BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek penelitian, desain penelitian, variabel dan skala pengukuran,
metode
pengumpulan data, jenis data, dan metode analisis data. 3.1
Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah
saham-saham
BUMN yang listing di BEI sebelum tahun 2007, IHSG, dan Indeks LQ45, dan SBI dengan periode tahun 2007 - 2009. Untuk data harga saham BUMN, IHSG, dan Indeks LQ45 diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk data tingkat suku bunga SBI diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Adapun perusahaan BUMN yang listing di BEI sebelum tahun 2007 adalah, sbb: Tabel 3.1. Daftar Saham-Saham BUMN Listing Sebelum Tahun 2007 No.
Nama Perusahaan
Kode Perusahaan
1
PT Semen Gresik, Tbk
2
PT Indosat, Tbk
SMGR
3
PT Tambang Timah, Tbk
4
PT Telkom, Tbk
5
PT BNI, Tbk
6
PT Aneka Tambang, Tbk
ANTM
7
PT Kimia Farma, Tbk
KAEF
8
PT Indofarma, Tbk
INAF
9
PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk
PTBA
10
PT Bank Mandiri
BMRI
11
PT BRI, Tbk
BBRI
12
PT Perusahaan Gas Negara, Tbk
PGAS
13
PT Adhi Karya, Tbk
ADHI
ISAT TINS TLKM BBNI
Sumber : Database Bursa Efek Indonesia
35
3.2
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Deskriptif
yaitu dengan mendeskripsikan dan mengukur kinerja dari saham-
saham dan portofolio BUMN, dan dibandingkan dengan kinerja IHSG, dan Indeks LQ45 periode tahun 2007 – 2009. 3.3
Variabel dan Skala Pengukuran
3.3.1
Variabel Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah harga saham-saham
BUMN, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ45, dan Suku Bunga Indonesia (SBI) selama periode tahun 2007-2009. 1.
Data harga Saham-saham BUMN yang Tercatat di BEI sebelum tahun 2007 Data harga saham yang akan diteliti adalah harga mingguan di setiap hari Rabu selama periode tahun 2007 – 2009. Nilai return dan risiko saham diambil dari perubahan harga saham mingguan baik untuk harga masingmasing saham BUMN maupun portofolio BUMN.
2.
Data IHSG Data IHSG yang diambil adalah data IHSG mingguan di setiap hari Rabu selama periode tahun 2007 – 2009. Data IHSG mewakili data pasar, yang diperlukan untuk menghitung tingkat return dan risiko pasar.
3.
Data Indeks LQ45 Data Indeks LQ45 diambil adalah data Indeks LQ45 mingguan di setiap hari Rabu selama periode tahun 2007 – 2009 Data IHSG mewakili data
36
45 saham-saham ter-liquid yang tercatat di BEI, yang diperlukan untuk menghitung tingkat return dan risiko pasar. 4.
Data SBI Data tingkat suku bunga SBI adalah data tingkat suku bunga SBI mingguan di setiap hari Rabu yang diperoleh dari laporan BI periode tahun 2007-2009. Data SBI digunakan sebagai proxy return aktiva bebas risiko (risk free rate of return).
3.3.2
Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio
yang mana angka menunjukkan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur. 3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research) terkait harga saham-saham BUMN yang listing di BEI sebelum tahun 2007, indeks IHSG, Indeks LQ45, dan SBI yang nantinya digunakan untuk mengetahui kinerja dari masing-masing saham BUMN, kinerja portofolio BUMN, kinerja IHSG, dan kinerja indeks LQ45 dengan menggunakan rasio Sharpe, rasio Treynor, dan rasio Jensen. 3.5
Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
time series atas saham-saham BUMN yang listing di BEI sebelum tahun 2007, Indeks IHSG, Indeks LQ45, dan tingkat SBI pada periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. 37
3.6
Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rasio
Sharpe, rasio Treynor, dan rasio Jensen. Sedangkan perhitungannya dengan menggunakan program Ms. Excel. 3.6.1 Pengukuran Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Menggunakan Rasio Sharpe, Treynor, dan Jensen Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur kinerja saham-saham dan portofolio BUMN adalah: a.
Menghitung return mingguan dari masing-masing saham BUMN (Rp), Return indeks LQ45 (Rp), Return IHSG (Rm), dan Return SBI (Rf) yang mana data yang diambil adalah data hari Rabu di setiap minggunya.
Ket: Return = Capital gain (loss)
b.
Pt
= Nilai pada periode t
Pt-1
= Nilai pada periode t-1
Menghitung rata-rata return dari masing-masing saham BUMN, indeks LQ45, IHSG, dan SBI dengan menggunakan program Ms. Excel yaitu AVERAGE.
38
c.
Menghitung standar deviasi dari return masing-masing saham BUMN, Indeks LQ45, Indeks IHSG, dan SBI, dengan menggunakan program Ms. Excel STDEV. Atau dengan rumus : σ = P [R – E(R)]2 Ket: σ = Standar deviasi P = Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan R = Return E(R) = Return yang diharapkan
d.
Mencari Beta (β) dan Alfa (α) dari saham-saham BUMN, indeks LQ45, dan indeks IHSG, dengan meregresikan persamaan CAPM (Rp-Rf = α+ β(RmRf)) dengan menggunakan program Ms. Excel yang mana Y adalah return instrumen investasi dikurangi dengan tingkat return bebas risiko (Y = Rp – Rf) sedangkan X adalah Return dari Market dikurangi return bebas risiko (X = Rm – Rf).
e.
Setelah Beta (β) dan Alfa (α) diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung kinerja masing-masing saham-saham BUMN, indeks LQ45, dan IHSG dengan menggunakan rasio Sharpe, rasio Treynor, dan rasio Jensen. 1. Rasio Sharpe
Ket: Rp = Rata-rata return instrumen investasi 39
Rf
= rata-rata return bebas risiko
σp
= Standar deviasi instrumen investasi Semakin besar tingkat rasio Sharpe menandakan tingkat risiko
yang lebih kecil. Kinerja yang lebih baik akan tampak bila instrumen investasi memiliki rasio Sharpe yang lebih besar dari return pasar atau lebih baik dari rasio Sharpe instrumen investasi lain. 2. Rasio Treynor
Ket: Rp = rata-rata return instrumen investasi Rf = rata-rata return bebas risiko Rm = rata-rata return market indeksportfolio βp = risiko pasar / risiko sistematik dari instrumen investasi Jika nilai rasio Treynor suatu instrumen investasi lebih tinggi dari instumen investasi lain maka instrumen investasi tersebut memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan instrumen investasi lain. 3. Rasio Jensen Alat ukur Jensen adalah alpha. αp = Rp - [Rf + βp (Rm– Rf)] Ket: αp = alpha instrumen investasi Rp = rata-rata return instrumen investasi Rf = rata-rata return bebas risiko Rm = rata-rata return market 40
βp = rata-rata tertimbang risiko portofolio Jika alpha bernilai positif, berarti investor menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada indeks pasar; sedangkan jika alpha bernilai negatif, berarti investor memiliki kinerja yang lebih rendah daripada indeks pasar. 3.6.2 Pengukuran Kinerja Portofolio BUMN dengan Menggunakan Rasio Sharpe, Treynor, dan Jensen Portofolio BUMN dibentuk dari 13 (tiga belas) saham BUMN yang tercatat di BEI sebelum tahun 2007. Pada penelitian ini akan dibandingkan 4 jenis pembobotan portofolio, yaitu: 1.
Minimum Variance Portfolio, yaitu meminimumkan risiko investasi pada portofolio saham-saham BUMN. Risiko yang dimaksud di sini adalah standar deviasi portofolio.
2.
Equal Weighted, yaitu portofolio yang pembobotan saham-saham di dalamnya sama.
3.
Value Weighted, yaitu portofolio yang pembobotan saham-saham di dalamnya disusun berdasarkan tingkat rata-rata return saham terhadap total tingkat rata-rata return seluruh saham BUMN.
4.
Optimal Portfolio, yaitu portofolio yang pembobotannya dianggap paling efisien untuk ketigabelas saham BUMN pada penelitian ini. Langkah-langkah dalam mengukur kinerja portofolio BUMN adalah
sebagai berikut:
41
a.
Menghitung rata-rata return (E(R)) dan rata-rata standar deviasi dari dari masing-masing saham BUMN dengan menggunakan Ms. Excel
b.
Menghitung variance portofolio saham BUMN dengan program Ms. Excel (COVAR) atau dengan rumus:
Ket:
c.
σp2
= variance portofolio
w
= proporsi dana yang diivestasikan
σi
= variance saham
Mencari standar deviasi dan proporsi atau pembobotan dari masing-masing saham BUMN dengan menggunakan SOLVER program Ms. Excel.
d.
Untuk lebih memudahkan dalam melihat manfaat diversifikasi maka dibuat Eficient Frontier Graphic yang mana sumbu tegak merupakan E(R) dan sumbu datar adalah σ.
e.
Mencari Beta (β) dan Alfa (α) dari portofolio saham BUMN, dengan meregresikan variabel X dan Y dengan menggunakan program Ms. Excel. Yang mana Y adalah Return instrumen investasi dikurangi dengan tingkat return bebas risiko (Y = Rp – Rf) sedangkan X adalah Return dari Market dikurangi return bebas risiko (X = Rm – Rf).
f.
Setelah Beta (β) dan Alfa (α) diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung kinerja Portofolio Saham BUMN dengan menggunakan rasio Sharpe, rasio Treynor, dan rasio Jensen. 1.
Rasio Sharpe 42
Ket: Rp = Rata-rata return portofolio Rf
= Rata-rata risk free asset
σp = Standar deviasi portofolio Semakin besar tingkat rasio Sharpe menandakan tingkat risiko yang lebih kecil. Kinerja yang lebih baik akan tampak bila instrumen investasi memiliki rasio Sharpe yang lebih besar dari return pasar atau lebih baik dari rasio Sharpe instrumen investasi lain. 2. Rasio Treynor
Ket: Rp = rata-rata return portofolio Rf = rata-rata risk free Rm = rata-rata return market βp = risiko pasar / risiko sistematik dari instrumen investasi Jika nilai rasio Treynor suatu instrumen investasi lebih tinggi maka memiliki arti bahwa instrumen investasi tersebut memiliki kinerja yang lebih baik.
3. Rasio Jensen Alat ukur Jensen adalah alpha. αp = Rp - [Rf + βp (Rm– Rf)] 43
Ket: αp = alpha instrumen investasi Rp = rata-rata return instrumen investasi Rf = rata-rata tingkat return bebas risiko Rm = rata-rata return market portfolio βp = rata-rata tertimbang risiko instrumen investasi Jika alpha bernilai positif, berarti investor menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada indeks pasar; sedangkan jika alpha bernilai negatif, berarti investor memiliki kinerja yang lebih rendah daripada indeks pasar. 3.6.3 Langkah-Langkah Pembentukan Portofolio Menggunakan SOLVER Tools Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari bobot masing-masing saham pada portofolio yang memiliki nilai variance yang minimum (Minimum Variance), membentuk grafik efficient frontier, mencari bobot masing-masing saham pada portofolio yang paling optimal diantara portofolio-portofolio yang efisien, dan mencari variasi pembobotan saham pada portofolio tersebut dilakukan dengan menggunakan program Ms. Excel dan tools dari Ms Excel yaitu SOLVER dan Data Analysis. Tahapan-tahapannya adalah adalah sebagai berikut : 1. Untuk setiap saham yang akan dibuat portofolionya, dihitung return mingguan menggunakan formula return : Return Mingguan : (P1-P0)/P0
44
Untuk return SBI, nilai bunga tahunan dibagi dengan 52 untuk menjadikannya sebagai return mingguan, kemudian dibagi lagi dengan 100 untuk membuatnya menjadi persentase 2. Untuk setiap instrumen, dikalkulasikan : a.
Rata-rata return mingguan masing-masing saham, menggunakan fungsi AVERAGE ()
b.
Variance, menggunakan fungsi VAR()
c.
Standar deviasi, menggunakan fungsi STDEV()
3. Sebagai tambahan sebelum mencari nilai risiko portofolio , dihitunglah : a. Matriks Variance-Covariance. i.
Pada menu toolbar, dipilih : Tools
Data Analysis
Covariance ii.
Input yang digunakan pada covariance adalah rata-rata return mingguan semua saham di dalam portofolio
iii.
Matriks covariance ini akan digunakan untuk menghitung variance dari portofolio, sesuai dengan rumus risiko portofolio pada Bab 2
4. Perhitungan portofolio-portofolio Minimum Variance: Tahap ini berisikan mengenai langkah-langkah untuk menentukan portofolio-portofolio minimum variance yang akan membentuk grafik efficient frontier. Untuk mendapatkan sebuah portofolio Minimum Variance, bobot yang harus diinvestasikan oleh investor pada setiap saham harus ditentukan. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan fungsi SOLVER pada Ms. Excel : 45
a. Membuat tabel kosong untuk bobot saham dan memasukkan sembarang bobot pada masing-masing saham. Jumlah dari semua bobot tersebut adalah 1 b. Menghitung expected return dari portofolio dengan menghitung penjumlahan dari rata-rata return mingguan dikalikan dengan bobot masing-masing saham (rumus Excel-nya adalah =MMULT(cell yang berisi bobot, TRANSPOSE (cell yang berisi rata-rata return mingguan seluruh saham))) c. Menghitung standar deviasi dari portofolio dengan mengunakan tabel bobot
dan
matriks
covariance
=SQRT(MMULT(MMULT(cell
(rumus
yang
Excel-nya
adalah
bobot,
matriks
berisi
covariance)TRANSPOSE(cell yang berisi bobot)))) d. Menghitung rasio Sharpe menggunakan rumus rasio Sharpe e. Menggunakan SOLVER untuk menentukan portofolio minimum variance: i.
Pada “Set Target Cell” : Dipilih cell yang berisi standar deviasi
ii.
Pada “Equal To” : Dipilih Min karena tujuannya adalah meminimumkan standar deviasi dari portofolio
iii.
Pada “By Changing Cell” : Dipilih cell yang berisi bobot-bobot saham
iv.
Constraint / batasan yang harus dipenuhi adalah : 1. Bobot masing-masing saham harus lebih besar atau sama dengan 0 (w≥0) 46
2. Jumlah bobot harus sama dengan 1 f. Setelah itu SOLVER akan melakukan perhitungan untuk menentukan nilai bobot-bobot yang akan menghasilkan portofolio dengan variance / standar deviasi yang paling minimum 5. Untuk membentuk grafik efficient frontier, dilakukan kembali perhitungan SOLVER pada pembentukan portofolio Minimum Variance namun pada setiap perhitungan tambahkan constraint nilai retun beberapa poin di atas dan di bawah nilai return dari portofolio Minimum Variance 6. Perhitungan Optimal Portfolio: Tahap ini berisikan mengenai langkah-langkah untuk menentukan bobot yang paling optimal untuk portofolio tersebut. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan fungsi SOLVER pada Ms. Excel : a. Membuat tabel kosong baru, sesuai dengan tahap 4.a sampai dengan 4.d b. Menggunakan SOLVER untuk menentukan portofolio minimum variance: i. Pada “Set Target Cell” : Dipilih cell yang berisi rasio Sharpe ii. Pada “Equal To” : Dipilih Max karena tujuannya adalah memaksimalkan rasio Sharpe dari portofolio iii. Pada “By Changing Cell” : Dipilih cell yang berisi bobotbobot saham iv. Constraint / batasan yang harus dipenuhi adalah : 47
1. Bobot masing-masing saham harus lebih besar atau sama dengan 0 (w ≥ 0) 2. Jumlah bobot harus sama dengan 1 c. Setelah itu SOLVER akan melakukan perhitungan untuk menentukan nilai bobot-bobot yang akan menghasilkan portofolio dengan rasio sharpe yang paling maksimum 7. Untuk membentuk Capital Allocation Line (CAL), dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan : Y= expected return aset bebas risiko + nilai rasio Sharpe maksimum * X dimana : Y = Return portofolio X = Standar deviasi 8. Grafik efficient frontier, garis CAL, titik portofolio Minimum Variance dan Optimal Portfolio akan terbentuk sesuai dengan Gambar 3.1.
Gambar 3.1 : Contoh Hasil Perhitungan dengan Menggunakan SOLVER (Bodie, Kane and Marcus, 2008: 200) 9. Perhitungan portofolio Equal Weighted: 48
Tahap ini berisikan mengenai variasi pembentukan portofolio di mana nilai bobot yang harus diinvestasikan pada masing-masing saham sama. Penentuan ini dilakukan dengan memasukkan bobot-bobot saham secara manual : a. Membuat tabel kosong baru, sesuai dengan tahap 4.a sampai dengan 4.d b. Memasukkan bobot-bobot dengan nilai yang sama dengan persamaan berikut : w=1/n dimana : w = Bobot masing-masing saham pada portofolio n = jumlah saham pada portofolio c. Setelah itu nilai standar deviasi, return portofolio, dan nilai rasio Sharpe langsung otomatis terhitung 10. Perhitungan portofolio Value Weighted: Tahap ini berisikan mengenai variasi pembentukan portofolio di mana nilai bobot yang harus diinvestasikan pada masing-masing saham sebanding dengan nilai rata-rata return mingguan saham tersebut. Jika nilai rata-rata return mingguan suatu saham bernilai negatif maka diasumsikan nilai return saham tersebut adalah 0. Penentuan ini dilakukan dengan memasukkan bobot-bobot saham secara manual : a. Membuat tabel kosong baru, sesuai dengan tahap 4.a sampai dengan 4.d 49
b. Memasukkan bobot-bobot dengan nilai yang sama dengan persamaan berikut :
dimana : = Bobot saham ke-i pada portofolio = Rata-rata return mingguan saham ke-i pada portofolio n
= Jumlah saham pada portofolio
c. Setelah itu nilai standar deviasi, return portofolio, dan nilai rasio Sharpe langsung otomatis terhitung. 3.6.4 Perbandingan Kinerja Saham-Saham BUMN dengan Kinerja Indeks LQ45 dan IHSG Kinerja saham-saham BUMN kemudian akan dibandingkan dengan kinerja indeks LQ45 dan indeks IHSG. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai
rasio Sharpe, rasio Treynor dan
rasio
Jensen masing-masing saham BUMN dengan nilai rasio Sharpe, rasio Treynor dan rasio Jensen indeks LQ45 dan IHSG. 3.6.5 Perbandingan Kinerja Portofolio Saham BUMN dengan Kinerja Indeks LQ45 dan IHSG Kinerja portofolio BUMN kemudian akan dibandingkan dengan kinerja indeks LQ45 dan indeks IHSG. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai
rasio Sharpe, rasio Treynor dan
rasio Jensen
50
portofolio BUMN dengan nilai rasio Sharpe, rasio Treynor dan rasio Jensen indeks LQ45 dan IHSG.
51