BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Miranti Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dari sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ember, cangkul, sekop, meteran, tali rapia, parang, timbangan elektirk, kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih jagung manis, pupuk bokashi enceng gondok, dan pupuk phonska 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi pola RAK (RAK Petak Terbagi). Petak utama adalah dosis pupuk anorganik phonska dan anak petak adalah dosis pupuk organik eceng gondok. Petak utama terdiri dari 3 taraf yaitu : P0 = Tanpa Pupuk phonska P1 = 150 kg/ha dan P2 = 300 kg/ha Anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu ; T0 = Tanpa Pupuk bokashi eceng gondok T1 = 10 ton/ha dan T2 = 20 ton/ha Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: Setiap perlakuan diulang dua kali sehingga terdapat 18 unit-unit percobaan.
14
Perlakuan I P0T2
P1T0
P2T1
P0T0
P1T1
P2T2
P0T1
P1T2
P2T0
P0T1
P1T0
P2T2
P0T0
P1T2
P2T0
P0T2
P1T1
P2T1
Perlakuan II
3.4
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a.
Persiapan Persiapan meliputi penentuan lokasi penelitian, persiapan bahan organik (eceng
gondok) dan anorganik (phonska) serta pembuatan petak percobaan. Bahan organik (eceng gondok) diambil dari danau Limboto dengan terlebih dahulu dibuat bokasi pupuk organik sedangkan pupuk anorganik (phonska) dibeli di toko tani sebelum di aplikasikan pada petak percobaan. Petak percobaan dibuat dengan terlebih dahulu dibersihkan dan digemburkan menggunakan cangkul dengan ukuran petak 3 m x 4 m. b.
Pembuatan pupuk bokasi eceng gondok Alat dan Bahan : 1. Dedak halus
5 kg
2.
Sekam Padi
5 kg
3.
Gula Pasir
10 g
4.
Ember sedang
1 buah
5.
Karung Goni
2 lembar
6.
Parang
1 buah
7.
EM-4
25 ml
15
8. Bahan organik eceng gondok 10 kg Pembuatan pupuk organik berbahan eceng gondok menggunakan EM-4 (Effective Microorganisme) dengan cara kerja: haluskan/cacah bahan organik eceng gondok yang akan digunakan, campurkan dengan sekam padi dan dedak lalu aduk – aduk secara merata. Larutkan gula pasir dan EM-4 kedalam air. Siramkan larutan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata, sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan. Adonan digundukkan di atas ubin yang kering dengan ketinggian kira – kira 15 - 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 oC. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam. Setelah 4 hari, BOKASHI telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik (Adhy, 2012).. c.
Pemberian perlakuan dan penanaman benih jagung Aplikasi pupuk organik eceng gondok pada petak percobaan dilakukan satu
minggu sebelum tanam, sedangkan pupuk anorganik phonska diaplikasikan satu minggu setelah tanam.
Penanaman benih jagung pada petak tersebut dilakukan
dengan jarak tanam 40 cm dalam barisan dan 70 cm antara barisan. d.
Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh
abnormal. Dilakukan tujuh hari setelah tanam. Bahan untuk penyulaman diambil dari tanaman cadangan yang telah ditanam. e.
Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma-gulma yang tumbuh pada
areal pertanaman. Penyiangan ini dilakukan untuk menjaga terjadinya persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman jagung dengan gulma.
16
f.
Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari sesuai dengan kondisi tanaman Penyiraman dilakukan untuk menjaga supaya tanaman tidak akan kekurangan air selama masa pertumbuhan. g. Penggemburan Penggemburan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dan 4 MST. Penggemburan ini dilakukan untuk menciptakan aerasi yang baik di daerah perakaran dan sekaligus menciptakan suatu kondisi yang dapat mendukung perkembangan perakaran dengan baik. Dengan demikian penyerapan unsur hara oleh akar berjalan dengan baik tanpa hambatan fisik tanah yang padat.
3.5
Variabel yang Diamati Variabel pertumbuhan dan hasil yang diamati jagung dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : a.
Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST, 5
MST dan 7 MST. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun yang tertinggi. b.
Diameter batang Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur
3
MST, 5 MST dan 7 MST. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tali rapia yang telah diberi angka dan caranya melilitkan tali rapia tersebut pada batang jagung dengan 2 cm diatas pembumbunan tanah. c.
Jumlah daun Pengamatan jumlah daun dilakukan saat tanaman berumur 3 MST, 5 MST dan
7 MST. Caranya adalah menghitung semua daun yang ada pada tanaman yang diteliti, dengan syarat daun tidak kering, tidak berwarna kuning, tidak diserang hama dan penyakit..
17
d.
Panjang tongkol Pengukuran panjang tongkol di ukur pada saat tanaman sudah panen. Pengukuran
tongkol dilakukan dengan mengukur tongkol dari pangkal sampai pada ujung tongkol dengan menggunakan mistar. e.
Berat tongkol berkelobot Jagung yang sudah dipanen, kemudian ditimbang menggunakan timbangan
untuk mengetahui beratnya. 3.6 Analisis data Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis of varians (anova). Apabila terdapat pengaruh perlakuan pupuk organik bokasi enceng gondok dan anorganik phonska serta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi jagung, maka dilakukan uji lanjut dengan uji BNT pada taraf 5 %.