BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Dalam hal ini sasaran objek penelitian ini adalah meneliti pada komunitas anak langit yang merupakan sebuah komunitas anak jalanan saat melakukan aktivitas komunikasi sosial. Sasaran subyek penelitian ini adalah Anak jalanan yang berada di dalam komunitas anak langit tersebut, yang bertempat di samping jembatan kali cisadane, Tangerang. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan November 2013 – Februari 2014.
3.2 Paradigma Penelitian Mengacu pada pandangan Guba (1990), Denzin dan Lincoln (1994) paradigma secara umum dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak di kehidupan seharihari atau seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan kita baik tindakan keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah. Dan dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah paradigma didefinisikan sebagai sejumlah perangkat keyakinan dasar yang digunakan untuk mengungkapkan hakikat ilmu pengetahuan yang sebenarnya dan bagaimana cara untuk mendapatkannya (Salim, 2006, hal.33).
37
38
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
paradigma
konstruktivisme. Hal ini dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, secara ontologis (sifat realita), aliran ini menyatakan bahwa realitas sosial adalah wujud bentukan (construction) individu-individu subyek yang terlibat dalam penelitian yaitu terutama yang diteliti) dan peneliti bersifat subyektif dan majemuk. “Subyektif” disini berarti melihat dari sudut pandang yang diteliti sebagai subyek penelitian”. Realitas sosial bersifat subyektif maka secara epistemologi (hubungan antara peneliti dan yang di teliti) terjadi interaksi sosial yang dinamis, informal dan akrab. Hubungan antara peneliti dan yang diteliti dirumuskan sebagai hubungan subyek dengan subyek, bukan hubungan subyek dengan objek seperti pada penelitian kuantitatif. Dalam arti bahwa antara peneliti dan yang diteliti memiliki kedudukan sebagai orang yang sama-sama belajar memaknai realitas sosial yang diteliti bahkan kadang peneliti bisa menjadi orang yang diteliti. Sedangkan secara metodologis, proses penelitiannya bersifat induktif yang berorientasi pada pengembangan pola dan teori untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat kontekstual atas suatu kejadian atau gejala sosial (Creswell,1994; Sitorus 2003 dalam Ihsaniyat, 2010).
39
3.3 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative approach). Jenis penelitian kualitatif mampu melukiskan kejadian atau realitas sosial dari sudut pandang subyek bukan dari sudut pandang peneliti sebagai pengamat. Hal-hal yang diteliti meliputi perilaku, perasaan dan emosi dari subyek penelitian. Demi mendapatkan pemahaman ontentik, pengamatan dan wawancara mendalam (dengan tujuan pertanyaan-pertanyaan terbuka) dianggap sesuai dan potensial dengan tujuan penelitian tersebut. Pendekatan kualitatif ini memungkinkan seorang peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik dengan menggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Menurut (Bodgan dan Taylor, 1975, hal.4-5) metodologi dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Adapun sifat atau tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif dimana data yang dikumpulkan tidak berbentuk angka, tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan konsep. Tujuannya adalah untuk menggambarkan
40
secara terperinci dan relatif akurat mengenai topik yang diangkat dalam penulisan penelitian ini. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi kasus desain deskriptif yakni suatu penelitian empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dengan konteks tidak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti digunakan. Dapat jelas diketahui, bahwa studi kasus merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari kedalaman penjelasan tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya yang berkenaan dengan kasus yang akan diteliti (Narendra, 200, hal.95). Dan hal inipun dipertegas oleh (Yin, 2009, hal.1), bahwa penelitian studi kasus memang dipakai untuk tipe penelitian deskriptif. Menurut Robert K. Yin, (2007, hal.51) studi kasus adalah merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer didalam kehidupan nyata. Dan studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.
41
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data (input) merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui prosedur sistematik, logis dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh secara langsung (primer) atau tidak langsung (sekunder) untuk keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan suatu riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagainya upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi oleh peneliti (Rosady Ruslan, 2004 : 37) Data dapat dibagi dalam beberapa bentuk atau jenis. Menurut cara perolehannya, data terdiri dari :
1. Data Primer ( Primary Data ). Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perseorangan, kelompok, dan organisasi. Dalam penelitian ini, data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber dan dengan melakukan observasi dilapangan secara mendetail untuk melihat aktivitas komunikasi sosial mereka. 2. Data sekunder ( Secondary Data ). Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan suatu perusahaan atau organisasi. Seperti : Dokumentasi acara komunitas anak langit, company profile komunitas tersebut, dll.
42
Data dihimpun dari para informan yang sudah ditetapkan, dan tidak didasarkan atas jumlah informan, tetapi didasarkan pada siapa saja narasumber yang mampu menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian data dihimpun melalui wawancara mendalam atas dasar guide interview. Jawaban yang di harapkan adalah dalam bentuk snow balling, yaitu jawaban yang berangkat dari satu pokok pertanyaan inti. Suatu pengumpulan data melalui teknik wawancara, adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi maupun pendirian secara lisan seorang responden, dengan wawancara tatap muka antara pewawancara dengan responden (Manase Malo,1986 : 17 ) Jenis wawancara dapat dibedakan bedasarkan pada pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Faktor pembeda jenis wawancara tersebut adalah ketergantungan pewawancara terhadap daftar pertanyaan yang dipergunakan sebagai interview guide. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung melalui proses wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan yang terpilih, mengamati prilaku mereka (observation), serta studi dokumentasi, dimana satu sama lain saling menunjang dan saling melengkapi. Kegiatan pengumpulan data mengacu pada model pengumpulan data pada dari Creswell : A Data Collection Circle, dimana Creswell memvisualisasikan (visualize) proses pengumpulan data sebagai suatu lingkaran rangkaian kegiatan yang
43
saling berhubungan dalam rangka mengumpulkan data atau muncul dalam suatu penelitian (Creswell, 1998:109-135) Walaupun Creswell mengawali proses pengumpulan data dengan kegiatan penetuan lokasi atau individu (locating sate or individual) namun menurutnya seorang penneliti bisa saja menggunakan kegiatan yang lain yang ada dalam lingkungan kegiatan (circle of data colection activies) sebagai entry point 1. Lokasi penelitian atau individual (location site or individual) Untuk suatu studi kasus seperti halnya penelitian ini, partisipan bisa jadi berada disatu tempat, namun bisa jadi tersebar dibeberapa lokasi. Yang paling penting kriterianya adalah individu yang layak dijadikan sebagai informan adalah mereka yang mengalami dan terlibat sendiri peristiwa atau fenomena anak jalanan pada komunitas anak langit yang menjadi topik penelitian, yaitu peristiwa atau fenomena individu tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan atau mengatakan dengan jelas pengalamannya tersebut. 2. Proses Pendekatan (gaining acces & making repport) Dalam melakukan pendekatan untuk mendapatkan akses berkenalan (gaining acces) untuk sebuah wawancara kepada suatu komunitas tertentu seperti halnya komunitas anak langit pada situasi sekarang ini tampaknya harus menggunakan kiat-kiat praktis sehingga bisa dihindari munculnya prasangka yang tidak diharapkan mengenai apa-apa yang menjadi maksud dan tujuan dari wawancara tersebut. Masalah juga bisa timbul mana kala peneliti
44
kurang tepat memilih waktu dan suasana emosi dari informan untuk melakukan suatu wawancara. Setelah berhasil memperoleh akses ke subjek penelitian, peneliti akan menindak lanjuti dengan membangun perkawanan
3.5 Key Informan Informan adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui dan atau terlibat langsung dengan fokus permasalahan sehingga peneliti dapat merangkum informasi yang penting dalam fokus penelitian. Menurut Bungin (2003, hal.87) menyatakan bahwa dalam menentukan informan, harus melalui pertimbangan-pertimbangan, yaitu : 1. Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi, yang menghayati
secara
sungguh-sungguh
sebagai
akibat
dari
keterlibatan yang cukup lama dengan lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan. Biasanya ditandai oleh kemampuan dalam memberikan informasi tentang sesuatu yang ditanyakan. 2. Subyek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian penelitian. 3. Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk diwawancara. 4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu.
45
5. Subyek
yang
sebelumnya tergolong
cukup
asing dengan
penelitian sehingga lebih mudah menggali informasi Untuk memperoleh data guna kepentingan penelitian serta adanya hasil yang representatif, maka diperlukan informan kunci (mengingat penelitian ini adalah studi kasus) yang memahami dan mempunyai kaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji atau diteliti melalui informan kunci (Miles dan Huberman, 1992). Memilih key informan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penulis atau yang dianggap memiliki informasi yang relevan dengan masalah pokok penelitian. Dan seiring dengan perjalanan waktu penelitian nantinya, tidak menutup kemungkinan ada orang-orang lain yang berpotensi untuk dijadikan informan tambahan guna mendukung data penelitian yang diperlukan, karena dalam penelitian kualitatif sendiri tidak membatasi jumlah sampel, informan yang diwawancarai kemungkinan bisa terus bertambah karena dalam penelitian kualitatif harus menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Maka dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 6 orang sebagai informan penelitian, yang terdiri dari : a. Anak jalanan, yaitu : anak-anak usia sekolah yang mempunyai kehidupan di jalanan sebanyak 5 orang. Alasan : Karena, anak jalanan merupakan narasumber inti yang akan menjelaskan motif, hingga pola komunikasi sosial yang mereka jalankan.
46
b. Pendiri komunitas anak langit sebanyak 1 orang Alasan : karena, pendiri komunitas anak langit dapat menjelaskan motif dan tujuan membangun komunitas tersebut. c. Sanak keluarga ataupun kerabat sebanyak 3 orang Alasan : karena, keluarga merupakan hubungan terdekat bagi anak jalanan. Penentuan informan mengacu pada kriteria bahwa informan adalah individu yang mengalami sendiri peristiwa atau fenomena yang menjadi topik penelitian,
dan
memiliki kemampuan
untuk mengartikulasikan
atau
menceritakan dengan jelas pengalamannya tersebut dalam wawancara dengan peneliti. Proses penentuannya antara lain dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan sejumlah individu, kemudian beberapa dari mereka yang masuk dalam kriteria dipilih sebagai informan, selanjutnya didatangi kembali untuk wawancara mendalam (in-depth
nyambung (tune-in) dan dianggap
masuk dalam kriteria dan layak dijadikan informan, sehingga dapat langsung melakukan wawancara mendalam (in-depth interview).
3.6 Teknik Analisis Data Setelah peneliti melakukan pengumpulan data melalui data primer yaitu dengan teknik observasi dan wawancara mendalam serta pengumpulan data sekunder, maka langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menganalisa data. Dalam penelitian ini teknik analisa data yang peneliti gunakan adalah
47
teknik analisa deskriptif kualitatif (berupa kata-kata bukan angka). Menurut (Miles dan Huberman, 1992:15) dalam analisis kualitatif, data yang muncul dan berwujud berbentuk kata-kata dan bukan rangkaian angka-angka. Data tersebut yang telah dikumpulkan dalam berbagai cara seperti observasi, wawancara, atau intisari rekaman yang kemudian “di proses” melalui pencatatan, pengetikan dan pengaturan kembali. Berdasarkan dari teori analisis data tersebut, peneliti menggunakan Teknik Analisis Interaktif Miles dan Huberman yang disebut interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yakni 1. Reduksi Data (data reduction) Proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan selama meneliti. Reduksi data ini dimulai sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan. Tujuan diadakan transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian di lapangan dan mempermudah peneliti sehingga mendapatkan gambaran dengan jelas untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 2. Penyajian Data (data display) Menyajikan data dari sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan, foto yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau uraian penjelasan. Namun yang paling sering digunakan untuk penyajian
48
data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Lalu memberikan penafsiran/interpretasi atas data yang ada dalam penelitian. 3. Kesimpulan dan Verifikasi (drawing conclusions and verification). Menarik kesimpulan adalah kegiatan memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Mengecek ulang data-data yang telah direduksi dan disajikan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakuka verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga datadata teruji validasinya.
3.7 Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, validitas data dimaknai sebagai singkat dimana berbagai konsep dan interpretasi yang dibuat oleh peneliti memiliki kesamaan makna dengan makna-makna yang dipahami oleh subjek penelitian. Data yang dimaksudkan disini adalah data yang benar-benar asli (authentic, original) dan reflektif (reflective) dalam aratian merefleksikan kondisi yang sesungguhnya dan sebagaimana adanya. “Makna-makna yang muncul dari data tersebut harus diuji kebenerannya,
kekokohannya
dan
kecocokannya
sehingga
membentuk
validitasnya” (Miles & Huberman. 1992 . 19) Dalam konteks penelitian ini, guna menjamiun validitas data penelitian digunakan teknik tri-angulasi, yang dalam hal ini adalah :
49
1.
Tri-angulasi data, atau seringkali juga disebut tri-angulasi sumber
yaitu upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi (cross chek) guna memperoleh data berkenaan dengan masalah yang sama. Hal ini berarti menguji data yang diperoleh dari suatu sumber kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dari sini akan sampai menjadi suatu kesimpulan yaitu bahwa data yang telah diperoleh ternyata konsisten (consistent) atau tidak konsisten (in-consistent) bahkan berlawanan (contradictive). Dengan cara ini maka akan diperoleh gambaran yang lebih memadai mengenai gejala atau fenomena yang diteliti. 2.
Tri-angulasi metode, yaitu upaya untuk membandingkan temuan data
yang diperoleh dengan suatu metode tertentu (misalnya catatan lapangan yang dibuat saat observasi) dengan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan metode yang lain (misalnya : salinan naskah atau transkip (transcipt) dari wawancara mendalam (in-depth interview) mengenai suatu masalah yang sama. Contoh tersebut diatas, yang dilakukan adalah menguji keabsahan (validitas) atas data yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi, dibandingkan dengan data yang berasal dari hasil wawancara mendalam. Tri-angulasi metode, menjadi sangat urgent dalam penelitian komunikasi kualitatif yang menggunalam multiple methods, yaitu penelitian yang menggunakan komunikasi lebih dari satu jenis metode, misal menggunakan observasi (observation) yang sekaligus juga wawancara mendalam (in-depth interview). (Patton, 2002, dalam Prawito. 97)