BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini, sesuai dengan tujuan serta manfaat yang dihasilkan, adalah merupakan tipe penelitian menurut tingkat eksplanasinya (level of explanation) dengan melakukan penjelasan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
35
Saham perbankan di Indonesia (BEI)
Pengaruh kasus subprime mortgage terhadap saham perbankan di Indonesia
Pengaruh cummulative abnormal return terhadap rasio perbankan ROA, LDR, NIM dan NPL di Indonesia
Uji t
Regresi ganda
Average Abnormal Return
Y = CAR-7,+7 X1 = ROA X2 = LDR X3 = NIM X4 = NPL
Gambar 3.1 Rancangan penelitian Sumber : Hasil penelitian 2008
3.2
Variabel Penelitian
Untuk mendapatkan hasil daripada hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini maka akan digunakan uji statistik t dan regresi ganda. Variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uji statistik t Abnormal return yang didapatkan dari hasil pengurangan antara actual return dengan expected return. 2. Regresi ganda
36
•
Variabel bebas atau dependen Cummulative
abnormal
return
(CAR),
7
hari
sebelum
pengumuman dan 7 hari sesudah pengumuman. Y = CAR-7,+7 •
Variabel tergantung atau independen X1
= Return On Asset (ROA) dengan rumus yang dijelaskan dalam Rumus 2.1
X2
= Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan rumus yang dijelaskan dalam Rumus 2.2
X3
= Net Interest Margin (NIM) dengan rumus yang dijelaskan dalam Rumus 2.3
X4
= Non Performing Loans (NPL) dengan rumus yang dijelaskan dalam Rumus 2.4
3.3
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham perbankan yang terdaftar di BEI pada tanggal 7 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 28 Agustus 2007. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
37
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 2. Perusahaan perbankan yang memiliki data rasio LDR dan total aset pada kuartal II tahun 2007. 3. Perusahaan perbankan yang memiliki data harian IHSI.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi. Yaitu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara membaca buku-buku, artikel-artikel dan sumber data lainnya untuk mendapatkan definisi, berita, konsep-konsep yang relevan dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
3.5
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Untuk melakukan penelitian pengaruh kasus subprime mortgage di US terhadap
saham-saham
perbankan
di
Indonesia
(BEI)
penulis
menggunakan penelitian event study yaitu suatu penelitian yang melihat pergerakan harga saham perbankan di BEI seputar tanggal yang telah ditentukan atau kejadian yang di ambil dalam penelitian ini. Pada penelitian ini berita yang dikeluarkan pada tanggal 15 Agustus 2007
38
adalah perusahaan terbesar mortgage di US, Countrywide Financial Corporation meminjam dana kepada group bank sebesar US$ 11 milyar untuk menghindari pailit (Lampiran 1). Dikarenakan adanya perbedaan waktu antara US dan Indonesia maka berita tersebut akan terlihat dampaknya 1 hari bursa setelah tanggal tersebut yaitu 16 Agustus 2007. Dengan demikian penulis akan menganalisis pengaruh dari kejadian ini dengan mengambil 7 hari sebelum dan sesudah tanggal berita tersebut. Penulis
menggunakan
abnormal
return
atas
saham-saham
perbankan di Indonesia (BEI) dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Abnormal return = Actual Return – Expected Return
Penulis menggunakan IHSI sebagai Actual Return dengan alasan bahwa Indeks ini merupakan indikator perubahan harga suatu saham dibandingkan dengan harga perdananya sehingga dapat dijadikan sebagai Actual Return.
Actual return = IHSIt – IHSIt-1 IHSIt-1
Untuk Expected Return penulis menggunakan analisis CAPM. Menurut Bodie (2006), Rumus CAPM adalah sebagai berikut :
39
E(ri) = rf + ßm [E(rm)-rf] Dimana : E(ri)
= Expected rate of return
rf
= Risk Free Rate
ßm
= beta / risiko sistemasi atas suatu investasi
E(rm)
= expected rate of return market
Untuk mendapatkan return market digunakan rumus sebagai berikut : Market return = IHSGt – IHSGt-1 IHSGt-1
Dimana : IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan sebelum hari ke t
Untuk mendapatkan ß yang perlukan untuk menghitung CAPM penulis menggunakan ß untuk masing-masing saham yang didapatkan dari Bloomberg. Setelah mendapatkan hasil daripada abnormal return melakukan pengujian statistik terhadap abnormal return guna melihat signifikan abnormal return yang ada di periode peristiwa. Menghitung Average Abnormal Return (AAR) selama periode peristiwa dengan rumus sebagai berikut :
40
AARt = Σ ARit N Dimana : AARt = rata-rata abnormal return pada hari ke t ARit
= abnormal return saham ke i pada hari ke t
N
= jumlah saham yang diteliti
Setelah mendapatkan Average Abnormal Return (AAR), maka untuk mengetahui hasil dari H1 akan dilakukan uji statistik (t-test) untuk melihat
signifikansi
AAR
tersebut.
T
hitung diperoleh
dengan
menggunakan SPSS 15.0 menggunakan one-sample t test
2. Untuk melakukan penelitian pengaruh kasus subprime mortgage di US terhadap tingkat rasio perbankan ROA, LDR, NIM dan NPL di Indonesia maka akan digunakan dalam penelitian ini alat analisis uji regresi berganda, Rumus yang digunakan adalah : CAR-7,+7 = a + b1 ROA+ b2 LDR+ b3 NIM + b4 NPL + e
Dimana : a
= nilai Y pada perpotongan garis linear dengan sumbu vertikal Y
b1 s/d b4=Koefisien Regresi
41
e
= error
Untuk menjaga akurasi model hasil regresi yang diperoleh, maka dilakukan beberapa tahapan uji asumsi klasik untuk menjawab pertanyaan apakah model regresi tersebut sudah memenuhi syarat-syarat yang berlaku. Syarat-syarat yang dikehendaki dalam analisis regresi dapat dilihat melalui uji asumsi klasik sebagai berikut : a. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adnya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi yang tinggi, maka terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. Diagnosis terhadap adanya multikolinearitas di dalam model regresi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : 1. Dilihat dari nilai Varian Inflation Faktor (VIF) Ghozali (2006, p92) mengatakan bahwa jika nilai VIF lebih besar dari 10 dengan tingkat kolonieritas 0.95, maka variabel tersebut mempunyai permasalahan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. 2. Dilihat dari Eigenvalue Ghozali (2006, p94) mengatakan bahwa jika nilai Eigen mendekati 0, maka diantara variabel terjadi multikolinier dengan variabel bebas lainnya.
42
3. Dilihat dari Condition Index Ghozali (2006, p94) mengatakan bahwa terjadi multikolinieritas, jika indeks melebihi nilai 15. b. Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (Uji Dw). Model regresi dikatakan memenuhi syarat autokorelasi jika nilai Durbin-Watson bernilai antara 1,06 – 1,76 (tabel Dw dengan n=26; 5%; k=4) (Ghozali, 2006, p96) c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Dapat dilihat dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Jika terdapat pola tertentu maka diindikasikan terdapat heteroskedastisitas. (Ghozali, 2006, p105)
43
d. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi bahwa variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi dikatakan berdistribusi normal apabila model tersebut menghasilkan grafik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. (Ghozali, 2006, p110) Pengujian Hipotesis Apabila syarat untuk ditelitinya suatu model regresi telah terpenuhi semua maka langkah selanjutnya untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, akan dilakukan uji statistik F dan uji statistik t untuk melihat pengaruh kasus subprime mortgage terhadap tingkat ROA, LDR, NIM dan NPL perbankan di Indonesia.
3.6
Hipotesis
Untuk melakukan penelitian pengaruh kasus subprime mortgage di US terhadap saham-saham perbankan di Indonesia (BEI). Peneliti menggunakan Hipotesis yang diformulasikan sebagai berikut :
Null Hypothesis atau H0 = 0 Saham-saham perbankan di BEI tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kasus subprime mortgage di US.
44
Alternative Hypothesis atau H1 ≠ 0 Saham-saham perbankan di BEI dipengaruhi secara signifikan oleh kasus subprime mortgage di US.
Untuk melakukan penelitian pengaruh kasus subprime mortgage di US terhadap tingkat rasio perbankan ROA, LDR, NIM dan NPL di Indonesia. Peneliti menggunakan Hipotesis-hipotesis yang diformulasikan sebagai berikut :
Null Hypothesis atau H0 = 0 Tidak ada pengaruh antara ROA, LDR, NIM dan NPL secara simultan terhadap cummulative abnormal return -7,+7. Alternative Hypothesis atau H2 ≠ 0 Ada pengaruh antara ROA, LDR, NIM dan NPL secara simultan terhadap cummulative abnormal return -7,+7.
Null Hypothesis atau H0 = 0 cummulative abnormal return
-7,+7
tidak dipengaruhi oleh tingkat rasio
ROA perbankan di Indonesia Alternative Hypothesis atau H3 ≠ 0 cummulative abnormal return -7,+7 dipengaruhi oleh tingkat rasio ROA perbankan di Indonesia
Null Hypothesis atau H0 = 0
45
cummulative abnormal return -7,+7 tidak dipengaruhi oleh tingkat rasio LDR perbankan di Indonesia Alternative Hypothesis atau H4 ≠ 0 cummulative abnormal return -7,+7 dipengaruhi oleh tingkat rasio LDR perbankan di Indonesia
Null Hypothesis atau H0 = 0 cummulative abnormal return -7,+7 tidak dipengaruhi oleh tingkat rasio NIM perbankan di Indonesia Alternative Hypothesis atau H5 ≠ 0 cummulative abnormal return
-7,+7
dipengaruhi oleh tingkat rasio NIM
perbankan di Indonesia
Null Hypothesis atau H0 = 0 cummulative abnormal return -7,+7 tidak dipengaruhi oleh tingkat rasio NPL perbankan di Indonesia Alternative Hypothesis atau H6 ≠ 0 cummulative abnormal return perbankan di Indonesia
-7,+7
dipengaruhi oleh tingkat rasio NPL