22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses dan maknamakna yang tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas, ataupun frekuensi (Denzin dan Lincoln, 2000). Penelitian kualitatif ini memiliki ciri khas yaitu menekankan pada pumpunan inter-subyektivitas realitas sosial yang dihasilkan dari interaksi antara peneliti dan tineliti (Sitorus, 1998). Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial, serta mampu menggali berbagai realitas dan proses sosial maupun makna yang didasarkan pada pemahaman yang berkembang tentang pelaksanaan reforma agraria dan pelaksanaan Program Pembaruan Agraria Nasional. Peneliti berusaha memahami interpretasi dari subjek penelitiannya untuk kemudian digabungkan dengan interpretasi dari peneliti sendiri. Metode survey adalah metoda penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara mengambil contoh (sampel) dari sebuah populasi menurut prosedur tertentu, dengan alat berupa daftar pertanyaan yang terstruktur (Shohibuddin, 2009)6. Dalam penelitian ini akan dipergunakan survey sampel. Hal ini dilakukan atas pertimbangan derajat keseragaman data, kesesuaian dengan rencana analisa, presisi penelitian yang dikehendaki sekaligus efisiensi serta efektivitas tenaga, waktu dan biaya.
6
Shohibuddin, Moh (ed), Metodologi Studi Agraria: Karya Terpilih Gunawan Wiradi, 2009, Sajogyo Institute, Bogor
23
3.2.
Strategi Penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini karena
studi kasus merupakan studi aras mikro (menyoroti satu atau beberapa kasus) dan studi kasus merupakan strategi penelitian yang bersifat multi-metode (wawancara, observasi dan analisis dokumen). Dalam hal ini, beberapa kasus pada aras mikro (komunitas lokal) akan dipilih adalah masyarakat OTL Banjaranyar dan OTL Pasawahan (Sitorus, 1999) Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat eksplanasi. Artinya penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana peran organisasi tani dalam hal ini adalah Serikat Petani Pasundan (OTL Banjaranyar II dan OTL Pasawahan II), menjelaskan adanya ketimpangan dalam pemilikan dan penguasaan lahan serta menjelaskan bagaimana pelaksanaan PPAN dilihat dari sudut pandang BPN dan masyarakat penerima program tersebut. Keduanya mempunyai perbedaan pandangan terhadap pelaksanaan program tersebut. Serta melihat perbedaan kesejahteraan antara masyarakat penerima PPAN (OTL Banjaranyar II) dan masyarakat yang tidak menerima PPAN (OTL Pasawahan II). Strategi studi kasus ini diharapkan mampu menggali informasi mendalam mengenai kesenjangan dalam pemilikan dan penguasaan lahan serta menjelaskan bagaimana pelaksanaan PPAN dilihat dari sudut pandang BPN dan masyarakat penerima program tersebut sebagai gejala sosial yang banyak ditemukan di pedesaan pada saat ini. Selain itu, juga menghindari terbatasnya pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan hanya berdasarkan penafsiran peneliti pribadi (Sitorus. 1999)
24
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Metode Triangulasi Metode triangulasi merupakan model pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan kombinasi beberapa metode yaitu obervasi lapang, wawancara (wawancara terstruktur dan wawancara mendalam) dan studi dokumen. Ketiga metode tersebut dikombinasikan dengan tujuan untuk saling melengkapi kelemahan masingmasing metode. Observasi lapang dilakukan dengan mengamati sejumlah realitas sosial atau kasus di lapangan berkaitan dengan kondisi kehidupan petani, baik aspek penguasaan lahan, sistem pola nafkah dan pola perubahan yang terjadi di dalamnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara mandiri (sendiri oleh peneliti) atau dengan model observasi berpartisipasi, yaitu dengan melibatkan subyek penelitian (petani atau rumahtangga petani). Wawancara mendalam dilakukan dengan responden penelitian yang dipilih secara sengaja baik yang berada di lokasi penelitian, maupun di luar lokasi penelitian (umumnya di desa-desa sekitar lokasi penelitian). Kegiatan wawancara ditujukan untuk mengetahui dan memahami realitas sosial atau kasus tertentu berdasarkan pemahaman subyek penelitian, seperti kondisi rumahtangga, sistem pola nafkah, model-model kelembagaan penguasaan dan pemanfaatan lahan pertanian, makna tanah serta peran kekuatan eksternal (pemerintah dan NGO’s). Kegiatan ini dapat dilakukan kepada sejumlah responden penelitian dan tokoh masyarakat atau petani. Penetapan responden dalam wawancara melalui metode snowballing, yaitu berdasarkan informasi antar responden di lokasi penelitian. Studi dokumen dilakukan melalui strategi penelusuran sejumlah dokumen tertulis. Dokumen yang ditelusuri dapat berupa dokumen sejarah dan lainnya yang
25
bersifat formal maupun informal, seperti cerita cerita-cerita cerita mengenai sejarah lokal (desa penelitian). Studii dokumen dapat dilakukan di wilayah lokasi penelitian (misalnya, BPS, Perpustakaan Pemda, BPN, Dokumen NGO mitra, Perguruan Tinggi Lokal dan intansi lainnya) dan di luar lokasi penelitian (instansi –instansi instansi terkait, termasuk dari internet). 3.3.2. Metode Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah) Metode FGD ditujukan untuk mendapatkan data mengenai aspek tertentu. FGD dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok terarah yang melibatkan sejumlah orang (10 (1015 orang) dengan peneliti sebagai fasilitator. FGD dapat dilakukan lebih dari satu kali, baik karena pertimbangan topik data yang hendak dikumpulkan maupun luasan dari peserta yang terlibat (covarage covarage area). area). Dalam kegiatan ini, kegiatan FGD akan dilakukan pada tingakatan rumahtangga petani khususnya petani yang tergabung dalam Organisasi Tani Lokal (OTL) Banjaranyar II dan Pasawahan II.
Gambar 3.1. Suasana FGD dengan Masyarakat
3.3.3. Participatory Poverty Assesment (PPA) Participatory Poverty Assesment (PPA) dilakukan untuk mengetahui ukuran ukuranukuran lokal tentang tingkat kesejahteraan menurut masyarakat sendiri. PPA sendiri akan dilakukan di OTL setelah diketahui ukuran untuk masyarakat golongan sejahtera sejahtera, sedang dan rendah.. Hal ini dilakukan untuk mengetahui meng apakah reklaiming tanah yang dilakukan masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan (lihat Lampiran 7).
26
3.3.4. Metode Survey dengan Kuesioner Kuesioner, selain digunakan sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan indepth interview, juga diharapkan nantinya dapat meng-cover untuk menampilkan pengaruh sertifikasi terhadap perubahan struktur pemilikan dan penguasaan lahan serta peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani yang menggarap, karena didalam kuesioner yang dipakai, lokus dominannya memang ditujukan untuk melakukan analisis Usaha Tani Rumah Tangga. 3.4.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di OTL Banjaranyar II Desa Banjaranyar dan OTL
Pasawahan II Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pemilihan ini didasarkan pada kenyataan bahwa kedua desa telah melakukan reklaiming lahan dengan perbedaan mendasar; yaitu bahwa OTL Banjaranyar II sudah memperoleh sertifikat, sedangkan OTL Pasawahan sampai saat ini belum mendapatkan sertifikat. Perbedaan paska reklaiming ini (sertifikat dan belum sertifikat) dianggap sebagai faktor penting dalam menganalisis struktur kepemilikan dan penguasaan lahan serta kesejahteraan masyarakatnya. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan mulai Bulan Maret 2010 hingga bulan Juli 2010. Kegiatan yang dilakukan selama rentang waktu penelitian meliputi (1) Pra-studi lapang (penyusunan instrumen penelitian), (2) Kegiatan studilapang (survey, obrservasi, wawancara mendalam, studi dokumen, dan focus group discussion-FGD) dan (3) Pasca studi-lapang (penulisan laporan penelitian). 3.5.
Teknik Pemilihan Resonden dan Informan Salah satu teknik pengambilan data yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan terhadap responden dan
27
informan; responden adalah sumber data tentang keragaman dalam gejala-gejala, berkaitan dengan perasaan, kebiasaan, sikap, motif, dan persepsi; sedangkan informan adalah sumber data yang berhubungan dengan pihak ketiga dan data tentang hal-hal yang melembaga atau gejala umum (Sitorus, 1998). Dalam penelitian ini, pemilahan antara informan dan responden tidak dilakukan secara ketat, subyek yang diwawancara diundang untuk membicarakan apa yang mereka pahami mewakili diri mereka sendiri sebagai pribadi yang unik dan juga untuk membicarakan kondisi yang terjadi di sekitar kehidupan mereka. Pemilihan informan dan responden dalam melakukan wawancara mendalam dilakukan dengan teknik bola salju (snowball). Dalam teknik ini, peneliti berusaha untuk mengenal beberapa informan kunci dan meminta mereka memperkenalkan peneliti kepada informan lain. Wawancara dilakukan terhadap sebanyak mungkin subyek penelitian sampai pada titik jenuh informasi, di mana tambahan responden/ informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru. Merujuk kepada kepentingan penelitian ini yang akan melihat tingkat kesejahteraan rumahtangga petani di OTL Banjaranyar II dan OTL Pasawahan II. Maka pemilihan sampel dilakukan dengan pengambilan sampel acak distratifikasi (Stratified Random Sampling) yaitu populasi yang bersangkutan di bagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam, dan setiap lapisan dapat diambil secara acak (Singarimbun dan Effendi, 2006). 1. Pemilihan Kabupaten dan Kecamatan dilakukan secara sengaja karena lokasi ini menjadi salah-satu basis gerakan tani yang sering disebut SPP (Serikat Petani Pasundan).
28
2. Desa Banjaranyar dan Desa Pasawahan terpilih karena di desa ini ada gerakan petani yang lebih unik dengan satuan unit analisis adalah Organisasi Tani Lokal (OTL). Di OTL Banjaranyar II, setelah lahan direklaim oleh masyarakat kemudian disusul dengan tindakan pemerintah yang memberikan sertifikasi melalui program PPAN. Sedangkan di OTL Pasawahan II hingga saat ini belum ada sertifikasi terhadap lahan yang mereka reklaim. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam riset ini adalah melihat perbedaan kesejahteraan antara petani yang memperoleh sertifikat tanah dengan masyarakat yang belum memperoleh sertifikat tanah. 3. Sampel diambil sedikitnya sepuluh persen (10%) dari masing-masing populasi yang ada. Populasi yang dimaksud adalah satuan analisis yang tergabung dalam suatu kelompok, dalam hal ini masyarakat penerima sertifikat di OTL Banjaranyar II dan masyarakat yang tidak menerima sertifikat di OTL Pasawahan II. 4. Pemilihan responden dilakukan dengan melakukan stratifikasi antara berdasarkan luasan lahan yang dimiliki. Kemudian memilih responden secara acak. Satuan respon dalam penelitian ini adalah siapapun yang dapat mewakili jawaban atas pertanyaan mengenai rumahtangga. 3.6.
Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis
data primer merupakan informasi yang dikumpulkan langsung dari lapangan melalui metode survey rumahtangga, observasi lapang, interview maupun FGD. Sedangkan data sekunder berupa data dari sumber-sumber dokumen. Data primer maupun sekunder bisa berbentuk data kuantitatif maupun kualitatif.
29
3.7.
Analisis Data Sejak awal pengumpulan data kualitatif, secara bersamaan peneliti juga
melakukan analisis data. Analisis data primer dan sekunder (bahan empirik) diolah dengan melakukan tiga tahapan kegiatan dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan melalui verifikasi (Sitorus, 1998). Tahap pertama, reduksi data dilakukan dengan tujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga didapatkan kesimpulan akhir. Peneliti juga membagi data ke dalam beberapa fokus penelitian yang disesuaikan untuk menjawab perumusan masalah yang ada. Data yang terkait dengan sejarah, dinamika dan gambaran umum desa dikelompokkan tersendiri, dan begitgu pula dengan data yang menerangkan sub-bab lain yang sejenis dikumpulkan sesuai sub-bab yang ditentukan. Tahap kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif (teks naratif) maupun matriks yang menggambarkan proses pelaksanaan landreform by leverage dan pelaksanaan PPAN. Penyajian dalam bentuk ini diharapkan dapat menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan. Tahap ketiga, kesimpulan diperoleh dengan menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan peneliti sebelum peneliti menarik kesimpulan akhir. Artinya, terdapat satu tahapan di mana proses menyimpulkan tentang penelitian ini dilakukan bersama dengan para informan yang merupakan subjek dalam penelitian ini dan yang telah menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian ini. Kemudian, tentunya dalam menarik kesimpulan akhir, peneliti mengonsolidasikan masalah dan tujuan dengan analisis dalam penelitian ini.
30
Indikator kesejahteraan yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kesejahteraan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat melalui ukuran-ukuran lokal yang ada di kalangan masyarakat. Metode penentuan indikator ini dinamakan dengan metode Participatory Poverty Assesment (PPA). Penyusunan indikator dilakukan saat melakukan FGD dengan masyarakat. Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan hal yang dianggap paling penting oleh masyarakat, indikator tersebut secara berurutan adalah tanah, rumah, kepemilikan kendaraan bermotor, penghasilan, pola makan, elektronik dan sanitasi. Indikator ini diberi nilai sesuai dengan urutan. Nilai tertinggi adalah 8 dan berkurang satu nilai di setiap urutan. Nilai ini kemudian dikalikan dengan skornya masing-masing. Data yang diperoleh dari hasil survey dianalisis dengan menggunakan SPSS 17 dan disajikan melalui Tabel Frekuensi dan Tabulasi Silang. Dengan penyajian tabel ini, diharapkan dapat terlihat perbedaan-perbedaan yang muncul dalam hal struktur pemilikan dan penguasaan lahan serta kesejahteraan petani pada saat sebelum dan sesudah di sertifikasi (untuk kasus OTL Banjaranyar II) serta masyarakat yang sama sekali tidak menerima sertifikat (kasus OTL Pasawahan II).