BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Objek Penelitian. Objek Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II yang
terletak di Jl. Garuda No. 32 Kecamatan Batu Ceper Tangerang. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang yang mengelola SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Manba’ul Ulum merupakan penyedia jasa layanan pendidikan Penelitian ini mengenai strategi komunikasi pemasaran pondok pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum tahun 2014. Berdasarkan pengamatan peneliti, belum banyak penelitian mengetengahkan tentang strategi komunikasi pemasaran di Pondok Pesantren, dan belum ada penelitian serupa dengan studi kasus pada SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang. Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui strategi Komunikasi Pemasaran Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum, maka penulis menggunakan desain penelitian deskriptif, yakni penelitian yang memaparkan situasi dan peristiwa, memadukan berbagai macam informasi, dan melakukan klasifikasi. Dengan demikian, pada penelitian ini akan dijelaskan mengenai berbagai peristiwa dan situasi yang berkaitan dengan kegiatan penerimaan siswa baru dan strategi dalam melakukan komunikasi pemasaran SMK Manba’ul Ulum yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang.
71
72
3.2.
Paradigma Penelitian Menurut Moleong (2010:49) menyatakan bahwa Paradigma merupakan
suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Sedangkan menurut Patton dalam Mulyana (2011:9) mengatakan bahwa paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Dilihat dari jenis penelitiannya, penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970an oleh Jesse Deli dan rekan rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, menurut Morissan (2009:107) . Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, yakni Peter L.Berger dan Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan defenisi social, menurut Eriyanto (2004:13). Dalam penelitian ini, Panitia Penerimaan Siswa Baru (PSB) yang dibentuk setiap tahun, berupaya dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasaran khususnya pada loket pendaftaran PSB yang dilakukan 5 (lima) bulan. Walaupun prosedural teknik komunikasi pemasaran telah dirumuskan dalam sebuah pedoman kerja, namun tiap individu atau anggota yang berada di
73
dalamnya berupaya secara subjektif untuk menggunakan strategi komunikasi pemasaran pondok pesantren Asshiddiqiyah Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum.
3.3. Metode Penelitian. Menurut Sugiyono (2012:24), “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Kirk dan Miller dalam Moleong (2010:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan yang bergantung pada pengamatan seseorang. Pengamatan tersebut berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa ada interpretasi dari pihak luar. Sebuah studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial, menurut Mulyana (2011:201), sedangkan Robert K.Yin (2012:18) manambahkan bahwa studi kasus merupakan suatu penelitian sistematis yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dapat dimanfaatkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana strategi komunikasi
74
pemasaran pondok pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang dalam strategi komunikasi pemasaran siswa baru SMK Manba’ul Ulu tahun ajaran 20014/2015. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji dari pada memirincinya menjadi variabel variabel yang saling terkait. Jenis penelitian yang dipilih adalah studi kasus yang merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk mengasilkan teori,. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsip. Peneliti berupaya secara seksama dengan berbagai cara mengkaji semaksimnal mungkin seoraang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Peneliti bertujuan memberikan uraian lengkap dan mendalam mengnai subyek yang diteliti, menurut Kriyantono (2006:66-67). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana strategi komunikasi pemasaran Pondok Pesantren Asshiddiqiyah tangerang dalam penerimaan siswa baru terhadap SMK Manba’ul Ulum Tahun 2014/2015. Penggunaan Studi Kasus dalam penelitian ini karena peneliti melihat ada beberapa keunikan kasus antara lain : 1. SMK Manba’ul Ulum adalah Salah Satu Pendidikan Formal yang berbasis kan Pondok Pesantren yang ada di Kota Tangerang.
75
2. Pondok Pesantren Asshiddiqiyah dalam mengelola pendidikan khususnya SMK Manba’ul Ulum menghadapi kompetisi yang cukup ketat, baik dari sudut lokasi sekolah, yaitu dalam menghadapi sekolah pesaing yang berlokasi di sekitar, maupun dari sudut fasilitas, sehingga SMK Manba’ul Ulum harus mensiasati secara tajam strategi promosinya. 3. Bagi calon siswa yang sudah daftar dan dinyatakan lulus untuk masuk SMK manba’ul ulum maka diwajibkan untuk mukim dan menjadi Santri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II KotaTangerang.
3.4.
Key Informan Data yang diperoleh berasal dari para narasumber yaitu pihak-pihak yang
berkaitan sebagai stakeholder lembaga. Penentuan narasumber dilakukan dengan memilih orang-orang yang dianggap berdasarkan penilaian tetentu mewakili tingkat signifikasi dari narasumber pada penelitian ini yaitu mengenai strategi komunikasi pemasaran Pondok Pesantren Asshiddiiqyah Tangerang dalam penerimaan santri baru. Nara sumber ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian, Menurut Kriyantono (2006:154 ). Adapun nara sumber yang dimaksud adalah : 1. Ust. Abdurrahim, S.Ag, Sekretaris Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang, yang bertanggung jawab mengenai kondisi dan programprogram pondok pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang.
76
2. Ust. Syaikhuna Ahmad, Ketua Panitia Penerimaan Santri Baru ( PSB ), Karena Divisi ini yang mengkoordinasikan komunikasi pemasaran Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang pada SMK Manbaul Ulum 3. Ust. Idris, S.Pd, Kepala Sekolah SMK Manba’ul Ulum Pondok pesantren Asshiddiqiyah Tangerang. Peneliti perlu mewawancarai untuk mengetahui kegiatan-kegiatan dan produk unggulan yang dilakukan oleh Siswa dan Siswi SMK Manba’ul Ulum. 4. Ust. Aris, Supriyadi, Sie. Penguji PSB Pondok pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang, karena Divisi ini ada kaitannya dengan seleksi siswa SMK Manba’ul Ulum. 5. Ust. Ru’yat, Kepala Ekstrakurikuler Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang, karena divisi ini yang melaksanakan Kegiatan Komunikasi Pemasaran, seperti kegiatan Jelajah Kreasi (JEJAK) Pramuka, dan Festival Marawis Asshiddiqiyah (FAMOUS). 6. Bapak M. Watim, Wali siswa SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang. 7. Asri Kurnia Saputri, Siswa Baru SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah II Tangerang, karena sebagai konsumen jasa pendidikan.
3.5.
Teknik Pengumpulan Data. Menurut Sugiyono (2012:137), pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
77
dengan metode eksperimen, di lingkungan tempat-tinggal responden dengan berbagai kegiatan, seperti pada suatu seminar, diskusi, dan lain-lain. Sedangkan menurut
Moleong
(2010:9)
penelitian
kualitatif
menggunakan
metode
pengumpulan yaitu pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Data Primer. Sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut, menurut Idrus (2009:113). Pengambilan data ini dapat dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan key informan. 1) Observasi Menurut Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut penjelasannya: Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan
pedoman
observasi,
sehingga
peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
78
Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian. Peneliti melakukan observasi langsung ditempat penelitian tetapi bersifat observasinon non parcticipant dimana penulis hanya mengamati tetapi tidak ikut serta dalam semua aktivitas tersebut.
2) In-Depth Interview Menurut Moleong (2010:186), mendefinisikan wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee). Sedangkan wawancara menurut Dedy Mulyana (2011:180) adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur, sering disebut dengan wawancara mendalam dimana merupakan metode yang selaras dengan perspektif interaksionisme simbolik karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan, menurut mulyana (2011:183).
79
Tujuan dilakukan wawancara agar memiliki pedoman dalam melakukan wawancara dengan informan yang digunakan untuk mengali informasi yang lebih banyak dan mendalam tentang SMK Manba’ul Ulum Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang, situasi perkembangan sekolah, kegiatan belajar mengajar (KBM), kegiatan marketing communication, mekanisme penerimaan siswa baru (PSB), dan kegiatan lainnya yang berpengaruh terhadap kesinambungan sekolah dan pesantren. Keseluruhan dari tujuan wawancara agar dapat menginterpretasikan situasi tersebut terhadap masa depan sekolah dan strategi komunikasi pemasaran Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang dalam penerimaan siswa baru SMK Manba’ul Ulum. b. Data Sekunder. Data yang diperoleh dari sumber yang secara tidak langsung memberikan data kepada peneliti terhadap dokumen sebagai penguat suatu kasus (dokumentasi). Menurut Bungin (2010:121), mendefinisikan dokumentasi sebagai salah satu pengumpulan data dalam metodologi penelitian sosial, yang pada intinya adalah untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, dokumen memegang peranan yang sangat penting, seperti dokumen-dokumen yang berbentuk tulisan, foto-foto kegiatan, laporan berkala, kebijakan, materi pendidikan, dan sumber lainnya yang diperoleh dari informan (narasumber). Data sekunder adalah data yang penulis dapatkan berasal dari sumber-sumber berupa dokumen resmi yang dimiliki SMK Manba’ul Ulum dan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Tangerang baik itu berupa
80
brosur, poster, buku petunjuk, dokumen-dokumen lain ataupun data-data dari sumber-sumber lainnya. Peneliti juga akan memanfaatkan dokumendokumen resmi, baik dokumen internal, maupun eksternal. Adapun aspek yang diteliti melalui metode dokumentasi ini adalah data-data arsip pada dua tahun terakhir strategi komunikasi pemasaran pondok pesantren Asshiddiqiyah Tangerang pada saat penerimaan siswa baru (PSB) pada SMK Manba’ul Ulum yakni tahun ajaran 2013/2014-2014/2015.
3.6.
Teknik Analisis Data Analisis data pada prinsipnya merupakan proses pengumpulan data yang
kemudian ditafsirkan dengan teknik tertentu. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2010:248), teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam penelitian komunikasi kualitatif, analisis data bertujuan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan atau mentransformasikan data ke dalam bentuk narasi. Narasi ini kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan final. Penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman menurut Sumaryanto (2010:104) dimana prosesnya terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:
81
1) Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2) Penyajian Data Penyajian adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang banyak jumlahnya ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan. 3) Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Penarikan kesimpulan ini sangat penting, sebab dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasikonfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat serta preposisi. Proses analisis dalam penelitian kualitatif, secara khusus kegiatannya pada dasarnya dilakukan secara induktif, interaktif dari setiap unit datanya, bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data, dan dengan proses siklus. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analysis) yang
82
dikembangkan oleh Miles dan Hubberman. Peneliti bergerak di antara 4 (empat) “sumbu” kumparan selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan / verifikasi. Selanjutnya akan digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif Miles and Hubberman Sumaryanto (2010:106)
3.7. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data. Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Menurut Moleong (2010:324), penggunaan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non-kualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama, melaksanakan inkuiri, sedimikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasilhasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
83
Pencapaian keabsahan data kriteria derajat kepercayaan atau kredibilitas dapat digunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan / keajegan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pengecekan teman sejawat, (5) kecukupan referensi, (6) kajian kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota). Moleong (2010:327). Salah satu cara yang paling penting dan mudah dalam memeriksa keabsahan hasil penelitian adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010:30) mengatakan bahwa “Triangulasi” adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi ini dapat dibedakan menjadi: (1) Triangulasi Peneliti Teknik ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan, yaitu dengan meminta bantuan peneliti lain melakukan pengecekan langsung, wawancara ulang, serta merekam data yang sama di lapangan. (2) Triangulasi dengan Sumber Data Teknik ini dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif.
(3) Triangulasi dengan Metode
84
Teknik ini dilakukan untuk memeriksa terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di-interview. (4) Triangulasi dengan Teori Teknik ini dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding. Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi sumber data, yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan cara membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan key informan (narasumber) sehingga diperoleh keabsahan data dari kegiatan penerimaan siswa baru (PSB) yang didapat dari seluruh key informan.