BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 di Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
B.
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah potong lintang analitik (cross sectional analytic).
C.
Populasi dan Sampel 1.
Kriteria Inklusi : a. Pasien DM tipe 2 b. Pasien dengan elektrokardiografi (EKG) dengan irama sinus c. Pasien usia > 18 tahun
2.
Kriteria Eksklusi: a.
Malignansi
b.
Sirosis hepatis
c.
Penyakit imunologis (baik penyakit imunodefisiensi maupun autoimun)
d.
Infeksi sistemik atau lokal yang aktif (melalui pemeriksaan klinis, hitung sel darah putih > 12 x 109/mL, atau suhu > 37.50 C)
e.
Penggunaan obat-obatan antiinflamasi steroid dan non steroid 1 bulan terakhir
3.
Populasi sumber: Pasien DM tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
4.
Populasi sasaran: Pasien dengan DM tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan jumlah 40 subjek.
5.
Sampel: diambil secara random sampling pada semua pasien DM tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, dan bersedia diikutkan dalam penelitian, dikelompokkan ke dalam kelompok diabetes terkontrol dan tidak terkontrol. 6.
Besar Sampel Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 40 subjek responden dalam setiap kelompok. Besar sampel ditentukan berdasarkan desain penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda yang melibatkan sebuah variabel terikat dan dua variabel bebas. Karena masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat, atau satu variabel bebas mungkin berhubungan dengan variabel bebas lainnya, analisis statistik memerlukan ukuran sampel yang sesuai dengan jumlah variabel bebas (Murti, 2006). Menurut Hair et al (1998) rasio antara jumlah subjek dan jumlah variabel bebas dalam analisis multivariat dianjurkan sekitar 15 hingga 20 subjek per variabel bebas. Sehingga besar sampel dalam penelitian ini adalah 40 subjek.
D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas : 1. hsCRP 2. Status kontrol glikemik b. Variabel terikat : waktu konduksi interatrium total 2. Definisi Operasional a. Waktu konduksi interatrium total Definisi : jarak interval antara awal gelombang p pada elektrokardiografi permukaan dengan onset gelombang A pada atrium secara ekokardiografi (Akyurek et al, 2001) Alat ukur : Ekokardiografi dengan pencitraan dopler jaringan (TDI/tissue doppler imaging), GE Vivid 6. Satuan data : milidetik Skala data : kontinu
b. hsCRP Definisi : protein darah yang terikat dengan C-polisakarida pentamer 120 kDa dan merupakan salah satu protein fase akut, juga sebagai penanda inflamasi sistemik dan kerusakan jaringan, yang sudah diakui dan dapat menjadi prediktor kejadian penyakit kardiovaskuler. Alat ukur : ADVIA 1800 Chemistry System (Siemens Healthcare Diagnostics, Deerfield, IL) metode Latex immunoturbidimetry. Satuan data : mg/L Skala data : kontinu c. Kontrol glikemik Definisi: kadar gula darah pada pasien DM terkontrol baik jika kadar HbA1C < 7% dan terkontrol buruk jika ≥ 7% Alat ukur: HbA1C metode high performance liquid chromatography Satuan data: persentase (%) Skala data: kontinu
B. Instrumen penelitian 1. Pengambilan data ekokardiografi Pemeriksaan
ekokardiografi
dilakukan
dengan
menggunakan
mesin
ekokardiografi GE Vivid S6. Teknik pengambilan data ekokardiografi adalah sebagai berikut: a. Dilakukan identifikasi identitas pasien, dijelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan ekokardiografi. b. Pasien diposisikan untuk pemeriksaan ekokardiografi, yaitu posisi tidur terlentang atau sedikit miring ke kiri. c. Pasien diberitahu bahwa pemeriksaan akan dimulai. d. Dilakukan pemasangan EKG 3 lead. e. Tranduser diletakkan pada lokasi yang akan diperiksa (pada orang normal sela iga 2 sampai 4, bahkan kadang hingga sela iga 5 kiri dan pinggir lateral manubrium sterni).
f. Dilakukan pengambilan gambaran 2-dimensi dan pemeriksaan dopler pada lokasi yang diperiksa. g. Dilakukan pemeriksaan dopler jaringan (tissue doppler imaging/TDI) untuk mengukur waktu konduksi interatrium total (Interval PA-TDI). Interval PATDI didefinisikan sebagai waktu interval dari inisiasi gelombang P pada elektrokardiografi yang terekam pada alat ekokardiografi (lead II) sampai puncak gelombang A pada gambaran dopler jaringan atrium, yang diukur dari 3 kali siklus jantung dan dirata-rata. h. Dilakukan pengambilan gambar yang optimal. i. Dilakukan pengukuran lainnya seperti diameter atrium kiri, dimensi dan fraksi ejeksi ventrikel kiri, fungsi diastolik ventrikel kiri, ada tidaknya kelainan stenosis atau regurgitasi pada katup jantung, analisis segmental, dan ada tidaknya kelainan anatomi.
2. Pengambilan darah dan penanganan spesimen a. Teknik pengambilan darah
Pemeriksaan hsCRP dilakukan sebelum atau setelah pengambilan data ekokardiografi
Sampel darah untuk pemeriksaan hsCRP diambil dari vena antekubiti pada suhu (24-250C).
Proses penanganan spesimen untuk sampel darah kemudian ditampung dalam tabung dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifus yang sudah diberi kode dan dibiarkan membeku untuk menilai hsCRP. Sampel darah yang sudah membeku disentrifus selama 5-10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Pemprosesan, penyimpanan sampel darah dan pemeriksaan hsCRP dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RS Dr. Moewardi.
b. Teknik pemeriksaan Pemeriksaan
serum
hsCRP
dengan
menggunakan
metode
Latex
immunoturbidimetry pada ADVIA 1800 Chemistry System (Siemens Healthcare Diagnostics, Deerfield, IL).
C. Alur Penelitian Pasien DM Evaluasi klinis pasien, pemeriksaan darah rutin, ureum,Cr, elektrolit, gula darah puasa dan 2 jam postprandial, HbA1c, dan EKG
Kriteria inklusi dan eksklusi
Random sampling
Kelompok Diabetes Melitus tidak terkontrol (HbA1C ≥ 7)
Kelompok diabetes melitus terkontrol (HbA1C < 7)
Sampel darah hsCRP dan ekokardiografi
Sampel darah hsCRP dan ekokardiografi Analisis Statistik
Gambar 3.1. Alur Penelitian
D. Analisis Statistik Data karakteristik subjek penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif. Analisis korelasi waktu konduksi interatrium dengan hsCRP menggunakan uji Pearsons. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis hubungan secara linear antara hsCRP dan kontrol glikemik (kadar HbA1C) dengan waktu konduksi interatrium total dengan rumus sebagai berikut:
Y
= Waktu konduksi interatrium total (data kontinu)
X1
= hsCRP (data kontinu)
X2
= kontrol glikemik berdasarkan HbA1c (data kategorikal)
β0, β1, β2
= koefisien regresi
Dari perhitungan rumus diatas didapatkan koefisien korelasi. Koefisien korelasi (r) menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara kadar hsCRP dan kontrol glikemik secara serentak terhadap waktu konduksi interatrium total. Nilai r berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 - 0,399 = rendah 0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat 0,80 - 1,000 = sangat kuat Selain itu, analisis data dilanjutkan dengan penghitungan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar hsCRP dan kontrol glikemik mempengaruhi waktu konduksi interatrium total. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi hsCRP dan kontrol glikemik mampu menjelaskan variasi waktu konduksi interatrium total. Nilai p < 0.050 menyatakan perbedaan bermakna secara statistik. Pengukuran statistik menggunakan program komputer SPSS (versi 22.0; SPSS Inc., Chicago, IL, USA).