81
Bab III Metodologi Penelitian
III.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia di Bandung.
III.2 Metode Penelitian Menurut Yin (1996), bentuk pertanyaan penelitian ‘bagaimana’ atau ‘mengapa’ merupakan situasi yang sesuai untuk studi kasus. Pertanyaan ‘bagaimana’ atau ‘mengapa’ akan diarahkan ke serangkaian peristiwa kontemporer. Peneliti hanya mempunyai peluang yang kecil sekali atau tidak mempunyai peluang sama sekali untuk melakukan kontrol terhadap peristiwa tersebut. Penelitian studi kasus dapat diartikan bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan yang ada (Nazir, 1998). Sesuai dengan permasalahan yang akan diungkap, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang berlaku di Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI), bagaimana model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI dan bagaimana kinerja AePT.DI berdasarkan model pengukuran kinerja yang dikembangkan.
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan waktu dan tempat serta memiliki pengambilan data yang mendalam (Bungin, 2007). Menurut Stake (1995), studi kasus adalah suatu strategi penelitian multi-metode, dimana pada penelitian ini memadukan teknik wawancara, studi terhadap dokumen dan arsip.
Karakteristik penelitian studi kasus yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982), adalah : 1. Peneliti menggunakan keadaan yang ada, sementara peneliti berlaku sebagai instrumen utama dan mendatangi sumber data secara langsung.
82
2. Penelitian dengan pendekatan studi kasus adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian dengan pendekatan deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya mengambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi (Arikunto, 2006). 3. Penelitian dilakukan dengan lebih menekankan pada proses, bukan sematamata pada hasil penelitian. 4. Kedekatan peneliti (dengan responden) merupakan hal yang penting dalam proses penelitian. 4. Analisis data dilakukan dengan cara induktif.
Menurut Yin (1996), kritik-kritik biasanya menyatakan bahwa studi kasus tunggal mempunyai landasan yang lemah untuk penggeneralisasiannya. Namun begitu, kritik-kritik semacam itu bertentangan secara implisit dengan situasi penelitian survei, di mana sampel (jika dipilih secara betul) telah menggeneralisasikan suatu populasi yang lebih besar. Analogi analisa terhadap sampel dan populasi ini tidak benar dalam penanganan studi kasus. Hal ini dikarenakan penelitian survei bersandar pada generalisasi statistik, sedangkan studi kasus (demikian juga dengan
eksperimen)
bersandar
pada
generalisasi
analitik.
Generalisasi
dimaksudkan disini adalah abstraksi dari fakta empiris kepada kasus yang sejenis.
Penelitian yang diusulkan secara garis besar dilakukan melalui suatu metode sebagaimana dapat dilihat pada Gambar III.1 berikut ini:
83
Studi Pendahuluan dan Latar Belakang
Perumusan Masalah serta Penetapan Tujuan Penelitian
Penentuan Lingkup (Batasan) Penelitian
Studi Pustaka: - Konsep Pengukuran - Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan - Sistem Rantai Pasok - Metode Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok - Analytic HIerarchy PRocess (AHP)
Studi Lapangan: Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok yang berlaku di Direktorat Aerostructure PT.DI
Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Sistem Rantai Pasok Berbasis SCOR Indikator Kinerja SCOR
Di Ae-PT.DI tidak dilakukan perhitungan
Tidak
Ada di Quality Objective?
Tidak
Ya Penyederhanaan, Penambahan dan Penyesuaian Framework model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR
Pembentukan model matematis
Analisis Model
A
Di Ae-PT.DI dilakukan perhitungan
84
A Pengolahan Data Pengumpulan data perbandingan berpasangan (AHP)
Pengumpulan data indikator kinerja tingkat 2 dan target
Perhitungan Bobot AHP Penilaian perbandingan berpasangan untuk atribut dan indikator kinerja Matriks perbandingan berpasangan individu (6 responden) Matriks perbandingan berpasangan gabungan dengan geometric mean Penilaian ulang
Perhitungan Bobot Perhitungan Consistency Ratio TIdak
≤ 0,1 ? Ya Hasil Pengolahan Data
Perhitungan indikator kinerja tingkat 1 dan target
Perhitungan atribut dan target
Perhitungan kinerja sistem rantai pasok dan target
Analisis Sensitivitas
Analisis Analisis Kinerja
Saran Perbaikan Kinerja
Generalisasi Studi Kasus
Kesimpulan dan Saran
Gambar III.1. Metodologi penelitian
85
Masing-masing tahap dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut: 1. Studi Pendahuluan dan Latar Belakang Langkah awal ini dimaksudkan untuk menentukan rancangan penelitian yaitu topik permasalahan apa yang akan dipilih dan diteliti. Tahap ini dilakukan dengan cara antara lain membaca literatur yang terdiri dari jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku.
Dari studi pendahuluan dikaji mengenai peran rantai pasok dalam mendapatkan keunggulan kompetitif. Demikian pula pentingnya pengukuran kinerja bagi manajemen rantai pasok yang sukses. Dilakukan tinjauan awal terhadap model SCOR yang merupakan produk dari Supply Chain Council, untuk mengetahui kemungkinannya menjadi dasar dalam pengembangan model pengukuran kinerja. Selain itu dilakukan pula tinjauan pendahuluan untuk mengetahui kemungkinan memilih sistem pengukuran kinerja rantai pasok Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia (Ae-PT.DI) sebagai objek studi kasus serta mengapa harus dikembangkan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Ae-PT.DI.
2. Perumusan Masalah serta Penetapan Tujuan Penelitian Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai ruang lingkup permasalahan yang diteliti berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, permasalahan diidentifikasikan dalam rangka pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok Ae-PT.DI berbasis SCOR.
Penetapan tujuan penelitian yang tepat dan eksplisit membantu peneliti dalam melakukan penyelesaian permasalahan secara akurat dan sistematis. Penetapan tujuan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada tahap sebelumnya, dengan maksud untuk menentukan dan memastikan arah yang ingin dicapai pada penelitian ini. Rincian lengkap mengenai perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian dapat dilihat pada sub-bab 1.2 dan 1.3.
86
3. Penentuan Lingkup (Batasan) Penelitian Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih fokus dan sesuai dengan keterbatasan informasi sistem rantai pasok yang dapat diperoleh, maka perlu ditetapkan ruang lingkup (batasan) penelitian. Bagian ini dapat dilihat pada subbab 1.4.
4. Studi Pustaka Studi Pustaka dilakukan untuk memperoleh dasar dan acuan teoritis dalam pencapaian tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi ini diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan topik penelitian dan menjadi landasan teori bagi penelitian ini. Studi literatur dilakukan tentang konsep pengukuran, metode pengukuran kinerja perusahaan, sistem rantai pasok, metode pengukuran kinerja sistem rantai pasok, dan Analytic Hierarchy Process (AHP).
Pada bagian ini terutama dijelaskan metode SCOR, yang merupakan referensi dalam pengembangan model, dalam menjelaskan rantai pasok secara detail, mendefinisikan dan mengkategorikan proses-proses serta membangun metrikmetrik atau indikator-indikator pengukuran yang diperlukan dalam pengukuran kinerja rantai pasok.
5. Studi Lapangan Pada tahap ini dilakukan kajian terhadap organisasi, proses bisnis dan sistem pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang berlaku di Direktorat Aerostructure PT.DI.
Indikator-indikator
kinerja
yang
dipakai
diidentifikasikan
untuk
mengetahui kesesuaiannya terhadap model pengukuran kinerja sistem rantai pasok yang akan dikembangkan.
6. Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Pada tahap ini dilakukan pengembangan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR untuk Direktorat Aerostructure PT.DI. Sesuai dengan salah satu ciri dari penelitian studi kasus maka tahap ini dilakukan dengan mendatangi sumber data secara langsung dan melakukan diskusi dengan pakar yang memiliki
87
keterkaitan dengan konteks model SCOR yang akan dikembangkan dalam rangka mengetahui penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dalam pengembangan model. Pakar yang terlibat adalah Manager Program Management Office Spirit Aerosystems, Manager Program Management Office Aircraft Parts and Components, Manager Program Management Office Subcontract, Manager Logistik, Manager Production Control dan Manager Akuntansi. Sistem pengukuran kinerja yang dibangun adalah untuk Ae-PT.DI dengan tidak mempertimbangkan Quality Objective departemen sebagai unit fungsional tetapi Quality Objective tingkat direktorat karena Ae-PT.DI dianggap sebagai sebuah sistem rantai pasok yang terdiri dari proses-proses SCOR. Dalam mengembangkan model pengukuran kinerja sistem rantai pasok dilakukan hal-hal sebagai berikut: - Melakukan identifikasi apakah indikator kinerja SCOR dapat ditemukan di AePT.DI, dengan melakukan perbandingan dengan Quality Objective tingkat direktorat. Langkah ini dapat ditemukan dalam mempertahankan indikator % of Orders Delivered in Full dan Delivery Performance to Customer Commit Date yang memiliki pengertian sama dengan Total Delivery dan On Time Delivery. - Jika tidak terdapat pada Quality Objective maka dilakukan pengidentifikasian apakah indikator kinerja SCOR tersebut dilakukan perhitungan walaupun tidak termasuk dalam Quality Objective. Jika dilakukan perhitungan, maka indikator kinerja SCOR dipertahankan dan dalam analisis model diberikan upaya yang perlu dilakukan agar indikator kinerja tersebut dapat diterapkan di Ae-PT.DI. Langkah ini dapat ditemukan dalam mempertahankan indikator kinerja untuk atribut Responsiveness, Supply Chain Costs dan Supply Chain Asset Management. - Jika indikator kinerja SCOR tidak ditemukan dalam Quality Objective dan tidak pernah dilakukan perhitungan maka dilakukan penyesuaian dengan mengganti indikator kinerja SCOR tersebut dengan indikator kinerja Ae-PT.DI yang memiliki konteks pengertian yang sama dengan indikator kinerja SCOR. Langkah ini dilakukan untuk indikator kinerja Upside Supply Chain Flexibility dan Upside Supply Chain Adaptability yang disesuaikan menjadi Available
88
Capacity serta perhitungan pada indikator kinerja tingkat dua dari Supply Chain Management Cost (Operating Expenses) yang diukur dengan Sales and Marketing Expenses serta General and Administration Expenses. Selain itu dilakukan juga penyederhanaan pada pada indikator kinerja Documentation Accuracy, Perfect Condition dan Downside Supply Chain Adaptability. - Pengembangan model pengukuran kinerja untuk Ae-PT.DI dilakukan juga dengan memasukkan Quality Objective Ae-PT.DI tingkat direktorat lainnya yang digunakan selama ini ke dalam model pengukuran kinerja yang dikembangkan. Langkah ini dapat ditemukan pada penambahan indikator Rejection Rate of Part and Component Manufacturing dan Production Efficiency yang dimasukkan dalam Cost of Goods Sold. - Dalam membuat model matematisnya terlebih dulu dibuat framework model pengukuran kinerja dengan membuat hubungan antara kinerja sistem rantai pasok dengan atribut yang berpengaruh terhadapnya, kemudian indikator kinerja tingkat 1 yang berpengaruh terhadap atribut dan selanjutnya hubungan diperinci lagi dengan indikator-indikator kinerja tingkat 2 yang berpengaruh pada masing-masing indikator kinerja tingkat 1. - Dari framework tersebut dibuat model matematisnya dari rumus yang sudah ada pada model SCOR. Perumusan matematis yang memerlukan pembobotan dilakukan pada variabel untuk menentukan tingkat kepentingannya. Pemberian bobot atribut yang dihitung dengan AHP diadopsi dari penelitian Xia dkk (2007). − Dilakukan penyetaraan satuan pada indikator kinerja tingkat 1 menjadi rasio (%) agar terdapat persamaan dimensi pada model matematis. Selain itu dilakukan normalisasi agar terdapat interpretasi yang sama untuk keseluruhan indikator kinerja maupun atribut agar jika nilai yang diperoleh semakin besar maka kinerja sistem rantai pasok akan semakin baik.
7. Pengumpulan Data Dalam rangka studi kasus model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR di Direktorat Aerostructure PT.DI, pada tahap ini dilakukan pengumpulan data indikator kinerja tingkat 2 serta penyebaran kuesioner untuk mengetahui
89
bobot dari variabel melalui perbandingan berpasangan sesuai dengan metode AHP.
8. Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut diolah agar dapat menjadi masukan bagi model pengukuran kinerja sistem rantai pasok berbasis SCOR. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan data-data indikator kinerja tingkat 2 dan target untuk menghitung indikator kinerja tingkat 1 dan targetnya. Atribut dan targetnya dihitung dengan menggunakan data indikator kinerja tingkat 1 dan target. Kinerja sistem rantai pasok dan target dihitung menggunakan data atribut dan target. Bobot hasil AHP dipakai dalam perhitungan-perhitungan indikator, atribut, kinerja sistem rantai pasok serta targettargetnya.
9. Analisis Pada tahap ini dilakukan analisis model untuk mengetahui indikator kinerja SCOR mana yang belum digunakan Direktorat Aerostructure PT.DI dan upaya yang perlu dilakukan untuk melengkapi indikator kinerja tersebut. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap model matematis pengukuran kinerja untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan atribut-atribut kinerja secara individual terhadap kinerja rantai pasok. Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kinerja sistem rantai pasok Direktorat Aerostructure PT.DI serta diberikan saran-saran perbaikan untuk meningkatkan kinerja sistem rantai pasok Direktorat Aerostructure PT.DI. Pada tahap ini juga dilakukan generalisasi studi kasus yang merupakan abstraksi dari hasil empiris penelitian ini.
10. Kesimpulan dan Saran Tahap terakhir pada penelitian ini adalah pengambilan kesimpulan sebagai jawaban atas tujuan penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian saran diberikan upaya yang perlu dilakukan untuk implementasi sistem pengukuran kinerja sistem rantai pasok di Direktorat Aerostructure PT.DI serta tindak lanjut dari penelitian ini untuk meningkatkan kinerja dan perbaikan sistem rantai pasoknya.