BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air bersih pada instalasi pengolahan air (IPA) yang digunakan di kawasan Jababeka.
3.2. Tujuan Penelitian MULAI Studi Pustaka/Literatur/Referensi Rumusan Masalah Pembuatan Instrumen
Pengelolaan air bersih :
Survey Tingkat Kepuasan Pelanggan
1. Pengolahan Air Bersih perumahan Di WTP Jababeka 2. Distibusi Jaringan Pipa Ke Pelanggan (Perumahan Di WTP Jababeka 3. Zona Distribusi Air Bersih Untuk Pelanggan / Tenant 4. Kualitas dan kuantitas air
Pelanggan Perumahan di WTP Jababeka
Tidak Layak
Analisis data Layak kesimpulan dan saran
selesai Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
III - 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Industri JABABEKA, Cikarang , Kabupaten Bekasi-Jawa barat, khususnya di tempat Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bersih atau Water Treatment Plant (WTP). Penetapan kawasan industri Jababeka sebagai lokasi penelitian atas dasar bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan industri terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara dengan jenis industri yang bervariatif serta berpotensi untuk dikembangkangkannya Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bersihnya. Lokasi penelitian adalah tempat pengelolaan air bersih atau WTP (Water Treatment Plant) di dalam satu kawasan industri dan perumahan Jababeka yang terintegrasi secara terpadu ke masing – masing pelanggan. Penelitan ini dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Penelitian dimulai dengan melakukan persiapan dan suvey.
3.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah secara deskriptif kualitatif. pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami nilai suatu makna. Sementara pendekatan deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk membuat suatu deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Nazir,(1988:63). Menurut Sevilla (1993:71), metode penelitian deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi dengan tujuan memberi gambaran yang lebih jelas III - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
tentang sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Jenis penelitian deskriptif antara lain: studi kasus, survei, penelitian pengembangan, penelitian lanjutan, analisis dokumen, dan analisis kecenderungan.
3.5. Variabel Penelitian 1. Pelanggan air bersih (Perumahan) di kawasan Jababeka
3.6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan : 1. Pengamatan/Observasi Mengamati secara langsung dilapangan tanpa berurusan dengan objek itu sendiri. Selama pengamatan berlangsung, dilakukan juga wawancara serta pemberian kuesioner. Selain itu juga meminta secara langsung data pendukung dari pihak kontraktor. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan akan diolah sesuai kebutuhan. 2. Studi Literatur Dilakukan dengan membaca buku-buku yang berada diperpustakaan maupun diluar, sehingga diperoleh data-data teknis dan juga dapat membantu dalam membuat dasar teori atau memalukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. 3.7. Teknik Analisis Data Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi III - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
tentang data tersebut. Selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dengan menggunakan dan menyajikan hasil penelitian. Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data dan kegiatan penelitian, selanjutnya dilakukan kegiatan menganalisis data.
3.8. Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih 3.8.1. Sistem Distribusi Air Bersih. Menurut Damanhuri, E., (1989) sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan
dengan
konsumen,
yang
mempunyai
fungsi
pokok
mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan, dan reservoir distribusi. Sistem distribusi air bersih terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas
III - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut Kamala, K. R., (1999), adalah sebagai berikut: a. Continuous system. Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
b. Intermitten system. Dalam sistem ini air minum disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja.
III - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
3.8.2. Sistem Pengaliran Air Bersih. Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Cara Gravitasi. Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
2. Cara Pemompaan. Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
III - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. Cara Gabungan. Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
3.8.3. Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih. Martin,D., (2004) mengkategorikan kegiatan perencanaan untuk sistem distribusi air bersih/minum pada dua kategori yaitu: 1. Perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan sama sekali atau biasa disebut sebagai Green Area. 2. Perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi sebelumnya dan sifat perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada. Secara umum perbedaan langkah-langkah dalam perencanaan dari kedua kategori tersebut adalah pada perencanaannya, dimana sistem sudah ada perencana harus mengevaluasi sistem yang sudah ada terutama dari kapasitas, kemudian beranjak dari kapasitas yang ada direncanakan pengembangannya. Ada dua hal penting yang harus dikaji dalam merancang sistem air bersihyaitu: 1. Kajian dari sisi kebutuhan air. 2. Kajian dari sisi pasokan air. III - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dengan mengkaji kedua hal ini dengan baik maka dapatlah dirancang sistemdistribusi yang optimal.
3.9. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Anonimus, (1990), dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diprediksikan berdasarkan laju pertumbuhan penduduk yang direncanakan relatif naik setiap tahunnya. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih memberi rumusan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk dengan metode Geometrik yaitu:
3.10. Kebutuhan Sistem dan Kapasitas Desain Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kapasitas desain adalah kapasitas produksi yang dibutuhkan oleh sistem penyediaan air yang direncanakan terhadap kebutuhan air di daerah perencanaan. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, memberikan rumusan untuk menghitung kapasitas produksi yaitu: Qprod = Qm + Qh ........................................................ (3.1)
Keterangan: Qprod = Kapasitas produksi (ltr/dt). Qm = Kapasitas air hari maksimum (ltr/dt). Qh = Kehilangan air (ltr/dt).
III - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.11. Definisi Kehilangan Air Menurut Anonimus, (1990) dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih, kehilangan air adalah tidak sampainya air yang diproduksi kepada pelanggan atau konsumen. Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih memberikan batasan faktor kehilangan air yang diperbolehkan tidak melebihi angka toleransi sebesar 20% dari kapasitas debit produksi. Kehilangan air merupakan faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap PDAM maupun terhadap konsumen.dengan adanya kehilangan maka PDAM akan menderita kerugian secara ekonomisdan finansial, sedangkan kerugian yang diderita pihak konsumen adalah terganggu kapasitas dan kontinuitas pelayanan. Menurut Djamal, Z., dkk (2009) kehilangan air bersih perpipaan sering disebut sebagai Non-Revenue-Water (NRW), atau ada juga yang menggunakan istilah Unacounted For Water (UFW) terutama jika komponen air yang sah dipakai atau digunakan oleh pemakai tetapi tidak tertagih (unbilled authorized consumption) dapat diabaikan karena tidak terlalu signifikan besarnya. Sederhananya adalah air bersih hasil olahan yang tidak menjadi pendapatan (revenue) pengelola karena kesalahan pengelolaan dan sebab-sebab lain disebut secara umum sebagai “kebocoran”. Selanjutnya Djamal, Z., dkk (2009)kehilangan Air (Water Losses) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan jumlah air yang dikonsumsi. Kehilangan Air = Jumlah Air yang dipasok - Jumlah Air yang dikonsumsi
III - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Sedangkan Tingkat Kehilangan Air adalah persentase perbandingan Antara kehilangan air dan jumlah air yang dipasok ke dalam jaringan perpipaan air. Tingkat Kehilangan Air =
Kehilangan Air
x 100%......................................(3.4)
Jumlah Air Yang Dipasok
Menurut Richard G., et al (2000) Secara umum, air yang tidak terhitung Unaccounted-For Water (UFW) adalah perbedaan antara air yang dipasok ke sistem distribusi dan air yang meninggalkan sistem melalui penggunaan dimaksud. Water didefinisikan sebagai hilangnya air dihitung sebagai perbedaan antara kuantitas air diumpankan kedalam sistem distribusi (produksi air minum) dan kuantitas air dimanfaatkan dengan sah, yang telah dimeterkan atau dapat diperkirakan.
III - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/