BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian penjajagan yang sering dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih mendalam, baik itu penelitian penjelasan maupun penelitian deskriptif. Melalui penelitian eksploratif ini masalah penelitian dapat dirumuskan dengan jelas dan lebih terperinci dan hipotesa dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya (Singarimbun dan Effendi 1989). Hal ini disebabkan oleh masih sedikitnya penelitian mengenai hal ini.
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari,
Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat pada bulan Juli-Agustus 2009. Ada dua hal utama yang mendasari pemilihan tempat. Pertama, sebagaimana telah disebutkan di atas, Provinsi Jawa Barat berdasarkan Sensus Pertanian diketahui memiliki proporsi usia petani yang tidak merata dengan kecenderungan dominan terletak pada petani usia tua (di atas 40 tahun). Alasan kedua, di daerah ini masih banyak terdapat lahan pertanian, hal yang mana menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat masih dominan disandarkan pada sektor ini. Hal yang menjadi kekhasan dalam pemilihan lokasi penelitian adalah bahwa lahan pertanian yang ada di daerah ini merupakan lahan kering. Diharapkan perbedaan jenis lahan dengan lahan pertanian pada umumnya dapat menghasilkan temuan yang berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu yang kebanyakan dilakukan di daerah persawahan
ataupun
perkebunan.
Perbedaan
karakteristik
lahan
akan
38
menghasilkan representasi pertanian yang berbeda pula, sehingga sangat mendukung atas kebutuhan data yang dibutuhkan pada penggalian representasi sosial pertanian pemuda tani pada komunitas lahan kering.
3.2
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Proses penyusunan penelitian mengenai representasi sosial pertanian bagi
pemuda petani melalui beberapa tahap. Hal ini terkait dengan ragam dan jenis data yang hendak diteliti. Secara umum terdapat 6 hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Keenam hal tersebut akan didekati melalui 5 pendekatan yang berbeda sesuai dengan kekhasan masing-masing teknik pengumpulan data: 1.
Kuesioner, digunakan untuk menangkap data di tingkat responden berupa karakteristik individu responden. Selain itu juga digunakan untuk memahami aspek sosialisasi pekerjaan pertanian dan keikutsertaan dalam pekerjaan pertanian. Pendekatannya dilakukan menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan terbuka dan tertutup.
2.
Wawancara Mendalam, digunakan untuk mengetahui konteks pertanian lahan kering.
3.
Studi Literatur, digunakan untuk memberikan landasan pelaksanaan penelitian, khususnya dalam membangun teori berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya yang relevan. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, teknik ini juga digunakan untuk mendapatkan temuan pada aras makro guna melengkapi temuan dari teknik survei dan wawancara. Fokus penelitian yang hendak didekati melalui teknik ini adalah aspek konteks
39
pertanian lahan kering. Pendekatannya diarahkan kepada literatur-literatur terkait di tingkat desa lokasi penelitian. 4.
Teknik Asosiasi Kata, digunakan untuk mengetahui representasi sosial tentang pertanian. Melalui teknik ini, responden diminta untuk menuliskan lima kata yang muncul dalam pikiran mereka ketika mendengar kata PERTANIAN, PEKERJAAN TANI, PETANI, LAHAN, LAHAN KERING. Kemudian, mengklasifikasikan kata-kata yang telah diperoleh dari tahap pertama, ke dalam kelompok yang lebih umum. (Guimelli 1998). Teknik pengukuran ini dapat menjelaskan representasi mental yang ada dalam sebuah masyarakat mengenai sebuah obyek tertentu, dalam hal ini adalah representasi pertanian.
5.
Metode Diferensial Semantik, dikenal juga sebagai Skala Perbedaan Semantik. Digunakan untuk mengetahui representasi sosial pada aspek afektif terhadap pekerjaan pertanian dan lahan pertanian. Iskandar (2000) dikutip oleh Riduwan (2006) menyatakan bahwa skala perbedaan semantik berisi serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang memiliki 3 dimensi dasar sikap seseorang terhadap obyek, yaitu: potensi (kekuatan/atraksi fisik suatu obyek), evaluasi (hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dari suatu obyek), dan aktifitas (tingkatan gerakan suatu objek). Pada skala perbedaan semantik, responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu yang memiliki rentangan skor 1-5 dengan cara memberi tanda (x) pada angka yang sesuai Penggunaannya seperti digambarkan pada Gambar 2 berikut:
40
Gambar 2. Contoh Penggunaan Skala Perbedaan Semantik 5
4
Baik
3
2
1 Buruk
x
Kategori untuk aspek afektif pekerjaan pertanian ialah sebagai berikut: 1. Baik - Buruk 2. Untung – Rugi 3. Aman - Penuh resiko 4. Ringan – Melelahkan 5. Mencukupi kebutuhan - Tidak mencukupi kebutuhan 6. Bersih – Kotor 7. Santai - Terikat waktu 8. Modern – Tradisional 9. Terhormat - Memalukan Kategori untuk aspek afektif terhadap lahan pertanian ialah sebagai berikut: 1.
Ekonomis - Tidak Ekonomis
2. Menjamin hari tua - Tidak menjamin hari tua 3. Terhormat - Tidak terhormat 4. Murah - Mahal 5. Berharga - Tidak Berharga Selanjutnya, diantara dua kutub ini akan diberi skor nilai antara 1-5, dimana setiap responden harus memberikan penilaian dengan menggunakan rentangan skor tersebut. Jika skor yang diberikan semakin ke kanan mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa representasi pemuda tani terhadap pekerjaan pertanian dan lahan pertanian sangat negatif, dan
41
sebaliknya jika skor yang diberikan semakin ke kiri atau mendekati angka 5 maka dapat disimpulkan bahwa representasi pemuda tani terhadap pekerjaan pertanian dan lahan pertanian sangat positif.
3.3
Teknik Pemilihan Responden Populasi dari penelitian ini adalah pemuda tani yang berusia antara 16 tahun
sampai 25 tahun yang berada di Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jumlah responden yang diambil adalah 40 orang. Responden sejumlah 40 orang ini diambil dengan teknik incidental sampling dengan pertimbangan bahwa pada waktu penelitian, ditemukan responden yang memenuhi syarat sebagai responden dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Teknik ini dilakukan dengan alasan jarak antar dusun sangat berjauhan sehingga sulit untuk membuat kerangka sampling terlebih dahulu..
3.4
Teknik Analisis Data Data primer yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis menggunakan tabel
frekuensi, tabulasi silang, dan uji korelasi Chi-Square. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi responden berdasarkan karakteristik individu yang dimiliki. Uji Chi-Square digunakan untuk mengukur hubungan antara karakteristik sosial ekonomi, sosialisasi pekerjaan pertanian dan intensitas keikutsertaan pada aktivitas pertanian terhadap representasi sosial hasil dari metode asosiasi kata dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 tipe 12.0.4518.1014. Untuk kondisi pertanian dan konteks sosial budaya akan dianalisis secara kualitatif.
42
Data yang diperoleh melalui asosiasi kata, akan diolah sebagai berikut: a.
Kata-kata yang yang muncul dikategorikan dalam beberapa kata yang dianggap mewakili kata tersebut.
b.
Masing-masing kategori diberi kode untuk membedakannya.
c.
Kata-kata yang muncul dimasukkan ke dalam kategori yang sesuai dan dihitung frekuensi.
d.
Adapun kategori kata yang muncul adalah sebagai berikut: 1.
Pertanian, kategorinya yaitu aktivitas pertanian, teknologi pertanian, komoditas pertanian, sumberdaya alam pertanian, afeksi, dan hambatan pertanian.
2.
Pekerjaan Tani, kategorinya yaitu aktivitas pertanian, afeksi, dan sarana produksi pertanian.
3.
Petani, kategorinya yaitu afeksi positif, afeksi negatif, dan aktivitas pertanian.
4.
Lahan, kategorinya yaitu sarana kerja pertanian, kondisi lahan, afeksi, komoditas pertanian, dan sarana produksi pertanian.
5.
Lahan kering, kategorinya yaitu afeksi negatif, afeksi positif, usaha perbaikan lahan, sarana kerja pertanian, komoditas pertanian, serta penggunaan lahan selain pertanian.
e.
Kata yang paling tinggi frekuensinya adalah representasi sosial bagi pemuda tani.