47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Paradigma Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang
harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Menurut Moleong paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi.34 Pengertian paradigma menurut Patton dalam Tahir adalah: “A paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm.”35 “Paradigma adalah sebuah cara memandang sesuatu, sudut pandang yang umum, cara untuk mengurai kerumitan yang sesungguhnya. Seperti, paradigma tertanam dengan dalam kepada setiap pelaku dan penganutnya. Paradigma juga normatif, menjelaskan kepada pelakunya apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial dan pengetahuan. Namun, tetapi aspek paradigma ini yang merupakan kelebihan dan kelemahannya – kelebihannya yang membuat sebuah hal menjandi mungkin, kelemahan mereka adalah alasan untuk tindakan yang tersembunyi dalam asumsi yang dipertanyakan dari paradigma.”
34
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi: 20. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006. Hal. 49 35 Tahir, Muh. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. 2011. Hal. 58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Berbeda dengan Moleong dan juga Patton, menurut Arifin Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta-fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.36 Lain halnya dengan ketiga definisi diatas, menurut Mulyana dalam Tahir mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta.37 Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan suatu fenomena dalam rangka mencari fakta. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma Postpositivisme. Menurut Tahir paradigma postpositivisme lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada. Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, dan data.38
36
Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Rosdakarya. 2012. Hal. 146 37 Op. Cit. Hal. 59 38 Tahir, Muh. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. 2011. Hal. 57-58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3.2
Tipe Penelitian Dalam penelitian ini tipe yang dugunakan adalah tipe penelitian deskriptif.
Dimana penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi actual secara terperinci melukiskan gejala yang ada., mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi serta menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan keputusan pada waktu yang akan datang. Menurut Ruslan penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang digunakan untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok tertentu”.39 Sedangkan Penelitian Deskriptif menurut kesimpulan penulis adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menuangkan karakteristik objek penelitian yang didukung oleh bukti-bukti hasil pengamatan dan observasi ke dalam sebuah penggambaran. 3.3
Metode Penelitian Dengan mempertimbangkan bahwa dimensi penelitian yang ingin
diungkap bersifat kualitatif, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian atau sering disebut juga metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan penelitian. 39
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Edisi: 10. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. Hal. 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknikteknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu. Metode penelitian (research methods) adalah caracara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.40 Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Furchan, penelitian deskriptif mempunyai karakteristik: 1.
Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya
dengan
cara
menelaah
secara
teratur-ketat,
mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. 2.
Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak adanya uji.41
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies). Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
40
N. S. Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. hal. 317 41 A. Furchan. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2004. Hal. 54.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
3.4
Subyek Penelitian Dalam penulisan Skripsi ini Penulis melakukan wawancara semiterstruktur
(Semistructured Interview) terhadap subyek penelitian yaitu key informan dan informan yang diperkirakan memahami dan menguasai data, informasi, ataupun fakta dan objek pelaksanaan riset. Jenis wawancara yang Penulis lakukan sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara struktur. Key informan menurut Moleong adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus banyak pengalaman tentang latar penelitian dan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun banya bersifat informal”.42 Sedangkan informan menurut Bungin merupakan “Orang yang menguasai atau memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian”. 43 Dalam hal ini, Penulis melakukan wawancara dengan key informan yaitu Bapak Hartono Sufi selaku Chief Marketing Officer PT. Wahana Otomotif International dan Bpk. Andrianto T. selaku Marketing Public Relations. Pemilihan kreteria informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.44
42
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi: 20. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006. Hal. 90 43 Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. Hal. 108 44 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan Ke-20. Bandung: Alfabeta. 2012. Hal 96
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan informan yaitu beberapa pengakses website www.modifikasi.com yang terdaftar sebagai member baru atau kurang dari 3 bulan dengan gelar yang disandang yakni prajurit melalui forum diskusi dengan menggunakan fasilitas private message. 3.5
Teknik Pengumpulan Data Ciri lain dari Metode Deskriptif bertitik berat pada observasi dan suasana
alamiah, peneliti bertindak sebagai pengamat, mengamati gejala dan mencatatnya, oleh karena itu untuk mempermudah penelitian ini maka penulis melakukan: 3.5.1
Data Primer
3.5.1.1
Wawancara Menurut Esterberg dalam Sugiyono mendefinisikan sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea throught question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 45
Terdapat beberapa jenis wawancara yang dikemukakan oleh Esterberg dalam Sugiyono sebagai berikut: 1.
45
Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfa Beta. 2009. Hal. 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Wawancara ini digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dalam wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. 2.
Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara struktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
3.
Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview) Merupakan wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.46
46
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfa Beta. 2009. Hal. 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Menurut Rubin & Rubin dalam Austin Lucinda dan Jin Yan mendefinisikan: “Interviews lasted on average just under an hour, depending on participants’ responses and availability. Participants completed only one interview, unless follow-up questions arose. A semi-structured interview guide of open-ended questions explored the research questions listed above”. Wawancara berlangsung rata-rata hanya di bawah satu jam, tergantung pada respon peserta dan ketersediaan. Peserta menyelesaikan satu wawancara, kecuali pertanyaan tindak lanjut muncul. Sebuah panduan wawancara semi-terstruktur dari pertanyaan-pertanyaan terbuka mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang tercantum di atas.47 3.5.2
Data Sekunder
3.5.2.1
Kepustakaan Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk
memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder. Menurut Ruslan studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah serta memahami literatureliterature, seperti buku-buku, diklat, makalah atau pedoman-pedoman yang berlaku diperusahaan”.48
47
Austin, Lucinda., and Jin Yan. “Approaching Ethical Crisis Communication with Accuracy and Sensitivity: Exploring Common Ground and Gaps between Journalism and Public Relations. “ Public Relations Journal, Vol. 9 No. 1, 2015. www.prsa.org. Hal. 8 48 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Edisi: 10. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. Hal. 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Sedangkan menurut Gay dalam Ritongga, “Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang relevan dengan masalah penelitian”. 49 Lain lagi halnya dengan Ardianto bahwa “Kepustakaan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti dengan menelusuri catatan-catatan yang ada dalam karya ilmiah yang relevan dengan yang dilakukan”.50 Jadi bentuk studi kepustakaan yang Penulis lakukan memberikan sebuah kesimpulan bahwa, kepustakaan sangatlah penting dalam sebuah penelitian karena berguna sebagai referensi Penulis dalam penulisan karya ilmiah. 3.5.2.2
Dokumentasi Dokumentasi sering dicontohkan dengan foto-foto baik dalam acara
tertentu maupun dalam penelitian. Namun perlu dicermati bahwa yang dimasud dokumentasi tidak hanya foto-foto saja. Menurut Arikunto, Dokumentasi adalah “Mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya”.51 Menurut Ardianto dokumentasi adalah: “Sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan dan laporan. Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang telah lampau, kumpulan data dalam tulisan ini disebut dokumen, dalam arti luas termasuk monumen, Artefak, Foto, Tape, Mikrofilm, CD, dan Harddisk”.52 49
Ritonga, Jamaludin. Riset Kehumasan. Jakarta: Grasindo. 2004. Hal. 11 Ardianto, Elvinaro. Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2010. Hal. 26 51 Arikunto, S. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. 2006. Hal. 158 52 Ardianto, Elvinaro. Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2010. Hal 167 50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Bentuk dokumentasi yang Penulis lakukan adalah pengumpulan data tentang suatu objek penelitian melalui media yang dapat dilihat secara kasat mata sebagai bukti autentik (original), berupa foto, gambar, CD, Kaset, dll.
3.6
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data secara
kualitatif, dimana dalam penelitian tidak diperlukan pembuktian hipotesa tetapi membuat gambaran dari data-data yang diperoleh berupa kata-kata dan bukan berupa angka. Data yang diperoleh dilapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Menurut Miles dan Huberman dalam Elvinaro mengemukakan ada lima jenis kegiatan dalam analisis data, diantaranya: 1.
Mereduksi Data Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk uraian laporan yang terperinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah. Bila tidak segera dianalisis sejak awal, akan menambah kesulitan. Laporan-laporan tersebut perlu direduksi , dirangkum, dipilih halhal yang pokok, dan difokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila diperlukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
2.
Men-display Data Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari penelitian itu, harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik, networks, dan charts. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.
3.
Mengambil kesimpulan dan verifikasi Sejak awalnya, peneliti berusaha mencari makna dari data yang dikumpulkan. Untuk itu, peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh sejak awal, peneliti mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih tentative, kabur dan diragukan. Akan tetapi dengan bertambahnya data kesimpulan lebih grounded. Selama penelitian berlangsung kesimpulan senantiasa harus diverifikasi. Verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh satu tim.
4.
Menganalisis Data Menganalisis data sewaktu pengumpulan data antara lain akan menghasilkan lembar rangkuman dan pembuatan kode pada tingkat rendah, menengah, dan tinggi.
5.
Membuat lembar rangkuman Untuk memperoleh inti data, peneliti dapat bertanya siapa, peristiwa, atau, situasi apa, tema atau masalah apa saja yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
dihadapinya dilapangan. Pada saat kunjungan berikutnya, informasi apa yang harus ditemukannya dan hal apa saja yang harus diberinya perhatian khusus.53
3.7
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Sebuah proses kerja ilmiah disebut memenuhi kreteria objektifitas jika
persyaratan kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) terpenuhi. Validitas data dibedakan menjadi dua (2) yaitu, validitas internal dan eksternal. Validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi, sementara pada penelitian kualitatif tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan generalisasi. Reliabilitas dalam penelitian kualitatif harus diartikan sebagai penelitian yang dapat dipercaya dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran. Ini berarti bahwa semua materi penelitian seperti catatan data lapangan, fotografi, dan dokumen harus bisa di cek akurasinya, baik dalam hal proses pembuatannya maupun materinya sendiri.54 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Triangulasi Sumber sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data. Menurut Moleong, Triangulasi data adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data
53
Ardianto, Elvinaro. Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2010. Hal. 225 54 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfa Beta. 2009. Hal. 110
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat suatu kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melaluiwaktu dan alat byang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut: 1.
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2.
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi
3.
Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan
5.
Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan55
55
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Hal. 331
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
3.8
Periode Riset Durasi suatu riset tidak dilihat dari fungsi riset, tetapi dari kesepakatan
antara mahasiswa dengan perusahaan. Dalam hal ini, Penulis melaksanakan riset di PT. Wahana Otomotif International yang beralamatkan di AXA Tower Kuningan City, Lantai 42 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18 Jakarta 12940. PT. Wahana Otomotif International bergerak di bidang otomotif dalam dunia maya, dengan website www.modifikasi.com. Penulis melaksanakan riset tersebut pada divisi Marketing Public Relations, dengan durasi efektif terhitung pertanggal 01 September 2015 hingga 30 November 2015 dengan jam operasional setiap hari senin hingga jum’at pukul 09.00 – 17.00 WIB.
http://digilib.mercubuana.ac.id/