14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan buah rotan jernang dan membandingkan cara masyarakat dengan cara perebusan disajikan pada Gambar 2. Dari langkah kerja peneliti tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi dan mutu jernang.
Data penelitian
Pengolahan data potensi jernang di Kabupaten Sarolangun (lapangan/data sekunder)
Pengambilan data di Dinas Kehutanan provinsi Jambi dan LSM
Cara pemanenan buah rotan jernang (lapangan/data primer)
Pemetikan buah setelah itu buah rotan jernang diangin-anginkan
Membandingkan Cara masyarakat yaitu dengan menumbuk buah rotan jernang
Penetapan rendemen dan Sifat fisiko-kimia jernang
Cara alternatif (Cara perebusan)
Penetapan rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang
Upaya peningkatan produksi dan mutu jernang
Gambar 2 Diagram alir penelitian.
15
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Desa Lamban Sigatal, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada tanggal 10 Juni sampai dengan 6 Juli 2010 dan dilanjutkan di Laboratorium Kimia Kayu Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB pada 19 Juli sampai dengan 25 Agustus 2010. 3.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah galah dan pengait, keranjang, kayu penumbuk buah rotan jernang, aluminium foil, gelas piala 1000 ml, saringan kawat nyamuk berukuran 15x15 cm2, cawan petri, timbangan, plastik, kertas saring, pipa kapiler, melting point, hotplate/penangas air, desikator, oven suhu ± 105°C, oven 1000°C (tanur), soklet, Microsoft Excel, software SPSS 12 dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah rotan jernang, air, toluena, dietil eter dan etanol. 3.4 Jenis Data a. Potensi jernang Cara pengumpulan data potensi jernang dilakukan melalui studi pustaka. Data potensi jernang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dapat membantu dalam pencarian informasi. Data yang diperlukan meliputi nama desa atau kecamatan, luas areal yang ditanam jernang dan jumlah panen buah per rumpun. b. Teknik pemanenan buah rotan jernang Cara yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai teknik pemanenan buah rotan jernang adalah melalui pengamatan langsung di lapangan yaitu mengamati teknik petani memanen buah rotan jernang dengan mengetahui ciri-ciri kemasakan buah yang siap untuk dipanen dan alat pemanenan yang digunakan. c. Ekstraksi jernang cara masyarakat dan cara alternatif (perebusan dalam air) c.1 Cara masyarakat Pengolahan jernang yang dilakukan oleh masyarakat yaitu: a) Buah rotan jernang yang terkumpul dilepas dari tandannya.
16
b) Sampel buah rotan jernang dibungkus dengan aluminium foil dan dibawa ke Bogor untuk ditimbang, yang digunakan untuk perhitungan kadar air. Kadar air dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (ASTM D2016-74 1981): KA =
Berat basah buah - Berat kering tanur buah x 100% Berat kering tanur buah
c) Buah yang telah terkumpul diangin-anginkan. d) Buah rotan jernang ditumbuk agar memperoleh serbuk. e) Serbuk jernang dimasukkan ke dalam plastik. c.2 Cara perebusan Cara alternatif yang diteliti adalah dengan cara perebusan yaitu: a) Buah rotan jernang yang dibawa ke Bogor dilakukan perhitungan kadar air seperti cara masyarakat di atas. b) Menimbang buah rotan jernang sebanyak 400 g. c) Buah rotan jernang dipisahkan antara biji dengan kulit dan daging, yang digunakan dalam penelitian adalah kulit dan daging buahnya. d) Kulit dan daging buah rotan jernang tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala dan kemudian dibatasi dengan saringan kawat nyamuk setelah itu isi dengan air sekitar dua kali dari ketinggian buah rotan jernang kemudian direbus hingga mendidih dengan waktu yang telah ditetapkan. e) Jernang akan keluar dan berada di lapisan atas rebusan. Bagian jernang dipisahkan selama proses perebusan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven ± 105°C. Rancangan percobaan untuk cara perebusan adalah: A. Perlakuan 1: cara masyarakat B. Perlakuan 2: direbus selama 1 jam C. Perlakuan 3: direbus selama 2 jam D. Perlakuan 4: direbus selama 3 jam Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan 4 perlakuan sehingga terdapat 12 unit percobaan. Masing-masing percobaan menggunakan buah rotan jernang sebanyak 400 g. Dari percobaan tersebut diperoleh rendemen yang akan digunakan dalam pengujian mutu. Jernang yang dibutuhkan untuk pengujian sebanyak ± 6 g per perlakuan.
17
d. Menghitung rendemen jernang hasil ekstraksi Perhitungan rendemen bagi kedua cara pengolahan jernang dilakukan dengan cara menimbang buah rotan jernang sebelum diekstrak dan jernang hasil ekstraksi. Besarnya rendemen dihitung dengan rumus (ASTM D2016-74 1981): Kadar air (%) =
x 100%
Æ BKT (Berat Kering Tanur) = Rendemen (R) =
Berat basah 1+ KA
x 100%
Output x 100% (Waluyo 2008) Input (BKT)
e. Analisis sifat fisiko-kimia jernang Analisis mutu jernang mengacu pada SNI jernang (2010), parameter yang diuji adalah sifat fisiko-kimia jernang yang terdiri dari: a. Kadar resin Kadar resin ditentukan dengan cara mengekstrak jernang dengan suatu pelarut organik yang dinyatakan dengan persen berat per berat. Kadar resin dapat ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut: a) Menimbang 1 g jernang yang telah dihaluskan di dalam timbel yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam soklet. b) Soklet diisi dengan 150 ml dietil eter yang ditampung pada labu didih 250 ml. c) Soklet dihubungkan dengan kondenser dan air pendingin untuk melakukan ekstrak jernang secara sempurna kemudian memisahkan dietil eter secara maksimal sehingga diperoleh resin. d) Resin yang diperoleh dipisahkan dengan 50 ml air pada labu pemisah. e) Mengocok labu pemisah agar resin yang masih terikat dapat terekstrak. f) Resin dipisahkan dari air suling, kemudian menguapkan dietil eter di atas penangas air/hotplate. g) Ekstrak resin dikeringkan sampai diperoleh berat labu pemisah dan resin yang tetap di dalam desikator. Kadar resin (%) =
W2 – W1 x 100 W
18
Keterangan : W adalah berat serbuk jernang (g) W1 adalah berat labu pemisah (g) W2 adalah berat labu pemisah dan resin yang tersisa (g) b. Kadar air Kadar air ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut (ASTM D2016-74 1981): a) Menimbang cawan petri yang telah di oven selama ± 1 jam. b) Jernang ditimbang sebanyak 1 g yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam cawan petri. c) Cawan yang berisi jernang dioven selama 3 jam pada suhu ± 110ºC. d) Menimbang cawan tersebut, kemudian mengoven kembali selama 3 jam untuk memperoleh hasil yang konstan kemudian menimbang. Kadar air (%) =
W1 - W2 x 100 W2
Keterangan : W1 adalah berat jernang W2 adalah berat jernang setelah di oven c. Kadar kotoran Kadar kotoran ditentukan dengan cara melarutkan jernang dalam toluena. Bahan tak larut dalam toluena tertinggal di kertas saring. Kadar kotoran ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut: a) Jernang yang telah dihaluskan ditimbang ± 1 g dan dimasukkan ke dalam gelas piala 400 ml, kemudian dilarutkan dengan toluena sebanyak ± 8 ml. b) Jernang diaduk hingga terlarut seluruhnya. c) Menuangkan sisa jernang yang tidak larut ke dalam kertas saring. d) Gelas
piala
dibilas
dengan
toluena
hingga
bersih
kemudian
menyaringnya. Kadar kotoran (%) =
W1 - W2 x 100 W
Keterangan : W adalah berat jernang (g) W1 adalah kertas saring (g) W2 adalah berat kertas saring + isi setelah dipanaskan (g)
19
d. Kadar abu Kadar abu ditentukan dengan mengukur zat mineral bahan organik dalam jernang yang tidak habis terbakar setelah pemanasan 800°C sampai 1000°C. Kadar abu dapat ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut: a) Memanaskan oven tanur pada suhu kurang lebih 800 sampai 1000°C. b) Cawan petri yang disimpan dalam desikator dari hasil pengukuran kadar air, digunakan untuk pengukuran kadar abu. c) Memasukkan cawan tersebut ke dalam tanur selama ± 8 jam. d) Oven dibuka setelah ± 12 jam, kemudian mengambil cawan dan dimasukkan ke dalam desikator. e) Menimbang berat cawan berisi abu. Kadar abu (%) =
W2 ‐ W1 x 100 W
Keterangan : W adalah berat jernang (g) W1 adalah berat cawan (g) W2 adalah berat cawan + abu (g) e. Titik leleh Titik leleh diukur dengan menggunakan alat melting point. Jernang yang dibuat serbuk halus dilelehkan pada suhu rendah. Titik leleh dapat ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut: a) Memasukkan serbuk jernang ke dalam pipa kapiler hingga padat dan dorong serbuk jernang hingga berada pada posisi ditengah pipa kapiler b) Melting point dipanaskan pada suhu awal 40ºC. c) Pipa kapiler yang berisi jernang diletakkan pada melting point. d) Lalu mengamati terus sampai jernang dalam pipa kapiler meleleh seluruhnya, kemudian mencatat suhu tersebut. f. Penentuan warna Warna ditentukan dengan pengamatan secara visual setelah jernang dilarutkan dengan etanol dan dituangkan ke atas kertas putih. Warna dapat ditentukan dengan cara kerja sebagai berikut: a) Menimbang ± 1 g jernang yang telah dihaluskan.
20
b) Jernang dilarutkan dalam etanol 20 ml di dalam gelas piala dan didiamkan beberapa saat. c) Menuangkan secara perlahan-lahan ke atas kertas putih kemudian diangin-anginkan dan diamati. Tabel 2 Spesifikasi persyaratan mutu jernang No 1 2 3 4 5 6
Jenis uji
Satuan
Kadar resin (b/b) Kadar air (b/b) Kadar kotoran (b/b) Kadar abu (b/b) Titik leleh Warna
% % % % °C -
Mutu super Min. 80 Maks.6 Maks.14 Maks.4 Min.80 Merah tua
Persyaratan Mutu A Min.60 Maks.8 Maks.39 Maks.8 Min.80 Merah muda
Mutu B Min.25 Maks.10 Maks.50 Maks.20 Merah pudar
Sumber : SNI jernang(2010)
3.5 Pengolahan Data Analisis data percobaan dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu sebagai berikut: Yij = μ + αi + εij Keterangan: Yij = Varian yang diamati (rendemen dan sifat fisiko-kimia) Μ = Nilai rata-rata umum αi
= Pengaruh perlakuan dengan cara masyarakat, perebusan 1, 2 dan 3 jam terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang.
ε ij = Pengaruh galat percobaan dari ke-i (1, 2 dan 3 jam) pada ulangan ke-j (3 kali ulangan) Berdasarkan rancangan tersebut, maka disusun analisis ragam seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Analisis ragam Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
DB t-1 (r-1)(t-1) (rt-1)
JK JKP JKG JKT
KT KTP KTG
Fhit KTU/KTG KTP/KTG
F5%
Untuk mengetahui pengaruh faktor perlakuan terhadap rendemen dan mutu jernang yang dibuat maka dilakukan analisis ragam. Nilai hitung yang diperolah dari analisis ragam tersebut dibandingkan dengan F-tabel pada selang kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan: 1. Hipotesis pertama: apabila F-hitung < F-tabel, maka terima H0 yaitu perlakuan antara cara masyarakat dan cara perebusan (1, 2 dan 3 jam)
21
tidak memberikan pengaruh nyata atau sangat tidak nyata terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang pada selang kepercayaan 95% sehingga H1 ditolak. 2. Hipotesis kedua: apabila F-hitung > F-tabel, maka terima H1 yaitu perlakuan antara cara masyarakat dan cara perebusan (1, 2 dan 3 jam) memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata pada rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang pada selang kepercayaan 95% sehingga H0 ditolak. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 12. Apabila perlakuan memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimia jernang, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT).