ 43 tahun 1. Petani 2. Buruh 3. Wiraswasta 4. Pegawai Negeri 1. Tidak ada 2. Petani 3. Buruh 4. Wiraswasta 1. 0 - 1 orang 2. 2 - 3 orang 3. ≥ 4 orang 1. Rp.0 - Rp.2.000.000 2. Rp.2.100.000 - Rp.4.000.000 3. Rp.4.100.000 - Rp.6.000.000 4. Rp.6.100.000 - Rp.8.000.000 5. ≥ Rp.8.100.000
1. 700 m² - 1.900 m² 2. 2.000 m² - 3.200 m² 3. 3.300 m² - 4.500 m² 4. 4.600 m² - 5.800 m² 5. ≥ 5.900 m² Kekosmopolitan 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Kontak dengan 1. Rendah penyuluh 2. Sedang 3. Tinggi Frekuensi 1. Jarang bertemu petani 2. Sering Bantuan 1. Tidak ada pemerintah 2. Ada
Ranking
Dasar Pengukuran
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5
Sebaran contoh
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 1 2 1 2
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran Contoh Sebaran Contoh
Sebaran Contoh
Sebaran Contoh Sebaran Contoh Sebaran Contoh Sebaran Contoh
22
3.10.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, data diolah dengan analisis korelasi Rank Spearman dengan menggunakan program SPSS 16.0 FOR WINDOWS karena data tersebut berupa data kuantitatif. Menurut Sarwono (2006), untuk analisis kuantitatif digunakan uji hipotesa dengan uji korelasi peringkat Spearman. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal (non-parametrik). Hasil uji korelasi tersebut dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan angka positif, maka hubungan kedua variabel bersifat searah, artinya jika variabel bebas besar maka variabel tergantung juga besar. Jika menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel tersebut tidak searah, artinya jika variabel bebas besar maka variabel tergantung akan kecil. Angka korelasi yang dihasilkan berkisar antara 0 s/d 1, dengan ketentuan jika angka mendekati satu maka hubungan kedua variabel semakin kuat dan jika angka mendekati 0 maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Berikut ini adalah rumus uji korelasi dengan menggunakan Rank Spearman (Irianto 2008) :
rs (rho) = 1-
∑
Keterangan : rs (rho) = Koefisien Rank Spearman n = Banyaknya sampel pengamatan di = Beda peringkat variabel X dan Y Menurut Sarwono (2006), agar penafsiran dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan maka diperlukan kriteria yang menunjukkan korelasi kuat atau lemah, yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Tingkat keeratan hubungan antar variabel Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah >0,25 – 0,5 Korelasi cukup >0,5 – 0,75 Korelasi kuat >0,75 – 1 Korelasi sangat kuat Sumber : Sarwono (2006)
Variabel tergantung yang akan di uji adalah persepsi dan variabel bebasnya adalah faktor internal dan eksternal yang diduga mempengaruhi
23
persepsi. Faktor internal terdiri dari umur, tingkat pendidikan pengalaman bertani, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan rumah tangga petani. Faktor eksternal terdiri dari luas kepemilikan lahan, kekosmopolitan, kontak dengan penyuluh dan frekuensi bertemu petani. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi tersebut diperoleh dari hasil wawancara mengenai karakteristik responden. Untuk faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu tingkat kekosmopolitan dan kontak dengan penyuluh dihitung dengan menggunakan kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Budiono (2006), bahwa tingkat kekosmopolitan yang dimaksud ialah keterbukaan petani tepi hutan terhadap informasi yang berkaitan dengan pelestarian hutan dan pertanian konservasi dengan berbagai sumber informasi. Tingkat kekosmopolitan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu: 1) rendah, 2) sedang, dan 3) tinggi. Dikatakan mempunyai kategori tingkat kekosmopolitan rendah bila dalam sebulan tidak lebih satu kali keluar kampungnya, media cetak yang dibaca tidak lebih dari 2 kali dalam sebulan (bobot 20%), mendengarkan radio (bobot 20%), melihat dan mendengar Televisi (bobot 30%) dan lainnya (bobot 30%) tidak lebih dari 3 jam tiap harinya. Kategori tingkat kekosmopolitan sedang, jika dalam sebulan 3 - 6 kali ke luar kampungnya, media cetak yang dibaca 3-5 kali dalam sebulan, dan melihat dan mendengar Televisi/ Radio 4-7 jam tiap harinya. Sedangkan kategori tingkat kekosmopolitan tinggi apabila dalam sebulan lebih 7 kali keluar kampungnya, media cetak yang dibaca lebih dari 6 kali dalam sebulan, dan melihat dan mendengar TV/ Radio lebih dari 8 jam tiap harinya. Faktor eksternal yang selanjutnya adalah kontak dengan penyuluh. Berdasarkan hasil penelitian Budiono (2006), kontak dengan penyuluh yaitu frekuensi petani tepi hutan berhubungan dengan penyuluh kehutanan dalam suatu pertemuan. Kontak penyuluh diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu: 1) rendah, 2) sedang, dan 3) tinggi. Adapun kategori rendah adalah 0-1 kali kontak dengan PPL dalam tiga bulan terakhir, sedang adalah 2 – 3 kali dalam tiga bulan terakhir dan kategori tinggi adalah lebih dari 4 kali dalam tiga bulan terakhir. Pengertian kontak disini adalah ikut hadir dalam forum pertemuan kelompok. Untuk frekuensi bertemu dengan petani hanya ditentukan sering atau jarang,
24
sedangkan untuk bantuan dari pemerintah ditentukan dengan ada atau tidaknya bantuan dan besar bantuan yang diberikan. Setelah dilihat korelasinya kemudian dilakukan penarikan kesimpulan apakah asumsi dapat diterima atau ditolak dengan melihat nilai P value. 1.
Jika P value (Sig 2-tailed) ≤ 0,05 maka tolak Ho dan terima H1 pada α = 5%
2.
Jika P value (Sig 2-tailed) ≥ 0,05 maka terima Ho dan tolak H1 pada α = 5% Asumsi yang digunakan pada penelitian ini:
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji H1 = Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji Selanjutnya dengan melihat kesimpulan tersebut, maka dapat diambil keputusan untuk menentukan variabel mana yang berhubungan erat.