37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (secara sengaja) (Sugiarto, dkk., 2001). Pemilihan lokasi Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu wilayah potensial untuk pengembangan industri kelapa sawit ditinjau dari segi luas areal dan jumlah produksi TBS.
3.2 Metode Pengumpulan Data Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan PMKS. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui observasi di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet, buku, jurnal, balaipenelitian, instansi-instansi pemerintah, dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
3.3 Metode Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif berupa analisis kelayakan secara finansial dan non finansial. Analisis kualitatif
dilakukan
untuk
memperoleh
gambaran
tentang aspek-aspek
kelayakan pembangunan PMKS yang dilakukan di Kabupaten Nagan Raya meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek finansial. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software Microsoft
Universitas Sumatera Utara
38
Excel dan memudahkan
kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk pembacaan
dan
interpretasi
secara
deskriptif.
Analisis
kuantitatif meliputi analisis finansial pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu; Net present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period dan analisis sensitivitas. 3.4 Kriteria Kelayakan Investasi a. Net Present Value (NPV) NPV suatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur proyek. Didapat dari selisih antara total PV(Present Value) manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha dimasa yang akan datang. Kriteria dan keputusan dalam analisis ini adalah layak jika NPV>0 sedangkan bila NPV<0, usaha tersebut tidak layak untuk di usahakan (Kadariah,1978). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
NPV
1
keterangan: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Tingkat suku bunga n = Umur ekonomis proyek t = Waktu b. IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah tingkat pengembalian internal selama umur proyek. IRR merupakan discount rate yang menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan discount rate yang telah ditentukan, maka usaha layak dilaksanakan sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount rate yang
Universitas Sumatera Utara
39
telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah, 1978). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: IRR
Dimana : i1 = Discountrate yang menghasilkan NPV positif I2 = Discountrate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih terhadaptotaldaribiayabersih (Kadariah, 1978). Metode ini digunakan untuk melihat berapa besar maanfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap investasi yang dikeluarkan. Bila Net B/C lebih besar sama dengan 1 usaha dianggap layak untuk dilaksanakan dan jika B/C kurang dari 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
/
1 1
Dimana, Bt Ct i n
0 0
= totalpenerimaanpadatahunke-t = totalbiayapadatahunke-t = tingkatdiskontoyangberlaku = umurekonomiproyek
d. Payback Period Payback Period merupakan salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal. Dasar yang digunakan untuk perhitungan adalah aliran kas (Net Cashflow). Semakin kecil
angka
yang
dihasilkan
mempunyai
arti
semakin
cepat
tingkat
Universitas Sumatera Utara
40
pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:
e. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dari perubahan-perubahan kondisi di luar jangkauan asumsi yang telah dibuat pada saat perencanaan. Pada penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan dengan pendekatan perubahan akibat kenaikan biaya produksi dan penurunan harga produksi sebesar 20 persen. Penentuan kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen merujuk pada komponen PMKS ada sebagian besar dibeli dari luar. Sedangkan penentuan penurunan harga produksi sebesar 20 persen merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar untuk kebutuhan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang mungkin terjadi.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi Berbagai definisi yang ada dibawah ini bertujuan menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran, yakni sebagai berikut : 1. Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha 2. NPVsuatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur proyek. 3. Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat pengembalian internal selama umur proyek.
Universitas Sumatera Utara
41
4. NetB/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari biaya bersih. 5. Payback Period merupakan salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu investasi, yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian modal. 3.5.2. Batasan Operasional Sebagai dasar perhitungan finansial dalam studi kelayakan investasi, asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai beriku: 1. Umur
ekonomis proyek 15 tahun, ditentukan berdasarkan umur teknis
bangunan pabrik. 2. Kapasitas terpasang pabrik, yaitu 30 ton TBS/Jam. 3. Jumlah jam kerja maksimal 20 jam/hari, ditentukan berdasarkan jam operasional rata-rata pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara dan Riau pada kondisi normal. Sedangkan di Provinsi NAD dalam satu dekade terakhir kondisinya tidak normal karena faktor keamanan sehingga tidak dijadikan sebagai tolok ukur. 4. Jumlah hari kerja, 25 hari per bulan, 300 hari per tahun, dengan asumsi hari minggu libur serta hari libur nasional dan hari besar keagamaan. 5. Kebutuhan bahan baku TBS akan dipenuhi dari kebun sendiri, kebun rakyat dan kebun swasta yang ada di Kabupaten Nagan Raya dan daerah sekitarnya berdasarkan proyeksi ketersedian bahan baku per tahun. 6. Analisis di kelompokkan menjadi dua skenario berdasarkan struktur pendanaan (sumber modal). Dengan komposisi pendanaan sebagai berikut : Skenario I: seluruh biaya investasi menggunakan dana sendiri. Skenario II: seluruh biaya investasi menggunakan fasilitas kredit perbankan.
Universitas Sumatera Utara
42
7. Jangka waktu pinjaman kredit selama 10 tahun. 8. Tingkat suku bunga kredit investasi 15 persen per tahun, berdasarkan suku bunga kredit investasi yang berlaku pada Bank di Wilayah Kabupaten Nagan Raya untuk kredit investasi, yaitu sebesar 15 persen. 9. Rendemen CPO 19 persen dan Kernel 5 persen. Asumsi ini berdasarkan potensi rata-rata rendemen CPO dan Kernel di Provinsi NAD. 10. Asumsi harga TBS, CPO dan Kernel sebagai berikut: a. Harga TBS Rp. 1.026 b Harga CPO Rp. 5.700 c Harga Kernel Rp. 2.633 11. Biaya modal (faktor diskonto) untuk skenario I (dana sendiri), 1 persen. Skenario II (pinjaman), 15 persen. 12. Asumsi biaya-biaya lain: a
Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus.
b Biaya asuransi sebesar 1,5 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik (proyeksi). c
Biaya pemeliharaan pabrik 2,0 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik (proyeksi).
d. Perhitungan pajak penghasilan berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha. e
Perhitungan pajak perolehan hak guna usaha (HGU) berdasarkan Undang- undang No. 12 tahun 1994.
f. Nilai sisa dari hasil penjualan asset dikenai pajak penjualan sebesar 10 persen.
Universitas Sumatera Utara
43
13. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Geografis Kabupaten
Nagan
Raya
secara
geografis
terletak
pada
lokasi
030 40’– 04038’ Lintang Utara dan 960 11’ – 960 48’ Bujur Timur dengan luas wilayah 3.544,90 Km2 (berdasarkan hasil RTRW Nagan Raya). Kabupaten Nagan Raya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Tengah di sebelah Utara, Kabupaten Gayo Luwes dan Aceh Barat Daya di Sebelah Timur, Kabupaten Aceh Barat di sebelah Barat dan di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Berdasarkan Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 2 dan Nomor 3 Tahun 2011, maka secara definitif pada tahun 2011 terdapat 2 (dua) kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah. Sehingga jumlah kecamatan bertambah dari 8 (delapan) kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Dua kecamatan yang mengalami pemekaran wilayah adalah Kecamatan Beutong dan Kecamatan Darul Makmur. Kecamatan Beutong mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Beutong dan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang. Sedangkan Kecamatan Darul Makmur mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Darul Makmur dan Kecamatan Tripa Makmur. Darul Makmur mempunyai luas wilayah terluas yaitu 1.027,93 Km2 atau 29,00 persen dari luas wilayah kabupaten. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Beutong dengan luas wilayah 1 017,32 Km2 atau 28,70 persen. Sedangkan 8 (delapan) kecamatan lainnya secara berurutan yaitu Beutong Ateuh Banggalang, Tadu Raya,
Universitas Sumatera Utara
45
Seunagan Timur, Trripa Makm mur, Kuala,, Kuala Peesisir, Seunnagan dan Suka m luas wilayaah masing-m masing 11,4 45 persen, 99,79 persen,, 7,10 Makmur mempunyai persen, 5,34 persen, 3,41 persenn, 2,15 perrsen, 1,60 persen p dan 1,45 persen n dari keseluruhaan luas wilaayah Kabuppaten Nagan n Raya.
Gamb bar 3. Perseentase Luass Wilayah Kabupaten K n Nagan Raaya Menuru ut Keca amatan Tah hun 2011 (T Total Luas Wilayah 3 .544,90 km m2 ) Sumber : BP PS Kabupaten n Nagan Raya,, 2012
Secara toppografis, sebagian besaar desa-desa yang ada di Kabupaaten Nagan Raya merupakann wilayah dataran. Siisanya meru upakan dessa yang meemiliki topo ografi lembah/DA AS dan lereeng. Terdappat 17 desa yang y berbattasan dengan an laut terseb bar di empat keccamatan, yaaitu Kecamaatan Darul Makmur, M Trripa Makmuur, Kuala Pesisir P dan Tadu Raya. Wilayah Kabupaten K Nagan Rayya merupak kan daerah h yang sanggat cocok untuk u budidaya berbagai komoditi perrtanian karrena diduku ung oleh ikl klim yang bagus. b Salah satuu faktor yaang menentu tukan untuk k budidaya komoditi ppertanian adalah a tingkat cuurah hujan. Sepanjang S ttahun 2010 rata-rata ju umlah curahh hujan per bulan adalah seebesar 328 mm denggan jumlah hari hujan n rata-rata 16 hari setiap s bulannya. Sepanjang g tahun 20111 terjadi hujan h seban nyak 188 hhari atau seekitar
Universitas Sumatera Utara
46
51,51 persen dari jumlah hari dalam setahun. Jika dilihat kecendrungan hujan dalam setahun, maka pada sepanjang tahun 2011 memiliki jumlah hari hujan yang relative stabil. Jumlah curah hujan mengalami fluktuatif dalam satu tahun, pada Agustus terdapat curah hujan tertinggi, yaitu 774 mm, sedangkan pada bulan mei hanya 136 mm. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara dan kelembaban udara rata-rata per bulan 26,2 0c dan 88 persen. Suhu udara minimum rata-rata berkisar antara 20,5 s/d 23,0 0c dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 29,6 s/d 32,0 0c. Rata-rata penyinaran matahari adalah sebesar 5,2 persen per hari. 4.2. Pemerintahan Kabupaten Nagan Raya yang terbentuk pada tahun 2002 yaitu pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat, terdiri dari 10 wilayah kecamatan, 30 mukim dan 222 desa definitif, dengan ibukota kabupaten terletak di Suka Makmue. Lembaga eksekutif yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Nagan Raya, secara susunan organisasi pada tahun 2011 terdiri dari 16 dinas, 12 lembaga teknis (badan dan kantor) dan 10 sekretariat kecamatan. Instansi berupa dinas dan badan dikepalai oleh pejabat eselon II, sementara kantor dikepalai oleh pejabat eselon III. Jumlah keseluruhan pegawai negeri sipil (PNS) daerah yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Nagan Raya pada oktober 2011 sebanyak 3.836 orang, atau kenaikan sebesar 10,04 persen dibandingkan dengan tahun 2009 (januari) yang berjumlah 3.486 orang. Hal ini disebabkan adanya penerimaan pegawai negeri sipil daerah yang setiap tahun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
47
aparatur pemerintah daerah sejak terbentuknya kabupaten ini pada tahun 2002. Selain itu, juga terdapat penambahan 2 instansi baru dan 2 Sekretariat Kecamatan pada tahun 2011, yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kecamatan Tripa Makmur. 4.3. Penduduk Berdasarkan hasil estimasi BPS, pada tahun 2011 jumlah penduduk Nagan Raya adalah sebanyak 142.861 jiwa dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak 72.223 jiwa dan perempuan sebanyak 70.638 jiwa.
Distribusi penduduk menurut
kecamatan pada tahun 2010 mengalami perubahan seiring dengan pemekaran wilayah kecamatan seperti dapat dilihat pada Grafik. 2. Distribusi jumlah penduduk kecamatan Darul Makmur menempati urutan pertama yaitu 27,96 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, diikuti oleh Kecamatan Kuala sebanyak 13,28 persen. Distribusi penduduk pada Kecamatan Seunagan dan Kecamatan Kuala Pesisir secara berurutan adalah sebesar 10,36 persen dan 10,10 persen. Sedangkan distribusi jumlah penduduk pada Kecamatan Beutong, Kecamatan Senagan Timur dan Kecamatan Tadu Raya adalah sebesar 8,98 persen, 8,71 persen dan 8,01 persen. Kecamatan Suka Makmue dan Kecamatan Tripa Makmur memiliki distribusi sebesar 5,74 persen dan 5,66 persen. Sedangkan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang memiliki distribusi terkecil yaitu sebesar 1,21 persen.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4. Distribu usi/Persentaase Jumlah h Penduduk k Kabupateen Nagan Raya R Menurutt Kecamataan Tahun 2011 2 (Totall 142.861 Jiiwa) Sumber : BP PS Kabupaten nNagan Raya, 2012
Komposissi penduduk k menurut kelompok umur dan jenis j kelam min dapat dilihat d pada Graafik.3. Graafik berupaa piramida menggam mbarkan jum umlah pend duduk semakin berkurang b pada p kelomppok umur tua, t baik lak ki-laki mauupun perem mpuan. Kondisi ini juga tidak t jauhh berbeda dengan keadaan k paada tahun-tahun sebelumnyya. Dari grrafik tersebbut dapat ditarik d kesiimpulan baahwa Kabu upaten Nagan Raaya saat inii mempunyyai pendudu uk yang baanyak padaa usia balitaa dan remaja, yaang pada su uatu saat akaan berada pada p posisi usia u produkktif. Pada saaat itu berbagai masalah m kep pendudukann akan timb bul seperti pendidikann, pengangg guran, kesehatan dan lain--lain, jika tidak dipeersiapkan dari d awal seperti fassilitas n, transporttasi juga meempersiapkaan lapangann pekerjaan yang pendidikann, kesehatan dapat mennampung ten naga kerja.
Universitas Sumatera Utara
49
Gambarr 5. Komposisi Jumlah h Penduduk Kabupatten Nagan R Raya Menu urut Kelom mpok Umurr dan Jeniss Kelamin Tahun T 20111. Sumber : BP PS Kabupaten nNagan Raya, 2012
Komposissi jumlah penduduk p m menurut usia sekolah di Kabupatten Nagan Raya tahun 2011 terdapat 17.603 jiwaa usia sekollah dasar (7 7-12 tahun),, 8.388 jiwaa usia SLTP (13-15 tahun) dan 7.563 jiwa usia SLTA S (16-1 18 tahun), 114.953 jiwaa usia 19-24 tahuun (Perguru uan Tinggi).. Berdasarkkan angka estimasi, e juumlah pendu uduk berum mur 15 tahuun ke atas yang berstatus bekerja b pad da tahun 20011 terdapaat sebanyak 61.607 oraang yaitu 39.942 laki-laki dan d 21.665 perempuann. Sementarra itu estim masi jumlahh angkatan kerja pada tahunn 2011 adaalah sebesarr 66.339 oraang, sehingg ga angka tiingkat partisipasi angkatan kerja padaa tahun 20111 sebesar 66,44 perssen. Tingkaat Pengangg guran Terbuka adalah a sebessar 4.74 perssen.
Universitas Sumatera Utara
50
Gam mbar 6. Kom mposisi Pen nduduk Ka abupaten Nagan N Rayaa Menurut Tingkatan Keluarrga Sejahteera Tahun 2011 2 (Perseen) Sumber : BP PS Kabupaten n Nagan Raya,, 2012
Pada tahuun 2011 terrdapat pendduduk deng gan klasifik kasi keluargga pra sejaahtera sebanyak 6.903 KK (11,99 perrsen), Kelu uarga Sejahtera I sebaanyak 9.779 9 KK (25,49 peersen), kelu uarga sejahhtera II seebanyak 13 3.450 KK (35,06 perrsen), Keluarga Sejahtera IIII sebanyakk 6.069 KK (15,82 perssen) dan Keeluarga Sejaahtera Plus sebannyak 2.161 kk (5,63 peersen). Jika kelompok Keluarga PPra Sejahterra dan Keluarga Sejahtera I dikategoriikan sebagaai penduduk k miskin, m maka pada tahun h keluarga m miskin di Kaabupaten Naagan Raya ssebanyak 16.682 2011 terdaapat jumlah KK atau sebanyak 43,49 perssen dari ju umlah selurruh keluargga yang ad da di kabupatenn ini. Angka ini menggalami penrrunan diban ndingkan deengan dua tahun sebelumnyya, yaitu seebesar 43,855 persen paada tahun 2010 dan 544,50 persen pada tahun 2009.
4.4. Sosial
Universitas Sumatera Utara
51
Pada tahun 2010 sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Nagan Raya sudah tersedia baik mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai pada tingkat pendidikan menengah atas, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta. Disamping sekolah umum juga terdapat sekolah agama atau madrasah yang tersedia mulai dari tingkat dasar yaitu Madrasah Ibtida’iayah sampai pada tingkat Madrasah Aliayah. Jumlah Sekolah Dasar pada tahun 2011 terdapat 129 unit berstatus negeri dan 3 swasta; SLTP sebanyak 31 unit dengan status negeri dan 2 swasta; SMA sebanyak 17 unit negeri dan 1 unit swasta; serta SMK negeri dan swasta masing-masing 1 unit. Sementara itu untuk madrasah terdapat MI sebanyak 14 unit berstatus negeri dan 5 swasta; MTs sebanyak 2 unit negeri dan 7 unit swasta; serta MA sebanyak 1 unit negeri dan 2 unit swasta. Untuk melihat ketersediaan tenaga pendidik dibanding dengan jumlah murid yang harus dididik, terutama untuk sekolah yang dikelola oleh pemerintah (berstatus negeri), dapat dilihat dari angka rasio murid-guru. Pada tahun 2011, rata-rata perbandingan guru dan murid untuk tingkat SD sebesar 1:9; tingkat SLTP sebesar 1:11 dan pada tingkat SMA sebesar 1:12 ; tingkat SMK 1:8. sedangkan untuk sekolah madrasah, tingkat MI sebesar 1:14 ; tingkat MTs 1:13 ; tingkat MA 1:14 (lihat Gambar 7).
Universitas Sumatera Utara
52
Gamb bar 7. Rasio o Antara M Murid Deng gan Guru dan Kelas P Pada Sekola ah Negeeri di Kabu upaten Nag gan Raya Tahun T 20111 Sumber : BP PS Kabupaten nNagan Raya, 2012
Sementaraa itu untuk k menilai kkewajaran jumlah j murrid dalam satu kelas pada sekolah yang y dikelo ola oleh peemerintah dapat d dilihaat dari rasiio jumlah kelas dengan juumlah murid d yaitu untuuk sekolah tingkat t SD sebesar 1:119; tingkat SLTP S sebesar 1:29 dan SMA A sebesar 11:36; tingkaat SMK 1:20 0. Sedangkaan untuk sekolah madrasah,, tingkat MII sebesar 1:225 ; tingkat MTs 1:28 ; tingkat MA A 1:30. Pendudukk Nagan Raya adalahh mayoritass memeluk Islam. paada tahun 2011, sebanyak 222 masjid d telah telaah tersebarr di semua kecamatann sebagai sarana s m jugaa terdapat meunasah, m yaitu sebannyak 250. Telah T peribadataan. Selain masjid, tersedia juuga pondok k pesantrenn yaitu seb banyak 50 pondok peesantren. Ju umlah santri dipeerkirakan ad dalah sebannyak 5.333 santri dengan tenaga ppengajar/teu ungku sebanyak 150 teungku u. Untuk sarrana kesehattan, pada taahun 2012 terdapat t sarrana berupaa Puskesmaas dan Puskesmaas Pembantu u (PUSTU) yang masin ng-masing sebanyak 122 unit dan 44 4 unit yang terseebar di selu uruh kecamaatan. Disam mping puskeesmas juga terdapat Rumah
Universitas Sumatera Utara
53
Sakit
Umum
daerah
yang
berlokasi
di
Kecamatan
Kuala
(tepatnya di desa Ujung Fatihah). Jumlah tenaga medis yang berada di puskesmas maupun pustu di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2011 adalah sebanyak 449 orang dengan rincian 35 orang dokter, 304 orang bidan dan 110 orang tenaga perawat. sementara itu pada RSUD terdapat 20 orang dokter dengan rincian 3 orang dokter spesialis (spesialis kandungan, spesialis bedah dan spesialis penyakit dalam) dan 15 orang dokter umum serta 2 orang dokter gigi. 4.5. Pertanian Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, karet dan kelapa. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih ditingkatkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia. untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini dengan adanya empat kecamatan yang berbatasan langsung dengan samudera Indonesia, yaitu kecamatan Kuala Pesisir, Tadu Raya dan Darul Makmur serta Tripa Makmur.
Universitas Sumatera Utara
54
mbar 8. Perrkembangaan Produksi dan Produktivitas P Padi Sawah h Gam Nagan Ray di Kabupaten K ya Tahun 2007-2011 2 Sumber : BP PS Kabupaten nNagan Raya, 2012
Pada tahuun 2011 pro oduksi padi sawah terccatat sebesaar 96.670 toon gabah. Angka A ini mengaalami penurrunan sebe sar 3,60 peersen diban nding produuksi tahun 2009 yang menncapai 100.282 ton ggabah. Penu urunan ini disebabkann oleh sem makin menurunnnya tingkat produktiviitas padi dari d 6,01 to on/hektar ppada tahun 2010 menjadi 5,77 5 ton/hek ktar pada taahun 2011. Sedangkan luas tanam m dan luas panen p mengalam mi kenaikan dari 16.69 8 hektar paada tahun 2010 2 menjaddi 16.744 hektar h (Gambar 8). 8 Sementaraa itu sub seektor perkebbunan telah h memberik kan andil yaang sangat besar bagi pembbangunan masyarakat m di kabupaaten ini dim mana sejak zaman Beelanda daerah ini sudah terrkenal sebaagai penghaasil kelapa sawit. Haal ini dibuk ktikan dengan teetap eksisny ya tiga peruusahaan bessar pengolaahan sawit menjadi minyak mentah (C CPO) yaitu di d Kecamataan Darul Makmur, M Kuaala Pesisir ddan Tadu Raaya. Disampingg perusahaaan berskalaa besar, di Kabupaten Nagan Rayya juga terrdapat perkebunaan rakyat yang menggusahakan berbagai jenis j tanam man perkeb bunan
Universitas Sumatera Utara
55
diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, kelapa dalam, pinang, kopi, kemiri dan lain-lain. Tabel 3. Luas Area, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit Dari Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2011 Luas Areal Produksi Produktivitas (Ha) No Kecamatan TM (Ton) (Ton/Ha) TM TBM 1. Darul Makmur 18.762 1.335 101.440 5,4 2. Tripa Makmur 2.266 544 10.000 4,4 3. Kuala 1.073 2.144 2.697 2,5 4. Kuala Pesisir 916 2344 2.419 2,6 5. Tadu Raya 3.029 3.366 30.356 10,0 6. Beutong 1.119 1.054 3.029 2,7 7. Beuton Ateuh Banggalang 8. Seunagan 9. Suka Makmue 10. Seunagan Timur Jumlah
109 160 91 20 179 138 27.544 11.105
161 10 449 150.561
1,5 0,1 2,5 5,5
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya, 2012
Pada tahun 2011 produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai 150.561 ton dengan produktivitas 5,5 Ton/Ha. Berdasrkan hasil produktivitas TBS, menunjukkan produksi yang rendah. Produksi karet 3.304 ton, coklat/kakao sebesar 1.415 ton, kelapa dalam sebesar 670 ton juga terdapat pinang dengan produksi sebesar 220 ton. Lima jenis tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditi andalan yang banyak dibudidayakan pada perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan masyarakat di Nagan Raya.
4.6. Industri Di Nagan Raya terdapat empat jenis industri dengan skala mikro, yaitu industri tradisional, industri makanan dan minuman, industri jasa dan industri bahan
Universitas Sumatera Utara
56
bangunan. pada tahun 2011 jumlah industri tradisional di nagan raya adalah sebanyak 391 unit, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 366 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah tukang jahit bordir, yaitu sebanyak 205 unit. Jumlah industri makanan dan minuman adalah sebanyak 295 unit, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 239 unit. penyumbang terbanyak pada industri ini adalah industri tempe dan industri tahu, yaitu sebanyak 118 unit dan 137 unit. sedangkan jumlah industri jasa pada tahun 2011 adalah sebanyak 295 unit, mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 304 unit. Penyumbang terbanyak pada jenis industri ini adalah reparasi sepeda motor dan tambal ban, yaitu sebanyak 127 unit dan 45 unit. Industri bahan bangunan pada tahun 2011 adalah sebanyak 135 unit. Industri ini didominasi oleh industri batu bata, yaitu sebanyak 134 unit. 4.7. Perhubungan dan Komunikasi Pada tahun 2010 panjang jalan yang melintasi Nagan Raya diperkirakan adalah sepanjang 592,35 Kilometer (Km), yaitu terdiri dari 82,00 Km jalan negara, 117,60 Km jalan provinsi dan 392,75 km jalan kabupaten. Mengalami kenaikan sebesar 2,60 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 577,35 km. Dengan kondisi jalan 69 persen dalam keadaan baik, sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 31 persen masih dalam kondisi rusak.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kelayakan Investasi Pembangunan PMKS yang Dibutuhkan Untuk Mengolah TBS
Berdasarkan identifikasi masalah yang kedua, yaitu bagaimana kelayakan investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang dibutuhkan untuk mengolah TBS di Kabupaten Nagan Raya diuraikan sebagai berikut: Kabupaten Nagan Raya saat ini memiliki 3 unit PMKS, yaitu PT. Socfindo Seunagan, PT. Socfindo Seumayam, dan PT. Fajar Baizury dengan total kapasitas 105 ton TBS per jam. Keberadaan PMKS ini selama ini telah memberikan dampak terhadap kelancaran proses pengolahan TBS yang bersumber dari perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta yang belum memiliki PMKS. Namun pasokan TBS sebagai bahan baku PMKS jauh lebih besar dari kapasitas olah PMKS yang ada sekarang. Untuk mengantisipasi melimpahnya produksi TBS seiring dengan bertambahnya luas areal perkebunan dan produksi TBS karena terkait dengan bertambahnya umur tanaman menghasilkan serta beralihnya tanaman TBM menjadi TM (tanaman menghasilkan), maka perlu membangun PMKS baru secara bertahap sesuai dengan yang dibutuhkan agar sisa TBS menjadi minim. Kebutuhan PMKS sesaui dengan yang dibutuhkan, yaitu PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam. Mengingat investasi PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam memerlukan dana dalam jumlah besar, yaitu sekitar Rp.60.126.307 milyar dan sumber bahan baku berupa TBS seluruhnya tergantung pemasok eksternal (kebun rakyat/koperasi, kebun besar swasta, PMA, PMDN dan kebun sendiri), maka perlu untuk melakukan kajian secara mendalam tentang kelayakan pembangunan PMKS 30 ton TBS/jam
Universitas Sumatera Utara
58
(Lampiran 2). 5.1.1. Ruang Lingkup Analisis Ruang lingkup analisis pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam meliputi penyediaan bahan baku, bahan pembantu proses produksi beserta sarana dan prasarana penunjang. Dasar perhitungan harga adalah harga yang berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 10 tahun dengan masa pembangunan proyek selama 1,5 tahun (18 bulan). Analisis finansial yang akan dilakukan meliputi analisis investasi pembangunan proyek, pembiayaan proyek, proyeksi laba-rugi dan proyeksi arus dana pada proyek beserta penilaian terhadap sensitivitas proyeksi apabila ada perubahan yang mendasar pada variabel yang sangat menentukan seperti penurunan jumlah produksi dan kenaikan biaya produksi. 5.1.2. Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas diproyeksikan selama 10 tahun sesuai dengan umur ekonomis pabrik. Selisih antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima dari kegiatan bisnis PMKS. 5.1.3. Outflow (Pengeluaran) Arus pengeluaran atau arus biaya dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Outflow ini menggambarkan pengeluaran–pengeluaran yang akan terjadi selama umur ekonomis pabrik.
Universitas Sumatera Utara
59
5.1.4. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya awal yang dibutuhan untuk pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya. Biaya investasi ini meliputi bangunan pabrik, instalasi listrik, peralatan laboratorium, kolam limbah dan instalasi pendukung, peralatan bengkel, mekanikal, over head (perumahan, gudang, kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang
lainnya).
Keseluruhan
jumlah
biaya
investasi
sebesar
Rp. 60.126.327.000 (Lampiran 1). Rekapitulasi biaya investasi PMKS disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Investasi PMKS No Uraian 1 Bangunan 2 Instalasi dan kelistrikan 3 Laboratorium dan peralatan 4 Kolam limbah dan instalasi pendukung 5 Bengkel dan peralatan 6 Mekanikal 7 Over head Total
Nilai (Rp.000) 8.324.095 2.279.554 488.310 13.75.750 428.189 43.697.958 3.532.471 60.126.327
Pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS per jam dilaksanakan selama 18 bulan dengan umur ekonomis proyek di tetapkan berdasarkan umur ekonomis pabrik, yaitu selama 10 tahun. Kebutuhan lahan menggunakan HGU (hak guna lahan) seluas 10 hektar dengan masa pemakaian 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk periode berikutnya. Biaya perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang pajak perolehan atas pengelolaan tanah dan bangunan. 5.1.5. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
60
Biaya tetap merupakan biaya rutin yang harus dibebankan sehubungan dengan pengoperasian pabrik meliputi
biaya administrasi, pemeliharaan pabrik, biaya
pemeliharaan aktiva lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Rekapitulasi biaya operasional disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Biaya Operasional Pabrik Minyak Kelapa Sawit Tahun (Rp.000) Uraian 0 1 2 3-10 Upah langsung 416.975 1.993.141 2.491.426 Gaji dan upah karyawan kantor 74.544 298.175 396.870 Biaya pembelian TBS 21.721.698 130.017.416 243.021.514 Biaya pemeliharaan pabrik 31.215 655.469 819.337 Biaya pemakaian bahan kimia 48.874 1.170.157 2.003.391 Biaya Bahan Pembantu 54.304 1.300.174 2.308.430 Asuransi 163.867 848.908 1.061.135 Total 22.611.478 136.283.439 252.407.690 Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa biaya operasional tahun ke-0 merupakan tahun masa pembangunan PMKS sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga belum terlihat beban biaya operasional. Setelah pembangunan pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke-1 pabrik mulai berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi awal diperkirakan sekitar 70 % tahun ke-1 dan 80 % pada tahun ke-2 serta 85% pada tahun ke 3 dari kapasitas terpasang PMKS, hal ini disebabkan karena belum maksimal pasokan TBS masuk ke PMKS. Total biaya operasional pada tahun ke-1 adalah Rp. 22.611.478.000 dan Rp. 136.283.439.000 pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10 pabrik sudah dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring dengan stabilnya pasokan TBS ke PMKS. Jumlah total biaya operasional per tahun sekitar Rp. 252.407.690.000. Dari seluruh biaya operasi PMKS 96,4% didominasi
Universitas Sumatera Utara
61
oleh biaya pembelian TBS. (Lampiran 3) 5.1.6. Inflow (Penerimaan) Arus penerimaan atau pendapatan dalam analisis kelayakan investasi pembangunan PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri dari pendapatan hasil penjualan dari CPO dan PKO. Pendapatan yang diterima dari penjualan sangat dipengaruhi oleh kemampuan produksi PMKS dan harga penjualan produk. Produksi CPO dan PKO yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari rendemen CPO, rendemen PKO dan penerimaan TBS di PMKS. Penerimaan TBS di PMKS per hari merupakan dasar penentuan kemampuan pengoperasian PMKS per hari. Kapasitas PMKS terpasang adalah 30 ton TBS per jam, proyeksi rendemen CPO 22%, rendemen PKO 5,0%, harga jual CPO Rp. 7.980 per kg, Kernel Rp. 3.146 per kg serta waktu pengoperasian pabrik minimal 20 jam per hari atau 80 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70% dan 85% dari kapasitas rencana, setelah itu pada tahun ke tiga pasokan TBS di perkirakan normal. PMKS ini diproyeksikan pada tahun I telah menerima hasil penjualan CPO dan PKO. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada hasil produksi dan penerimaan hasil penjualan CPO dan PKO. Gambaran rekapitulasi penerimaan (inflow), produksi dan hasil penjualan selama umur proyek disajikan pada Tabel 11.
Universitas Sumatera Utara
62
Tabel 11. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi PMKS Produks Produk Penjualan Penjualan Jumlah Tahun TBS i CPO si PKO (Rp.000) (Rp.000) (Rp.000) (ton) (ton) 0 1 20.160 4.032 23.667.452 1.008 2.721.757 26.389.209 2 115.200 24.192 149.253.009 5.760 16.349.420 165.602.429 3 137.700 30.294 197.807.966 6.885 20.695.106 218.503.072 4 137.700 30.294 207.210.960 6.885 21.662.964 228.873.924 5 137.700 30.294 215.844.750 6.885 21.662.964 237.507.714 6 137.700 30.294 224.478.540 6.885 21.662.964 246.141.504 7 145.350 31.977 245.813.963 7.268 22.843.318 268.657.281 8 145.350 31.977 255.176.460 7.268 22.866.462 278.042.922 9 153.000 33.660 268.348.524 7.650 24.046.816 292.395.340 10 153.000 33.660 268.606.800 7.650 24.069.960 292.676.760 11 153.000 33.660 268.606.800 7.650 24.069.960 292.676.760 Jumla 1.435.860 314.334 2.324.815.224 71.793 222.651.691 2.547.466.915 h 5.1.7. Analisis Laba-Rugi Proyeksi laba-rugi didasarkan pada besarnya volume penjualan dan harga jual produk yang dihasilkan oleh PMKS, serta selisihnya terhadap biaya produksi setiap tahun. Analisis laba-rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profit dari tahun ke tahun selama PMKS beroperasi secara komersial. Selain itu laporan labarugi juga digunakan sebagai instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang harus dibayarkan kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan kondisi-kondisi yang diasumsikan, berikut ini disajikan rekapitulasi proyeksi laba-rugi dan pajak yang dihasilkan selama 10 tahun berturut-turut sesuai dengan umur ekonomis pabrik disajikan pada Tabel 12.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 12. Proyeksi Laba-Rugi PMKS Skenario 1 Tahun Laba bersih Pajak Rp (000) Rp (000) 0 1 1.572.285 671.337 2 15.285.809 6.548.561 3 26.547.649 11.375.064 4 15.558.160 6.665.283 5 15.420.343 6.606.218 6 16.238.458 6.956.839 7 17.827.487 7.637.852 8 18.158.581 7.779.749 9 19.260.831 8.252.142 10 19.284.661 8.262.355 11 19.284.661 8.262.355 Total 184.438.925 79.017.755
Skenario 2 Laba bersih Rp (000) -2.265.853 9.461.789 21.354.956 10.996.793 11.490.302 12.939.744 15.160.100 16.122.520 17.856.097 18.511.253 19.142.580 150.770.281
Pajak Rp (000) 0 4.030.052 9.127.124 4.687.911 4.899.415 5.520.605 6.472.186 6.884.651 7.627.613 7.908.394 8.178.963 65.336.914
Pada semester kedua tahun ke-1 PMKS mulai beroperasi secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh pendapatan atas hasil penjualan CPO dan PKO. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi diperkirakan sebesar 70 persen dan 85 persen dari kapasitas normal. Pendapatan yang diperoleh dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya untuk skenario I memperoleh laba bersih sebesar Rp. 1.572.285.000 pada tahun pertama dan Rp. 15.285.809.000 pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih meningkat menjadi Rp. 26.547.649.000 dan konstan untuk setiap tahunnya, setelah kapasitas produksi pabrik beroperasi secara optimal (kapasitas terpasang) total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik untuk skenario I adalah sebesar Rp. 184.438.925.000. Selanjutnya asumsi untuk skenario II, pada tahun pertama proyeksi laba-rugi bernilai negatif (rugi) sebesar Rp. 2.265.853.000 karena adanya beban bunga atas kredit investasi. Tahun-tahun berikutnya kemampuan usaha dalam menghasilkan laba bersih terus mengalami peningkatan karena PMKS sudah dapat dioperasikan
Universitas Sumatera Utara
64
pada kapasitas normal serta diikuti dengan beban biaya yang secara berangsur terus berkurang. Kemudian pada tahun ke-11 dan seterusnya proyeksi laba bersih mulai stabil seiring dengan berakhirnya pelunasan hutang investasi pada tahun ke-10. Total akumulasi laba bersih selama umur ekonomis PMKS untuk skenario II adalah sebesar Rp. 150.770.281.000. Sedangkan beban pajak yang diterima oleh pemerintah dihitung berdasarkan besar kecilnya laba yang diperoleh dari kegiatan komersial PMKS. Perhitungan pajak dilakukan berdasarkan Undang Undang No.17 Tahun 2000 dengan ketentuan sebagai berikut : 0 – 50 juta dikenakan pajak 10 persen, 50 – 100 juta dikenakan pajak 15 persen dan 100 juta ke atas dikenakan pajak 30 persen. Total akumulasi pajak selama umur proyek untuk skenario I sebesar Rp. 79.017.755.000 dan skenario II sebesar Rp. 65.336.914.000. 5.1.8. Kriteria Kelayakan Investasi Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback period). Berikut ini ringkasan hasil analisis kriteria investasi untuk kedua skenario yang digunakan disajikan pada Tabel 13.
Universitas Sumatera Utara
65
Tabel 13. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Minyak Kelapa Sawit No 1 2 3 4
Kriteria Investasi NPV IRR B/C PP
Skenario I (dana sendiri) 167.518.061.000 25,94 1,07 3 tahun, 1 bulan
Skenario II (pinjaman) - 21.547.710.000 4,82 1,02 8 tahun, 1 bulan
5.1.9. NPV (Net Present Value) Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate 1 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Penggunaan discount rate tersebut (7 % dan 15 %) dikarenakan biaya modal yang diinvestasikan ke dalam proyek berasal dari sumber yang berbeda, sehingga biaya yang ditimbulkan oleh setiap keputusan investasi tidak sama. Hasil analisis menunjukkan NPV bernilai positif pada discount rate 1 persen untuk skenario I, sebesar Rp. 167.518.061.000 dan skenario II pada discount rate 15 persen bernilai negatif sebesar Rp. 21.547.710.000 selama 10 tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II mengindikasikan bahwa pembangunan PMKS tidak layak dilaksanakan secara finansial. 5.1.10. IRR (Internal Rate of Return) Analisis IRR (Internal Rate of Return) dengan discount rate 1 persen dan 15 persen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan proyek dalam menghasilkan keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate untuk mendiskontokan seluruh kas masuk yang akan
Universitas Sumatera Utara
66
menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 25,94% pada skenario I dan 4,82% pada skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan PMKS mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan pada skenario I, sehingga layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah ditentukan, sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial. 5.1.11. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) Net benefit cost Ratio merupakan seberapa besar manfaat yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana pembangunan PMKS menghasilkan nilai B/C Ratio 1,07 pada skenario I dan 1,02 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini pada skenario I, lebih besar dibandingkan skenario II, sehingga pembangunan PMS dipilih yang layak untuk dilaksanakan adalah skenario I. Sedangkan pada skenario II manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan. 5.1.12. PP (Payback Period) Analisa payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Hasil analisis proyek pembangunan PMKS
ini akan
mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 1 bulan pada skenario I dan 8 tahun 6 bulan pada skenario II. Bila ditinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 10 tahun, maka pembangunan pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek. 5.2. Analisis Sensitivitas Berdasarkan identifikasi masalah yang ke 3 dalam penelitian ini, yaitu bagaimana sensitivitas investasi pembangunan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang
Universitas Sumatera Utara
67
dibutuhkan terhadap perubahan biaya produksi dan harga penjualan diuarikan sebagai berikut: Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan PMKS terhadap perubahan kondisi diluar asumsi yang telah dibuat pada waktu pembuatan rencana pembangunan PMKS. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada dua indikator, yaitu bila terjadi kenaikan biaya dan penurunan harga produksi sebesar 20%. Penetapan kenaikan biaya produksi sebesar 20% ini dilakukan mengantisipasi sebagian komponen alat atau sparepart PMKS harus dibeli dari luar sebesar 30% dan lokal 70%. Sedangkan penurunan harga produksi sebesar 20% merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang mungkin terjadi di lapangan. a. Kenaikan Biaya Produksi (20 %) Pada indikator kenaikan biaya produksi, analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadinya kenaikan biaya produksi sebesar 20%. Semua variabel biaya produksi diproyeksikan mengalami kenaikan kecuali biaya pembelian TBS, dan biaya asuransi. Pengecualian dilakukan karena harga TBS memiliki korelasi dengan kenaikan dan penurunan harga CPO dan Kernel. Sedangkan biaya asuransi sifatnya relatif tetap. Hasil analisis sensitivitas kenaikan biaya produksi sebesar 20% disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Biay Produksi Sebesar 20 % Kriteria Investasi Skenario I (dana sendiri) Skenario II (pinjaman) NPV 105.155.244.000 - 37.527.614.000 IRR 23,07 -0,5 B/C 1,05 1,0 PP 4 tahun, 4 bulan 9 tahun, 8 bulan Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa bila terjadi kenaikan biaya produksi 20 %, pembangunan PMKS pada skenario I masih dapat ditoleransi
Universitas Sumatera Utara
68
dan masih memberikan manfaat dan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat melalui nilai NPV yang negatif, IRR di bawah cost of capital dan B/C rasio yang lebih kecil dari B/C rasio skenario I. b. Penurunan Harga Produksi (20 %) Analisis sensitivitas dengan dengan asumsi penurunan harga produksi sebesar 20 persen. Penurunan harga akan berdampak terhadap harga pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu dalam proses produksi serta pendapatan dari penjualan CPO dan PKO. Hasil analisis sensitivitas penurunan harga produksi sebesar 20% disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Produksi Sebesar 20% Kriteria Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman) NPV 240.051.590.000 - 19.259.087.000 IRR 25,29 10,82 B/C 1,15 1,08 PP 6 tahun, 3 bulan 9 tahun, 6 bulan Dari hasil analisis yang dilakukan jika terjadi penurunan harga produksi sebesar 20%, pembangunan PMKS pada skenario I masih layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria investasi yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan harga pada tingkat toleransi 20% pada skenario I masih dapat memberikan manfaat dan tidak mengganggu aktivitas PMKS, namun tingkat pengembaliannya (PP) lebih lama. Sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan bahwa investasi pembangunan PMKS kapsitas 30 ton TBS/Jam layak untuk dilaksanakan diterima.
Universitas Sumatera Utara
69
5.3. Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial Analisis Kelayakan Investasi berdasarkan aspek non finansial meliputi aspek teknis, sosial, manajemen, dan pasar diuraikan sebagai berikut: 5.3.1. Aspek Teknis Aspek teknis dalam penelitian ini merupakan aspek non finansial terkait dengan aspek operasi dalam menjalankan PMKS setelah proyek pembangunan selesai dibangun, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi proyek dikemudian hari. Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap usaha memiliki karakteristik dan prioritas tersendiri. Aspek teknis dilakukan untuk melihat kesiapan pelaksana proyek dalam menjalankan usaha dalam hal ketepatan lokasi, bahan baku, proses produksi dan mutu produk yang dihasilkan. 5.3.1.1 Lokasi Pabrik Secara administrasi lokasi PMKS terletak di Desa Panton, Ujung Krueng Mon Dua, Neubok Yee PP, Neubok Yee Peutua K, Pasi Keubeu Dom dan Drien 7, Kecamatan Tadu Raya da Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Provinsi NAD. Untuk mencapai lokasi Kebun dapat ditempuh dari Kota Meulaboh arah Kota Tapak Tuan. Setelah tiba di Desa Alue Bata berbelok ke arah Selatan. Lokasi Kebun berada di tepi jalan Meulaboh-Tapaktuan. Dari Kota Meulaboh keLokasi Kebun berjarak ± 10 Kmdengan waktu tempuh ± 90 menit menggunakan kenderaan bermotor dengan konstruksi jalan aspal sedangkan konstruksi jalan ke lokasi kebun adalah perkerasan batu campur pasir pasir (macadem) dan jalan tanah. 5.3.1.2 Fasilitas Produksi dan Fasilitas Pendukung Produksi Fasilitas produksi PMKS PT. Beurata Subur Persada dengan kapasitas 30 ton/jam
Universitas Sumatera Utara
70
secara umum meliputi: (1) Stasiun Penerimaan TBS Jembatan timbangan (weighbridge) dengan kapasitas 30.000 kg. Loading Ramp (tempat penimbun TBS) dengan 8 pintu digerakkan secara hydraulic dengan kapasitas ±12,5 ton TBS per pintu dipasang berdekatan dengan loading ramp. (2) Stasiun perebusan (Sterilizer) Sterilizer sebanyak 2 (dua) unit ukuran diameter 2.700 mm, dengan panjang ± 22.000 mm yang memuat 7 (tujuh) lori sekali merebus TBS. Lori (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS unit dengan memakai “bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer dioperasikan secara automatis. Dengan sistem automatis bisa melaksanakan perebusan “triple peak” yang banyak digunakan di beberapa PMKS di Sumatera Utara. (3) Stasiun Penebah (Threshing Station) Hoisting Crane (satu) unit yang dioperasikan di atas lantai dengan ketinggian ± 7 m untuk mengangkat fruit cages. Fruit Cages diangkat ± 50 cm diatas lantai dan 1 (satu) unit Bunch Conveyor serta 1 (satu) unit mesin penebah (Thresher). (4) Stasiun Kempa (Pressing Station) Kempa (screw press) sebanyak 2 (dua) unit dengan kapasitas 15 ton TBS/jam dan sebanyak 2 (dua) unit mesin pelumat (Digester) dengan kapasitas 3.500 L. (5) Stasiun Pemurnian (Clarification Station) Stasiun pemurnian ada sebanyak 3 (tiga) unit mesin Sludge Centrifuge dan 2
Universitas Sumatera Utara
71
(dua) unit mesin Purifier dan 1 (satu) unit mesin pengering Vacuum Dryer merupakan mesin-mesin pemurnian termasuk perlengkapannya, seperti pompa vakum, pompa transfer dan lain-lain. Pemurnian secara terusmenerus (continue) melalui sistem ini 5 (lima) unit tangki, yaitu : 1. Continuous Settling Tank (C.S.T) 2. Sludge Oil Tank (S.O.T) 3. Hot Water Tank (H.W.T) 4. Pure Oil Tank (P.O.T) 5. Sludge Drain Tank (S.D.T) (6) Stasiun Kernel (Kernel Recovery Plant) Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”, dimana kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo kemudian kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim ke hydrocyclone
untuk
pemisahan
selanjutnya
melalui
LTDS
dan
hydrocyclone. Kernel yang kering akan ditimbun di Bulk Silo. (7) Water Supply Yang termasuk dalam water supply adalah : 1. Raw Water Treatment Plant 2. Boiler Feed Water Treatment Plant (8) Steam Boiler Steam Boiler 1 (satu) unit ketel diperlukan untuk proses PMKS termasuk menggerkakkan turbin. Ketel dengan kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21 kg/cm².
Universitas Sumatera Utara
72
(9) Pembangkit Tenaga Listrik (Generator) Turbin kapasitas 900 KW 1 (satu) unit dan 2 (dua) unit diesel generator set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW untuk start up/shut down boiler. (10) Pengendalian Air Limbah (Effluent Treatment Plant) Pengendalian air limbah PMKS melalui kolam limbah menggunakan cooling tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa termasuk pipa untuk pembuatan kolam limbah. (Lampiran 1). 5.3.1.3 Proses Produksi Proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit, terdiri dari proses ekstraksi secara mekanis dilanjutkan dengan proses pemurnian. Dimana pentahapan pengolahan atau diagram alir proses produksi dari TBS sampai menjadi CPO/PKO. Adapun beberapa Stasiun Proses Pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO di PT. Beurata Subur Persada secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Stasiun Penerimaan TBS Tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun di angkut dengan truk atau trailer kemudian di timbang. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui volume TBS yang masuk ke pabrik dan lain-lain. Setelah dilakukan penimbangan, kemudian dilakukan penyortiran untuk menentukan berapa persen TBS yang layak diterima untuk diproses. Kemudian disimpan di Loading Ramp sebelum dapat diproses pada proses pengolahan pertama (sterilisasi). Sebaiknya dari proses penerimaan, penimbangan sampai penyimpanan, waktu yang dipergunakan harus sependek mungkin, untuk dapat menghindari penurunan kualitas. (2) Stasiun perebusan (Sterilizer)
Universitas Sumatera Utara
73
Tahapan pertama dalam proses ekstraksi minyak dan kernel dari TBS setelah ditimbang adalah proses perebusan. Keberhasilan dalam proses perebusan akan sangat mempengaruhi effisiensi dari proses ekstraksi. (3) Stasiun Penebah (Threshing Station) Selanjutnya TBS yang sudah direbus dilanjutkan pada stasiun penebah untuk memisahkan berondolan dan janjangan agar berondolan saja yang dipress untuk mendapatkan CPO dan PKO. (4) Stasiun Kempa (Pressing Station) Berondolan yang sudah terpisah dari janjangan dilakukan pelumatan dan proses kempa/pengepresan. Kemudian minyak yang masih bercampur air keluar melalui dinding press cage yang mempunyai perforasi untuk dimurnikan serta ampas + biji keluar dari Cylinder press cake untuk dipisahkan. Proses pengepressan merupakan dasar perhitungan kapasitas pabrik, oleh sebab itu harus dioperasikan secara optimal. (5) Stasiun Pemurnian (Clarification Station) Crude Oil dan air yang keluar dari screw press pada proses pengepressan di pompakan ke crude oil gutter sebelum masuk ke sand trap tank. Kemudian dari sand trap dialirkan ke vibrating screen (saringan getar), untuk memisahkan serabut fiber yang terbawa. Saringan getar ini adalah saringan berganda yang berfungsi untuk menyaring minyak (crude oil) yang masih mengandung kotoran. Minyak kemudian ditampung dalam separating tank. Minyak yang keluar dari separating tank dimurnikan dalam purifier (oil purifier) secara sentrifugal untuk menurunkan kadar air dan kotoran. Selanjutnya dikeringkan lagi dengan alat Vacuum Dryer karena kadar air (Moisture content) dari minyak yang keluar dari purifier masih tinggi, supaya kadar asam lemak bebas (FFA) minyak tidak naik terlalu cepat
Universitas Sumatera Utara
74
selama penyimpanan dalam storage tank. (6) Stasiun Kernel (Kernel Recovery Plant) Setelah selesai pemisahan ampas dan nuts yang keluar dari screw press masuk ke dalam depericarper. Selanjutnya nuts diolah pada satasium kernel untuk mendapat PKO. Biji-biji tersebut dikeringkan dengan udara panas dalam silo untuk menurunkan kadar air yang ada pada inti (kernel) dan pada cangkang (shell) supaya mudah pemisahan inti dengan cangkang. Pemisahan dilakukan dengan dry separator system, Sebelum dipisahkan terlebih dahulu biji dipecahkan dengan nut cracker. Inti (kernel) yang sudah terpisah dikeringkan lagi dalam silo (Kernel Silo), kemudian kernel yang sudah kering sebagian diolah di kernel plan dengan sistim press. (7) Water Supply Stasiun ini mendistribusikan air untuk keperluan pabrik, perumahan dan kantor. (8) Steam Boiler Stasiun ini mendistribusikan steam untuk turbin sebagai penggerak generator untuk keperluan pabrik, perumahan dan kantor. (9) Pembangkit Tenaga Listrik (Generator) Stasiun ini menditribusikan listrik untuk keperluan pabrik, perumahan dan kantor ketika turbine tidak beroperasi. 5.3.1.4 Mutu Produk Kualitas CPO terutama ditentukan oleh kadar asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA), dan Kadar Kotoran. Biasanya TBS yang dipanen menurut kriteria matang yang normal mengandung kadar FFA = 1,2 persen. Pada saat memanen, kemudian ditumpuk dan menunggu transportasi ke pabrik akan naik 0,75 persen dan selama pengolahan FFA akan naik sekitar 0,3 persen. Jadi CPO yang baik mutunya pada saat akan dipasarkan mengandung FFA sekitar 2,5 persen (Siregar,
Universitas Sumatera Utara
75
2003). Mutu minyak kelapa sawit yang baik, umumnya mempunyai: 1. Kadar air < 0,1% 2. Kadar kotoran < 0,01% 3. Kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin. yaitu < 2% 4. Bilangan peroksida < 2 5. Bebas dari warna merah & kuning, tidak berwarna hijau, harus berwarna pucat dan jernih. 6. Kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam. Berdasarkan aspek teknis secara umum tidak di temukan hambatan yang berarti aktivitas proses produksi dan operasional pabrik minyak kelapa sawit terutama menyangkut ketersediaan bahan baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan pabrik minyak kelapa sawit dengan kapasitas produksi 30 ton TBS per jam dari segi aspek teknis sangat mendukung dan layak untuk dilaksanakan. 5.3.2 Aspek Sosial Kegiatan pabrik minyak kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS/jam dapat digolongkan ke dalam kegiatan investasi berskala besar yang dilaksanakan dan diharapakan akan memebrikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar dan ketersedian man power lokal lebih baik melalui penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Kawasan perkebunan telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi. Sebelum dibukanya kawasan perkebunan di pedesaan, pendapatan masyarakat relatif homogen, yakni menggantungkan hidupnya pada sektor primer, memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia seperti apa adanya tanpa penggunaan teknologi yang berarti. Apabila dikaji dari struktur biaya pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang teknis operasionalnya dirancang lebih banyak menggunakan teknik manual, biaya yang
Universitas Sumatera Utara
76
berkaitan dengan tenaga kerja langsung serta tenaga teknis di lapangan memiliki porsi yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, perputaran uang yang terjadi di lokasi dalam jangka panjang diperkirakan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah ini dengan tumbuhnya perdagangan dan jasa. Hal ini memberikan arti bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit di pedesaan menciptakan multiplier effect, terutama dalam lapangan pekerjaan dan peluang berusaha. Hasil dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit diproses di PMKS. Aktivitas pembangunan perkebunan kelapa sawit yang melibatkan banyak tenaga kerja dan investasi yang relatif besar untuk industri hilirnya, diperkirakan secara positif merangsang, menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja serta lapangan berusaha. Melalui kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan selama proses kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pembangunan industri hilirnya akan mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkages). Pada proses kegiatan ini akan muncul antara lain jasa kontruksi, jasa buruh tani, jasa angkutan, perdagangan pangan dan sandang, perdagangan peralatan kerja serta bahan dan material yang dibutuhkan selama proses tersebut. Kegiatan ekonomi waktu pascapanen dan proses produksi akan mempunyai keterkaitan ke depan (foreward linkages). Proses foreward linkages yang diperkirakan akan muncul adalah sektor jasa, antara lain: angkutan, perhotelan, koperasi, perbankan, perdagangan, industri kecil di pedesaan yang memproduksi alat produksi pertanian (alsintan). Perkebunan yang diusahakan secara swadaya sepertinya jalan sendiri tanpa bergantung kepada inti. Untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit ke depan dirancang berbentuk kemitraan antara petani dengan perusahaan inti, dimana petani memiliki kebun kelapa sawit dan ikut pemilikan modal pada PMKS. Untuk merangsang investor melakukan investasi yang berbasis pedesaan, maka harus ada
Universitas Sumatera Utara
77
kebijakan pemerintah daerah terhadap kegiatan investasi tersebut. Kebijakan itu antara lain; memperpendek rantai birokrasi perizinan; membebaskan PPN dalam jangka waktu tertentu; atau pengurangan pemotongan pajak penghasilan. Sehingga biaya produksi dapat ditekan. Dampak lain dengan adanya proyek PMKS adalah penanganan limbah PMKS, yakni menghindari buangan limbah tidak langsung dilakukan ke perairan bebas misalnya sungai, sehingga perusahaan dinilai memiliki tanggung jawab di dalam menjaga kelestarian lingkungan. 5.3.3. Aspek Manajemen 5.3.3.1 Bentuk dan Struktur Organisasi Bentuk badan usaha yang digunakan adalah perusahaan terbatas (PT). Struktur organisasi yang merupakan keseluruhan dari organisasi manajemen proyek pembangunan PMKS disajikan pada Gambar 3 Manager
KTU
Krani Produksi Pembukuan
Asisten
Mandor Pabrik
Mandor Bengkel Bagian Pembelian/Penjual Krani
Bagian Laboratorium Operator Proses
Security Sumber : PT. Beurata Subur Persada
Gambar 3. Struktur Organisasi Bentuk badan usaha yang digunakan adalah perusahaan terbatas (PT) dengan nama ditentukan dikemudian hari berdasarkan keputusan bersama para pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
78
Struktur organisasi yang merupakan keseluruhan dari organisasi manajemen proyek pembangunan PMKS. Pembangunan dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengoperasian secara sentralistik dikendalikan oleh top manajemen. Sedangkan pelaksanaan kegiatan produksi dan operasional PMKS didelegasikan langsung kepada manajer pabrik. Berdasarkan hasil analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa dari aspek organisasi manajerial dan ketersediaan kebutuhan tenaga kerja cukup mendukung untuk pengelolaan dan pengoperasian pabrik, sehingga pembangunan PMKS layak untuk dilaksanakan. 5.3.3.2 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan dan rekruitmen tenaga kerja mulai dilakukan pada saat masa kontruksi tetapi dalam jumlah terbatas. Pada umumnya merupakan tenaga kerja kontraktor pelaksana pembangunan pabrik. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Pada tahap pertama dilakukan untuk keperluan pengawasan dan alih teknologi pabrikasi pabrik kelapa sawit. Tahap berikutnya dilakukan untuk kebutuhan tenaga kerja pada saat pabrik beroperasi secara komersial. Komposisi penggunaan tenaga kerja untuk pengoperasian pabrik minyak kelapa sawit, terdiri dari tenaga kerja staf dan non staf. Komposisi penggunaan tenaga kerja untuk pengoperasian pabrik di bagi menurut tugas, wewenang dan fungsi dari pekerjaan yang ada sesuai dengan tingkat kebutuhan. Sebelum ditempatkan, semua tenaga kerja terlebih dahulu di berikan pelatihan dan training. Jumlah kebutuhan tenaga kerja pabrik seluruhnya diperkirakan 113 orang dengan komposisi; tenaga kerja proses sebanyak 49 orang, tenaga kerja kantor sebanyak 18 orang, laboratorium sebanyak 11 orang, security 12
Universitas Sumatera Utara
79
orang, tenaga kerja bengkel 20 orang, office boy 1 orang, tukang kebun 1 orang, supir 1 orang. Tabel 17. Komposisi Pengunaaan Tenaga Kerja PMKS Kapasitas 30 ton TBS/Jam Jabatan Jumlah (orang) Manajer 1 Asisten Manager 3 KTU (Adm & keuangan) 1 Kepala Departemen 2 Proses 49 Kantor 11 Keamanan 12 Laboratorium 11 Sopir 1 Bengkel/workshop 20 1 office boy Tukang Kebun 1 Jumlah 113
Berdasarkan analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa dari aspek organisasi manajerial dan ketersediaan kebutuhan tenaga kerja cukup mendukung untuk pengelolaan dan pengoperasian pabrik, sehingga pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan. 5.3.4. Aspek Pasar Analisis aspek pasar berkaitan dengan seberapa besar pasar merespon terhadap barang atau jasa yang diproduksi baik dari sisi permintaan, penawaran, harga, dan cara pemasaran, sehingga produk dapat memberikan manfaat bagi konsumen yang mengkonsumsi dan menggunakan produk. Minyak CPO merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan banyak diperdagangkan di pasar dunia. Manfaat dari minyak kelapa sawit sangat bervariasi. Banyak industri yang dapat menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku produknya seperti industri minyak goreng, industri bahan makanan, industri kosmetik dan
Universitas Sumatera Utara
80
energi terbarukan. Minyak CPO merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan banyak diperdagangkan di pasar dunia. Cerahnya prospek CPO di masa yang akan datang, merupakan peluang pasar yang sangat menjanjikan bagi produsen minyak kelapa sawit termasuk Indonesia. Meningkatnya permintaan dunia terhadap CPO setiap tahunnya menyebabkan perkembangan harga CPO cenderung mengalami kenaikan rata-rata 6,7% per tahun. Di sisi lain, pertumbuhan pasokan CPO dunia terbatas, karena daerah ekologi yang cocok untuk penanaman (perkebunan kelapa sawit), terletak pada beberapa daerah tertentu di Afrika Barat, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Dari semua daerah tersebut, hanya Indonesia dan Malaysia yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama dari segi luas areal yang ditanam maupun tingkat produksi minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Kebutuhan dunia akan CPO diproyeksikan akan terus meningkat diikuti dengan peningkatan ekspor yang tentunya masih memiliki peluang besar. Perkembangan yang signifikan dalam penggunaan bahan bakar bio, menjadikan sebagai salah satu sumber minyak nabati yang prospektif. Permasalahan yang menjadi hambatan terhadap produksi CPO di Indonesia ada 2, yaitu ; (1) hambatan internal yaitu : (a) rendahnya produktivitas tanaman; (b) dengan bertambahnya luas areal perkebunan kelapa sawit dan meningkatnya produksi CPO, maka diperlukan peran pemerintah dalam promosi dan sosialisasi kepada negara-negara importir; (c) kurang berkembangnya industri hilir, sehingga yang diekspor bukan hanya CPO tetapi juga dalam bentuk turunan CPO
Universitas Sumatera Utara
81
(Republika, 2008), (d) kebijakan pemerintah dalam penetapan bea keluar sebesar 3% bagi eksportir sehingga membuat harga CPO Indonesia menjadi lebih mahal di pasaran internasional; dan (e) Indonesia masih memberlakukan pajak ekspor dengan kebijakan yang berubah-ubah, hal ini akan berdampak terhadap segi penawaran dan permintaan CPO. (2) hambatan eksternal adalah : (a) adanya fluktuasi harga CPO yang tidak stabil yang sangat dipengaruhi oleh nilai tukar kurs terhadap dollar.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Besar kapasitas PMKS yang dibutuhkan di Kabupaten Nagan Raya pada saat ini berdasarkan jumlah TBS yang tersedia seharusnya adalah 135 ton TBS/jam (kapasitas 105 ton TBS/jam yang sekarang sudah ada dan yang diproyeksikan untuk dibangun kapasitas 30 ton TBS/jam). PMKS yang ada selama ini dijalankan belum optimal karena dioperasikan selama 14 jam kerja (2 shift) yang seharusnya 21 jam kerja (3 shift), sehingga perlu mengoptimalkan jam kerja PMKS agar sisa TBS yang tidak terproses minim. Namun untuk 2 atau 3 tahun ke depan dengan adanya TBM menjadi TM perlu di estimasi pembangunan PMKS baru dengan kapasitas 120 ton TBS/jam. 2. Investasi pembangunan PMKS sesuai dengan yang dibutuhkan didaerah penelitian pada saat ini berdasarkan jumlah TBS yang tersedia adalah pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam. Secara finansial berdasarkan asumsi-asumsi yang digunakan, kegiatan investasi pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam saat ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan hasil studi kelayakan dengan skenario I (modal sendiri) diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 167.518.061.000; IRR sebesar 25,94%; Net B/C sebesar 1,07; dan payback period selama 3 tahun 1 bulan. Sedangkan dengan skenario II (pinjaman) kegiatan investasi pembangunan PMKS tidak layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan nilai NPV bertanda negatif sebesar
Universitas Sumatera Utara
83
Rp. 21.547.710.000; IRR sebesar 4,82%; Net B/C sebesar 1,02; dan payback period selama 8 tahun 1 bulan. Total keseluruhan investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 60.126.327.000. 3. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen masih layak dilaksanakan. Sedangkan berdasarkan indikator penurunan harga produksi sebesar 20 persen pada skenario I masih layak dilaksanakan namun namun tingkat pengembaliannya (payback period) lebih lama. Sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, aspek pasar, aspek organisasi manajemen dan aspek sosial terhadap pembangunan PMKS kapasitas 30 ton TBS/jam layak untuk dilaksanakan.
6.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dari penelitian maka sebagai saran dalam penelitian ini antara lain : 1 Kepada pengelola PMKS mengupayakan pengoperasian kapasitas optimal PMKS yang layak secara ekonomis di Kabupaten Nagan Raya, yaitu 21 jam kerja (3 shift) untuk meminimalkan sisa TBS yang tidak terproses dan perlu mempertimbangkan pengembangan lebih lanjut CPO menjadi produk turunan seperti minyak goreng, mentega dan yang lainnya dalam rangka menambah pendapatan PMKS. 2. Kepada Pemerintah daerah agar berupaya menarik investor, memfasilitasi dan berperan menjadi mediator dalam pembangunan PMKS untuk mengolah TBS dari perkebunan rakyat dan swasta di wilayah Kabupaten Nagan Raya.
Universitas Sumatera Utara
84
3. Kepada investor untuk 2-3 tahun ke depan masih berpeluang untuk membangun PMKS kapasitas 120 ton TBS/jam di wilayah Kabupaten Nagan Raya, hal ini terkait dengan hasil kajian tentang luas areal perkebunan dan total produksi TBS di wilayah Kabupaten Nagan Raya.
Universitas Sumatera Utara